Kel. 2 Asuhan Keperawatan Anak Diare Akut

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 69

LAPORAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. I DENGAN GANGGUAN SISTEM


PENCERNAAN : DIARE AKUT DI RUANG PAVILIUN KEMUNING
ATAS RSUD KABUPATEN TANGERANG

(Laporan Ini Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktik Klinik
Keperawatan Anak Profesi )

Disusun oleh :

Fifi Maghfiroh P27905121013 Iwan Setiawan P27905121020


Fitri Purnamasari P27905121014 Leres Margiati P27905121021
Fiyan Fitri Yanayir P27905121015 Lula Pangestu P27905121022
Gadis Intanovia.A P27905121016 Mery Safitri P27905121023
Iman Sadewa P27905121017 Mitha Ayuningsih P27905121024
Indri Emalia Putri.A P27905121018 Muhammad Fuad P27905121025
Ines P27905121019

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN

JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur senantiasa penyusun panjatkan kepada Tuhan yang
Maha Esa yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kelompok
dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan Pada An. I Dengan Gangguan Sistem
Pencernaan : Diare Akut Di Ruang Paviliun Kemuning Atas Rsud Kabupaten
Tangerang.

Selama proses penyusunan laporan ini, penyusun banyak mendapatkan

dukungan serta bantuan dari berbagai pihak, ditengah kondisi wabah Covid-19

sehingga diharuskan untuk beradaptasi dengan keadaan yang tidak seperti

biasanya, baik dalam penyusunan laporan maupun proses bimbingan yang

dijalani. Oleh karena itu, kelompok menyampaikan terimakasih kepada seluruh

pihak yang telah berperan dalam penyusunan laporan ini yang tidak dapat

disebutkan satu persatu.

Oleh karena itu penyusun mengharapkan agar laporan ini berjalan sesuai

dengan tujuan yang dimaksud. Semoga tujuan dari laporan ini dapat berguna dan

membantu menambah wawasan bagi pembacanya. Maka dari itu kelompok

mengharapkan saran-saran dan kritik yang membangun guna untuk perbaikan dan

penyempurnaan laporan ini.

Tangerang, November 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................... i
Daftar Isi.......................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan........................................................................................ 1
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 3
C. Tujuan................................................................................................... 3
BAB II Tinjauan Teori................................................................................... 4
A. Konsep Diare........................................................................................ 4
B. Masalah Keperawatan........................................................................... 17
C. Konsep Asuhan Keperawatan Anak Dengan Diare.............................. 27
BAB III Asuhan Keperawatan...................................................................... 11
A. Pengkajian............................................................................................. 35
B. Analisa Data.......................................................................................... 49
C. Diagnosa Keperawatan......................................................................... 51
D. Intervensi Keperawatan........................................................................ 51
E. Implementasi Keperawatan................................................................... 54
F. Evaluasi Keperawatan........................................................................... 57
BAB IV Penutup............................................................................................. 60
A. Simpulan............................................................................................... 60
B. Saran..................................................................................................... 61
Daftar Pustaka................................................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diare adalah salah satu penyakit yang masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat di negara-negara berkembang (Raini, 2016). Diare
masih menjadi suatu problematika dan masalah bagi kesehatan masyarakat
di negara berkembang terutama di Indonesia. Angka mortalitas, morbiditas
dan insidennya cenderung meningkat (Kementerian Kesehatan RI, 2011).
Berdasarkan karakteristik penduduk, kelompok umur balita adalah
kelompok yang paling tinggi menderita diare (Riset Kesehatan Dasar,
2013). Secara global, ada hampir 1,7 miliar kasus penyakit diare pada anak
setiap tahun (WHO, 2017). Kasus diare di Indonesia pada tahun 2016
sebanyak 2.544.084. Di Wilayah Jawa Tengah diperkirakan terdapat
911.901 kasus diare, sedangkan kasus diare yang sudah ditangani
sebanyak 95.635 kasus (Kementerian Kesehatan RI, 2017). Di Daerah
Kota Surakarta sendiri pada tahun 2016 jumlah diare sebanyak 11.183
kasus. Data dari Dinas Kesehatan Kota Surakarta menunjukkan bahwa
angka penyakit diare di Puskesmas Jayengan mengalami peningkatan,
sebanyak 906 kasus di tahun 2015, sedangkan di tahun 2016 terdapat 944
kasus (Dinas Kesehatan Surakarta, 2017).
Diare disebabkan beberapa faktor, antara lain Karena kesehatan
lingkungan yang belum memadai, keadaan gizi yang belum memuaskan,
keadaan sosial ekonomi dan perilaku masyarakat yang secara langsung
atau 2 tidak langsung mempengaruhi terjadinya diare. Selain itu, diare juga
bisa disebabkan karena makanan yang tidak sehat atau makanan yang
diproses dengan cara yang tidak bersih sehingga terkontaminasi bakteri
penyebab diare seperti Salmonella, Shigella dan Campylobacter jejuni
(Purwaningdyah, 2015).
Penyakit diare sering menyerang pada anak-anak dari pada dewasa
dikarenakan daya tahan tubuhnya yang masih lemah. Namun masih

1
banyak ibu yang belum cukup mampu memberikan penanganan yang baik,
hal ini dikarenakan pengetahuan tentang penanganan diare pada anak
masih rendah sehingga akan mempengaruhi sikap ibu dalam penanganan
diare pada anaknya. Peran ibu dalam melakukan penatalaksanaan terhadap
diare diperlukan suatu pengetahuan karena pengetahuan merupakan salah
satu komponen faktor predisposisi yang penting. Peningkatan pengetahuan
tidak selalu menyebabkan terjadinya perubahan sikap, tetapi mempunyai
hubungan yang positif, yaitu dengan peningkatan pengetahuan maka dapat
terjadi perubahan sikap (Farida, 2016).
Pada negara berkembang diare berkaitan dengan kurangnya pasokan
air bersih, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang sanitasi dan
hygiene (khususnya kebiasaan mencuci tangan dengan sabun) serta
kondisi kesehatan dan status gizi yang kurang baik (Raini, 2016).
Kebersihan anak maupun kebersihan lingkungan memegang peranan
penting pada tumbuh kembang anak baik fisik maupun psikisnya.
Kebersihan anak yang kurang, akan 3 memudahkan terjadinya penyakit
cacingan dan diare pada anak (Tabuwun, 2015).
Tanda dan gejala diare mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng,
gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak
ada, kemudian timbul diare. Diare yang semakin parah menyebabkan tinja
menjadi cair disertai lendir atau darah. Warna tinja makin lama berubah
mejadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu. Anus dan daerah
sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin
asam sebagai akibat semakin banyaknya asam laktat yang berasal dari
laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus selama diare (Ariani,
2016).Penyakit diare juga dapat menyebabkan kematian jika dehidrasi
tidak diatasi dengan tepat. Dehidrasi dapat terjadi karena usus bekerja
tidak optimal sehingga sebagian besar air dan zat-zat yang terlarut di
dalamnya keluar bersama feses sampai akhirnya tubuh kekurangan cairan
atau dehidrasi (Kurniawati, 2016).

2
Pemberian intervensi memiliki pengaruh yang signifikan, hal tersebut
dibuktikan dengan manajemen diare ditatanan rumah tangga berpengaruh
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam penanganan diare
anak. Peningkatan pengetahuan pada orang tua dalam mengasuh anak
secara spesifik dapat membantu orang tua dalam merubah kebiasaan untuk
mengimplementasikan perubahan dalam lingkungan keluarga. Perubahan
perilaku yang terjadi adalah sebuah proses belajar untuk orang tua agar
meningkatkan pengetahuan dalam menangani diare pada anak
dilingkungan keluarga (Rahmawati, dkk 2017).
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Penerapan Asuhan Keperawatan pada anak dengan kasus
Diare Akut di Ruang Rawat Anak Anyelir Atas RSU Kabupaten
Tangerang pada tahun 2021 ?
C. Tujuan
1. Mampu mendeskripsikan pengkajian pada anak dengan kasus dengan
kasus Diare Akut di Ruang Rawat Anak Anyelir Atas RSU Kabupaten
Tangerang pada tahun 2021.
2. Mampu mendeskripsikan masalah keperawatan pada anak dengan
kasus dengan kasus Diare Akut di Ruang Rawat Anak Anyelir Atas
RSU Kabupaten Tangerang pada tahun 2021.
3. Mampu mendeskripsikan intervensi keperawatan pada anakdengan
kasus dengan kasus Diare Akut di Ruang Rawat Anak Anyelir Atas
RSU Kabupaten Tangerang pada tahun 2021.
4. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada anakdengan
kasus dengan kasus Diare Akut di Ruang Rawat Anak Anyelir Atas
RSU Kabupaten Tangerang pada tahun 2021.
5. Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada anak dengan
kasus dengan kasus Diare Akut di Ruang Rawat Anak Anyelir Atas
RSU Kabupaten Tangerang pada tahun 2021.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Diare


1. Pengertian
Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan berubahnya bentuk
tinja dengan intensitas buang air besar secara berlebihan lebih dari 3 kali
dalam kurun waktu satu hari (Prawati & Haqi, 2019). Diare adalah kondisi
dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair,
bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali
atau lebih) dalam satu hari (Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan
Penyehatan Lingkungan, 2011).
Berdasarkan beberapa pengertian dapat disimpulkan diare adalah
suatu keadaan dimana terjadi pola perubahan BAB lebih dari biasanya (> 3
kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja lebih encer atau berair dengan
atau tanpa darah dan tanpa lendir.
2. Etiologi
Etiologi pada diare menurut Yuliastati & Arnis (2016) ialah :
a. Infeksi enteral yaitu adanya infeksi yang terjadi di saluran pencernaan
dimana merupakan penyebab diare pada anak, kuman meliputi infeksi
bakteri, virus, parasite, protozoa, serta jamur dan bakteri.

