Anda di halaman 1dari 27

TUGAS ILMU BAHAN BANGUNAN

OLEH :

NAMA : VIARA AMAELISA

NIM : 2020D1B147

KELAS :3E

Mata Kuliah : Ilmu Bahan Bangunan

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

2021/2022
Rangkuman Isi SNI - SNI Yang Membuat Tentang Bahan - Bahan Bangunan.

Pentingnya SNI dalam Menentukan Bahan Bangunan

Salah satu standar yang bisa kita percaya adalah Standar Nasional Indonesia (SNI).
SNI adalah sebuah standar yang dikeluarkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN)
untuk berbagai produk yang diproduksi di Indonesia. SNI dijadikan satu-satunya standar
yang berlaku di Indonesia, dan sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan No.72/M-
DAG/PER/9/2015, barang-barang dalam kategori tertentu harus diproduksi sesuai dengan
SNI. SNI dirumuskan oleh sebuah komite teknis, dan ditetapkan oleh BSN.

Menurut Strategi BSN 2006-2009, SNI dirumuskan dengan memenuhi enam Kode
Praktik Baik (Code of Good Practice) yang ditetapkan oleh Organisasi Perdagangan Dunia
(WTO). Keenam prinsip tersebut yaitu:

1. keterbukaan (terbuka untuk semua yang ingin ikut mengembangkan SNI)


2. transparansi (transparan dalam menyampaikan proses standardisasi)
3. konsensus dan imparsial (mengutamakan konsensus dan tidak memihak)
4. efektif dan relevan (menyesuaikan dengan kondisi pasar serta tidak melanggar
hukum)
5. koheren (koheren dengan pengembangan standar secara internasional)
6. berdimensi pembangunan (bertujuan untuk kepentingan masyarakat)
7. Bahan Bangunan Juga Harus Ber-SNI

Dalam memilih bahan bangunan, kita juga sebaiknya tidak boleh sembarangan.
Saat ini bahan-bahan konstruksi termasuk hal yang sudah memiliki standar SNI, dan kini
sudah ada bahan bangunan ber-SNI yang dijual di pasaran. Bahan bangunan yang
berkualitas dan terstandar dengan baik akan menjadikan hasil bangunan lebih aman,
nyaman, dan tahan lama. Maka pastikan Sahabat Jago memilih bahan bangunan ber-SNI.

Contoh bahan bangunan yang kini memiliki standar SNI adalah sebagai berikut ;

1. Semen Portland Komposit SNI 7064:2014


a. Definisi-definisi
 bahan pengikat hidrolis hasil penggilingan bersama-sama terak semen
portland dan gips dengan satu atau lebih bahan anorganik, atau hasil
pencampuran antara bubuk semen portland dengan bubuk bahan
anorganik lain. Bahan anorganik tersebut antara lain terak tanur tinggi
(blast furnace slag), pozolan, senyawa silikat,batu kapur, dengan kadar
total bahan anorganik 6 % - 35 % dari massa semen portland komposit
 mortar ialah suatu campuran yang tediri dari semen, agregat halus dan air
baik dalam keadaan dikeraskan atau pun tidak dikeraskan
b. Penggunaan Semen portland komposit dapat digunakan untuk konstruksi
umum seperti: pekerjaan beton, pasangan bata, selokan, jalan, pagar dinding
dan pembuatan elemen bangunan khusus  seperti beton pracetak, beton
pratekan, panel beton, bata beton (pavling block) dan sebagainya
c. Syarat-syarat mutu bahan
Syarat kimia, untuk semen portland komposit : SO2 maksimum 4,0%
Syarat fisika, seperti tabel berikut:

Tabel 1 – Syarat fisika antara lain:

No  Uraian  Satuan  Persyarata


1  Kehalusan dengan alat Blaine  m2/kg  min. 280 

2  Kekekalan bentuk dengan autoclave:  - %  maks.


  pemuaian  %  0,80  
  - penyusutan  maks. 0,20 

3  Waktu pengikatan dengan alat vicat:  - menit  min 45  


  Pengikatan awal  menit  maks. 375 
  - Pengikatan akhir 

4  Kuat tekan:   kg/cm2  min. 130  


  - Umur 3 hari  kg/cm2  min. 200  
  - Umur 7 hari  kg/cm2  min. 280 
  - Umur 28 hari 

5  Pengikatan semu:   %  min. 50 


  - penetrasi akhir 

6  Kandungan udara dalam mortar  % volume  maks. 12 


2. Serpihan Kayu

Pengemasan dan penandaan kayu gergajian, diatur pada SNI 01.5010.3-2002.

Kayu gergajian yang diawetkan dengan senyawa boron SNI 0674:2017.

Mengenai cara uji atau metode uji dari Kayu gergajian :

Menentukan keteguhan geser ultimat sejajar serat, berdasarkan SNI ISO 8905:2012.
Diadopsi dari : Kayu gergajian – Metode pengujian – Penentuan kekuatan ultimit pada
geser sejajar serat (ISO 8905:1988, IDT).

penentuan ketahanan terhadap tekanan tegak lurus, berdasarkan SNI ISO 8906:2011.
Diadopsi dari : Kayu gergajian – Metode pengujian Penentuan ketahanan terhadap tekan
melintang lokal (ISO 8906 – 1988, IDT).

Standardisasi pada jenis kayu gergajian yang lain yaitu :

bentukan kayu, diatur pada SNI 01-7255-2006.

Mutu kayu bangunan, diatur pada SNI 01-3527-1994.

Kayu eboni olahan, diatur pada SNI 01-2028-1990.

Bantalan kayu rel kereta api, diatur pada SNI 0197:2013.

Kayu untuk furnitur, diatur pada SNI 0608:2017.

Kayu cendana, diatur pada SNI 01-5008.6-1999.

Jenis kayu untuk pembuatan kapal, diatur pada SNI 7210:2017.

Ada beberapa sub klasifikasi dari jenis kayu gergajian seperti :

1. Kayu gergajian jenis jati

Bagian 1 : Klasifikasi, persyaratan dan penandaan, diatur pada SNI 7539.1:2010.

Bagian 2 : cara uji, diatur pada SNI 7539.2:2010.

2.Kayu sawan daun lebar

Bagian 1 : Klasifikasi, persyaratan dan penandaan SNI 7538.1:2010.


Bagian 2 : cara uji SNI 7538.2:2010.

