Anda di halaman 1dari 16

KEGIATAN BELAJAR XIII Jurusan

Teknik Kimia

Lembar Informasi XIII : G a s A l a m

13.1 PENDAHULUAN
Tujuan pokok dari perusahaan penambangan minyak adalah mencari
dan memproduksi minyak bumi, sedangkan gas alam yang didapat bersama
dengan minyak ataupun yang terdapat sendiri-sendiri pada awalnya belum
mendapatkan perhatian. Kemajuan teknologi dan meningkatnya kebutuhan akan
penggunaan gas untuk keperluan yang beragam, maka gas alam menjadi barang
tambang yang diminati untuk diolah, apalagi setelah makin menipisnya
persediaan minyak bumi dan harganya yang makin tinggi. Karena semakin
pesatnya kebutuhan dan usaha untuk mengatasi krisis energi maka pengadaan
gas alam tidak hanya melalui hasil tambang, tetapi juga pemanfaatan gas gas
kilang maupun fraksi-fraksi nafta dan minyak mentah yang diolah menjadi gas-
gas yang menyerupai gas alam disebut sebagai SNG ( Substitute Natural Gas atau
Synthetic Natural Gas).
Pemanfaatan gas alam dapat dikelompokkan berdasarkan produk
akhirnya adalah sebagai berikut :
1. Sebagai bahan energi
2. Sebagai bahan baku, bagi keperluan industri petrokimia
3. Sebagai bahan pembantu, pada industri semen dan baja
4. sebagai sarana produksi pada lapangan penambangan minyak dan gas bumi,
untuk gas pengangkat (Gas Lift) dan untuk pembangkit tenaga listrik.

13.2 GAS ALAM CAIR (LNG & NGL)


Secara garis besar gas alam yang ditambang dari dalam perut bumi
ditemukan dalam tiga bentuk yaitu :
1. Gas terlarut (dissolved gas) yaitu fraksi ringan dari senyawa-senyawa
hidrokarbon yang terlarut dalam minyak
2. Gas ikutan (associated gas) adalah gas yang berasal dari reservoir minyak,
termasuk kondensat (natural gasoline) dan solution gas
3. Gas dalam bentuk non-associated gas, yaitu gas yang berasal dari reservoir
gas yang tidak mengandung minyak
Dari ketiga gas tersebut, non-associated gas merupakan konstituen utama dan
bisa terdapat dalam jumlah yang besar sekali.
Gas alam adalah merupakan campuran dari fraksi-fraksi hidrokarbon
dan komposisinya berbeda-beda. Analisis dua jenis gas alam tersebut dapat
dilihat pada Tabel 13.1 yang menunjukkan perbedaan kadar C 3 (propan
komponen berat). Gas alam di daerah Sumatera Selatan mempunyai komposisi
hidrokarbon seperti terlihat pada Tabel 13.2 dan Tabel 13.3.

Table 13.1 Contoh Analisis Gas Alam


Non-associated Gas, % mol
Komponen Associated Gas, % mol Bertekanan Bertekanan
Rendah Tinggi
C1 27,52 71,01 91,25
C2 16,34 13,09 3,63
C3 29,18 7,91 1,37
i-C4 5,37 1,68 0,31
n-C4 17,18 2,09 0,44
i-C5 2,18 1,17 0,16
n-C5 1,72 1,22 0,17
C6+ 0,51 1,83 2,69
Sumber : Makalah Konvensi ke-1 BKK-PII,1987

Tabel 13.2 Komposisi Hidrokarbon dari Sumur PTSI


Komponen Minyak Bumi, % Gas Kondensat, % Gas Kering, %
mol mol mol
C1 48,83 87,07 95,85
C2 2,75 4,39 2,67
C3 1,93 2,29 0,34
C4 1,60 1,74 0,52
C5 1,15 0,83 0,08
C6 1,59 0,60 0,12
C7 42,15 3,80 0,42
C6 +
34,30 60,80 54,70
Sumber : Makalah Konvensi ke-2 BKK-PII, 1991