4
b. Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain diluar alat
pencernaan seperti pada otitis media, tonsilitis, bronchopneumonia serta
encephalitis dan biasanya banyak terjadi pada anak di bawah usia 2
tahun.
c. Faktor malabsorpsi, dimana malabsorpsi ini biasa terjadi terhadap
karbohidrat seperti disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa),
monosakarida intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa), malabsorpsi
protein dan lemak.
d. Faktor Risiko
Menurut Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan
Lingkungan (2011) faktor risiko terjadinya diare adalah:
1) Faktor perilaku yang meliputi :
a) Tidak memberikan air susu ibu/ASI (ASI eksklusif), memberikan
makanan pendamping/MP, ASI terlalu dini akan mempercepat
bayi kontak terhadap kuman.
b) Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena
penyakit diare karena sangat sulit untuk membersihkan botol
susu.
c) Tidak menerapkan kebiasaan cuci tangan pakai sabun sebelum
memberi ASI/makan, setelah buang air besar (BAB), dan setelah
membersihkan BAB anak.
d) Penyimpanan makanan yang tidak higienis.
2) Faktor lingkungan antara lain:
a) Ketersediaan air bersih yang tidak memadai, kurangnya
ketersediaan mandi cuci kakus (MCK).

1
3. Anatomi Fisiologi Pencernaan

Gambar 2.1
Anatomo Fisiologi Pencernaan
Sumber : (Syaifuddin, 2016)

Menurut Syaifudin (2016) secara umum susunan saluran


pencernaan terdiri dari mulut, faring, esophagus (kerongkongan),
lambung, usus halus dan usus besar. Fungsi utama system pencernaan
adalah menyediakan zat nutrien yang sudah dicerna secara
berkesinambungan, untuk didistribusikan ke dalam sel melalui sirkulasi
dengan unsur-unsur (air, elektrolit, dan zat gizi). Sebelum zat ini diperoleh
tubuh makanan harus berjalan/bergerak sepanjang saluran pencernaan.

a. Mulut
Mulut merupakan organ yang pertama dari saluran pencernaan
yang meluas dari bibir sampai ke istmus fausium yaitu perbatasan
antara mulut dengan faring, terdiri dari :

2
1) Vestibulum oris
Bagian diantara bibir dan pipi di luar, gusi dan gigi bagian
dalam. Bagian atas dan bawah vestibulum dibatasi oleh lipatan
membran mukosa bibir, pipi dan gusi. Pipi membentuk lateral
vestibulum, disusun oleh M. buksinator ditutupi oleh fasia
bukofaringealis, berhadapan dengan gigi molar kedua. Bagian atas
terdapat papilla kecil tempat bermuaranya duktus glandula parotis.
Bagian diantara arkus alveolaris, gusi, dan gigi, memiliki atap yang
dibentuk oleh palatum durum (palatum keras) bagian depan,
palatum mole (palatum lunak) bagian belakang. Dasar mulut
sebagian besar dibentuk oleh anterior lidah dan lipatan balik
membrane mukosa. Sisa lidah pada gusi diatas mandibula. Garis
tengah lipatan membrane mukosa terdapat frenulum lingua yang
menghubungkan permukaan bawah lidah dengan dasar mulut. Di
kiri dan kanan frenulum lingua terdapat papila kecil bagian
puncaknya bermuara duktus duktus glandula submandibularis.
1) Gigi
Gigi memliki fungsi untuk mengunyah makanan,
pemecahan partikel besar menjadi partikel kecil yang dapat ditelan
tanpa menimbulkan tersedak. Proses ini merupakan proses
mekanik pertama yang dialami makanan pada waktu melalui
saluran pencernaan dengan tujuan menghancurkan makanan,
melicinkan, dan membasahi makanan yang kering dengan saliva
serta mengaduk makan sampai rata.
2) Lidah
Lidah terdapat dalam kavum oris, merupakan susunan otot serat
lintang yang kasar dilengkapi dengan mukosa. Lidah berperan
dalam proses mekanisme pencernaan di mulut dengan
menggerakkan makanan ke segala arah. Bagian-bagian lidah
adalah pangkal lidah dan ujung lidah.
b. Faring

3
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga
mulut dengan kerongkongan panjangnya kira kira 12 cm,
terbentang tegak lurus antara basis kranii setinggi vertebrae
servikalis VI, kebawah setinggi tulang rawan krikodea. Faring
dibentuk oleh jaringan yang kuat (jaringan otot melingkar), organ
terpenting didalamnya adalah tonsil yaitu kumpulan kelenjar limfe
yang banyak mengandung limfosit. Untuk mempertahankan tubuh
terhadap infeksi, menyaring dan mematikan bakteri/mikrorganisme
yang masuk melalui jalan pencernaan dan pernapasan. Faring
melanjutkan diri ke esophagus untuk pencernaan makan.
c. Esofagus
Merupakan saluran pencernaan setelah mulut dan faring.
Panjangnya kira kira 25 cm. posisi vertical dimulai dari bagian tengah
leher bawah faring sampai ujung bawah rongga dada dibelakang
trakea. Pada bagian dalam di belakang jantung menembus diafragma
sampai rongga dada. Fundus lambung melewati persimpangan sebelah
kiri diafragma. Lapisan dinding esophagus dari dalam ke luar
meliputi : lapisan selaput selaput lendir, lapisan mukosa, lapisan otot
melingkar, dan lapisan otot memanjang.
d. Lambung
Merupakan sebuah kantong muskuler yang letaknya antara esophagus
dan usus halus, sebelah kiri abdomen, dibawah diafragma bagian
depan pankreas dan limpa. Lambung merupakan saluran yang dapat
mengembang karena adanya gerakan peristaltik terutama di daerah
epigaster. Variasi dari bentuk lambung sesuai dengan jumlah makanan
yang masuk, adanya gelombang peristaltic tekanan organ lain dan
postur tubuh. Bagian-bagian dari lambung terdi dari Fundus ventrikuli,
Korpus ventrikuli, Antrum pylorus, Kurvatura minor, Kurvatura
mayor dan
Ostium kardia.
Fungsi lambung :

4
1) Secara mekanis : menyimpan, mencampur dengan secret
lambung, dan mengeluarkan kimus kedalam usus.
Pendorogan makanan terjadi secara gerakan peristaltic
setiap 20 detik.
2) Secara kimiawi : bolus dalam lambung akan dicampur
dengan asam lambung dan enzim-enzim bergantung jenis
makanan enzim yang dihasilkan antara lain pepsin, HCL,
renin, dan lapisan lambung.
3) Lambung menghasilkan zat factor intrinsic bersama
dengan factor ekstrinsik dari makanan, membentuk zat
yang disebut anti-anemik yang berguna untuk pertukaran
trotrosit yang disimpan dalam hati.
e. Usus halus
Usus halus merupakan bagian dari system pencernaan yang
berpangkal pada pylorus dan berakhir pada sekum. Panjangnya kira-
kira 6 meter, merupakan saluran pencernaan yang paling panjang dari
tempat proses pencernaan dan absorbs pencernaan. Bentuk dan
susunannya berupa lipatan-lipatan melingkar. Makanan dalam
intestinum minor dapat masuk karena adanya gerakan dan
memberikan permukaan yang lebih halus. Banyak jonjot-jonjot tempat
absorsi dan memperluas permukaannya. Pada ujung dan pangkalnya
terdapat katup. Usus halus terdiri dari duodenum, jejunum, ileum.
Fungsi usus halus yaitu menyekresi cairan usus, menerima cairan
empedu dan pangkreas melalui duktus kholedukus dan duktus
pankreatikus, mencerna makanan, mengabsorsi air garam dan vitamin,
protein dalam bentuk asam amino, karbohidrat dalam monoksida, dan
menggerakan kandungan usus.
f. Usus besar
Usus besar merupakan saluran pencernaan berupa usus
berpenampang luas atau berdiameter besar dengan panjang kira-kira
1,51,7 meter dan penampang 5-5cm. Lanjutan dari usus harus yang

5
tersusun seperti huruf U terbalik mengelilingi usus halus terbentang dari
valvula iliosekalis sampai anus.
Lapisan usus besar dari dalam keluar terdiri dari lapisan selaput
lendir atau (mukosa), lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang,
dan lapisan jaringan ikat. Bagian dari usus besar terdiri dari sekum,
kolon asendens, kolon transversum, kolon desendens dan kolon
sigmoid. Fungsi usus besar adalah sebagi berikut :
1) Menyerap air dan elektrolit, untuk kemudian sisa massa
membentuk massa yang lembek yang disebut feses.
2) Menyimpan bahan feses.
3) Tempat tinggal bakteri koli.

4. Patofisiologi
Berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya diare di antaranya karena
faktor infeksi dimana proses ini diawali dengan masuknya
mikroorganisme ke dalam saluran pencernaan kemudian berkembang
dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan usus.
Berikutnya terjadi perubahan dalam kapasitas usus sehingga menyebabkan
gangguan fungsi usus dalam mengabsorpsi (penyerapan) cairan dan
elektrolit. Dengan adanya toksis bakteri maka akan menyebabkan
gangguan sistem transpor aktif dalam usus akibatnya sel mukosa
mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit meningkat.
Faktor malaborpsi merupakan kegagalan dalam melakukan absorpsi yang
mengakibatkan tekanan osmotic meningkat sehingga terjadi pergeseran
cairan dan elektrolit ke dalam usus yang dapat meningkatkan rongga usus
sehingga terjadi diare. Pada factor makanan dapat terjadi apabila toksin
yang ada tidak diserap dengan baik sehingga terjadi peningkatan dan
penurunan peristaltic yang mengakibatkan penurunan penyerapan
makanan yang kemudian terjadi diare.