3. Kayu gergajian daun jarum

Bagian 1 : Klasifikasi, persyaratan dan penandaan SNI 7540.1:2010.

Bagian 2 : Cara Uji SNI 7540.1:2010.

4. Panel Kayu

Standar mengenai panel kayu diatur pada SNI ISO 17064:2010 Panel kayu – Papan serat,
papan partikel dan OSB – Istilah dan definisi.

Standar ini merupakan hasil adopsi identik dari standar internasional yaitu :

ISO 17064:2004 Panel berbasis kayu – Fibreboard, particleboard, dan oriented strand
board (OSB)

3. Batu Bata Merah SNI 15-2094-2000

Pengujian batu bata merah dilakukan untuk mengetahui karakteristik & kualitas bata yang
bagus. Bata merah press&expose dihasilkan dari proses pembakaran tanah liat yang telah
dicetak. Bahan bakar yang digunakan untuk membuat batu bata adalah :

Syarat Mutu Batu Bata Merah Menurut SNI

Sifat tampak
Batu bata merah dari jenis tanah liat untuk pasangan dinding harus berbentuk prisma segi
empat panjang, memiliki rusuk-rusuk siku yang tajam, bidang-bidang datar yang rata, tidak
menunjukkan retak-retak, perubahan bentuk yang berlebihan, tidak mudah hancur atau
patah, warnanya seragam dan berbunyi nyaring bila dipukul.

Warna dan bentuk bata merah


Warna penampang belahan (patahan) dinyatakan merata saat sudah berwarna kekuning-
kuningan, kemerah-merahan, merah muda, merah tua dan sebagainya. Bentuk bata merah
dapat dikatakan baik dengan ketentuan bidang-bidang sisinya harus datar, rusuk-rusuknya
harus tajam dan siku permukaannya harus rata dan tidak terjadi keretakan.

Ukuran dan toleransi (Dimensi bata merah)


Dimensi bata merah dikelompokkan menjadi beberapa modul yang dapat dilihat pada
Tabel

Kuat tekan bata merah


Besar kuat tekan rata-rata dan koefisien variasi yang diizinkan untuk bata merah
dikelompokkan menjadi beberapa kelas yang dapat dilihat pada Tabel
Daya serap batu bata merah
Daya serap terhadap air merupakan faktor penting karena merupakan salah satu sifat batu
bata yang sangat berpengaruh terhadap kekuatan suatu pekerjaan batu bata. Daya serap
batu bata dikontrol untuk mencegah kehilangan air dari pada mortar yang sedang
digunakan.

Dampak dari air adukan terserap bata, maka air adukan yang digunakan untuk proses
pengerasan semen akan berkurang dan kekuatan mortar akan turun. Secara keseluruhan
dapat menimbulkan perbedaan kekuatan serta retak-retak pada bangunan.

Daya serap yang dipersyaratkan untuk bata merah adalah 20 gr/dm2/mnt. Apabila nilai
daya serap lebih besar dari yang disyaratkan, maka bata merah tersebut perlu direndam
dalam air terlebih dahulu sebelum dipasang.

Garam yang membahayakan


Garam yang mudah larut dan membahayakan serta dapat menyebabkan terjadinya
kerusakan struktural “Effloresence” pada permukaan bata adalah

 mangnesium sulfat (MgSO4)


 natrium sulfat (Na2SO4)
 kalium sulfat (K2SO4)

Total kadar garam maksimum adalah 1.0%

Kerapatan semu (apparentdensity)


Kerapatan semu minum bata merah pejal untuk pasangan dinding adalah 1.2gram/cm2

Penyerapan air
Penyerapan air maksimum bata merah pejal untuk pasangan dinding adalah 20%.

Jenis uji batu bata menurut SNI


Beberapa jenis uji batu bata adalah:

 pengujian tampak luar


 pangujian kecepatan penyerapan air dan absorbsi
 pengujian kadar garam
 uji kuat tekan batu bata

Cara menguji kualitas batu bata

Cara uji Sifat Tampak


Cara uji sifat tampak bata merah pejal sesuai dengan SNI 15-2094-2000 yaitu harus
berbentuk prisma segi empat panjang, mempunyai rusuk-rusuk yang siku atau tidak,
bidang-bidang datar yang rata atau tidak, dan tidak menunjukkan retak-retak.
Untuk mengetahui bidang-bidang datarnya, serta kesikuan rusuk-rusuknya menggunakan
alat penyiku. Beberapa buah bata yang tidak sempurna bentuknya dinyatakan dalam % dari
jumlah yang diperiksa.

Cara Uji Ukuran Bata Merah Pejal


Menurut SNI 15-2094-2000 masing-masing pengukuran panjang, lebar dan tebal dilakukan
paling sedikit 3 kali dengan menggunakan alat callipers atau alat yang sejenis dengan
ketelitian sampai 1 mm. Dari hasil pengukuran panjang, lebar, dan tebal tiap bata merah
ditentukan penyimpangan maksimumnya dan dinyatakan dalam mm.

Cara Pengujian Kuat Tekan


Menurut SNI 15-2094-2000 prosedur pengujian kuat tekan bata merah pejal adalah

1. setelah dicetak benda-benda uji keesokan harinya dapat dilepas.


2. Sesudah itu benda-benda tersebut direndam dalam air bersih (suhu ruangan) selama
24 jam (satu hari),
3. kemudian diangkat dan bidang-bidangnya diseka dengan kain lembab untuk
menghilangkan air yang berlebikan.
4. Selanjutnya benda-benda uji ditekan hingga hancur dengan kecepatan penekanan
diatur hingga sama dengan 2 kg/cm2/detik.

Nilai kuat tekan dapat diperoleh dari hasil pembagian beban tekan tertinggi dan luas
bidang tekan terkecil. Kuat tekan rata-rata dapat diperoleh dari jumlah kuat tekan semua
benda uji dibagi dengan banyaknya benda uji.

Cara Pengujian Daya Serap Air (Suction Rate)


Menurut SNI 15-2094-2000 prosedur pengujian daya serap air adalah sebagai berikut:

1. Contoh uji direndam dengan air sampai jenuh, kemudian ditimbang beratnya (A).
2. Dikeringkan pada suhu (100-110) oC selama 24 jam, setelah itu didinginkan hingga
suhu kamar kemudian ditimbang beratnya (B).
3. Terakhir dihitung dengan rumus (A-B)/B x 100%, sehingga didapat nilai daya serap
air.