Tabel 13.3 Komposisi Gas Alam Sumatera Selatan eks PTSI

Komponen, % mol Associated Gas Non-associated Gas


CO2 7,00 2,4
CH4 72,81 86,1
C2H6 7,07 7,3
C3H8 10,14 2,6
i-C4H10 1,18 0,6
n-C4H10 1,30 0,7
i-C5H12 0,25 0,2
n-C5H12 0,15 0,1
C6+ 0,10 -
Nilai kalor, Btu/scf 12,25 11,24
Specific gravity 0,80 0,66
Sumber : Makalah Konvensi ke-2 BKK.PII,1991

Gas alam yang biasa disebut LNG adalah gas alam yang berasal dari
reservoir gas yang tidak mengandung minyak ( non-associated gas) setelah
dipisahkan dari fraksi berat dan kotorannya dicairkan pada suhu di bawah titik
cair gas metan. Fraksi berat yang dipisahkan dari gas, setelah
dimantapkan/distabilkan (sesuai dengan persyaratan fasilitas penampungan dan
pengangkutan) dapat ditampung sebagai kondensat atau dicampur ke dalam
minyak bumi. Instalasi LNG di Indonesia antara lain adalah LNG Bontang (Kaltim)
dan LNG Arun (Aceh). Gas alam yang lazim disebut NGL adalah gas alam
ikutan (associated gas) yang berasal dari reservoir minyak lalu dicairkan. Cairan
gas alam ini (NGL) banyak mengandung C3+, setelah diolah akan menghasilkan :
1. Pentan dan fraksi berat
2. Propan, butan (campuran atau sendiri–sendiri) dan
3. Gas buang (tail gas)
Instalasi NGL di Indonesia adalah NGL Arjuna di Laut Jawa dan NGL Lex di
Tanjung Santan (Kaltim).
13.2.1 Proses pembuatan LNG/NGL
LNG yang merupakan singkatan dari Liquefied Natural Gas, adalah gas
alam yang dicairkan melalui kompresi, pendinginan, dan ekspansi dari tekanan
tinggi dan suhu 127 0C menjadi cairan dengan viskositas rendah dengan titik
didih –160 0C pada tekanan 1 atm dan berat jenis sekitar 0,45. LNG adalah
bahan bakar bersih, tidak berwarna dan tidak berbau, dapat disimpan di bawah
tanah ataupun pada tanki di atas permukaan tanah.
Tujuan dari pencairan ini adalah untuk meningkatkan efisiensi
pengangkutan dan penyimpanan, karena volume gas sebelum dan sesudah
dicairkan berbanding 600 : 1, artinya sebanyak 600 m 3 gas alam pada tekanan
1 atm akan menjadi 1 m3 jika dikondensasikan menjadi cairan.

13.2.2 Proses LNG Arun


Gas alam yang berasal dari sumur-sumur di lapangan/ladang gas
dikumpulkan dalam cluster atau stasiun pengumpul yang bertugas untuk
memisahkan komponen gas dengan kondensat. Komponen gas dan kondensat
masing-masing dialirkan dalam pipa dari stasiun pengumpul ke unit pemrosesan.
Komposisi gas dan kondensat yang dialirkan dari stasiun pengumpul dapat dilihat
pada Tabel 13.4.

Tabel 13.4 Komposisi Gas Alam PT. Arun NGL


Komposisi Gas, % vol Kondensat, % vol
CO2 14,87 9,20
N2 0,37 0,05
CH4 74,29 25,67
C2H6 5,65 6,66
C3H8 2,43 6,58
C4H10 1,23 6,55
C5H12 1,16 5,16
C6H14 - 40,13