6
5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis anak diare menurut Wijayaningsih (2013) adalah
sebagai berikut :
a. Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat,
nafsu makan berkurang.
b. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang
disertai wial dan wiata.
c. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur
dengan empedu.
d. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi
lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
e. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elastisitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung membrane mukosa kering dan
disertai penurunan berat badan.
f. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat, tekanan daran
menurun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran
menurun (apatis,samnolen,spoor,komatus) sebagai akibat
hipovokanik.
g. Diueresis berkurang (oliguria sampai anuria).
h. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan
pernafasan cepat dan dalam.
Sedangkan manifestasi klinis menurut Elin (2009) dalam Nuraarif &
Kusuma (2015) yaitu :
a. Diare Akut
1) Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset
2) Onset yang tak terduga dari buang air besar encer, gas- gas dalam
perut, rasa tidak enak, nyeri perut
3) Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada
perut
4) Demam
b. Diare Kronik

7
1) Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang
2) Penurunan BB dan nafsu makan
3) Demam indikasi terjadi infeksi
4) Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardia, denyut lemah.
Bentuk Klinis diare dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.1 Bentuk klinis diare

Diagnosa Didasarkan pada keadaan

Diare cair akut - Diare lebih dari 3 kali sehari berlangsung


kurang dari 14 hari
- Tidak mengandung darah
Kolera - Diare yang sering dan banyak akan cepat
menimbulkan dehidrasi berat, atau
- Diare dengan dehidrasi berat selama terjadi
KLB kolera, atau
- Diare dengan hasil kultur tinja positif untuk
V.
Cholera 01 atau 0139

Disentri - Diare berdarah ( terlihat atau dilaporkan )

Diare persisten - Diare berlangsung selama 14 hari atau lebih

Diare dengan - Diare apapun yang disertai gizi buruk


gizi buruk

Diare terkait - Mendapat pengobatan antibiotikoral spectrum


antibiotika luas
(Antibiotic
Associated

Diarrhea)

Invaginasi - Dominan darah dan lender dalam tinja


- Massa intra abdominal ( abdominal mass)

8
- Tangisan keras dan kepucatan pada bayi
Sumber: Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi, 2015
Klasifikasi tingkat dehidrasi anak dengan diare dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut :
Tabel 2.2 Klasifikasi tingkat dehidrasi anak dengan diare

Klasifikasi Tanda-tanda atau gejala Pengobatan

Dehidrasi Terdapat 2 atau lebih - Beri cairan untuk diare


berat tanda : dengan dehidrasi berat

- Letargis/tidak sadar
- Mata kecung
- Tidak bisa minum atau
malas minum
- Cubitan kulit perut
kembali sangat ( ≥ 2
detik)
Dehidrasi Terdapat 2 atau lebih - Beri anak cairan dengan
ringan atau tanda : makanan untuk
sedang dehidrasi ringan
- Rewel, gelisah
- Setelah rehidrasi,
- Mata cekung
nasehati ibu untuk
- Minum dengan lahap,
penanganan di rumah
haus
dan kapan kembali
- Cubitan kulit kembali
segera
dengan lambat
Tanpa - Tidak terdapat cukup - Beri cairan dan makanan
dehidrasi tanda untuk untuk menangani diare
diklasifikasikan sebagai di
dehidrasi ringan atau berat rumah

- Nasehati ibu kapan


kembali segera

9
- Kunjungan ulang dalam
waktu 5 hari jika tidak
membaik
Sumber : Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi, 2015

6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nuraarif & Kusuma (2015) pemeriksaan penunjang pada diagnos
medis diare adalah :
a. Pemeriksaan tinja meliputi pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis,
Ph dan kadar gula dalam tinja, dan resistensi feses (colok dubur).
b. Analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan
keseimbangan asam basa.
c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
d. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na,K,kalsium dan Prosfat.
7. Penatalaksanaan
Menurut Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan
Lingkungan (2011) program lima langkah tuntaskan diare yaitu:
a. Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah.
Oralit merupakan campuran garam elektrolit, seperti natrium
klorida (NaCl), kalium klorida (KCl), dan trisodium sitrat hidrat,
serta glukosa anhidrat. Oralit diberikan untuk mengganti cairan dan
elektrolit dalam tubuh yang terbuang saat diare. Walaupun air
sangat penting untuk mencegah dehidrasi, air minum tidak
mengandung garam elektrolit yang diperlukan untuk
mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga
lebih diutamakan oralit. Campuran glukosa dan garam yang
terkandung dalam oralit dapat diserap dengan baik oleh usus
penderita diare.
Sejak tahun 2004, WHO/UNICEF merekomendasikan Oralit
dengan osmolaritas rendah. Berdasarkan penelitian dengan Oralit
osmolaritas rendah diberikan kepada penderita diare akan:

10
a. Mengurangi volume tinja hingga 25%
b. Mengurangi mual muntah hingga 30%
c. Mengurangi secara bermakna pemberian cairan melalu
intravena sampai 33%.
Aturan pemberian oralit menurut banyaknya cairan yang hilang,
derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan :
1) Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2,5%
Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret
Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret
Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret
2) Dehidrasi ringan bia terjadi penurunan berat badan 2,5%-5%
Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kgbb dan
selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa
dehidrasi.
3) Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 5-10%
Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke
Puskesmas. Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus
diberikan dengan sendok dengan cara 1 sendok setiap 1 sampai 2
menit. Pemberian dengan botol tidak boleh dilakukan. Anak yang
lebih besar dapat minum langsung dari gelas. Bila terjadi muntah
hentikan dulu selama 10 menit kemudian mulai lagi perlahan-lahan
misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit. Pemberian cairan ini
dilanjutkan sampai dengan diare berhenti.
b. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
Zinc merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting untuk kesehatan
dan pertumbuhan anak. Zinc yang ada dalam tubuh akan menurun dalam
jumlah besar ketika anak mengalami diare. Untuk menggantikan zinc yang
hilang selama diare, anak dapat diberikan zinc yang akan membantu
penyembuhan diare serta menjaga agar anak tetap sehat. Zinc merupakan salah
satu zat gizi mikro yang penting untuk kesehatan dan pertumbuhan anak. Zinc
yang ada dalam tubuh akan menurun dalam jumlah besar ketika anak

11
mengalami diare. Untuk menggantikan zinc yang hilang selama diare, anak
dapat diberikan zinc yang akan membantu penyembuhan diare serta menjaga
agar anak tetap
sehat.
Obat Zinc merupakan tablet dispersible yang larut dalam waktu sekitar 30
detik. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut dengan dosis
sebagai berikut:
1) Balita umur < 6 bulan: 1/2 tablet (10 mg)/ hari
2) Balita umur ≥ 6 bulan: 1 tablet (20 mg)/ hari
c. Pemberian Makan
Memberikan makanan selama diare kepada balita (usia 6 bulan ke atas)
penderita diare akan membantu anak tetap kuat dan tumbuh serta
mencegah berkurangnya berat badan. Sering sekali balita yang terkena
diare jika tidak diberikan asupan makanan yang sesuai umur dan bergizi
akan menyebabkan anak kurang gizi. Bila anak kurang gizi akan
meningkatkan risiko anak terkena diare kembali. Oleh karena perlu
diperhatikan:
1) Bagi ibu yang menyusui bayinya, dukung ibu agar tetap menyusui
bahkan meningkatkan pemberian ASI selama diare dan selama masa
penyembuhan (bayi 0 – 24 bulan atau lebih).
2) Dukung ibu untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayi berusia
06 bulan, jika bayinya sudah diberikan makanan lain atau susu
formula berikan konseling kepada ibu agar kembali menyusui
eksklusif. Dengan menyusu lebih sering maka produksi ASI akan
meningkat dan diberikan kepada bayi untuk mempercepat
kesembuhan karena ASI memiliki antibodi yang penting untuk
meningkatkan kekebalan tubuh bayi.
3) Anak berusia 6 bulan ke atas, tingkatkan pemberian makan.
Makanan Pendamping ASI (MP ASI) sesuai umur pada bayi 6 – 24
bulan dan sejak balita berusia 1 tahun sudah dapat diberikan
makanan keluarga secara bertahap.

12
4) Setelah diare berhenti pemberian makanan ekstra diteruskan selama
2. minggu untuk membantu pemulihan berat badan anak.
d. Antibiotik Selektif
Antibiotik hanya diberikan jika ada indikasi, seperti diare berdarah atau
diare karena kolera, atau diare dengan disertai penyakit lain. Efek
samping dari penggunaan antibiotik yang tidak rasional adalah
timbulnya gangguan fungsi ginjal, hati dan diare yang disebabkan oleh
antibiotik.
e. Nasihat kepada orang tua/pengasuh
Berikan nasihat dan cek pemahaman ibu/pengasuh tentang cara
pemberian Oralit, Zinc, ASI/makanan dan tanda-tanda untuk segera
membawa anaknya ke petugas kesehatan jika anak:
1) Buang air besar cair lebih sering
2) Muntah berulang-ulang
3) Mengalami rasa haus yang nyata
4) Makan atau minum sedikit
5) Demam
6) Tinjanya berdarah
7) Tidak membaik dalam 3 hari

B. Masalah Keperawatan
1. Pengertian Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya
baik yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis keperawatan
bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan
komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (PPNI, 2017).
2. Komponen Masalah Keperawatan
Dalam konsep masalah keperawatan menurut PPNI (2017) terdapat dua
komponen utama yaitu masalah (problem) atau label diagnosis dan

13
indikator diagnostik. Dalam perumusan masalah keperawatan pada dibagi
menjadi 3 yaitu aktual, risiko, dan potensial.
Masing-masing komponen diagnosis diuraikan sebagai berikut :
a. Masalah (Problem)
Masalah merupakan label diagnosis keperawatan yang menggambarkan
inti dari respons klien terhadap kondisi kesehatan atau proses
kehidupannya. Label diagnosis terdiri atas Deskriptor atau penjelas dan
fokus diagnostik.
b. Indikator Diagnostik
Indikator diagnostik terdiri atas penyebab, tanda/gejala, dan faktor risiko
dengan uraian sebagai berikut :
1) Penyebab (Etiology) merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan status perubahan status kesehatan.
Etiologi dapat mencakup empat kategori yaitu : 1) fisiologis,
biologis atau psikologis; 2) efek samping terapi/tindakan; 3)
situasional (lingkungan antar personal); dan 4) maturasional.
2) Tanda (sign) dan Gejala (Symptom) . Tanda merupakan data
objektif yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium dan prosedur diagnostic, sedangkan
gejala merupakan data subjektif yang diperoleh dari hasil
anamnesis.
Tanda/ gejala dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu :
a) Mayor : tanda/gejala ditemukan sekitar 80% - 100% untuk
validasi diagnosis.
b) Minor : Jika ditemukan dapat mendukung penegakkan diagnosia.
c. Faktor Yang Berhubungan
Faktor yang berhubungan atau kondisi klinis yang terkait atau penyebab
pada masalah keperawatan merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi
perubahan status kesehatan yang mencakup empat kategori yaitu : a.
fisiologis, biologis, psikologis; b. efek terapi atau tindakan; c. situasional
(lingkungan atau personal maturasional (PPNI, 2017).

