Anda di halaman 1dari 2

Teofilin adalah derivat methylxantine merupakan preparat yang biasanya paling banyak

digunakan karena diabsorbsi dengan baik yaitu sekitar 9095% walaupun diberikan secara
oral. Absorbsi teofilin dari traktus gastro intestinal sebenarnya lengkap, laju absobrsinya
sangat berbedabeda, tergantung pada formulasinya. Mula kerja yang cepat dapat dicapai
Teofilin dalam bentuk elixir (efek puncak pada kirakira 60 menit), sedangkan masa kerja
yang panjang diperoleh pada pemakaian preparat lepas lambat (efek puncak pada 68 jam),
sehingga pemberian obat cukup satu atau dua kali sehari. Preparat lainnya berbentuk
suppositoria dan injeksi. Absorbsi dari rektum tidak menentu, dan pemberian teofilin
suppositoria rektal sebagian besar sudah ditinggalkan. Sedangkan pemberian dalam bentuk
injeksi intra vena sering terjadi insiden alergi yang meningkat. Kelarutan teofilin meningkat
bila diberikan dengan ethylenediamine kombinasi antara keduanya disebut aminophylline.

Teofilin dieliminasi pertama kali melalui metabolisme hati mendekati 90%, sebagian besar
diekskresi bersama urin dalam bentuk asam metil urat atau methylxantine dan kurang dari
20% teofilin akan ditemukan di urin dalam bentuk utuh.

Teofilin secara langsung merelaksasi otot polos jalan napas in vitro, dan seperti β2 agonis
yang memiliki efek fungsional antagonis, mencegah dan menghambat efek bronkokonstriksi
agonis. Mekanisme molekuler bronkodilatasi dijelaskan melalui inhibisi PDE, menye babkan
peningkatan cAMP lewat inhibisi PDE3 dan PDE4 dan pada siklik guanosine 3,3monofosfat
dengan inhibisi PDE5. Efek bronkodilatasi teofilin pada jalan napas manusia diturunkan
melalui charybdotoxin, yang selektif menghambat konduktan Ca2+ aktivasi channel K+,
diperkirakan teofilin membuka channel K melalui peningkatan pada cAMP. Teofilin secara
relatif merupakan bronkodilator lemah dengan konsentrasi efektif pemberian 50% in vitro,
yang sama dalam plasma konsentrasi 67 mg/L, diasumsikan 60% ikatan protein. Teofilin
memiliki efek tambahan pada bersihan mukosiliar melalui efek stimulasi pada frekuensi
denyut siliar dan transpor air melalui epitelium jalan napas.12

Apabila otot rangka diberi teofilin akan meng hasilkan asam laktat dalam jumlah besar,
sehingga penggunaan O2 meningkat, dan disertai pelepasan panas spontan. Enzim
fosfodiesterase menyebabkan perubahan cAMP menjadi AMP, aminofilin meng hambat
enzim fosfodiesterase, sehingga terjadi penumpukan cAMP. cAMP adalah senyawa yang
menyebabkan relaksasi otot bronkus katekolamin juga menambah kadar siklik cAMP
jaringan dengan mekanisme berlainan. Proses ini merupakan dasar kerja teofilin pada daya
bronkodilatasi.

Secara in vitro terbukti teofilin memiliki efek inotropik pada semua otot skelet yang diuji,
termasuk diafragma. Efek teofilin pada otot rangka adalah berkaitan dengan dosis dan pada
hewan coba menunjukkan efek yang sama seperti pada manusia, dimana dengan dosis yang
dibatasi menimbulkan toksisitas seminimal mungkin.12