Gas akan mengalir dari reservoir pada tekanan 499 kg/cm2 dan suhu 177
o
C ke kepala sumur melalui chrismast tree pada tekanan turun menjadi 254
kg/cm2 suhu 150 oC. Setelah melalui Xmast tree tekanan turun menjadi 240
kg/cm2 dan 143 oC, lalu turun lagi setelah melalui keran pengatur menjadi 141
kg/cm2 dan 132 oC. Selanjutnya setelah melalui pendinginan suhu 54 oC terjadi
pemisahan antara gas dan kondensat.
Mekanisme pemisahan gas alam dan kondensat dapat dilihat pada Gambar 13.1.
Umpan berupa gas yang belum stabil dialirkan dari stasiun pengumpul
ke unit pemrosesan sepanjang 30 km yang dilengkapi dengan scraper laucher
dan scraper receiver untuk menghindari penumpukan cairan dalam pipa gas.
Sebagian dari gas tersebut dialirkan ke unit pengolah LPG, sedangkan umpan
berupa kondensat yang belum stabil berbentuk cair dialirkan dari stasiun
pengumpul melalui pipa sepanjang 30 km ke unit pemrosesan. Untuk
menghindari penumpukan air dan lumpur maka dipasang scraper laucher dan
scraper receiver pada awal aliran bersama dengan strainer (saringan) untuk
menghindari benda-benda padat yang agak besar.
83 kg/cm2
Gas
132o C
141 kg/cm2
141 kg/cm2 54o C
Cooler 27o C

23o C 83 kg/cm2

LE

Reijection
Compresor
Gas Section
240 kg/cm2 Separator
143o C Condensare Section
Xmas-tree
Kondensor
2O Section
500 kg/cm2
254 kg/cm2
170o C Air
138o C

Reservoir
Gas Alam

Gambar 13.1 Diagram Alir Proses Unit Pemisahan Gas dan Kondensat

Selanjutnya aliran gas dan kondensat disatukan kembali dalam satu


pipa untuk seterusnya masuk ke puncak drum pemisah ( flash drum), dimana gas
keluar dari puncak drum untuk selanjutnya diolah di dalam unit pencairan gas,
sedangkan kondensat dialirkan ke flash drum kedua pada tekanan 29 kg/cm 2
untuk memisahkan kandungan gas yang masih terikut. Kondensat selanjutnya
dikirim ke menara stabilizer untuk memisahkan propan dan menstabilkannya
sehingga memenuhi spesifikasi yaitu RPV maksimum 8 psi pada 100 oF, lalu
dijual/dikapalkan.
Gas-gas yang keluar dari flash drum kedua dan menara stabilizer lalu
dikompresi dan digabungkan dengan gas yang keluar flash drum pertama untuk
selanjutnya dipisahkan dari senyawa-senyawa yang tidak dikehendaki dalam
proses pencairan gas. Setelah pembersihan senyawa-senyawa yang tidak
dikehendaki seperti minyak berat, merkuri, CO 2 dan H2S, air dan gas-gas berat
maka gas siap dicairkan.
Pada unit pencairan, gas mula-mula dikeringkan dan didinginkan sampai
20 o
C. Selanjutnya gas dimasukkan ke dalam menara scrubbing untuk
memisahkan fraksi ringan dan fraksi berat secara distilasi. Produk atas yang
sebagian besar berupa metan dimasukkan ke dalam separator untuk
memisahkan cairannya. Gas keluar dari puncak separator selanjutnya dibagi
menjadi a) aliran untuk LNG ( LNG mode), dan b) aliran untuk LPG ( LPG mode).
Gas ini bersama-sama dengan gas residu dari LPG plant dimasukkan ke dalam
main HE (cryogenic exchanger) untuk didinginkan menjadi –145 oC dimana pada
suhu tersebut gas mulai mencair.
Setelah keluar dari main exchanger pada suhu –145 o
C, gas ini
dimasukkan ke dalam drum-drum produk yang tekanannya diatur sedikit di atas
1 atm. Akibat penurunan tekanan maka terjadi juga penurunan suhu sehingga
gas alam tersebut mempunyai suhu –160 oC lalu dialirkan ke tanki penyimpanan.
Komposisi LNG yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 13.5, sedangkan
diagram alir keseluruhan proses dapat dilihat pada Gambar 13.2.