14
3. Pathway Diare

infeksi makanan
Psikologi

Berkembang di Ansietas
usus (D0080)

15
Hipersekresi air Hiperperistaltik
& elektrolit Malabsorbsi
KH,Lemak,
Penyerapan protein
Isi usus makanan
diusus menurun Meningkatkan
tekanan
osmotik

Pergeseran air
dan
elektrolit ke usus
Diare (D0020)

Frekuensi BAB Mual muntah


meningkat

Nafsu makan
menurun
Hilang cairan & Gg Integritas Kulit
elektrolit berlebihan (D0129)

Defisit Nutrisi
Gangguan keseimbangan Asidosis metabolik (D0019)
cairan & elektrolit
Sesak
Dehidrasi

Gangguan pertukaran gas (D0003)

Hipovolemia Risiko syok (D0039)


(0023)

Bagan 2.1 Patway Diare


Sumber : Nurarif & Kusuma (2016 ) ; PPNI (2017)
4. Masalah Keperawatan Pada Klien Diare
Konsep masalah keperawatan meliputi definisi, kriteria masalah, dan
faktor yang berhubungan, berikut ini merupakan penjelasan dari masalah
- masalah keperawatan pada penyakit diare :

16
a. Gangguan Pertukaran Gas (D.0003)
1) Definisi
Gangguan pertukaran gas adalah kelebihan atau kekurangan
oksigenasi dan atau eliminasi karbondioksida pada membran
alveolus-kapiler
2) Penyebab
Ketidakseimbangan ventliasi-perfusi
3) Kriteria Mayor dan Minor Kriteria Mayor :
a) Subjektif : Dispnea
b) Objektif :
(1) Penurunan/Peningkatan PCO2
(2) PO2 menurun
(3) Takikardia
(4) pH arteri meningkat/menurun
(5) Bunyi napas tambahan
Kriteria Minor :
a) Subjektif :
(1) Pusing
(2) Penglihatan Kabur
b) Objektif :
(1) Sianosis
(2) Diaforesis
(3) Gelisah
(4) Napas Cuping Hidung
(5) Pola napas abnormal
(6) Warna kulit abnormal
(7) Kesadaran Menurun

b. Diare (D.0020)
1) Pengertian

17
Diare merupakan pengeluaran feses yang sering, lunak dan
tidak berbentuk
2) Penyebab
a. Fisiologis : Proses infeksi
b. Psikologis : Kecemasan, dan tingkat stress tinggi
c. Situasional :Terpapar kontaminan, terpapar toksin,
penyalahgunaan laksatif, penyalahgunaan zat, program
pengobatan (mis: agen tiroid, analgesik, pelunak feses,
ferosulfat, antasida, cimetidine dan antibiotik), perubahan
air, makanan dan bakteri pada air
3) Kriteria Mayor dan Kriteria Minor
Kriteria Mayor
a. Subjektif : -
b. Objektif :
(1) Defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam
(2) Feses lembek atau cair
Kriteria Minor :
a) Subjektif :
(1) Urgency
(2) Nyeri/ kram abdomen
b) Objektif :
(1) Frekuensi peristaltic meningkat
(2) Bising usus hiperaktif
c. Hipovolemia (D.0023)
1) Pengertian
Hipovolemi merupakan penurunan volume cairan
intravaskuler, interstisiel dan /atau intraseluler.
2) Penyebab
a) Kehilangan cairan aktif
b) Kekurangan intake cairan
3) Kriteria Mayor dan Minor Kriteria Mayor

18
a) Subjektif : -
b) Objektif :
(1) Frekuensi nadi meningkat
(2) Nadi teraba lemah
(3) Tekanan darah menurun
(4) Tekanan nadi menyempit
(5) Turgor kulit menurun
(6) Membran mukosa kering
(7) Volume urin menurun
(8) Hematokrit meningkat
Kriteria Minor :
a) Subjektif :
(1) Merasa lemah
(2) Merasa haus
b) Objektif :
(1) Pengisian vena menurun
(2) Status mental berubah
(3) Suhu tubuh meningkat
(4) Konsentrasi urin meningkat
(5) Berat badan turun tiba-tiba
d. Gangguan Integritas Kulit (D.0129)
1) Pengertian
Gangguan integritas kulit merupakan kerusakan kulit (dermis
dan/atau epidermis) atau jaringan (membran mukosa, kornea,
fasia, otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi, dan/atau
ligamen)
2) Penyebab
a) Perubahan sirkulasi
b) Penurunan mobilitas
c) Faktor mekanis (gesekan)

19
d) Kurang terpapar informasi tentang upaya
mempertahankan/ melindungi integritas jaringan
3) Kriteria Mayor dan Minor
Kriteria Mayor
a) Subjektif :-
b) Objektif :
(1) Kerusakan jaringan dan atau lapisan kulit
Kriteria Minor :
a) Subjektif :-
b) Objektif :
(1) Nyeri
(2) Perdarahan
(3) Kemerahan
(4) Hematoma
e. Defisit Nutrisi (D.0019)
1) Pengertian
Defisit nutrisi merupakan asupan nutrisi tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme.
2) Penyebab
a) Kurangnya asupan makanan
b) Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
c) Faktor psikologis (mis: stress, keengganan untuk
makan)
3) Kriteria Mayor dan Minor
Kriteria Mayor
a) Subjektif :-
b) Objektif :
(1) Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang
ideal Kriteria
Minor :
a) Subjektif :

20
(1) Cepat kenyang setelah makan
(2) Kram/nyeri abdomen
(3) Nafsu makan menurun
b) Objektif :
(1) Bising usus hiperaktif
(2) Otot pengunyah lemah
(3) Otot menelan lemah
(4) Membrane mukosa pucat
(5) Sariawan
(6) Serum albumin turun
(7) Rambut rontok berlebihan
(8) Diare

f. Risiko Syok (D.0039)


1) Pengertian
Risiko syok merupakan risiko untuk mengalami
ketidakcukupan aliran darah ke jaringan tubuh, yang dapat
mengakibatkan disfungsi seluler yang mengancam jiwa.
2) Faktor Risiko
a) Hipotensi
b) Kekurangan volume cairan

g. Ansietas (D.0080)
1) Pengertian
Ansietas merupakan kondisi emosi dan pengalaman
subyektif individu terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik
akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu
melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.
2) Penyebab
a) Ancaman terhadap kondisi diri
b) Hubungan orangtua-anak tidak memuaskan

21
c) Terpapar bahaya lingkungan (mis: toksin, polutan dan
lainlain)
d) Kurang terpapar informasi
3) Kriteria Mayor dan Minor
Kriteria Mayor
a) Subjektif :
(1) Merasa bingung
(2) Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang
dihadapi
(3) Sulit berkonsentrasi
b) Objektif :
(1) Tampak gelisah
(2) Tampak tegang
(3) Sulit tidur Kriteria Minor :
a) Subjektif :
(1) Mengeluh pusing
(2) Anoreksia
(3) Palpitasi
(4) Merasa tidak berdaya
b) Objektif :
(1) Frekuensi napas meningkat
(2) Frekuensi nadi meningkat
(3) Tekanan darah meningkat
(4) Diaforesisi
(5) Tremor
(6) Muka tampak pucat
(7) Suara bergetar
(8) Kontak mata buruk
(9) Sering berkemih
(10) Berorientasi pada masa lalu

22
C. Konsep Asuhan Keperawatan Anak Dengan Diare
Dalam proses keperawatan, asuhan keperawatan dibagi menjadi 5 tahap yaitu:
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses
keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam
pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien.
Pengkajian keperawatan merupakan dasar pemikiran dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.
Pengkajian yang lengkap, dan sistematis sesuai dengan fakta atau
kondisi yang ada pada klien sangat penting untuk merumuskan suatu
diagnosa keperawatan dan dalam memberikan asuhan keperawatan
sesuai dengan respon individu ( Olfah & Ghofur, 2016 ).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis
mengenai respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang dialaminya baik berlangsung aktual maupun potensial.
Diagnosa keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien
individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan
dengan kesehatan. Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada
kasus diare menurut Nuraarif&Kusuma (2015) dan PPNI (2017)
sebagai berikut :
a. Gangguan pertukaran gas
b. Diare
c. Hipovolemi
d. Gangguan integritas kulit
e. Defisit nutrisi
f. Risiko syok
g. Ansietas

23
3. Intervensi Keperawatan
Menurut PPNI (2018) Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang
dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian
klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan PPNI (2019).
Adapun intervensi yang sesuai dengan penyakit diare adalah sebagai berikut :
a. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolar-kapiler.
1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan
pertukaran gas pasien meningkat dengan kriteria hasil :
a) Pola nafas membaik
b) Warna kulit membaik
c) Sianosis membaik
d) Takikardia membaik
2) Intervensi
Obsevasi
a) Monitor frekuensi,irama,dan kedalaman upaya nafas
b) Monitor pola nafas
c) Monitor saturasi oksigen
d) Monitor nilai analisa gas darah
Terapeutik
a) Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
a) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
b) Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian obat
b. Diare b.d fisiologis ( proses infeksi )
1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan
eliminasi fekal pasien membaik dengan kriteria hasil :
a) Konsistensi feses meningkat
b) Frekuensi defekasi/bab meningkat
c) Peristaltik usus meningkat

24
d) Kontrol pengeluaran feses meningkat
e) Nyeri abdomen menurun
2) Intervensi
Observasi
a) Identifiksi penyebab diare
b) Identifikasi riwayat pemberian makan
c) Identifikasi gejala invaginasi
d) Monitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi tinja
e) Monitor jumlah pengeluaran diare
Terapeutik
a) Berikan asupan cairan oral (oralit)
b) Pasang jalur intravena
c) Berikan cairan intravena
d) Ambil sample darah untuk pemeriksaan darah lengkap
e) Ambil sample feses untuk kultur, jik perlu.
Edukasi
a) Anjurkan manghindari makanan pembentuk gas, pedas, dan
mengandung laktosa
b) Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian obat pengeras feses
b) Kolaborasi pemberian obat antimotilitas
c. Hipovolemi b.d kehilangan cairan aktif
1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan
diharapkan status cairan pasien membaik dengan kriteria
hasil :
a) Turgor kulit membaik
b) Frekuensi nadi membaik
c) Tekanan darah membaik
d) Membrane mukosa membaik
e) Intake cairan membaik

