Anda di halaman 1dari 8

Perhitungan Per Unit

Oleh :
Kelompok 1-A

Alwan Fajar Syauqi (1504405087)


Diky Wahyu Kusuma Budi (1905541001)
I Gede Mahardika M (1905541002)
Gede Esa Agra Sumerta (1905541007)
Ni Wayan Ernawati (1905541008)

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
Perhitungan Per Unit

A. Pendahuluan
Dalam banyak situasi dalam pengukuran atau perhitungan, halnya akan
lebih mudah jika variabel-variabel dalam perhitungannya diskalakan atau
disederhanakan. Hal yang sama juga dapat dilakukan pada analisa sistem tenaga
dengan menggunakan sistem per-unit. Sistem per-unit digunakan untuk
menyederhanakan perhitungan numeric sehingga seseorang yang melakukan
perhitungan bisa melakukannya tanpa menggunakan kalkulator. Selain itu ada
juga keuntungan lain :
❖ Parameter-parameter peralatan secara relatif cenderung berada pada
kisaran besaran yang sempit, metode ini membuat nilai kesalahan
menjadi mencolok.
❖ Dengan metode ini semua besaran diekspresikan dalam rasio dari
beberapa besaran dasar / base value.
❖ Impedansi ekivalen dari trafo bernilai sama baik saat
menggunakan acuan belitan primer maupun belitan sekunder.
❖ Impedansi ekivalen dari trafo pada sistem 3 fasa bernilai sama tanpa
menghiraukan jenis koneksi belitan (wye – delta, delta – wye, wye –
wye, atau delta – delta).
❖ Metode per-unit bersifat independent terhadap perubahan tegangan
dan fasa yang melalui trafo dimana tegangan dasar pada belitan
sebanding dengan jumlah belitan.

B. Keunggulan Sistem Per Unit


❖ Sirkuit disederhanakan.
❖ Jika dinyatakan dalam per unit, parameter mesin biasanya termasuk
kisaran sempit terlepas dari ukuran mesin. Misalnya generator reaktansi
dalam per unit serupa untuk kedua mesin 100 MVA dan Mesin
1000MVA.
❖ Untuk sirkuit yang dihubungkan oleh transformator, sistem per unit
cocok. Dengan memilih basis kV yang cocok untuk sirkuit, reaktansi per
unit tetap sama mengacu pada kedua sisi trafo. Karena itu,berbagai
sirkuit dapat dihubungkan dalam diagram reaktansi
❖ Faktor Sqrt (3) dalam perhitungan rangkaian tiga fasa dihilangkan.
❖ Sistem per unit (pu) ideal untuk simulasi komputer.

Sistem per-unit secara sederhana merupakan metode pen-skalaan.


Persamaan:

Base value selalu memiliki unit yang sama dengan actual value, sehingga
nilai per-unit tidak memiliki satuan. Base value selalu besaran riil, sedangkan
actual value bisa jadi besaran kompleks. Satuan pu akan mengindikasikan
besaran per-unit, dalam dalam metode ini tidak ada satuan lain yang
mengindikasikan besaran ampere, ohm, dan volt.

C. Langkah – Langkah Perhitungan Per Unit


Tetapkan Base value / besaran dasar untuk sistem.
Sbase = power base (Daya dasar) dalam VA. Meskipun pada prinsipnya Sbase
dapat ditetapkan secara bebas, pada prakteknya nilai 100 MVA lebih umum
dipilih dari pada nilai lainnya. 1 buah Sbase yang sama dapat digunakan pada
semua bagian dari sistem yang sedang dianalisa
Vbase = voltage base (Tegangan dasar) dalam V.
Meskipun pada prinsipnya Vbase juga dapat ditetapkan secara bebas, pada
prakteknya Vbase adalah tegangan nominal fasa-fasa. Istilah nominal berarti nilai
dimana system tenaga dirancang untuk beroperasi pada kondisi seimbang dan
normal. Pilihlah nilai Vbase berdasarkan tegangan dimana peralatan berada.
Misalkan sebuah kabel berada dilokasi sistem 34.5 kV maka 34.5 kV dapat
ditetapkan sebagai Vbase. Jadi nilai Vbase berbeda-beda pada setiap seksi dari
sistem tenaga listrik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada contoh soal. Dari
dua besaran di atas besaran-besaran dasar lainnya bisa didapatkan.
Sehingga :