Tabel 13.5 Komposisi LNG Arun


Komposisi % mol
N2 0,7 (max)
CH4 86,0 (min)
C2H6 8,1
C3H8 3,6
C4+ 1,7
Nilai kalor 1157 Btu/scf

13.3 GAS ALAM BUATAN


Gas alam buatan yang lazim disebut SNG ( Subtitute Natural Gas atau
Synthetic Natural Gas) adalah gas-gas yang dibuat dari salah satu proses yaitu
a) gasifikasi nafta, b) gasifikasi minyak bumi, c) hidrogasifikasi distilat dan gas-
oil, d) gasifikasi batubara, yang hasilnya menyerupai gas alam dengan metan
sebagai komponen utama.
Sebelum proses gasifikasi biasanya dilakukan dulu pembersihan
terhadap umpan dari kotoran-kotorannya seperti senyawa sulfur dengan proses
desulfurisasi. Mekanisme proses gasifikasi untuk pembuatan SNG adalah reaksi
14 langkah seperti terlihat pada Tabel 13.6.
Dari Tabel 13.6 terlihat bahwa reaksi berlangsung dalam beberapa proses seperti
hidrolisis atau steam reforming, oksidasi, hidrogenasi, pirolisis, dan metanasi dan
perengkahan (cracking).

Gambar 13.2 Diagram Alir Proses Pembuatan LNG

Tabel 13.6 Reaksi Gasifikasi dalam Kesetimbangan


Panas Reaksi (kkal/kmol)
No Reaksi
pada 25 0C
1 C + O2 CO2 - 94,045
2 C + CO2 2 CO + 41,203
3 C + H2O H2 +CO + 31,356
4 CO + H2O H2 + CO2 - 9,847
5 CO + 3 H2 CH4 + H2O - 49,243
6 C + 2 H2 CH4 - 17,889
7 CO2 + 4 H2 CH4 + 2 H2O - 39,410
8 C + 2 H2O 2 H2 + CO2 + 21,510
9 CH4 + CO2 2 CO + 2 H2 + 59,093
10 2 C + H2 C2H2 + 54,163
11 2 CH4 C2H2 + 3 H2 + 89,918
12 2 CH4 C2H4 + 2 H2 + 48,246
13 C2 H6 C2H4 + H2 + 32,710
14 CH4 + H2O CO + 3 H2 + 49,242

13.3.1 Gasifikasi Nafta


Proses pembuatan SNG menggunakan nafta sebagai umpan dengan
steam, mempunyai dua metoda yang tergantung pada suhu pengolahan yaitu :
1. Mencampurkan CO dan H2 pada suhu tinggi (high temperature reforming)
2. Melarutkan CO2 dan H2 pada suhu rendah kira-kira 470 0C (low temperature
reforming)
Proses suhu tinggi menggunakan banyak langkah metanasi yang
kompleks (enrichment step) dimana gas-gas yang dihasilkan mempunyai nilai
kalor yang rendah sehingga tidak sesuai untuk menggantikan gas alam, dengan
demikian proses ini sudah lama ditinggalkan.
Pada proses suhu rendah yang komersil terhadap tiga tipe yang beroperasi yaitu:
1. Proses CRG (Catalytic Rich Gas) dari British Gas Corp
2. Proses Gasynthan dari German-Lurgi Co
3. Proses MRG (Methane Rich Gas) dari Japan Gasoline Co

1. Proses CRG British


Proses ini dikembangkan pada tahun 1960 pada pabrik gas kota Eropa
yang memproduksi campuran metan, hidrogen, dan gas inert dengan nilai kalor
sekitar 4500 kcal/m3. Proses ini merupakan proses reforming pada suhu rendah
dengan katalis nikel yang sangat aktif untuk merubah sulfur bebas. Proses
pemurnian SNG dengan sistem desulfurasi adalah merubah senyawa sulfur
organik menjadi H2S yang kemudian dihilangkan dari aliran gas dengan absorpsi
kimia melalui katalis NIMOX (nikel molibdat) atau COMOX (kobal molibdat).
Diagram alir proses CRG dapat dilihat pada Gambar 13.3.
Umpan nafta bercampur dengan recycle H2 dipanaskan sampai 350 0C,
lalu campuran dilewatkan ke dalam katalis hydrofining yang dipecah menjadi uap
nafta dan H2S. Analisis gas hasil dapat dilihat pada Tabel 14.7.