25
f) Output urine meningkat
2) Intervensi
Obsevasi
a) Periksa tanda dan gejala hypovolemia ( missal frekuensi
nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah
menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun,
membrane mukosa kering, volume urin
menurun,haus,lemah).
b) Monitor intake dan output cairan
Terapeutik
a) Hitung kebutuhan cairan
b) Berikan asupan cairan oral
Edukasi
a) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
b) Anjurkan menghidari posisi mendadak
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian cairan isotonis (Nacl.RL)
b) Kolaborasi pemberian infus cairan kristaloid 20 ml/kg bb
untuk anak.

d. Gangguan integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering


1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan
diharapkan integritas kulit dan jaringan meningkat dengan
kriteria hasil :
a) Kerusakan lapisan kulit menurun
b) Nyeri menurun
c) Kemerahan menurun
d) Tekstur membaik
2) Intervensi
Observasi
a) Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit

26
Terapeutik
a) Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
b) Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama
periode diare
c) Gunakan petroleum berbahan petroleum atau minyak pada
kulit kering
Edukasi
a) Anjurkan menggunakan pelembab
b) Anjurkan minum air yang cukup
c) Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
d) Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian obat topical

e. Defisit nutrisi b.d penurunan intake makanan


1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan
diharapkan status nutrisi pasien membaik dengan
kriteria hasil :
a) Porsi makanan yang dihabiskan meningkat
b) Diare menurun
c) Frekuensi makan membaik
d) Nafsu makan membaik
e) Bising usus membaik
2) Intervensi
Observasi
a) Identifikasi status nutrisi
b) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
c) Identifikasi makanan yang disukai
d) Identifikasi keburuhan kalori dan nutrisi
e) Monitor asupan makanan
f) Monitor berat badan

27
g) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
a) Berikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
b) Berikan makanan tinggi kalori dan protein
Edukasi
a) Anjurkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
a) Kolaborasi dengn ahli gizi untuk menetukan jumlh kalori
dan jenis nutsisi yang dibutuhkan jika perlu.
b) Kolaborasi pemberian obat antimetik jika perlu

f. Risiko Syok
1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan
tingkat syok pasien menurun dengan kriteria hasil :
a) Kekuatan nadi meningkat
b) Output urine meningkat
c) Frekuensi nafas membaik
d) Tingkat kesadaran meningkat
e) Tekanan darah sistolik,diastolic membaik

2) Intervensi
Observasi
a) Monitor status kardiopulmonal
b) Monitor frekuensi nafas
c) Monitor status oksigenasi
d) Monitor status cairan
e) Monitor tingkat kesdaran dan respon pupil
f) Monitor jumlah,warna,dan berat jenis urine
Terapeutik
a) Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi
oksigen >94%

28
b) Pasang jalur IV, jika perlu
Edukasi
a) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
b) Jelaskan penyebab/factor risiko syok
c) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian IV, jika perlu

g. Ansietas b.d perubahan status kesehatan


1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan
tingkat ansietas pasien menurun dengan kriteria hasil :
a) Perilaku gelisah menurun
b) Perilaku tegang menurun
c) Frekuensi pernapasan menurun
d) Pucat menurun
e) Kontak mata membaik
2) Intervensi
Obsevasi
a) Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
b) Monitor tanda-tanda ansietas
Terapeutik
a) Ciptakan suasana terapeutik untuk mengurangi kecemasan
b) Temani pasien untuk mengurangi kecemasan
c) Gunakan pedekatan yang tenang dan meyakinkan
d) Gunakan nada suara lemah lembut dengan irama lambat
Edukasi
a) Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
b) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian obat antiansietas jika perlu

29
4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang telah di tetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi
pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama
dan sesudah pelaksaan tindakan, serta menilai data yang baru. Faktor-
faktor yang mempengaruhi pelaksanaan keperawatan antara lain:
a. Kemampuan intelektual, teknikal, dan interpersonal.
b. Kemampuan menilai data baru.
c. Kreativitas dan inovasi dalam membuat modifikasi rencana tindakan.
d. Penyesuaian selama berinteraksi dengan klien.
e. Kemampuan mengambil keputusan dalam memodifikasi pelaksanaan.
f. Kemampuan untuk menjamin kenyamanan dan keamanan serta
efektivitas tindakan.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses
keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang
telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan
mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan
keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien. Penilaian
adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai. Evaluasi selalu
berkaitan dengan tujuan yaitu pada komponen kognitif, afektif,
psikomotor, perubahan fungsi dan tanda gejala yang spesifik ( Olfah &
Ghofur, 2016).

30
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. I

DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN : DIARE AKUT

DI RUANG PAVILIUN KEMUNING ATAS

RSUD KABUPATEN TANGERANG

Tgl/Jam MRS : 24 November 2021 / 09.00 WIB

Tanggal/Jam Pengkajian : 25 November 2021 / 09.00 WIB

Diagnosa Medis : Diare Akut

No. RM : 268617

1. Kasus Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : An. I
Tempat, tanggal lahir : Tangerang, 26 Juni 2018
Umur : 2 tahun 6 bulan
Pendidikan :-
a. Alamat : Gg. Sawo RT 002/005 kel. Poris Plawad
kec. Cipondoh –Tangerang
Agama : Islam
Nama ayah/ibu : Tn. H
Pekerjaan ayah : wiraswasta
Pekerjaan ibu : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan ibu : SMA
Suku bangsa : Betawi, Indonesia

31
2. Keluhan Utama
Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya mengalami BAB mencret dan
batuk berdahak
3. Riwayat Penyakit Sekarang
a. Munculnya keluhan
1) Tanggal munculnya keluhan
Ibu pasien mengatakan anaknya mulai mengalami BAB sejak
tanggal 23 November 2021. Sedangkan, pasien batuk berdahak
pada tanggal 17 November 2021
2) Waktu munculnya keluhan (perlahan atau tiba-tiba)
Pada tanggal 17 november pasien mengatakan batuk berdahak,
kemudian sempat dibawa ke klinik dekat rumahnya. Dan
mencret timbul sejak 1 hari sebelum masuk RS.
3) Faktor presipitasi dan predisposisi (perubahan emosional,
kelelahan, kehamilan, lingkung, lingkungan, toksin, alergen,
infeksi, dll)
Ibu pasien mengatakan anaknya sering diberi makanan yang ia
dan suaminya konsumsi seperti gorengan, dll
b. Karakteristik PQRST
Ibu pasien datang ke RS pada tanggal 23 November 2021 dengan
keluhan anaknya BAB mencret lebih dari 6 kali sejak kemarin,
tidak mau minum susu dan makan, tampak bercak keputihan pada
area mulut, ibu pasien mengatakan anaknya batuk berdahak.
Setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter pasien dianjurkan
untuk dirawat, pasien diobservasi dahulu di ruang IGD, pasien
baru mendapatkan ruangan pada tanggal 24 november 2021 pukul
09.00 WIB. Kemudian pada pukul 12.30 WIB pasien dipindahkan
keruang kemuning atas. Saat dilakukan pengkajian pada tanggal
25 November 2021 ibu pasien mengatakan anaknya bab masih
mecret dengan frekuensi 5x/hari namun pasien sudah mau minum
susu. Pasien tampak lemas , feses cair berwarna kuning kehijauan,

32
dan terdapat lendir pada feses. Saat dilakukan TTV didapatkan
hasil : Nadi 120 x/menit, Rr 23 x/menit, Suhu 36,5°C dan Saturasi
100%.
c. Masalah sejak muncul keluhan
1) Insiden - Serangan mendadak tunggal
Ibu pasien mengatakan kejadian sangat mendadak karna
sehari sebelum sakit anaknya sangat aktif dan ceria
2) Perkembangan (membaik, memburuk, tidak berubah)
Ibu pasien mengatakan saat BAB mencret lebih dari 6x pasien
langsung dibawa ke RS karena merasa sangat khawatir, dan
untuk batuk yang dirasakan, ibunya mengatakan pernah
berobat ke klinik dekat rumah sekitar seminggu yang lalu dan
hanya diberikan nebullizer.
3) Effect dari pengobatan
-

4. Riwayat Masa Lampau


a. Prenatal
- Keluhan saat hamil
Ibu pasien mengatakan hanya merasa mual dan muntah saat
mencium bau bumbu masakan pada awal-awal kehamilan.
Setelah melalui trimester I ibu pasien mengatakan tidak
memiliki keluhan apapun sampai melahirkan.
- Pemeriksaan kehamilan
Ibu pasien mengatakan pemeriksaan kehamilan rutin
dilakukan di bidan
- Nutrisi
Ibu pasien mengatakan saat kehamilan sering mengkonsumsi
sayuran dan buah-buahan, tidak ada pantangan makanan
ataupun alergi

- Penggunaan obat-obatan

33
Ibu pasien mengatakan selama kontrol di bidan diberikan
vitamin B6 dan tablet Fe
b. Natal
- Tempat melahirkan : RS. Hermina Daan Mogot
- Jenis persalinan : SC
- Penolong persalinan : dokter
- Komplikasi waktu lahir : Tidak ada komplikasi
c. Post natal
- Kondisi bayi : Menangis kuat
- Kondisi ibu : Baik
- Apgar score : 1 menit pertama 8, 5 menit kemudian 8
- BBL : 3.2 Kg
- PBL : 51 cm
- Anomaly congenital : Tidak ada kelainan bawaan
d. Penyakit waktu kecil : Tidak ada
e. Pernah dirawat di RS : pernah
f. Obat-obatan yang digunakan : Tidak ada
g. Alergi : Tidak ada alergi
h. Kecelakaan : Tidak pernah mengalami kecelakaan
i. Imunisasi : Hb 0, BCG, Polio, DPT 1, Polio 1, DPT 2,
polio 2, DPT 3, polio 3, campak

34
5. Riwayat Keluarga (disertai Genogram)

Keterangan :

= Laki-laki

= Perempuan

= Pasien

= meninggal

Ibu pasien mengatakan di keluarga tidak ada riwayat penyakit keturunan atau
pun penyakit menular seperti TBC, hepatitis.