Sebagai perkembangannya, karena S3Øbase dapat ditulis sebagai kVA atau


MVA dan tegangan biasanya ditulis dalam kV, maka arus dapat ditulis sebagai
berikut :

D. Penyelesaian untuk Impedansi Dasar atau Base Impedance

Atau :

Mengekspresikan Nilai Per Unit Sebagai Persent


Ada juga hal yang umum untuk mengekspresikan nilai per-unit sebagai
persen (contoh 1 pu = 100%). Impedansi pada trafo umumnya ditulis dalam
bentuk persen (%) pada nameplatenya. Konversinya dari persen ke sistem per-
unit cukup mudah, sebagai berikut

Menjadi

Konversasian Antar Base


Seringkali, khususnya nilai impedansi, perlu melakukan konversi dari satu
base (old base) ke base lain (new base). Pada prinsipnya konversi ini dilakukan
dengan menggunakan persamaan sebelumnya sebanyak dua kali, sehingga
menghasilkan persamaan berikut.

Dalam banyak kasus ratio belitan dari trafo sebanding dengan tegangan
sistem, dan tegangan nominal peralatan sama dengan tegangan sistem. Ini berarti
nilai ratio dari tegangan pangkat 2 adalah 1. Sehingga persamaan dapat
disederhanakan menjadi

Contoh 1 :
Sebuah sistem tenaga listrik memiliki Sbase = 100 MVA, hitunglah base arus
untuk :
• Vbase = 230 kV
• Vbase = 500 kV
Penyelesaian :
Gunakan Persamaan :

Untuk Vbase = 230 kV


Untuk Vbase = 500 kV

Contoh 2 :
Sebuah trafo daya, 900 MVA 525/241.5, memiliki impedansi yang tertulis pada
name platenya 10.14%.
• Tentukan impedansi dalam ohm, mengacu ke sisi 525 kV
• Tentukan impedansi dalam ohm, mengacu ke sisi 241.5 kV
Penyelesaian :
Pertama-tama konversikan impedansi yang dalam % ke pu:

Gunakan persamaan sebelumnya untuk mendapatkan Zactual

Sehingga :

Contoh 3 :
Diketahui sistem tenaga listrik seperti gambar dibawah. Ditetapkan Vbase untuk
saluran transmisi adalah 161 kV dan Sbase 20 MVA.

Hitunglah pu impedansi dari semua komponen dengan mengacu pada base di atas.
Berikut adalah rating dari peralatan-peralatan listrik :
Generator : 15 MVA, 13.8 kV, x = 0.15 pu
Motor : 10 MVA, 13.2 kV, x = 0.15 pu
T1 : 25 MVA, 13.2 – 161 kV, x = 0.1 pu
T2 : 15 MVA, 13.8 – 161 kV, X = 0.1 pu
Transisi : Z = 50+j100 Ohm
Load : 4 MVA at 0.8 pf lag
Penyelesaian :
Pertama-tama bagilah jaringan di atas ke dalam bagian-bagian tertentu yang
dipisahkan oleh trafo. Untuk Sbase akan bersifat universal pada semua bagian
sedangkan untuk Vbase akan tergantung untuk masing-masing bagian yang
besarannya mengikuti tegangan pada sisi trafo dimana bagian itu berada:

Berikut adalah pembagiannya :


Bagian I : Sbase = 20 MVA; Vbase = 13.2 kV (Mengikuti tegangan sisi
primer trafo T1)
Bagian II : Sbase = 20 MVA; Vbase = 161 kV (Mengikuti tegangan sisi
sekunder trafo T1 atau sisi primer Trafo T2)
Bagian III : Sbase = 20 MVA; Vbase = 13.8 (Mengikuti tegangan sisi
sekunder trafo T2)
Kemudian Lakukan Perhitungan Pu berdasarkan Sbase Vbase di atas dan bagian
bagiannya :
Generator :

Motor :

T1 :
T2 :

Penyelesaian :

Kemudian :

Anda mungkin juga menyukai