Teofilin mempunyai efek bronkodilator yaitu menimbulkan relaksasi otot polos bronkus
dengan cara meningkatkan kadar 3’5’ siklik AMP (adenosin monophosphat) melalui
penghambatan terhadap enzim fosfo diesterase suatu enzim yang berfungsi melakukan
degradasi 3’5’ siklik AMP (adenosin monophosphat) menjadi 5’ AMP, juga sebagai
antagonis reseptor adenosin, mempengaruhi distribusi kadar kalsium intra seluler,
menghambat pelepasan mediator yang dikeluarkan sel mast.13 Efek lainnya meningkatkan
kontraktilitas otot diafragma, menurunkan resistensi vaskular paru, meningkatkan drive
pernafasan sentral, dan menghambat pelepasan mediator. Peningkatan bersihan mukosiliar
dan vasodilatasi arteri pulmonal dapat menyebabkan ketidak seimbangan ventilasi/ perfusi
sehingga tekanan oksigen arteri dapat turun setelah pemberian intra vena. Teofilin terdapat
juga meningkatkan pelepasan katekolamin, merangsang susunan saraf pusat, meningkatkan
kontraktilitas otot miokard dan sebagai diuretika.

Teofilin merelaksasi prostaglandin F2 (PGF2) dengan merangsang tonus cincin arteri


pulmonalis in vitro pada konsentrasi yang sama dalam menghambat cAMP hidrolisis melalui
PDE pada arteri yang sama. Meskipun teofilin tampak kurang poten pada arteri pulmonalis
daripada di bronkus, akan tetapi terdapat kesamaan pada besarnya tonus bronkus yang
ditimbulkan dan PGF2 menginduksi kontraksi otot arteri sehingga menunjukkan perbedaan
alamiah fungsi otot otot, termasuk fakta bahwa total aktivitas PDE pada arteri pulmonalis
kirakira dua kali lipat di bronkus. Kurva PDE inhibisi di bronkus untuk aminofilin secara
esensial monophasik, dan dengan pola inhibisi yang sama dengan hidrolisis cAMP pada
zardaverine. Teofilin dan selektif inhibitor isoenzim PDE dapat menyebabkan relaksasi otot
polos arteri pulmonalis yang secara klinis juga digunakan sebagai terapi pada hipertensi
pulmonalis yang sering terkait dengan PPOK dan asma akut.

Mekanisme kerja teofilin yaitu meningkatkan kadar adenosin monofosfat siklis (cAMP)
dengan cara menghambat aktifitas PDE yaitu enzim yang membantu konversi cAMP menjadi
5’ AMP yang tidak siklis, dan akan terjadi akumulasi cAMP pada jantung. Pada sistem
kardiovaskular teofilin secara langsung mempengaruhi akselerasi jantung (direct
cardioaccelerating effects) yaitu sebagai inotropik positif. Mekanisme lainnya pada sistem
kardiovaskular yaitu melalui peningkatan mobilisasi Ca2+ dalam sel dengan cara
mempertinggi arus pemasukan Ca2+ sehingga terjadi peningkatan daya kontraksinya.
Teofilin juga mempunyai sifat antagonis adenosin endogen, sedangkan edenosin bersifat
antagonistik fisiologis terhadap katekolamin oleh karena itu diduga bahwa adenosin dapat
memproteksi jantung untuk menentang stimulasi berlebihan yang diinduksi oleh katekolamin
endogen.14,4,3,10 Pengaruh aminofilin (Theophylline ethylenediamine) terhadap
hemodinamik walaupun masih belum terungkap secara keseluruhan melalui penelitian,
namun menunjukkan pengaruhnya dalam menurunkan tekanan arteri pulmonalis pada
penderita dengan Kor pulmonal. Begitu juga pada studi sebelumnya aminofilin terbukti dapat
menurunkan filling pressures pada ventrikel kiri dan kanan serta dapat menurunkan tekanan
arteri pulmonalis sehingga dapat meningkatkan cardiac output.15,16

Teofilin dapat menurunkan tahanan perifer, merangsang jantung, meningkatkan perfusi


berbagai organ dan menimbulkan diuresis, tetapi karena absorbsi dan disposisi teofilin sulit
diduga pada pasien dengan gangguan fungsi sirkulasi sehingga sering terjadi toksisitas yang
serius terhadap susunan saraf pusat dan jantung.

Anda mungkin juga menyukai