Cara Pengujian Kadar Garam


Garam yang membahayakan dapat merusak struktural pada permukaan bata, garam-
garamtersebut adalah magnesium sulfat (MgSO4), natrium sulfat (Na2SO4), kalium sulfat
(K2SO4), dengan total kadar garam maksimum 1,0%.

Cara uji kandungan garam yang membahayakan untuk bata merah pejal sesuai SNI 15-
0449-1989 tentang Lempung dan feldspar, Cara Uji Kimia Metode Basah

Beberapa jenis uji batu bata adalah:

 pengujian tampak luar


 pengujian ketepatan ukuran
 pangujian kecepatan penyerapan air dan absorbsi
 pengujian kadar garam
 uji kuat tekan batu bata

Cara menguji kualitas batu bata

Cara uji Sifat Tampak


Cara uji sifat tampak bata merah pejal sesuai dengan SNI 15-2094-2000 yaitu harus
berbentuk prisma segi empat panjang, mempunyai rusuk-rusuk yang siku atau tidak,
bidang-bidang datar yang rata atau tidak, dan tidak menunjukkan retak-retak.

Untuk mengetahui bidang-bidang datarnya, serta kesikuan rusuk-rusuknya menggunakan


alat penyiku. Beberapa buah bata yang tidak sempurna bentuknya dinyatakan dalam % dari
jumlah yang diperiksa.

Cara Uji Ukuran Bata Merah Pejal


Menurut SNI 15-2094-2000 masing-masing pengukuran panjang, lebar dan tebal dilakukan
paling sedikit 3 kali dengan menggunakan alat callipers atau alat yang sejenis dengan
ketelitian sampai 1 mm. Dari hasil pengukuran panjang, lebar, dan tebal tiap bata merah
ditentukan penyimpangan maksimumnya dan dinyatakan dalam mm.

Cara Pengujian Kuat Tekan


Menurut SNI 15-2094-2000 prosedur pengujian kuat tekan bata merah pejal adalah

1. setelah dicetak benda-benda uji keesokan harinya dapat dilepas.


2. Sesudah itu benda-benda tersebut direndam dalam air bersih (suhu ruangan) selama
24 jam (satu hari),
3. kemudian diangkat dan bidang-bidangnya diseka dengan kain lembab untuk
menghilangkan air yang berlebikan.

Cara Uji Ukuran Bata Merah Pejal


Menurut SNI 15-2094-2000 masing-masing pengukuran panjang, lebar dan tebal dilakukan
paling sedikit 3 kali dengan menggunakan alat callipers atau alat yang sejenis dengan
ketelitian sampai 1 mm. Dari hasil pengukuran panjang, lebar, dan tebal tiap bata merah
ditentukan penyimpangan maksimumnya dan dinyatakan dalam mm.

Cara Pengujian Kuat Tekan


Menurut SNI 15-2094-2000 prosedur pengujian kuat tekan bata merah pejal adalah

1. setelah dicetak benda-benda uji keesokan harinya dapat dilepas.


2. Sesudah itu benda-benda tersebut direndam dalam air bersih (suhu ruangan) selama
24 jam (satu hari),
3. kemudian diangkat dan bidang-bidangnya diseka dengan kain lembab untuk
menghilangkan air yang berlebikan.
4. Selanjutnya benda-benda uji ditekan hingga hancur dengan kecepatan penekanan
diatur hingga sama dengan 2 kg/cm2/detik.
4. Bata Merah Pejal Untuk Pasangan Dinding SNI 15-2094-2000
d. Definisi-definisi
Bata merah pejal untuk pasangan dinding merupakan bahan bangunan yang
berbentuk prisma segiempat panjang, pejal atau berlubang dengan volume
lubang maksimum 15%, dan digunakan untuk kontruksi dinding bangunan
yang dibuat dari tanah liat dengan atau tanpa dicampur bahan aditif dan
dibakar pada suhu tertentu
e. Klasifikasi
Menurut kekuatan rata-rata terendah bata merah pejal dibagi mnejadi tiga
yaitu: kelas 50, kelas 100, kelas 150.
f. Syarat-syarat mutu bahan
 sifat tempat
Bata merah pejal untuk paangan dinding harus berbetuk prisma segi
empat panjang, mempunyai rusuk-rusuk, bidang-bidang datar yang rata
dan tidak menunjukkan retak-retak.
 Ukuran dan toleransi

Ukuran dan toleransi bata merah pejal untuk pasangan dinding sesuai
tabel berikut :
Modul Tinggi Lebar Panjang
M-5a 65 ± 2 92 ± 2 190 ± 4
M-5b 65 ± 2 100 ± 52 190 ± 4
M-6a 52 ± 3 110 ± 2 230 ± 5
M-6b 56 ± 3 110 ± 2 230 ± 5
M-6c 70 ± 3 110 ± 2
M-6d 80 ± 3 110 ± 2 230 ± 5

 Kuat tekan
Besarnya kuat tekan rata-rata dan koefisien variasi yang diizinkan
untuk bata merah pejal untuk pasagan dinding sesuai tabel dibawah ini:
Kelas Kuat tekan rata-rata minimum dari 30 Koefisien variasi dari kuat tekan
bata yang diuji kg/cm3(MPa) rata-rata yang di uji %
50 50 (5) 22
100 100 (10) 15
150 150 (15) 15
g. Garam yang membahayakan
Garam yang mudah larut dan membahayakan serta yang dapat
menyebabkan terjadinya kerusakan structural “efforescenca” pada permukaan
bata adalah magnesium sulfat, natrium sulfat, kalium sulfat, dengan total kadar
garam maksimum 1,0%
h. Kerapatan semu (apparent denalty), kecepatan semu minimum bata merah pejal
untuk pasangan dinding adalah 1,2 gram/cm 2
i. Penyerapan air, penyerapan air maksimum bata merah pejal untuk pasangan
dinding adalah 20%
j.
5. Baja Tulang Beton SNI 07-2052-2002
k. Definisi-definisi
 baja tulangan beton adalah baja berbentuk batang berpenampang bundar
yang digunakan untuk penulangan beton, yang diproduksi dari bahan baku
billet dengan cara canai panas (hot rolling)
 bahan baku yang digunakan billet ialah baja sesuai Standar Nasional
Indonesia
 ukuran nominal ialah ukuran sesuai yang ditetapkan
 toleransi adalah besarnya penyimpangan yang diizinkan dari ukuran
nominal diameter dalam adalah ukuran diameter tanpa sirip pada baja
tulangan baton sirip sirip melintang merupakan setiap sirip yang terdapat
pada permukaan batang baja tulangan beton yang melintang terhadap susut
batang baja tulangan beton
 rusuk merupakan setiap sirip atau celah memanjang yang searah dan
sejajar dengan sumbu baja tulangan beton
 gap (rib) merupakan lebar rusuk atau celah
 ikat merupakan dua batang atau lebih baja tulangan beton diikat secara
kuat, rapih dan harus memiliki ukuran, jenis serta kelas baja yang sama
 bundel merupakan dua ikat atau lebih baja tulangan beton dengan ukuran
nominal, jenis serta kelas baja yang sama
 lot ialah dua bundel atau lebih baja tulangan beton dengan ukuran nominal,
jenis, serta kelas baja yang sama ditumpuk dalam satu kelompok
 karat ringan merupakan karat yang apabi!a digosok secara manual tidak
meninggalkan cacat pada permukaan
 cerna merupakan luka pada permukaan baja tulangan yang terjadi akibat
proses can