6. Riwayat Sosial
a. Yang mengasuh anak : ibu pasien
b. Pembawaan anak secara umum : An. I anak yang aktif dan
periang

35
c. Lingkungan rumah : Kebersihan rumah sudah terjaga menyapu
dan mengepel setiap hari, tidak ada tanda-tanda yang dapat
mengancam keselamatan anak dikarenakan barang-barang yang
tampak berbahaya sudah ditempatkan jauh dari jangkauan anak,
setiap pagi jendela dibuka agar cahaya dapat menerangi rumah.
7. Keadaan Kesehatan Saat ini (dari rumah sampai saat dikaji)
a. Diagnosa medis : Diare Akut
b. Tindakan operasi : -
c. Obat-obatan : saat dirumah an. I diberikan obat lacto B

Jenis Terapi Dosis

Terapi oral :

Ambroxol syrup 3x2,5cc

Zinc 1x20mg

Nistatin Drop 3x1cc

Terapi suntik :

Ceftriaxone 1x1 gr

d. Tindakan keperawatan : Anjurkan minum susu sesering mungkin


e. Pemeriksaan penunjang
Hasil laboratorium
Tanggal pemeriksaan : 24 November 2021

Jenis Nilai Satuan Hasil


pemeriksaan Normal

HEMATOLOGI

Hemoglobin 13.2-17.3 g/dl 9.7

36
Lekosit 3.80-10.50 x10^3/ul 7.66

Hematokrit 40-52 % 26

Trombosit 140-440 x10^3/ul 161

HITUNG JENIS

Basofil 0-1 % 0

Eosinofil 2-4 % 0

Batang 3-5 % 0

Segmen 50-70 % 77

Limfosit 25-40 % 17

Monosit 2-8 % 6

KIMIA
KARBOHIDRAT

Glukosa Darah
<180 Mg/dl 95
Sewaktu

Jenis Nilai Normal Satuan Hasil


pemeriksaa
n

KIMIA

Natrium(Na) 135-147 mEq/L 125

Kalium (K) 3.5-5.0 mEq/L 2.4

37
Chloride (Cl) 96-105 mEq/L 91

Jenis pemeriksaan Nilai Normal Satuan Hasil

IMUNO-SEROLOGI

REMATOLOGI

CRP kuantitaif 0.00-6.00 Mg/dl 7.42

SWAB ANTIGEN

Antigen SARS-Cov-2 Negatif Negatif

Tanggal pemeriksaan : 27 November 2021

Jenis Nilai Normal Satuan Hasil


pemeriksaa
n

KIMIA

Natrium(Na) 135-147 mEq/L 134

Kalium (K) 3.5-5.0 mEq/L 2.5

Chloride (Cl) 96-105 mEq/L 98

Jenis Nilai Satuan Hasil


pemeriksaan Normal

MAKROSKOPIK

Warna Kuning Kuning

Kekeruhan Jernih Agak keruh

38
CARIK CELUP

Lekosit Negatif Negatif

Nitrit Negatif Negatif

Urobilinogen 0.1-1 Negatif

Protein Negatif Umol/L +1

pH 4.5-8 6.0

Darah Negatif +1

Berat Jenis 1.003- 1.015


1.030
Keton Negatif
Negatif
Bilirubin Negatif
Negatif
Glukosa (reduksi) Negatif
Negatif
SEDIMEN

Lekosit /LBP 1-1


0-5
Eritrosit /LBP 5-6
0-5
Epithel /LPK Positif
1+
Silinder /LPK Hyalin 1-2
Negatif
Kristal /LPK Negatif
Negatif
Bakteri /LPK Negatif
Negatif

39
f. Hasil rontgen
Kesan :
Infiltrat di perihiler bilateral dan parakardial kanan, suspek
bronkhopneuminia
8. Pengkajian Pola Fungsional Menurut Gordon
a. Pola persepsi kesehatan dan manajemen kesehatan
- Status kesehatan anak sejak lahir
An. I sehat sejak lahir
- Pemeriksaan kesehatan secara rutin
Ibu pasien mengatakan mengecek kesehatan anaknya pada
saat sakit saja
- Praktek pencegahan kesehatan
Ibu pasien mengatakan anaknya selalu mengganti pakaian
setelah mandi atau apabila pakaian terlihat kotor dan rutin
mengganti diapers 5 jam sekali

- Apakah orangtua merokok?didekat anak?


Ibu pasien mengatakan ayah pasien merokok
- Mainan anak/bayi (aman?), keamanan kendaraan
Ibu pasien mengatakan rutin membersihkan mainan anak
setiap hari
- Praktek keamanan orangtua
Ibu pasien menempatkan produk rumah tangga yang
berbahaya dan obat- obatan jauh dari jangkauan anak-anak
b. Pola nutrisi- Metabolik
- Pemberian ASI
Ibu pasien mengatakan anaknya tidak diberikan ASI sejak
lahir melainkan susu formula karena setelah melahirkan ASI
tidak keluar, An. I mengkonsumsi susu formula sebanyak 8

40
botol perhari, An. I menggunakan botol sedang ukuran 120
ml.
- Berat badan lahir?berat badan saat ini?
BBL : 3.2 Kg BB saat ini : 12.3 Kg
- Masalah kulit : Tidak ada
- Status nutrisi orangtua: Baik
c. Pola Eliminasi
- Pola defeksi
Ibu pasien mengatakan An. I selama sakit BAB 5x /hari,
konsistensi cair
- Mengganti pakaian dalam/diapers pada bayi
Ibu pasien mengatakan selama sakit An. I sering mengganti
pakaian dan diapers
- Pola eliminasi urin
An. I BAK ± 4-5 x/hari, warna kuning keruh, berbau khas
urine
- Apakah ada masalah dengan pola eliminasi orangtua
Tidak ada
d. Pola aktivitas-latihan
- Kebiasaan mandi
Ibu pasien mengatakan biasa memandikan anak sekitar pukul
7-8 pagi dan pukul 4 sore dikamar mandi menggunakan air
bersih (pam) dan sabun cair
- Kebersihan rutin
Ibu pasien mengatakan rutin mengganti pakaian anak ketika
sehabis mandi dan bila pakaian terlihat kotor
- Aktivitas sehari-hari An. I biasa bermain dengan anak-anak
tetangga dirumahnya
- Level kekuatan anak/bayi secara umum :
Ibu pasien mengatakan sebelum sakit anaknya sangat aktif
dan periang

41
- Persepsi anak terhadap kekuatan dari segi aktivitas : Kuat
e. Pola istirahat-tidur
- Pola istirahat/tidur anak
Saat malam tidur ± 10 jam, saat siang tidur ± 2 jam
- Perubahan pola istirahat
An. I akan terbangun apabila situasi berisik
- Posisi tidur anak, gerakan tubuh Anak tidur dengan posisi
miring dan celentang
- Bagaimana pola tidur orangtua Saat malam orang tidur
selama 7 jam dan siang 1 jam
f. persepsi-kognitif
- Responsiveness anak secara umum : Baik
- Respon anak untuk bicara, sentuhan, suara, objek : Baik
- Apakah anak mengikuti objek dengan matanya : Baik
- Vokal suara, pola bicara, kata-kata, kalimat : Mengoceh
- Gunakan stimulasi : bicara, mainan dll :Ya, menggunakan
suara
- Apakah ada masalah pada orangtua : Tidak ada
g. Pola persepsi diri-konsep diri
- Status mood bayi/anak : Baik
- Pemahaman anak terhadap identitas diri, kompetensi : Tidak
ada, anak berusia 2 tahun 6 bulan
h. Pola peran-hubungan
- Struktur keluarga : An. I anak ke 3 dari 3 bersaudara
- Masalah/stresor keluarga : Tidak ada
- Interaksi antara anggota keluarga dan anak : Baik
- Respon anak/bayi terhadap perpisahan : Menangis
i. Pola seksualitas
- Perasaaan sebagai laki-laki/perempuan : -
- Pertanyaan seputar seksualitas?bagaimana respon orangtua : -
- Orangtua : Tidak ada masalah dengan kepuasan seksualitas

42
j. Pola koping-toleransi terhadap stres
- Apakah yang menyebabkan stres pada anak?tingkat stres?
toleransi? Tidak ada
- Pola penanganan masalah?support system?
Ibu pasien mengatakan ia dan suami nya saling menguatkan
jika terkena musibah seperti saat ini
k. Pola nilai-keyakinan
- perkembangan moral anak, pemilihan perilaku, komitmen :
Orang tua mengajarkan moral yang baik pada anak
- Keyakinan akan kesehatan, keyakinan agama
Ibu pasien dan suami mengatakan bahwa penyakit yang di
derita anaknya adalah kehendak Yang Maha Kuasa dan
meyakini anaknya akan kembali sehat
- Orangtua : ibu pasien mengatakan sakit yang di derita oleh
anaknya adalah teguran dari Yang Maha Kuasa agar lebih
memperhatikan kesehatan keluarga dan selalu bersyukur
dengan keadaan yang ada.
9. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Lemah
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Tanda vital
- Nadi : 120 x/menit
- Respirasi : 23 x/menit
- Suhu : 36.5 °C
- Saturasi : 100%
d. TB/BB : 71 Cm/12.3 Kg
e. Lingkar kepala : 48 Cm
f. Mata
Konjungtiva merah muda, mata tidak nampak cekung, sklera
tidak ikterik, pupil isokor, refleks cahaya baik, palpebral normal,
bentuk simetris, tidak ada kelainan

43
g. Hidung
Bentuk simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada
benjolan, tidak ada jaringan parut, saat dilakukan palpasi An. I
tidak meringis atau menangis
h. Mulut
Bentuk bibir simetris, mukosa bibir kering, tidak terdapat lesi,
lidah bersih, bibir pucat, terdapat bercak keputihan didalam mulut
i. Telinga
Bentuk simetris, tidak terdapat serumen, tidak ada lesi, tidak ada
benjolan, saat telinga di tekan An. M tidak meringis kesakitan,
saat dilakukan pemeriksaan fungsi pendengaran menggunakan
gesekan tangan An. I menoleh ke arah tersebut
j. Tengkuk/leher
Bentuk leher simetris, tidak terdapat lesi, tidak teraba adanya
pembesaran kelenjar tyroid dan tidak adanya pembesaran kelenjar
limfe
k. Dada
- Paru-paru
Inspeksi : Bentuk dada simetris, tidak terdapat tarikan otot
bantu pernafasan, tidak ada lesi, lingkar dada 43 Cm, Rr 23
x/menit
Palpasi : Saat di tekan An. I tidak menangis atau meringis
tidak ada benjolan, pengembangan dada simetris
Perkusi : Sonor pada lapang paru sebelah kanan dan redup
pada lapang paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler sebelah kiri, ronchi pada
dada sebelah kanan
- Jantung
Inspeksi : Tidak terdapat benjolan, tidak ada lesi, tidak
terdapat ictus cordis
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

