Kasus Di Idul Fitri
Kasus Di Idul Fitri
Jawab:
1. Keseimbangan pasar (market equilibrium) merupakan kondisi di mana jumlah barang yang
diminta sama dengan jumlah barang yang ditawarkan pada tingkat harga tertentu. Keseimbangan
pasat juga dapat dipahami sebagai suatu kondisi di mana harga produk yang ditawarkan sama
dengan harga produk yang diminta oleh konsumen.
Ketika titik keseimbangan pasar tercapai, maka tidak ada kecenderungan perubahan harga atau
harga cenderung tetap. Harga ini disebut dengan harga keseimbangan. Terbentuknya harga
keseimbangan ditentukan oleh kekuatan antara permintaan dengan penawaran. Jika permintaan
lebih kuat dari penawaran, maka harga akan naik. Sebaliknya, apabila penawaran lebih kuat dari
permintaan, maka harga akan turun.
Dalam proses tawar-menawar harga barang, keseimbangan pasar tercapai saat produsen dan
konsumen telah saling sepakat dengan tingkat harga tertentu untuk barang yang menjadi objek
transaksi, yaitu harga di mana produsen bersedia menjual barang sama dengan harga di mana
konsumen bersedia untuk membeli barang tersebut.
Secara sederhana konsep keseimbangan pasar dipahami sebagai kesepakatan antara penjual atau
produsen dengan pembeli atau konsumen. Namun secara lebih kompleks, keseimbangan pasar
dapat diartikan sebagai titik potong sebagai hasil pertemuan antara fungsi permintaan dengan
fungsi penawaran.
2. Kasus:
Kenaikan harga menjelang Ramadhan dan Lebaran (Idul Fitri) adalah fenomena berulang yang
seolah tak terhindarkan bagi rakyat Indonesia. Sesuai hukum ekonomi, fenomena ini sebenarnya
wajar, di mana ada peningkatan permintaan, maka harga pun melonjak. Pedagang pun tak mau
kehilangan kesempatan untuk mengambil untung lebih besar. Tapi tak urung hal ini meresahkan
masyarakat, terutama mereka yang berpenghasilan minim.
Analisis:
Dari kasus diatas kelompok kami menganalisis adanya Penyebab Terjadinya Kenaikan Harga
Bahan Pokok Menjelang Lebaran (Idul Fitri) disebabkan karena:
Hal ini bisa dilihat dari waktu terjadinya kenaikan harga. Kenaikan harga suatu barang sebagain
besar terjadi karena faktor gagal panen. Mungkin masih segar di ingatan kita saat harga cabe
melonjak drastis. Harga cabe ini naik karena terjadi gagal panen pada petani cabe akibat cuaca
buruk.
Saat ini harga beras terus melonjak naik hal ini disebabkan banyak petani beras yang gagal
panen. Gagal panen ini menyebabkan jumlah beras di pasar menurun sedangkan permintaan
tetap atau mungkin bertambah karena menjelang puasa. Saat menjelang puasa, harga barang
terus melonjak naik karena jumlah permintaan terus meningkat sedangkan jumlah barang tetap
atau cenderung berkurang.
Perlu analisis dari sisi supply, mengapa supply berkurang. Saat menjelang puasa seperti ini
banyak orang di daerah jawa yang melakukan ritual “kirim doa” kepada para kerabatnya yang
telah meninggal. Ritual ini berupa syukuran dengan mengundang para tetangga dan kerabat ke
rumah untuk berdoa bersama-sama mendoakan sanak saudara yang telah meningga dunia.
Kegiatan ini tidak hanya dilakukan oleh satu keluarga tapi oleh semua keluarga yang memilki
keluarga yang sudah meninggal dunia. Hal ini menyebabkan permintaan akan kebutuhan beras
meningkat. Naiknya permintaan beras tidak diikuti bertambahnya jumlah beras di pasar hal
inilah yang menyebabkan harga beras terus merangkak naik.
Tentu menjadi hal yang sulit apabila kita ingin mengendalikan harga barang karena selama ini
barang-barang yang melonjak naik adalah barang-barang kebutuhan rumah tangga yang jumlah
penawaran di pasar berkurang karena jumlah barangnya memang berkurang karena sebab-sebab
tertentu seperti yang sudah saya sebutkan di atas tadi.
Apabila kita ingin mengendalikan harga salah satu caranya adalah dengan menambah jumlah
penawaran di pasar yang artinya kita menambah jumlah stok barang tersebut di pasar atau
dengan menekan permintaan akan barang tersebut. Seperti bunyi hukum permintaan dan
penawaran “apabila penawaran akan suatu barang semakin bertambah namun permintaan akan
barang tersebut berkurang maka harga barang akan turun” sedangkan apabila “ permintaan
meningkat namun penawaran berkurang maka harga barang akan naik”. Jadi cara yang dapat
dilakukaan agar harga tidak terus naik adalah berusaha agar jumlah penawaran melebihi jumlah
permintaan di pasar.
Jika stok Bulog tidak mencukupi, pemerintah pun memutuskan untuk impor, padahal kita ini
adalah terkenal dengan swasembada beras. Kalau terus berulang dan tidak ada solusi, berarti
pemerintah telah kalah dengan pasar serta pemerintah tidak mau serius untuk meredam kenaikan
harga pokok ini.
Jangan lupa pula, melambungnya harga bahan kebutuhan pokok juga akibat buruk infrastruktur.
Saluran distribusi terganggu karena banyak jalan yang berlobang dan tidak terawat serta naiknya
harga BBM sehingga biaya produksi naik. Siapa yang menanggung kenaikan biaya tersebut?
Tentunya konsumen yang posisi tawarnya lemah. Pemerintah sebenarnarnya sudah sabar betul.
Namun, sampai saat ini langkah konkritnya masih dipertanyakan. Pemerintah sibuk dengan hal-
hal yang tidak penting, seharusnya pemerintah memiliki jurus pamungkas untuk meredam
kenaikan harga di bulan Ramadhan ini sehingga melonjatnya harga dapat di seimbangkan untuk
kesejahteraan rakyat kecil.
Ketika bulan Ramadhan datang, bukankah seharusnya komsumsi kebutuhan pokok berkurang.
Tetapi, hal tersebut tidak terjadi pada masyarakat kita. Berdasarkan riset Nielsen, selama bulan
puasa, belanja konsumen kelas bawah justru naik 30% sementara kelas menengah naik 16%.
Sikap konsumen tersebut tentunya mempengaruhi harga. Konsumsi tersebut seharusnya dapat
dikendalikan.
Banyak faktor yang mempengaruhi hal ini, mungkin apabila kita melihat historis di Indonesia,
tidak mungkin Rakyat Indonesia kekurangan untuk sumber kehidupan seperti sembako. Namun,
ini lah kenyataanya, dan kenapa ini bisa terjadi?
Pertama, Indonesia yang dulunya negara agraris telah berubah menjadi negara Industrialis,
sehinggah habisnya lahan-lahan pertanian akibat lahirnya perusahaan baru yang menyebabkan
lahan pertanian menjadi perkebunan.
Ketiga, adanya faktor asing dengan UU No. 25 Tahun 2007 tentang penanaman modal asing
untuk mengelolah segala sumberdaya alam Indonesia seperti pertambangan, perkebuna,
pertanian, dan perminyakan. Dengan ketentuan hasil Indonesia 20% dan asing 80%. Jadi tidak
heran apabila Indonesia sering kekurangan beras dan minyak, yang mengakibatkan bahan-bahan
pokok pun membumbung tinggi. Akibatnya secara perlahan Indonesia telah diakuisisi.