l. Klasifikasi
 Baja tulangan beton polos, adalah baja tulangan beton berpenampang
bundar dengan permukaan rata tidak bersirip, disingkat BjTP.
 Baja tulangan beton sirip, adalah baja tulangan beton dengan bentuk
khusus yang permukaannya memiliki sirip melintang dan rusuk
memanjang yang dimaksudkan untuk rneningkatkan daya lekat dan guna
menahan gerakan membujur dari batang secara relatif terhadap beton,
disingkat BjTS
m. Syarat-syarat mutu bahan
 Sifat tampak, Baja tulangan beton tidak boleh mengandung serpihan,
lipatan, retakan, gelombang, cerna yang dalam dan hanya diperkenankan
berkarat ringan pada permukaan
 Bentuk, Baja tulangan beton polos Permukaan batang baja tulangan beton
harus rata tidak bersirip.
 Baja tulangan beton sirip, 1) Permukaan batang baja tulangan beton sirip
harus bersirip teratur. 2) Setiap batang diperkenankan rnempunyai rusuk
memanjang yang searah dan sejajar dengan sumbu batang, serta sirip-sirip
lain dengan arah melintang sumbu batang.
 Sirip-sirip melintang sepanjang batang baja tulangan beton harus terletak
pada jarak yang teratur. Serta mempunyai bentuk dan ukuran yang sama.
Bila diperlukan tanda angkaangka atau huruf-huruf pada permukaan baja
tulangan beton, maka sirip melintang pada posisi di mana angka atau huruf
dapat ditiadakan. 3) Sirip melintang tidak boleh membentuk sudut kurang
dari 45° terhadap sumbu batang, apabila membentuk sudut antara 45°
sampai 70°, arah sirip melintang pada satu sisi, atau kedua sisi dibuat
berlawanan. Bila sudutnya diatas 70° arah yang berlawanan tidak
diperlukan.
 Ukuran dan toleransi, Diameter, berat dan ukuran sirip Diameter dan berat
per meter baja tulangan beton polos seperti tercantum pada Tabel 1.
Diameter, ukuran sirip dan berat per meter baja tulangan beton sirip seperti
Tabel 1. Ukuran baja tulangan beton polos
No Penamaan Diameter Luas penampang Berat nominal
nominal nominal (L) (cm 2 per meter (kg/m)
(d) (mm) )
1 p.6 6 0,2827 0,222
2 p.8 8 0,5027 0,395
3 p.10 10 0,7854 0,617
4 p.12 12 1,131 0,888
5 p.14 14 1,539 1,12
6 p.16 16 2,011 1,58
7 p.19 19 2,835 2,23
8 p.22 22 3,801 3,85
9 p.25 25 4,909 4,83
10 p.28 28 6,158 4,83
11 p.32 32 8,042 6,31

Tabel 2. Ukuran baja tulangan beton sirip


No Penamaa Diameter Luas Diameter dalam Tinggi sirip Jarak sirip Lebar Berat
n Nominal (d) penampang melintang (mm) melintang rusuk nominal
nominal(d 0 )
(mm) (maks) (mm) memanjan (kg/mm)
nominal (cm 2 (mm)
Min Maks g (maks)
)
(mm)

1 S,6 6 0,2827 5,5 0,3 0,6 4,2 4,7 0,222


2 S,8 8 0,5027 7,3 0,4 0,8 5,6 6,3 0,395
3 S,10 10 0,7854 8,9 0,5 1,0 7,0 7,9 0,617
4 S,13 13 1,327 12,0 0,7 1,3 9,1 10,2 1,04
5 S,16 16 2,011 15,0 0,8 1,6 11,2 12,6 4,58
6 S,19 19 2,835 17,8 1,0 1,9 13,3 14,9 2,23
7 S,22 22 3,801 20,7 1,1 2,2 15,4 17,3 2,98
8 S,25 25 4,909 23,6 1,3 2,5 17,5 19,7 3,85
9 S,29 29 6,625 27,2 1,5 2,9 20,3 22,8 5,18
10 S,32 32 8,042 30,2 1,6 3,2 22,4 25,1 6,31
11 S,36 36 10,18 34,0 1,8 3,6 25,2 28,3 7,99
12 S,40 40 12,57 38,0 2,0 4,0 28,0 31,4 9,88
13 S,50 50 19,64 48,0 2,5 5,0 38,0 39,3 17,4

CATATAN Cara menghitung luas penampang nomnal, keliling nominal, berat nominal
dan ukuran  sirip adalah sebagai berikut:  

a) Luas penampang nominal (L)  


 0,7854 x d2 
 L = (cm2) dibulatkan sampai 4 angka berarti   100  
b) Keliling nominal (K)  
 K = 0,3142 x d (mm) dibulatkan sampai 1 angka desimal  c) Berat = 0,785 x
L (kg/m) dibulatkan sampai 3 angka berarti  d) Jarak sirip melintang
maksimum = 0,70 d dibulatkan sampai 1 angka desimal  
e) Tinggi sirip minimum = 0,05 d dibulatkan sampai 1 angka desimal  
Tinggi sirip maksimum = 0,10 d dibulatkan sampai 1 angka desimal  

f) Jumlah berat rusuk maksimum = 0,25 K dibulatkan sampai 1 angka desimal 

 Toleransi diameter Toleransi diameter baja tulangan beton polos dan sirip
seperti pada Tabel 3 

No  Diameter Toleransi   Penyimpangan  


(d)   (mm)  kebundaran (%) 
(mm) 

1  6  + 0,3  Maksimum 70 dari  batas

2  8 < d < 14  + 0,4  toleransi 

3  16 < d < 25  + 0,5 

4  28 < d < 34  + 0,6 

5  d > 346  + 0,8 

CATATAN  
1. Penyimpangan kebundaran adalah perbedaan antara diameter maksimum dan
minimum dari  hasil pengukuran pada penampang yang sama dari baja tulangan
beton  
2. Untuk baja tulangan beton sirip, d = diameter dalam 

 Panjang, anjang baja tulangan beton ditetapkan 6 m, 9 rn, dan 12 m.


Toleransi panjang baja tulangan beton ditetapkan minus 0 mm (-0 mm)
plus 70 mm (+ 70  mm). Toleransi berat per batang baja tulangan beton
polos dan sirip ditetapkan seperti tercantum  dalam Tabel 4  

Tabel 4 Toleransi berat per batang  

Diameter nominal   Toleransi  


(mm)  (%) 

6 d 8  ± 7 

10 d 11  ± 6 

16 d 28  ± 5 

d 28  ± 4 

 Toleransi berat per lot, toleransi berat per lot baja tulangan beton polos dan
sirip ditetapkan seperti tercantum  dalam Tabel 5  

Tabel 5 Toleransi berat per lot  

Diameter nominal   Toleransi  


(mm)  (%) 

6 < d < 8  ± 6 
10 < d < 11  ± 5 

16 < d < 28  ± 4 

d < 28  ± 3,5 

 Sifat mekanis, Sifat mekanis baja tuiangan beton ditetapkan seperti


tercantum pada Tabel 6

Tabel 6. Sifat mekanis

Kelas  Nomor   Uji tarik  Uji lengkung 


baja   batang uji  Batas ulur   Kuat tarik   Regang  Sudut   Diameter  
tulangan  kgf/mm2  kgf/mm2  an   lengkung  pelengkung 
(N/mm2)  (N/mm2)  (%) 

BjTP No. 2  Minimum Minimum 20  1800  3 x d 


24  No. 3  24 (235)  39 (380)  24 

BjTP No. 2  Minimum Minimum 18  1800  d > 16 =


30  No. 3  30 (295)  45 (440)  20  3xd  d >
16 = 4xd 

BjTP No. 2  Minimum Minimum 10  1800  d ≤ 16 = 3xd  


30  No. 3  30 (295)  45 (440)  18  d > 16 = 4xd 

BjTP No. 2  Minimum Minimum 18  1800  d ≥ 16 = 3xd  


35  No. 3  35 (345)  50 (490)  20  16<d≤40 =
4xd d ≥ 40
= 5xd 

BjTP No. 2  Minimum Minimum 16  1800  5 x d 


40  No. 3  40 (390)  57 (500)  18 

BjTP No. 2  Minimum Minimum 12  1800  d ≤ 25 = 5xd  


50  No. 3  50 (490)  57 (620)  14  d > 25 = 6xd 

CATATAN 1. Hasil uji lengkung tidak boleh terletak pada sisi luar lengkungan   2. Untuk baja
tulangan sirip > S.32 nilai renggang dikurangi 2 %   Untuk baja tulangan sirip S.40 dan S.50
dikurangi 4 % dari nilai yang tercantum  pada tabel 6.  
 3. 1 kgf/mm2 = 9,81 N/mm2
n. Syarat Penandaan 
 Setiap batang baja tulangan beton harus diberi tanda (marking) dengan
huruf timbul  yang menunjukkan inisial pabrik pembuat serta ukuran
diameter nominal 
 Setiap kemasan, harus diberi label dengan mencantumkan: Nama atau
nama singkatan dari pabrik pembuat, Ukuran (diameter dan panjang),
Kelas baja, Nomor lembaran (No. Heat), Nomor seri produksi dan tanggal
produksi, Nomor SNI
 Setiap batang baja tulangan beton harus diberi tanda pada ujung-ujung 
penampangnya dengan warna yang tidak mudah hilang sesuai dengan
kelas baja seperti  pada Tabel 7.  

Tabel 7 Tabel untuk tanda kelas baja tulangan beton

Kelas baja  Warna 

BjTP Hitam 
24 

BjTP 30  BjTS 30  biru 

  BjTS 35  merah 

  BjTS 40  kuning 

  BjTS 50  hijau 

6. Baja Profil Kanal U Proses Canai Panas (Bj.P I — Beam)

Besi baja banci sendiri juga masih ada kriterianya dimana terdapat kelas besi baja banci
kelas A dan kelas B. Kelas A memiliki kualitas yang lebih baik di banding kelas B.
Harusnya semua produk besi baja yang beredar di Indonesia haruslah memiliki standar SNI
yang telah dibuat kriterianya oleh panitia teknik dan Badan Standarisasi Nasional (BSN).

Namun pada prakteknya di lapangan, masih banyak sekali dijumpai besi baja yang tidak
berlabel SNI (besi baja banci) yang masih bebas dijual di pasaran. Nah biasanya besi baja
banci ini banyak dijual di toko besi — toko besi pinggiran yang skalanya kecil dan
biasanya konsumennya hanya menggunakan besi baja untuk pembuatan konstruksi
bangunan properti untuk pribadi.

Walaupun demikian, tetap saja penggunaan besi baja banci ini tidak sesuai dengan aturan
dan standar kualitas bangunan. Kita tidak bisa mengukur seberapa kuat bangunan yang
dibuat dengan besi baja banci walaupun harga besi baja banci ini relatif lebih murah
dibandingkan besi baja standar SNI.

Daripada kita bingung membedakan bagaimana besi baja berstandar SNI atau besi baja
banci, marilah langsung saja kita lihat ciri-ciri besi baja standar SNI yang membedakannya
dengan besi baja non-standar:

Ciri Besi Baja Berstandar SNI, antara lain ;

1.Label

Marking atau pemberian label pada setiap produk besi baja standar SNI merupakan suatu
hal yang wajib ada sebagai penanda besi baja tersebut produk buatan produsen yang mana.
Label ini biasanya berupa huruf timbul atau gambar timbul yang menyimbolkan nama
perusahaan produsen pembuat besi baja dan profil diameter pada produk tersebut.