44
Perkusi : Saat di perkusi terdengar suara jantung pekak
Auskultasi : Terdengar bunyi S1 dan S2, tidak ada suara
jantung tambahan, nadi 120 x/menit
l. Abdomen
Inspeksi : Bentuk perut cekung, pernafasan abdomen
Palpasi : Tidak ada pembesaran hepar, tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Suara perkusi timpani
Auskultasi : Bising usus meningkat 37 x/menit
m. Punggung
Bentuk simetris, tidak terdapat kelainan bentuk tulang, tidak
terdapat nyeri tekan
n. Genetalia
Genitalia normal, anus dan rectum tampak kemerahan terdapat
lesi
o. Ekstremitas
- Atas
Tangan simetris, jari-jari lengkap, kuku pendek dan tidak
kotor, CRT < 2 detik, tidak ada kelainan, gerakan bebas
- Bawah
Kaki simetris, jari-jari lengkap, kuku pendek, tidak kotor,
tidak ada kelainan, tangan sebelah kiri terpasang infus KN 3B
1100 cc/ 24 jam
p. Kulit Akral hangat, warna kulit putih, tidak ada lesi, tidak ada
benjolan dipermukaan kulit, turgor kulit elastis.
10. Pemeriksaan perkembangan
a. Riwayat perkembangan dan pertumbuhan
- Personal-sosial
Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya selalu mencoba
meraih makanan atau benda lain yang sedang di pegang oleh
ibu pasien atau orang lain
- Adaptif-motorik

45
An. I mampu mengikuti pergerakan benda yang berupa
manik-manik hingga 180°
- Bahasa An. I berbahasa mengoceh tidak jelas, merespon atau
menoleh jika ada sumber suara seperti kericikan
- Motorik kasar An. I mampu bangun dari posisi terlentang dan
duduk dengan tegak
b. Perhitungan umur anak
Tanggal pemeriksaan : 2021-11-25
Tanggal lahir : 2018-06-26 –
Umur anak : 2 tahun 6 bulan
c. Pelaksanaan test DDST II
Sektor Kemampuan yang di tes Ya Tidak

Personal- Berusaha meraih makanan 


sosial

Adaptif- Mengamati manik-manik 


motorik Mengikuti sampai 180 o 

Bahasa Meniru suara bunyi 


Menoleh ke arah suara 
Menoleh ke arah kericikan 

Motorik kasar Bangun duduk kepala tegak  \


Membalikan badan 
Dada terangkat tertumpu
pada lengan

d. Interpretasi empat sektor


- Personal sosial (Advance/normal/caution/delayed/no delayed)
Anak dalam batas normal dan tidak mengalami keterlambatan
dalam perkembangan personal sosial
- Adaptif-motorik (Advance/normal/caution/delayed/no
delayed)

46
Anak dalam batas normal dan tidak mengalami keterlambatan
dalam perkembangan adaptif motorik
- Bahasa(Advance/normal/caution/delayed/no delayed)
- Anak dapat meniru suara bunyi tetapi mengoceh tidak jelas
- Motorik kasar (Advance/normal/caution/delayed/no delayed)
Anak sudah dapat duduk dengan kepala tegak secara mandiri
e. Kesimpulan
Anak dapat melakukan beberapa item yang ditunjukkan dan
beberapa kemampuan yang berkembang pesat dari usianya. Dapat
disimpulkan bahwa anak mengalami perkembangan serta
pertumbuhan dengan baik dan normal sesuai dengan usianya.
B. Analisa Data
Data Fokus Etiologi Masalah

Data subjektif : Streptococcus Bersihan jalan nafas tidak


pneumoniae efektif
Ibu pasien mengatakan
anaknya batuk berdahak
Masuk ke dadlam saluran
Data objektif : pernafasan atas

- Pasien tampak batuk


- Terdengar suara Kuman berlebih di
ronchi pada lapang bronkus
paru kanan
- RR : 23X/menit

Terjadi proses
peradangan

Akumulasi sekret di
bronkhus

47
Hipersekresi jalan nafas

Bersihan jalan nafas tidak


efektif

Data subjektif : Makanan Diare

Ibu pasien mengatakan


anaknya BAB 5x/hari

Data subjektif : Toksin tidak dapat


diabsorbsi
- Pasien tampak lemas
- Feses berwarna
kuning kehijauan
dengan konsistensi Hiperperistaltik

feses cair tanpa


ampas
- Terdengar bising
Kemampuan absorbsi
usus 37x/menit
menurun

Diare

Data subjektif : Diare Gangguan integritas kulit

Ibu pasien mengatakan


an. I menangis saat
dibersihkan daerah anus Frekuensi BAB

48
Data objektif : meningkat

- Terdapat kemerahan
pada perianal

kulit area perianal


menjadi lembab

pertumbuhan bakteri
meningkat

iritasi kulit

gangguan integritas kulit

C. Diagnosis Keperawatan
1. (D.0149) Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d hipersekresi jalan
nafas
2. (D.0020) Diare berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal
3. (D.0129) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kelembaban
kulit
D. Intervensi keperawatan
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan

(D.0149) Bersihan jalan Manajemen jalan


Bersihan jalan nafas : L.01001 nafas (I.01011)
Observasi :

49
nafas tidak Setelah Observasi : 1. Mengetahui
efektif b.d dilakukan status
1. Monitor pola nafas
hipersekresi tindakan pernafasan
(frekuensi,
jalan nafas keperawatan pasien
kedalaman, usaha
selama 3x5 jam 2. Mengetahui
nafas)
diharapkan indikasi adanya
2. Monitor bunyi
bersihan jalan massa atau
nafas tambahan
nafas pasien cairan pada paru
(mis. Gurgling,
menjadi efektif
mengi, wheezing,
dengan kriteria
ronchi)
hasil:
- Produksi
Terapeutik :
sputum 5
(menurun) 1. Memudahkan
Terapeutik :
- Mengi 5 pemeliharaan
(menurun) 1. Berikan posisi jalan nafas, dan
Wheezing 5 semi-fowler atau mempermudah
(menurun) fowler udara masuk
2. Mengencerkan
dahak
3. Meningkatkan
2. Berikan minum drainase, dan
hangat eliminasi sekret
3. Lakukan fisioterapi agar lebih
dada, jika perlu mudah
dikeluarkan
Kolaborasi :

1. Pemberian
brobkhodilator
Kolaborasi : dapat

50
1. Melakukan melonggarkan
kolaborasi dengan saluran
dokter dalam pernafasan
peberian pasien
brokhodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika
perlu
(D.0020) L. 04033 (I.03101)
Manajemen diare
Diare Setelah
berhubungan dilakukan Observasi :
A. Observasi :
dengan tindakan
1. Identifikasi 1. Menghindari
inflamasi keperawatan
penyebab diare untuk tidak
gastrointestin selama 3x5 jam
terjadi diare
al diharapkan diare
lagi
dapat berkurang
2. Mengetahui
dengan kriteria
2. Identifikasi riwayat sumber
hasil :
pemberian penyebab
- Konsisten makanan 3. Mengetahui
si feses 3. Monitor warna, perubahan
membaik volume, frekuensi, kondisi seperti
(5) dan konsistensi dehidrasi
- Frekuensi tinja Terapeutik :
defekasi Terapeutik :
1. Memenuhi
membaik
1. Pasang cairan kebutuhan
(5)
intravena cairan pasien
Peristaltik usus
2. Mengidentifika
membaik (5)
2. Ambil sampel si jenis bakteri
feses untuk kultur yang terdapat
pada feses

51
Edukasi :

1. Untuk
mengontrol
pengeluaran
Edukasi :
feses
1. Anjurkan ibu
untuk memberikan
makanan porsi
kecil dan sering
secara bertahap

(D.0129) L. 14125 (I.11353) perawatan


Gangguan Setelah integritas kulit
integritas kulit dilakukan
Observasi :
b. d tindakan Observasi :
kelembaban keperawatan 1. Identifikasi
1. Mengetahui
kulit selaam 3x5 jam penyebab
tindakan yang
diharapkan gangguan
akan diberikan
gangguan integritas kulit
integritas kulit Terapeutik :
teratasi. Dengan Terapeutik :
1. Bersihkan perianal
kriteria hasil :
dengan sabun dan 1. Untuk
- Nyeri menurun
air hangat, mengurangi rasa
(5)
terutama selama gatal dan
- Kemerahan
periode diare mematikan
menurun (5)
kuman iritasi

Edukasi :
Edukasi :
1. Anjurkan untuk
menggunakan 1. Untuk menjaga

52
pelembab kelembaban kulit

E. Implementasi keperawatan
No Tanggal/jam No. dx Tindakan keperawatan Paraf
.

1 25 november II 1. Memonitor bunyi nafas tambahan


2021/ 12.00 (mis. Gurgling, mengi, wheezing,
WIB ronchi)
Hasil : terdengar suara ronchi
pada paru kanan
2. Memberikan posisi semi-fowler
atau fowler
15.00 WIB
Hasil : pasien pada posisi semi
I
fowler
3. Memberikan minum hangat
Hasil : pasien diberikan minum
air hangat
4. Melakukan fisioterapi dada, jika
15.10 WIB
perlu
I
Hasil : pasien dilakukan
fisioterapi dada selama 10menit
5. Mengidentifikasi penyebab diare
15.15 WIB Hasil : pasien sering diberikan
I makanan gorengan oleh
orangtuanya
6. Memonitor warna, volume,
frekuensi, dan konsistensi tinja
Hasil : pasien BAB 5x/hari,
15.25 WIB warna feses kuning kehijauan,
I konsistensi cair
7. Mengmbil sampel feses untuk

53
kultur
Hasil : feses sudah tertampung
8. Menganjurkan ibu untuk
13.00 WIB memberikan makanan porsi kecil
dan sering secara bertahap
II
Hasil : pasien diberikan makan
sedikit tapi sering
9. Melakukan kolaborasi dengan
dokter dalam peberian
13.30 WIB brokhodilator
Hasil : pasien diberikan terapi
II
ambroxol 3x 2,5cc

13.40 WIB

II

15.00 WIB

2 26 November I 1. Memonitor bunyi nafas tambahan


2021/ 07.30 Hasil : masih terdengar suara
WIB ronchi pada paru kanan
2. Memonitor warna, volume,
07.40 WIB
frekuensi, dan konsistensi tinja
II
Hasil : pasien BAB 4x/ hari,
warna kuning dengan konsistensi

54
08.00 WIB cair
3. Memasang cairan intravena
II
Pasien terpasang infus ditangan
kiri KN3B 110cc/24jam
4. Memberikan minum hangat
08.30 WIB
Hasil : pasien sudah minum air
I hangat
5. Melakukan fisioterapi dada, jika
perlu
09.00 WIB Hasil : berikan fisioterapi dada
selama 5-10 menit
I
6. Membersihkan perianal dengan
sabun dan air hangat, terutama
selama periode diare
Hasil : perianal pasien
09.15 WIB dibersihkan setelah BAB
7. Mengannjurkan untuk
III
menggunakan pelembab
Hasil: perianal pasien diolesi
dengan minyak zaitun
8. Melakukan kolaborasi dengan
dokter dalam peberian

09. 20 WIB brokhodilator,


Hasil : pasien diberikan ambroxol
III dengan dosis 3x2,5cc

10.00 WIB

55
3 27 november I 1. Memonitor bunyi nafas tambahan
2021/ 12.00 (mis. Gurgling, mengi, wheezing,
WIB ronchi)
Hasil : terdengar suara ronchi
pada paru kanan
2. Memonitor frekuensi, dan
konsistensi tinja
12.10 WIB
Hasil : pasien BAB 3x/ hari,
II
warna kuning dengan konsistensi
cair
3. Melakukan fisioterapi dada, jika
perlu
Hasil : berikan fisioterapi dada
13.00 WIB
selama 5-10 menit
I
4. Membersihkan perianal dengan
sabun dan air hangat, terutama
selama periode diare
Hasil : perianal pasien
dibersihkan setelah BAB
13.25 WIB
III 5. Menganjurkan untuk
menggunakan pelembab
Hasil: perianal pasien diolesi
dengan minyak zaitun
6. Melakukan kolaborasi dengan
dokter dalam peberian
brokhodilator,
13.30 WIB Hasil : pasien diberikan ambroxol
III
dengan dosis 3x2,5cc

56
15.00 WIB I

F. Evaluasi Keperawatan
Tanggal/jam Diag. kep Evaluasi Paraf

28 november (D.0149) S:
2021/ 09.00 Bersihan jalan ibu pasien mengatakan an. I masih
WIB nafas tidak batuk berdahak
efektif b.d O : - masih terdengar suara ronchi
hipersekresi - RR : 21x/menit
jalan nafas A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi

- Monitor bunyi nafas


tambahan
- Anjurkan ibu untuk
memberikan minum air
hangat
- Anjurkan ibu untuk
melakukan fisioterapi dada
28 November (D.0020) S:
2021/ 09.00 Ibu pasien mengatakan an. I BAB
Diare
WIB 3x/hari
berhubungan
O:
dengan
- Pasien tampak lemas
inflamasi
- Feses berwarna kuning
gastrointestinal
- Feses sudah berampas
- Bising usus 25x/menit
A : masalah teratasi sebagian

57
P : lanjutkan intervensi

- Monitor warna, volume,


frekuensi, dan konsistensi
tinja
28 November (D.0129) S:
2021/09.00 Gangguan Ibu pasien mengatakan an. I masih
WIB integritas kulit menangis saat dibersihkan area anus
b. d O : - perianal masih tampak
kelembaban kemerahan
kulit A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Anjurkan ibu membersihkan
perianal dengan sabun dan air
hangat, terutama selama
periode diare
- Anjurkan untuk gunakan
minyak zaitun sebagai
pelembab

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil asuhan keperawatan pada anak dengan dengan kasus
Diare di Ruang Rawat Anak Anyelir Atas RSU Kabupaten Tangerang
pada tahun 2021, kelompok dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengkajian Hasil pengkajian pada An. I didapatkan hasil Ibu pasien
mengatakan anaknya BAB 5x/hari. Pasien tampak lemas Feses
berwarna kuning kehijauan dengan konsistensi feses cair tanpa ampas
Terdengar bising usus 37x/menit.

58
2. Diagnosa Keperawatan Dalam teori, diagnosa keperawatan yang
muncul adalah 7 diagnosa keperawatan. Pada An. I ditemukan 2
diagnosa yaitu a) diare, b) Gangguan Integritas Kulit. Diagnosa lain
yang muncul pada An.I adalah Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif.
3. Intervensi keperawatan pada An.I yang direncanakan tergantung
kepada masalah keperawatan yang ditemukan. Pada masalah bersihan
jalan nafas tidak efektif, diare, dan gangguan integritas kulit intervensi
yang direncanakan sama dengan teori yang telah dikemukakan.
4. Implementasi keperawatan Implementasi keperawatan pada bersihan
jalan nafas tidak efektif, diare, dan gangguan integritas disesuaikan
dengan rencana tindakan yang telah kelompok susun. Implementasi
keperawatan dilakukan pada tanggal 25 - 27 November 2021.
5. Evaluasi keperawatan Hasil evaluasi yang dilakukan selama 3 hari
dalam bentuk SOAP. Evaluasi yang dilakukan dari tanggal 25 - 27
November 2021 dengan metode SOAP untuk mengetahui keefektifan
dari tindakan keperawatan yang dilakukan. Pada An. I masalah
bersihan jalan nafas tidak efektif, masalah belum teratasi dan
intervensi dilanjutkan oleh perawat ruangan. Hasil evaluasi pada
masalah Diare masalah belum teratasi Sebagian dan intervensi
dilanjutkan oleh perawat ruangan. Pada An.G masalah gangguan
integritas kulit belum teratasi sebagian dan intervensi dilanjutkan oleh
perawat ruangan.
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti memberikan saran sebagai
berikut:
1. Rumah Sakit
Saran Kelompok kepada pihak rumah sakit lebih menyediakan
fasilitas dalam melakukan tindakan keperawatan dalam ruangan
khususnya fasilitas yang sangat dibutuhkan oleh pasien.
2. Perawat ruang

59
Saran kelompok bagi perawat ruangan diharapakan melakukan
pengkajian lebih dalam agar dapat menggali masalah baru, dan pada
masalah keperawatan yang diangkat tidak hanya masalah utama saja,
perawat diharapkan lebih memperhatikan rencana yang sudah
dilakukan dan mempertahankan agar intervensi berjalan secara optimal
dan berkesinambungan.
3. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa melakukan pengkajian komprehensif dan
mengambil diagnosa keperawatan pada pasien secara tepat menurut
pengkajian yang didapatkan, melaksanakan tindakan keperawatan
dengan lebih dahulu memahami masalah dengan baik, dan
mendokumentasikan hasil tindakan yang telah dilakukan berdasarkan
kepeda teori.

60
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Aniq Noor Mutsaqof, Wiharto S.T M.Kom, Esti Suryani S.Si M.Kom
(2016). Sistem Pakar Untuk Mendiagnosis Penyakit Infeksi Menggunakan
Forward Chaining.
Amih Huda Nuraarif, S.Kep., Ns & Hardhi Kusuma, S.Kep., Ns. (2015). Aplikasi
Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc.
Yogyakarta.
Andi Fatmawati. 2017. Asuhan Keperawatan Pada An. R Dengan Kasus Diare
Pada Anak Di Ruang Madinah RSI Siti Khadijah Palembang.
( http://repository.stik-sitikhadijah.ac.id/241/1/41505001.pdf )
Anik Maryunani. (2013). Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta.
Esmi Sinaga. (2018). Asuhan keperawatan anak pada anak c pasien diare ruang
rawat nginap di puskesmas puuwatu tahun.
(https://www.scribd.com/document/394184751/KTI-ESMI-SINAGA)
Debby Daviani Prawati, Dani Nasirul Haqi. (2019). Faktor Yang Mempengaruhi
Kejadian Diare Di Tambak Sari, Kota Surabaya.
Dinar Nur Inten, Andalusia Neneng Permatasari. (2019). Jurnal Pendidikan Anak
Usia Dini Literasi Kesehatan pada Anak Usia Dini melalui Kegiatan Eating
Clean.
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan. (2011).
Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare Balita. Jakarta.
Kartika Sari Wijayaningsih. (2013). Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta.
M. Fadila Arie Novard, Netti Suharti, Roslaili Rasyid. (2019). Gambaran Bakteri
Penyebab Infeksi Pada Anak Berdasarkan Jenis Spesimen dan Pola
Resistensinya di Laboratorium RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun
20142016.
Ns. Yuliastati,S.Kep, M.Kep, Amelia Arnis. (2016). Keperawatan Anak. Jakarta.
Nursalam. (2008). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta Selatan.

61
Pusat Data Dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Infodatin).
(2014). Kondisi pencapaian program kesehatan anak Indonesia. Jakarta.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2018).
Rospita, Teuku Tahlil, Mulyadi. (2017). Upaya Pencegahan Diare Pada Keluarga
Dengan Balita Berdasarkan Pendekatan Planned Behavior Theory.
Heri Saputro & Intan Fazrin . (2017). Anak Sakit Wajib Bermain di Rumah Sakit.
Jakarta.
Syaifuddin. (2016). Anatomi Fisiologi (Monica Ester, Ed.). Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Tim Pokja Sdki PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.Jakarta
Selatan.
Tim Pokja Siki PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan.
Tim Pokja Slki PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.Jakarta
Selatan.
Nurul Utami & Nabila Luthfiana. (2016). Faktor-Faktor yang Memengaruhi
Kejadian Diare pada Anak. Majority, 5(4).
Wong, (2008). Wong, buku ajar keperawatan pediatrik (Vol 2). Jakarta: EGC.
Wong, (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik.
World Gastroenterology Organisation. (2012). Practice guideline for acute
diarrhea in adults and children: A global perspective.
Yuliastati Nining. (2016). Keperawatan Anak. Jakarta.
Yustiana Olfah, APP., M.Kes & Abdul Ghofur, S.Kp, M. K. (2016). Dokumentasi
Keperawatan. Jakarta.
Umar Zein. (2004). Diare Akut Infeksius Pada Dewasa.

62

Anda mungkin juga menyukai