Recycle H2

350 0C
Umpan nafta
Steam
475 0C
Hydrofiner Reformer Metanator 1

Heater Katalis Ni Cooler Katalis Ni


SNG
Cooler
MEA
Pemisah H2S
Metanator 2
Absorber
CO2
Rich amine

Gambar 13.3 Diagram Alir Proses CRG

Tabel 13.7 Komposisi Gas SNG Hasil Proses CRG


Komposisi, Outlet Reaktor Outlet Outlet Eks CO2
% vol (Gas Kering) Metanator Metanator II Absorber
I
CH4 65,5 75,6 76,7 98,5
H2 11,8 6,2 0,6 0,9
CO 0,8 0,1 0,1 0,1
CO2 21,9 22,1 22,6 0,5
Nilai Kalor 691 739 781 1000
Btu/scf, 15 oC
Berat jenis 0,706 0,734 0,771 0,557

2. Proses Gasynthan Lurgi


Proses ini dikembangkan untuk mereduksi gas 4500 kcal/m 3
menggantikan gas dari batubara dan gas kota yang dipakai di Jerman, sebagian
Eropa, Jepang dan beberapa daerah lainnya. Proses ini dimaksudkan untuk
merubah hidrokarbon ringan yang mengandung nafta menjadi gas SNG yang
serupa dengan proses CRG menggunakan katalis dengan daya aktif tinggi.
Katalis sangat sensitive terhadap kontaminasi oleh senyawa sulfur, halogen,
oksigen, timbal (dari TEL dalam gasoline) dan lain-lain. Oleh karena aktivitas
yang tinggi dari katalis maka campuran steam dan nafta masuk diatur pada suhu
400 oC, sehingga menuntut penggunaan nisbah steam/nafta yang minimum yaitu
2 : 1. Langkah desulfurisasi proses Gasynthan identik dengan proses CRG yang
dipertahankan pada suhu 330 - 360 oC.
Diagram alir proses Gasynthan Lurgi dapat dilihat pada Gbr 13.4. Analisis gas
SNG proses Gasynthan Lurgi dapat dilihat pada Tabel 13.8.

Steam
SNG

Metanator

MEA

Reaktor Reaktor
Absorber O2

V V V

Air

Gambar 13.4 Diagram Alir Proses Gasynthan Lurgi

Tabel 13.8 Komposisi Gas SNG Proses Lurgi


Komposisi, % vol. Eks Metanator Produk Kering
CH4 76,81 98,08
H2 0,56 0,72
CO 0,08 0,10
CO2 22,5 1,10
Nilai kalor, kcal/m 3
780,9 998,2
Berat jenis 0,771 0,56

3. Proses MRG
Proses ini dikembangkan oleh Japan gasoline Co melalui empat tahapan
proses yaitu hidrodesulfurisasi, gasifikasi, pengkayaan ( enrichment), dan
penyerapan CO2. Katalis yang digunakan tipe N-185 merupakan campuran nikel,
tembaga, dan khrom yang sensitif terhadap sulfur.
Diagram alir proses dapat dilihat pada Gambar 13.5. Analisis produk SNG hasil
proses MRG dapat dilihat pada Tabel 13.9.

fuel gas H2
Metanator
H2
sulfur
steam

Reaktor

clasifier

nafta

CO2
SNG

kondensat

Gambar 13.5 Diagram Alir Proses MRG

Tabel 13.9 Komposisi Gas SNG Hasil Proses MRG


Komposisi % vo
CH4 98,00
H2 1,50
CO 0,01
CO2 0,49
Nilai Kalor, Btu/ Scf 995
Berat jenis 0,553