Pemberian label dibuat di bagian ujung pada penampang besi baja dengan warna permanen
yang timbul dan tidak mudah terhapus. Warna label yang diberikan pun tak sembarangan
karena setiap kelas dan jenis produk besi baja standar SNI memiliki kode warna tersendiri.

Tidak hanya identitas produsen dan informasi diameter, pada label ini juga biasanya akan
memuat informasi mengenai warna, nomor heat, tanggal produksi, juga nomor seri
produksi.

2. Kekuatan

Dari segi kekuatan besi baja standari SNI juga memiliki standar kekuatan di masing —
masing kelas produknya.

Misalnya saja kekuatan antara besi baja polos BJTP dengan besi baja berulisr BJTS
memiliki perbedaan sangat signifikan. Kalau BJTP standari biasanya BJTP 24, tapi kalau
besi baja berulir tingkatannya dimulai dari BJTS 30, BJTS 35, sampai BJTS 40.

3. Warna
Dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) yang telah ditetapkan BSN, besi baja standar SNI
haruslah menggunakan label warna sesuai kelasnya. Penggunaan warna pada umumnya
sama pemberlakuannya namun ada juga yang berbeda karena kembali lagi kebijakan ini
diserahkan pada masing-masing perusahaan.

Pada umumnya kriteria pemberian label warna pada besi baja standar SNI meliputi Besi
baja kelas BJTP 24 menggunakan warna hitam, besi baja kelas BJTP 30 menggunakan
warna biru begitupula dengan besi baja kelas BJTS 30, besi baja kelas BJTS 35
menggunakan warna merah, besi baja BJTS 40 menggunakan warna kuning.

4. Dimensi

Standar Nasional Indonesia (SNI) memiliki kriteria dimensi tersendiri yang harus dipatuhi
karena kriteria ini telah di perhitungkan dengan standar konstruksi dan kualitas bangunan
yang baik. Kalaupun dimensinya tidak terlalu sama setidaknya pihak BSN telah
menetapkan batas toleransi maksimal.

Untuk pembeli awam biasanya mudah sekali tertipu dengan adanya oknum-oknum
produsen nakal yang memanfaatkan ketidaktahuan dan ketidakcermatan konsumen.

Misalnya saja produk Besi Polos (BJTP) 10 yang seharusnya memiliki diameter selebar 10
mm, produsen hanya membuatnya menjadi berdiameter 9,1 mm saja. Memang, terlihat
sangat sedikit selisihnya namun BJTP yang bisa dikatakan banci ini memiliki selisih
hampir 1/10 dari standar sebenarnya. Selisih ini bisa membuat struktur konstruksi
bangunan kualitasnya menjadi sangat menurun. Ada lagi yang sering dipangkas dari
standar aslinya adalah produk besi beton yang seharusnya panjangnya 12 meter hanya
dibuat 11,5 meter saja.

5. Harga

Dari segi harga, kita bisa juga mengidentifikasi apakah besi baja yang dijual berstandar
SNI atau tidak. Besi baja standar SNI tentu memiliki kisaran harga tersendiri dan itu
bersifat umum sehingga memang pasarannya berkisar antara harga sekian. Itu juga masih
dipengaruhi dengan letak toko bangunan yang jauh dari pabrik pembuat besi baja standar
SNI sendiri.

Semakin jauh jaraknya tentu harganya berbeda dengan yang dekat dengan pabrik karena
proses pendistribusian besi baja standar SNI sendiri tidak simpel dan mudah. Untuk
mengangkutnya saja diperlukan truk tronton besar. Jika kalian menemui ada yang menjual
besi baja standar SNI yang harganya jauh di bawah harga pasar atau promo harga jauh
lebih murah, sebaiknya kalian perlu waspada karena bisa saja itu bukan besi baja standar
SNI melainkan besi baja banci.

Selain itu kalian juga bisa melihat dulu kondisi besi bajanya apakah kira — kira sesuai
dengan kriteria besi baja standar SNI atau tidak. Biasanya besi baja banci memiliki ukuran
yang lebih kecil dari besi baja standar SNI. Untuk bisa mendapatkan besi baja standar SNI
yang tentunya memenuhi kriteria di atas kalian tidak perlu susah-sudah lagi mencoba
mengunjungi setiap toko besi dan melihat produk besinya.

Kalian bisa mendapatkan besi baja standar SNI di Prima Besi. Kami ada ready stock untuk
berbagai profil seperti UNP, WF, dll. Tidak perlu diragukan lagi kualitas produk besi baja
di Prima Besi karena produknya telah memenuhi standar SNI.

7. Pasir

a.Definisi-definisi

Pasir adalah material butiran yang terdiri dari partikel batuan dan mineralyang terpecah
halus. Ukuran pasir pasir lebih halus dari kerikil dan lebih kasar dari lanau. Pasir juga bisa
mengacu pada suatu kelas tekstur dari tanah atau jenis tanah; yaitu, tanah yang
mengandung lebih dari 85 persen partikel berukuran pasir berdasarkan massa.[1]

b.Klasifikasi

Pasir Beton
Pasir Beton adalah pasir yang bagus untuk bangunan dan harganya lumayan mahal, anda
bisa lihat didaftar harga pasir. Pasir Beton biasanya berwarna hitam dan butirannya cukup
halus, tetapi apabila dikepal dengan tangan tidak menggumpal dan akan puyar kembali.
Pasir ini baik sekali untuk pengecoran, plesteran dinding, pondasi, juga pemasangan bata
dan batu.

Pasir Elod
Pasir Elod adalah pasir yang paling halus dibanding pasir beton dan pasir pasang. Harga
Pasir ini jauh lebih murah dibanding Jenis Pasir yang lainnya. Ciri ciri pasir elod adalah
apabila dikepal dia akan menggumpal dan tidak akan puyar kembali. Pasir ini masih ada
campuran tanahnya dan warnanya hitam. Jenis pasir ini tidak bagus untuk bangunan. Pasir
ini biasanya hanya untuk campuran pasir beton agar bisa digunakan untuk plesteran
dinding, atau untuk campuran pembuatan batako.

Pasir Merah

Pasir merah atau suka disebut Pasir Jebrod kalau di daerah Sukabumi atau Cianjur karena
pasirnya diambil dari daerah Jebrod Cianjur. Pasir Jebrod biasanya bagus untuk bahan Cor
karena cirinya hampir sama dengan pasir beton namun lebih kasar dan batuannya agak
lebih besar.

Pasir Silika

Pasir silika atau biasa disebut juga pasir kuarsa merupakan jenis pasir yang terdiri dari
kandungan Mineral yang strukturnya kristal heksagonal yang tersusun dari silika trigonal
yang terkristalisasi atau biasa disebut silikon dioksida/asam silikatt yang rumus kimianya
yaitu SiO2, memiliki skala kekerasan Mohs 7 dan densitas 2,65 g/cm³[2]

Sumber Pasir

Saat ini sumber pasir ada dua jenis:

 Pasir Alam, yaitu pasir yang bersumber dari gunung, sungai, pasir laut, bekas rawa
dan ada juga dari pasir galian .
 Pasir Pabrikasi, yaitu pasir yang didapatkan dari penggilingan bebatuan yang
kemudian diolah dan disaring sesuai dengan ukuran maksimum dan minimum
aggregat halus.

Standar Nasional Indonesia mengenai bahan bangunan memiliki teori standar tersendiri
untuk kualitas pasir atau agregat halus yang baik, di antaranya :

1. Pasir terdiri dari butiran yang tajam dan keras (indeks kekerasan <2.2).
2. Pasir memiliki sifat yang kekal, bila diuji dengan Natrium Sufat memiliki bagian
hancur maksimal 12%, sedangkan bila diuji dengan larutan Magnesium Sulfat
memiliki bagian hancur maksimal 10%.
3. Pasir tidak mengandung lumpur lebih dari 5%. Bila lebih dari 5% lumpur, maka
pasir harus dicuci.
4. Pasir tidak boleh mengandung terlalu banyak bahan organik.
5. Susunan besar butir pasir memiliki modulus kehalusan antara 1,5 hingga 3,8 dan
terdiri dari butir yang beraneka ragam.
6. Pasir harus memiliki reaksi negatif terhadap alkali untuk beton dengan keawetan
yang tinggi.
7. Pasir laut tidak boleh digunakan sebagai agregat halus beton, kecuali dengan
petunjuk lembaga Pemerintah mengenai bahan bangunan yang diakui.
8. Agregat halus yang digunakan untuk plesteran dan spesi terapan harus memiliki
persyaratan pasir pasangan.

8. Plastik Tangki Air Silinder Vertikal

Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian telah menerbitkan ketentuan SNI


7276-2008 Plastik Tangki Air Silinder Vertikal – Polietilena ( PE ) Wajib SNI,
Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian RI No 81-M-Ind-Per-7-Tahun
2010.Pemberlakuan SNI Wajib untuk SNI 7276-2008 Plastik Tangki Air Silinder Vertikal
– Polietilena ( PE ) ini berlaku dengan Pos Tarif HS 3925.10.00.00. Yang dimaksud Plastik
Tangki Air Silinder Vertikal – Polietilena ( PE ) adalah tangka air yang dibuat dari resin
plastic polietilena yang digunakan menyimpan air. Industri yang memproduksi Plastik
Tangki Air Silinder Vertikal – Polietilena ( PE ) memiliki kuajiban menerapkan SNI
dengan pembuktian sebagai berikut:

1. Memiliki SPT SNI / SNI Marking Plastik Tangki Air Silinder Vertikal – Polietilena
( PE )
2. Membubuhkan tanda SNI pada produk Plastik Tangki Air Silinder Vertikal –
Polietilena ( PE ) dengan cara menempatkan ditempat yang mudah dibaca dan tidak
mudah hilang.
3. Plastik Tangki Air Silinder Vertikal – Polietilena ( PE ) yang diperdagangkan
didalam negeri , baik yang produksi dalam negeri maupun import wajib memenuhi
persyaratan SNI.

Plastik Tangki Air Silinder Vertikal – Polietilena ( PE ) yang tidak memenuhi ketentuan
Peraturan Menteri ini atau dengan kata lain tidak memiliki SPPT SNI maka :

1. Plastik Tangki Air Silinder Vertikal – Polietilena ( PE ) produk dalam negeri yang
sudah beredar di pasaran, harus ditarik dari peredaran dan dimusnahkan.
2. Plastik Tangki Air Silinder Vertikal – Polietilena ( PE ) produk impor dilarang
memasuki daerah pabean Indonesia. Ini berarti adalah dimusnahkan atau di ekspor
kembali kenegara asal.

9.Agregat SNI 1737-1989-F

a.definisi-definisi

Agregat merupakan komponen beton yang paling berperan dalam menentukan besarnya.
Agregat untuk beton adalah butiran mineral keras yang bentuknya mendekati bulat dengan
ukuran butiran antara 0,063 mm — 150 mm. Agregat menurut asalnya dapat dibagi dua
yaitu agregat alami yang diperoleh dari sungai dan agregat buatan yang diperoleh dari batu
pecah. Dalam hal ini, agregat yang digunakan adalah agregat alami yang berupa coarse
agregat (kerikil ), coarse sand ( pasir kasar ), dan fine sand ( pasir halus ). Dalam campuran
beton, agregat merupakan bahan penguat (strengter) dan pengisi (filler), dan menempati
60% — 75% dari volume total beton

 Keutamaan agregat dalam peranannya di dalam beton :


 Menghemat penggunaan semen Portland
 Menghasilkan kekuatan besar pada beton
 Mengurangi penyusutan pada pengerasan beton
 Dengan gradasi agregat yang baik dapat tercapai beton yang padat.

b.Jenis-jenis agregat

agregat terbagi ke dalam beberapa jenis antara lain:

1.Agregat Kasar

Menurut SNI 1970-2008, agregat kasar adalah kerikil sebagai hasil disintegrasi
alami dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan
mempunyai ukuran butir antara 4,75 mm (No.4) sampai 40 mm (No. 1½ inci).
Berdasarkan ASTM C33 Agregat kasar terdiri dari kerikil atau batu pecah dengan
partikel butir lebih besar dari 5 mm atau antara 9,5 mm dan 37,5 mm.
Jenis agregat kasar yang umum adalah:

1. Batu pecah alami: Bahan ini didapat dari cadas atau batu pecah alami yang digali.

Kerikil alami: Kerikil didapat dari proses alami, yaitu dari pengikisan tepi maupun
dasar sungai oleh air sungai yang mengalir.
2. Agregat kasar buatan: Terutama berupa slag atau shale yang biasa digunakan untuk
beton berbobot ringan.
3. Agregat untuk pelindung nuklir dan berbobot berat: Agregat kasar yang
diklasifikasi disini misalnya baja pecah, barit, magnatit dan limonit.

Batas-batas gradasi agregat kasar untuk maksimal nominal 19 mm

Ukuran Pemisah ukuran


ayakan Persen (%) berat
(mm) Yang lewat masing-masing ayakan
25 100
19 90-100
9,5 20-55
4,75 0-10
2,36 0-5

2. Agregat halus

Agregat Halus merupakan bahan pengisi diantara agregat kasar sehingga menjadikan
ikatan lebih kuat yang mempunyai Bj 1400 kg/m. Agregat halus yang baik tidak
mengandung lumpur lebih besar 5 % dari berat, tidak mengandung bahan organis lebih
banyak, terdiri dari butiran yang tajam dan keras, dan bervariasi.
    Berdasarkan SNI 03-6820-2002, agregat halus adalah agregat besar butir maksimum
4,76 mm berasal dari alam atau hasil alam, sedangkan agregat halus olahan adalah agregat
halus yang dihasilkan dari pecahan dan pemisahan butiran dengan cara penyaringan atau
cara lainnya dari batuan atau terak tanur tinggi.
    Berdasarkan ASTM C33 agregat halus umumnya berupa pasir dengan partikel butir
lebih kecil dari 5 mm atau lolos saringan No.4 dan tertahan pada saringan No.200.

Batasan gradasi Untuk Agregat halus

Ukuran Saringan ASTM Presentase berat yang lolos pada


tiap saringan
9,5 mm 100
4,76 mm 95-100
2,36 mm 80-100
1,19 mm 50-85
0,595 mm 25-60
0,300 mm 10-30
0,150 mm 2-10
Sumber : ASTM C-33

Sumber : SNI 7656-2012

c. Klasifikasi agregat

a.Agegat berat

Agregat berat merupakan agregat untuk membuat beton dengan berat isi >2400 kg/m3 yang
bertujuan untuk menahan radiasi yang berbahaya bagi manusia. Untuk membuat beton
tersebut biasanya menggunakan batu barite (BaSO4) dengan berat isi 4,15-4,45 t/m3, dan
butirannya seberat 6,80-7,60 t/m3.

b.Agregat normal

Agegat normal ini yaitu jenis agregat dengan berat isi antara 300-1800 kg/m3. Kegunaan
dari beton normal yaitu untuk membuat beton tanpa persyarat khusus, biasanya agregat
yang dipakai pada umumnya berupa jenis batuan beku, batuan malihan, dan batuan
endapan.

c.Agregat ringan

Agregat ringan dapat berasal dari sumber daya alam atau hasil dari olahan manusia.
Sumber daya alam yang besar adalah material vulkanik. Buatan atau sintetis, agregat yang
diproduksi oleh proses termal di pabrik-pabrik. Agregat ringan mempunyai berat 1100
kg/m3 atau kurang dari berat tersebut. Tujuan dari agregat ringan untuk membuat beton
dengan tujuan khusus. Agregat ringan ini berupa batu tulis, terak pecah, tanah foamed,
batu apung dan yang berupa hasil olahan manusia seperti bola plastik ± 6 m,  polyethylene
terpthalate (PET) yg telah dioalah dari limbah plastik, kedua agregat ringan tersebut telah
diteliti dan layak digunakan sebagai agregat ringan.

Agregat ringan bola plastic

d. Syarat Agregat Menurut SK SNI

Syarat Mutu Agregat Untuk Beton Menurut SK SNI S_1989-F

 Agregat Halus (pasir)


1. Butirannya tajam, kuat dan keras
2. Bersifat kekal, tidak pecah atau hancur karena pengaruh cuaca.
3. Sifat kekal, apabila diuji dengan larutan jenuh garam sulfat sebagai berikut :
a) Jika dipakai Natrium Sulfat, bagian yang hancur maksimum 12 %

b) Jika dipakai Magnesium Sulfat, bagian yang hancur maksimum 10 %

4. Agregat halus tidak boleh mengandung Lumpur ( bagian yang dapat melewatiayakan
0,060 mm) lebih dari 5 %. Apabila lebih dari 5 % maka pasir harusdicuci.5)
5.Tidak boleh mengandung zat organik, karena akan mempengaruhi mutu beton.Bila
direndam dalam larutan 3 % NaOH, cairan di atas endapan tidak bolehlebih gelap dari
warna larutan pembanding.

6. Harus mempunyai variasi besar butir (gradasi) yang baik, sehingga


rongganyasedikit. Mempunyai modulus kehalusan antara 1,5-3,8. Apabila diayak
dengansusunan ayakan yang ditentukan, harus masuk salah satu daerah susunan
butirmenurut zone 1, 2, 3 atau 4 dan harus memenuhi syarat sebagai berikut :

a)sisa di atas ayakan 4,8 mm, mak 2 % dari berat

b)sisa di atas ayakan 1,2 mm, mak 10 % dari berat

c)sisa di atas ayakan 0,30 mm, mak 15 % dari berat

7. Tidak boleh mengandung garam

b. Agregat Kasar (Kerikil) :

1.Butirannya tajam, kuat dan keras

2. Bersifat kekal, tidak pecah atau hancur karena pengaruh cuaca

3. Sifat kekal, apabila diuji dengan larutan jenuh garam sulfat sebagai berikut :

a.Jika dipakai Natrium Sulfat, bagian yang hancur maksimum 12 %

b.Jika dipakai Magnesium Sulfat, bagian yang hancur maksimum 10 %

4. Agregat kasar tidak boleh mengandung Lumpur ( bagian yang dapat melewatiayakan
0,060 mm) lebih dari 1 %. Apabila lebih dari 1 % maka kerikil harusdicuci.

5.Tidak boleh mengandung zat organik dan bahan alkali yang dapat merusakbeton.

6.Harus mempunyai variasi besar butir (gradasi) yang baik, sehingga rongganyasedikit.
Mempunyai modulus kehalusan antara 6 – 7,10 dan harus memenuhisyarat sebagai
berikut:

a.sisa di atas ayakan 38 mm, harus 0 % dari berat

b.sisa di atas ayakan 4,8 mm, 90 % - 98 % dari berat


c.Selisih antara sisa-sisa komulatif di atas dua ayakan yangberurutan, mak 60 % dan min
10 % dari berat.7)

7.Tidak boleh mengandung garam.

Anda mungkin juga menyukai