13.3.2 Gasifikasi Minyak Bumi


Proses gasifikasi minyak mentah (minyak berat) memerlukan hidrogen
dan oksigen sebagai perantara proses. Tujuan utama proses ini adalah untuk
merubah keseluruhan minyak mentah cair menjadi SNG dengan produk samping
berupa kokas atau aspal.
Langkah-langkah gasifikasi umumnya diikuti juga dengan proses-proses
pengolahan yang lain seperti :
 perengkahan hidro (hydrocracking )
 oksidasi parsial
 pembentukan kokas (coking )
Untuk merubah seluruh minyak mentah menjadi gas SNG maka
gabungan proses proses hydrocracking dan oksida parsial akan membuat pabrik
menjadi lebih efisien, karena hydrocracking sendiri merupakan proses yang sulit
dikendalikan karena katalis cepat menjadi tidak aktif yang disebabkan karena
dekomposisi metal pada permukaannya. Katalis yang digunakan biasanya tipe
platina dan paladium dengan zeolit sebagai support. Katalis tersebut harus tahan
terhadap sulfur, nitrogen dan kontaminan-kontaminan lain dalam minyak. Selain
itu dapat juga digunakan wolfram, kobal dan molibdenum oksida sebagai katalis.
Perencanaan yang kompleks dari pengolahan ini meliputi daur ulang
internal dan eksternal, selain masalah perpindahan panas yang intensif antara
aliran masuk dan aliran keluar dari reaktor hydrocracking. Kemurnian hasil gas
SNG dan sifat-sifatnya tergantung pada kondisi operasi pengolahan. Proses
gasifikasi yang lengkap berdasarkan proses hydrocracking dan oksidasi parsial
dapat dilihat pada Gambar 13.6 dan Gambar 13.7. Kedua proses tersebut melalui
proses oksidasi parsial yang membutuhkan oksigen, sehingga menyebabkan
proses-proses tersebut menjadi mahal.
Proses gasifikasi yang lain adalah flexicoking yang dikembangkan oleh
Exxon Research and Engineering. Proses ini mengolah minyak berat (residu)
tanpa menggunakan oksigen. Diagram alir proses ini dapat dilihat pada Gambar
13.8.

S
NG Hidrode-
sulfurisasi Reforming Metanator
Nafta

Crude Gas Oil


Topping Hidrocracking
Vac. Dist
H2 Plant
Sulfur
Oksidasi
Residu Parsial Syngas

Gambar 13.6 Diagram Alir Proses SNG melalui Distilasi

Fraksionasi Hidrogasifikasi
Di Distilat

Hydrocracking
Crude Pemisah
Residu Minyak & H2S

H2 Plant
Oksidasi
Parsial Metanasi

SNG
Sulfur

Gambar 13.7 Diagram Alir Proses SNG melalui Fraksionasi


Gambar 13.8 Diagram Alir Proses Gasifikasi Proses Exxon

LEMBAR EVALUASI Jurusan


PRE-TEST Teknik Kimia

Selesaikan soal di bawah ini dengan jelas dan singkat !


1. Jelaskan perbedaan antara gas alam cair (LNG) dan cairan gas alam (NGL)
berdasarkan kondisi hasil penambangan, hasil pengolahan dan pencairan
pada kilang minyak bumi !
2. Uraikan perbedaan tempat penyimpanan LNG di atas dan di bawah
permukaan tanah, berikan alasan masing-masing !
3. Bagaimana cara menaikkan nilai kalor gas SNG hasil gasifikasi nafta
termasuk cara-cara pembersihan senyawa-senyawa yang tidak
dikehendaki ?
LEMBAR EVALUASI Jurusan
POST-TEST Teknik Kimia

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar !


1. Uraikan dan jelaskan masing-masing proses berdasarkan diagram alir seperti
terlihat pada Gambar 14.6 – Gambar 14.8 !
2. Jelaskan perbedaan prinsip antara proses gasifikasi dengan oksidasi parsial
dan gasifikasi coking !
3. Uraikan perbedaan ketiga proses gasifikasi minyak mentah berdasarkan
diagram alir yang ditampilkan !
DAFTAR PUSTAKA Jurusan
Teknik Kimia

1. Aagaard, V. and Ladegaard, B.H., 1983. Liquefied Natural Gas Storage.


Bulletin t-39. Preload. Barcelona.

2. Bland, W.F. and Davidson, R.L., 1987. Petroleum Processing Handbook. Mc-
Graw Hill Book Co. New York.

3. Hertanto, Ir., 25 – 26 Oktober 1987. Pemanfaatan Gas Bumi bagi Industri


dan Energi di Indonesia. Makalah Konvensi Pertama BKK-PII. Jakarta.

4. Nelson, W.L., 1985. Petroleum Refinery Engineering. 4th ed. Mc Graw Hill
Book Co. Singapore.

5. Tedjo Widjojo, Ir., 16 – 17 Juni 1991. Merintis kearah Pendayagunaan Gas


Alam untuk Industri Kimia. Prosiding Konvensi Kedua BKK-PII. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai