Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“ HUBUNGAN AGAMA DENGAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL “


DISUSUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
METODOLOGI STUDI ISLAM

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 7

HANY SANDINA ( 12170523677 )


SRI MURNI ( 1217051428 )

ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

TA 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidyah-Nya
sehingga makalah yang berjudul Hubungan Agama dengan Ilmu Pengetahuan Sosial dapat selesai
sesuai waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas yang telah diberikan kepada kami dalam mata
kuliah methodologi studi islam.
Terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Yona Fitri selaku dosen mata kuliah methodologi studi
islam yang telah membimbing dan memberikan kuliah demi terselesaikannya tugas makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa selesainya makalah ini berkat bantuan berbagai pihak. penyusun
juga menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh sempurna. Untuk kebaikan dan
sempurnanya makalah ini, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan.
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat dan mempunyai berkah bagi penyusun
khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Duri,22 Oktober 2021

Hany Sandina dan Sri Murni

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................................. i


DAFTAR ISI........................................................................................................................................... ii
BAB 1 ..................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................................... 1
A. Latar belakang ............................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan ......................................................................................................................... 2
BAB II .................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 3
A. Hubungan Agama dengan Ilmu Pengetahuan................................................................................ 3
B. Hubungan agama terhadap ilmu pengetahuan sosial ..................................................................... 4
1. Hubungan agama dengan ilmu sosiologi................................................................................... 4
2. Hubungan agama dengan ilmu politik ...................................................................................... 5
3. Hubungan agama dengan ilmu antropologi .............................................................................. 6
4. Hubungan agama dengan ilmu ekonomi................................................................................... 6
5. Hubungan agama dengan ilmu hukum dan moral..................................................................... 7
6. Hubungan agama dengan ilmu psikologi .................................................................................. 9
C. Pandangan Ajaran Islam Tentang Ilmu Sosial............................................................................. 10
D. Ilmu Sosial yang Bernuansa Islam.............................................................................................. 11
E. Peran Ilmu Sosial Profetik Pada Era Globalisasi ......................................................................... 12
BAB III ................................................................................................................................................. 15
PENUTUP ............................................................................................................................................ 15
A. Kesimpulan................................................................................................................................ 15
B. Saran ......................................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................ 16

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Agama merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan masyarakat yang perlu
dipelajari oleh antropolog ataupun para ilmuwan sosial lainnya. Di dalam kehidupan masyarakat,
agama muncul karena sifat ketauhidan masyarakat tersebut. Oleh karena itu agama perlu
dipelajari dan dihayati oleh manusia karena kebutuhan manusia terhadap sang maha pencipta.

Agama yang menjadi bagian terpenting dalam hidup manusia merupakan pijakan sebuah
landasan berangkatnya suatu keyakinan terhadap tuhan sang pencipta yang menciptakan
sesuatu dari yang tiada menjadi ada serta dari yang ada menjadi tiada begitulah fenomena yang
bersifat universal serta berlaku bagi ummat manusia. walaupun pada hakikatnya tidak ada
sebuah masyarakat itu yang tidak mempunyai konsep tentang agama, dengan suatu perubahan
sosial yang terus berkembang mengakibatkan eksistensi agama dalam masyarakat cenderung
berubah. Sehingga menjadikan kajian tentang agama yang terus berkembang menjadi kajian
yang penting untuk mengkajinya. Di karenakan sifat universalitas tentang agama itulah yang ada
pada masyarakat maka masyarakatlah yang menjadi salah satu unsur pelengkap sebagai
pemeran dalam kajian agama pada sektor faktor terpenting yang mengelilinginya. Seringkali juga
kajian tentang politik, ekonomi dan perubahan sosial dalam suatu masyarakat melupakan
keberadaan agama sebagai salah satu faktor determinan. Sehingga tidak mengherankan jika hasil
kajiannya tidak dapat mendeskripsikan bagaimana bentuk realitas sosial yang lebih lengkap.
Semua orang mungkin sepakat bahwa era globalisai tersebut keutuhan manusia ingin tetap
terpelihara dengan baik, dan ilmu pengetahuan sosial di harap kan dapat menjadi salah satu
alternatif yang strategis bagi pengembangan manusia Indonesia seutuhnya pada era globalisasi
tersebut. Namun, Ilmu pengetahuan sosial yang ada sekarang ini di nilai sudah mulai kewalahan
atau hampir gagal dalam ikut serta membrikan kerangka pemecahan masalah sosial yang timbul
dalam era globalisasi tersebut. Hal demikian disebabkan karena dasar-dasar dan prinsip-prinsip
yang dijadikan landasan dalam ilmu pengetahuan sosial berasal dari filsafat barat yang bertumpu
pada logika rasional dan cara berpikir empirik.
Sebagai salah satu upaya mengatasi kebuntuan dari ilmu pengetahuan sosial yang demikian
itu, agar diharapkan dapat memberikan arahan dan perspektif baru, sehingga kehadiran agama
tersebut terasa manfaatnya oleh para penganut agama. Namun hal demikian membawa kita
kepada suatu pertanyaan tentang bagaimanakah seharusnya agama itu ditampilkan; bagaimana
sikap yang harus ditampilkan kalangan agamawan.

1
2

Dalam hal ini kami mencoba mengemukaan pandangan ajaran islam tentang kepeduliaanya
terhadap masalah sosial, pandangan ajaran agama islam tentang ilmu pengetahuan sosial, dan
peran serta sumbangan yang dapat diberikan kaum agamawan terhadap para ilmuan sosial, dan
sebaliknya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa hubungan ilmu pengetahuan dengan agama?


2. Apa hubungan agama dengan ilmu pengetahuan sosial lainnya ?
3. Bagaimana pandangan ajaran Islam tentang ilmu sosial?
4. Bagaimana ilmu sosial yang benuansa Islam?
5. Bagaimana ilmu sosial yang profetik pada era globalisasi?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui hubungan ilmu pengetahuan dengan agama


2. Untuk mengetahui bagaimana hubungan agama dengan ilmu social lainnya
3. Untuk mengetahui bagaimana pandanagn ajaran Islam tentang ilmu sosial
4. Untuk mengetahui bagaimana ilmu sosial yang benuansa Islam
5. Untuk mengetahui bagaimana ilmu sosial yang profetik pada era globalisasi
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hubungan Agama dengan Ilmu Pengetahuan

Hubungan berarti komunikasi, sangkut paut, sejalan, searah. Agama secara sempit berarti
undang-undang atau hukum. Dalam bahasa arab berarti menundukkan, patuh menguasai,
hutang. Ilmu pengetahuan secara bahasa yaitu seperangkat ilmu yang tersusun secara sistematis,
dapat dimanfaatkan semua orang pada tempat yang sama maupun berbeda dengan hasil yang
sama. Khurasid Ahmad berpendapat bahwa pengetahuan adalah seperangkat pengalaman, yang
mengatur, memimpin, mengarahkan kearah kebaikan untuk mendekatkan diri kepada Kholiq.

Ilmu pengetahuan ialah suatu proses pembentukan pengetahuan yang terus-menerus sampai
menjelaskan fenomena yang bersumber dari wahyu, hati dan semesta sehingga dapat diperiksa
atau dikaji secara kritis dengan tujuan untuk memahami hakikat, landasan dasar dan asal usulnya,
sehingga dapat juga memperoleh hasil yang logis.Ilmu pengetahuan merupakan hal yang tidak
dapat dipisahkan dari ajaran agama Islam, sebab kata islam itu sendiri, dari kata dasar aslama
yang artinya “tunduk patuh”, mempunyai makna “tunduk patuh kepada kehendak atau
ketentuan Allah”. Dalam Surat Ali Imran ayat 83,Artinya : “Maka apakah mereka mencari agama
yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit
dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka
dikembalikan.“

Sudah jelas bahwa ilmu pengetahuan dan agama merupakan 2 bagian pokok dari sisi
manusiawi. Hubungan antara ilmu pengetahuan dan agama dapat dibahas dari 2 sudut pandang.
Sudut pandang yang pertama adalah kita lihat apakah ada sebuah agama yang konsepnya
melahirkan keimanan.Sudut pandang yang kedua membahas hubungan antara agama dan ilmu
pengetahuan adalah bagaimana agama dan ilmu pengetahuan berpengaruh pada manusia.
Ilmu pengetahuan memberikan kita cinta, harapan dan kehangatan. Ilmu pengetahuan
membantu menciptakan peralatan dan mempercepat laju kemajuan, agama menetapkan
maksud upaya manusia dan sekaligus mengarahkan upaya tersebut, ilmu pengetahuan
membawa revolusi lahiriyah ( material ). Agama membawa revolusi Batiniyah (Spiritual).Ilmu
pengetahuan dan agam sama-sama memberikan kekuatan kepada manusia. Namun, kekuatan
yang diberikan oleh agama adalah berkesinambungan, sedangkan kekuatan yang diberikan oleh
ilmu pengetahuan terputus.
Keterkaitan agama dengan manusia menjadi penting, jika dikaitkan dengan situasi
kemanusiaan pada zaman ini. Karakteristik ajaran agama Islam dapat dilihat dari ajaran di bidang

3
4

ilmu sosial. Ajaran Islam dibidang ilmu sosial termasuk paling menonjol, karena seluruh bidang
ajaran islam pada akhirnya ditunjukan untuk kesejahteraan manusia. Dalam ilmu sosial ini, islam
dituntut untuk menjunjung tinggi sifat tolong menolong, saling menasehati tentang hak dan
kesabaran, kesetiakawanan, eagliter (kesamaan derajat), tenggang rasa dan kebersamaan.
Ukuran ketinggian derajat manusia dalam pandangan islam bukan ditentukan oleh nenek
moyang, kebangsaannya, warna kulit, dan jenis kelamin. Kualitas dan ketinggian derajat
seseorang ditentukan oleh ketakwaannya yang ditunjukkan oleh prestasi kerjanya yang
bermanfaat bagi manusia.

B. Hubungan agama terhadap ilmu pengetahuan sosial


Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang
masyarakat. Ilmu pengetahuan social memadukan beberapa konsep ilmu-ilmu sosial dan
humaniora. Menurut Trianto (2010: 171) Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan integrasi dari
berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum,
dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial
yang mewujudkan suatu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu
sosial. Ilmu Pengetahuan Sosial juga membahas hubungan antara manusia dengan
lingkungannya, dimana peserta didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat
dan dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitar.

1. Hubungan agama dengan ilmu sosiologi

Agama dalam pandangan sosiologi merupakan pandangan hidup yang yang harus
diterapkan dalam kehidupan masyakat. Keduanya mempunyai hubungan saling
mempengaruhi dan saling bergantung antara satu bagian dengan bagian lainnya. Disamping
itu agama turut pula membentuk struktur sosial dalam masyarakat. Dadang Kahmat
menjelaskan bahwa; Adapun agama dalam pengertian sosiologi adalah gejala sosial yang
umum dan dimiliki oleh seluruh masyarakat yang ada di dunia ini tanpa kecuali. Ia merupakan
salah satu aspek dalam kehidupan sosial dan bagian dari sistem sosial suatu
masyarakat.Agama juga bisa dilihat sebagai unsur dari kebudayaan suatu masyarakat di
samping unsur-unsur yang lain.Agama adalah sesuatu yang bersifat sangat pribadi, karena
penghayatan yang bersifat pribadi itu, kadang-kadang agama sulit dianalisa dengan
menggunakan perspektif sosiologis yang selalu bersifat sosial. Memang benar bahwa agama
di satu sisi bersifat individual, tetapi di pihak lain dia juga bersifat social.
Sosiologi agama sebagai dasar kehidupan masyarakat memungkinkan lahirnya sikap
toleransi, dan setiap individu menghargai dan menghormati pendapat serta aktivitas yang
dilakukan oleh kelompok yang berbeda agama atau kepercayaannya, perbedaan sikap ini
dikenal dengan istilah toleransi. Dalam bingkai toleransi diletakan dasar-dasar kehidupan
masyarakat yang berbentuk pluralis, demokrasi, dan keadilan sosial bagi masyarakat . Selain
dari itu, tertanamnya sikap toleransi pada diri individu akan memberikan kebebasan kepada
5

masyarakat untuk memperoleh hak-haknya, saling menghormati, dan mengakui keberadaan


mereka, sehingga mereka diberikan kesempatan untuk hidup berdampingan.

2. Hubungan agama dengan ilmu politik

Berbicara mengenai relasi agama dan politik, kedua entitas tersebut memiliki proses tarik
menarik kepentingan. Agama memiliki peran strategis dalam mengkonstruksi dan
memberikan kerangka nilai serta norma dalam membangun struktur negara dan
pendisiplinan masyarakat. Negara menggunakan agama sebagai legitimasi dogmatik untuk
mengikat warga negara agar mematuhi aturan-aturan yang ada. Adanya hubungan timbal
balik itulah yang kemudian menimbulkan hubungan saling mendominasi antar kedua entitas
tersebut.

Negara yang didominasi unsur kekuatan agama yang terlalu kuat hanya akan melahirkan
negara teokrasi yang cenderung melahirkan adanya hipokrisi moral maupun etika yang
ditunjukkan para pemuka agama. Kondisi tersebut terjadi karena adanya pencampuradukan
unsur teologis dan materialis secara konservatif. Adapun negara yang mendominasi relasi
agama justru menciptakan negara sekuler yakni persoalan agama kemudian termarjinalkan
dan tereduksikan dalam pengaruh kehidupan berbangsa dan bernegara, keduanya harus
seimbang. Isu tentang relasi agama dan politik merupakan isu tua dalam sejarah manusia
modern, keduanya pun senantiasa memantik polemik ihwal posisi agama dalam arena politik
yang setidaknya, melibatkan dua kelompok yang secara diametris berlawanan. Satu pihak
mengampanyekan agar agama dilibatkan dalam setiap pertimbangan politik. Gagasan ini
dikenal sebagai teokrasi, pemerintahan berbasis agama. Konsekuensinya, agama menjadi
payung tertinggi dalam setiap kebijakan politik.

Disisi lain, ada pihak yang justru menolak campur tangan agama dalam urusan politik.
Agama harus ditepikan dari diskursus publik dan dimengerti sebagai perkara privat yang
hanya menyangkut kepentingan individu per individu. Agama tidak lebih dari urusan ritual
yang menggambarkan dependensi manusia dengan tuhannya. Didalam perpolitikan
Indonesia, isu ini turut mewarnai perjalanan sejarah bangsa. Sejak awal pembentukannya,
hingga saat ini. Dulu ketika pembuatan piagam jakarta, poin pertama yang semula berisi
“ketuhanan dengan menjalankan syariat-syariat islam bagi para pemeluknya” diganti menjadi
“Ketuhanan yang maha esa”. Perubahan ini terjadi setelah para tokoh berdiskusi dan sebagai
upaya agar tidak terjadi perpecahan diantara warga negara lainnya. Kemudian kasus
penistaan agama yang dilakukan oleh Basuki Tjahaja Purnama atau ahok selaku mantan
gubernur DKI Jakarta, dalam sebuah pernyataannya, dia menngatakan bahwa “jangan sampai
kaum muslimin terpengaruh oleh isi Surat Al-Maidah Ayat 51 yang menerangkan tentang
haramnya orang muslim memilih pemimpin nonmuslim”. Hal ini yang kemudian menjadi
polemik panjang dan dijadikan senjata bagi lawan-lawan politik Ahok untuk menjatuhkannya.
Ahok dianggap telah melakukan penistaan agama, telah menghina teks agama yang suci dan
6

lain sebagainya. Pro dan kontra terus bergulir mulai dari tokoh agama hingga akademisi saling
berbalas dan membela kepentingannya.

3. Hubungan agama dengan ilmu antropologi

Antropologi, sebagai sebuah ilmu yang mempelajari manusia, menjadi sangat penting
untuk memahami agama. Antropologi mempelajari tentang manusia dan segala perilaku
mereka untuk dapat memahami perbedaan kebudayaan manusia. Dibekali dengan
pendekatannya dalam aspeknya serta komitmen antropologi akan pemahaman tentang
manusia, maka sesungguhnya antropologi merupakan ilmu yang penting untuk mempelajari
agama dan interaksi sosialnya dengan berbagai budaya. Nurcholish Madjid mengungkapkan
bahwa pendekatan antropologis sangat penting untuk memahami agama Islam, karena
konsep manusia sebagai 'khalifah' (wakil Tuhan) di bumi, misalnya, merupakan simbol akan
pentingnya posisi manusia dalam Islam.

Para antropolog menjelaskan keberadaan agama dalam kehidupan manusia dengan


membedakan apa yang mereka sebut sebagai 'common sense' dan 'religious atau mystical
event.' Dalam satu sisi common sense mencerminkan kegiatan sehari-hari yang biasa
diselesaikan dengan pertimbangan rasional ataupun dengan bantuan teknologi, sementera
itu religious sense adalah kegiatan atau kejadian yang terjadi di luar jangkauan kemampuan
nalar maupun teknologi.Penjelasan lain misalnya yang diungkapkan oleh Emile Durkheim
tentang fungsi agama sebagai penguat solidaritas sosial, atau Sigmund Freud yang
mengungkap posisi penting agama dalam penyeimbang gejala kejiwaan manusia,
sesungguhnya mencerminkan betapa agama begitu penting bagi eksistensi manusia. Melihat
agama di masyarakat, bagi antropologi adalah melihat bagaimana agama dipraktikkan,
diinterpretasi, dan diyakini oleh penganutnya.

4. Hubungan agama dengan ilmu ekonomi

Analisis yang menarik tentang hubungan agama dengan pengembangan ekonomi oleh H.
Palanca, dapat dijadikan kajian dalam upaya mencoba memahami peran yang dijalankan
agama di dalam masyarakat. Dengan cara pandang positivistik, tidak ada cara untuk
memaksakan etika agama agar tidak dipatuhi oleh pemeluknya. Di samping itu di sebagian
besar di dunia, dengan menurunnya peran agama dalam masyarakat dewasa ini, kita tidak
mungkin dapat berharap suatu etika agama memainkan peranan, seperti pada masa
pertengahan dan zaman reformasi.Agama dapat disebut sebagai suatu faktor, bukan
penyebab pertumbuhan ekonomi.Hubungan agama dengan pembangunan ekonomi
bukanlah hubungan kuasalitas, namun hubungan timbal balik.Agama merupakan salah satu
faktor yang mendorong pertumbuhan ekonomi, perubahan struktur ekonomi dan kemajuan
masyarakat. Di pihak lain, agama juga tidak statis melainkan berubah mengikuti pertukaran
waktu dan perubahan zaman, serta oleh perkembangan dan pertumbuhan ekonomi. Kondisi
sosial dan ekonomi ikut mempengaruhi keberadaan agama.
7

Di dalam masyarakat tradisional, agama berfungsi untuk mendorong manusia untuk


terlibat dalam peran-peran dan tingkah laku ekonomi, karena agama dapat mengurangi rasa
cemas dan takut.Studi yang dilakukan oleh Malinowski di kalangan masyarakat Trobriand,
ditemukan bahwa masyarakat tersebut selalu mengadakan upacara ritual sebelum
melakukan kegiatan mencari ikan di laut.

Agama juga berfungsi menciptakan norma-norma sosial yang mempengaruhi


ekonomi.Studi yang dilakukan max Weber tentang “Etika Protestan” menemukan bahwa
agama Protestan ternyata memberikan sumbangan tidak kecil terhadap upaya menciptakan
jiwa kewirausahaan (spirit of enterprenuership).Ajaran agama tersebut menganjurkan
kepada pemeluknya agar selalu bekerja keras, tahan cobaan, dan hidup hemat. Menurt
Weber, menjadikan mereka tidak konsumtif, namun selalu berusaha menginvestasikan
sumber dana yang dimilikinya untuk berusaha tiada henti dan putus asa.

Tidak diragukan lagi bahwa legalitas bisnis dibahas oleh Al- Qur’an. Eksposisi sintetik
ajaran Al- Qur’an diharapkan akan membantu kita dalam menggambarkan prinsip-prinsip
dasar dari etika bisnis Al- Qur’an. Ketaatan pada prinsip-prinsip ini akan memberikan jaminan
keadilan dan keseimbangan yang dibutuhkan dalam bisnis dan akan menjaga aktivitas
komersial pada koridor yang benar.

Jika kita berbicara tentang akhlak dalam ekonomi Islam, maka tampak secara jelas di
hadapan kita empat nilai utama, yaitu: rubbaniyyah (ketuhanan),akhlak, kemanusian, dan
pertengahan. Nilai-nilai ini memancarkan keunikan dalam ekonomi Islam yang tidak dimiliki
oleh sistem ekonomi manapun di dunia. Nilai-nilai tersebut merupakan karakteristik syariat
Islam yang kaffah, sempurna dalam segala dimensinya. Atas dasar karakteristik itu ekonomi
Islam jelas berbeda dengan sistem ekonomi konvensional karena ia adalah sebuah sistem
ekonomi alamiah, ekonomi humanistis, ekonomi moralistis, dan ekonomi moderat. Makna
dan nilai-nilai pokok yang empat ini mempunyai dampak terhadap seluruh aspek ekonomi,
baik dalam masalah produksi, konsumsi, sirkulasi maupun distribusi. Semua itu terpola oleh
nilai-nilai tersebut, karena jika tidak, niscaya ke-islam-an itu hanya sekedar simbol tanpa
makna.

5. Hubungan agama dengan ilmu hukum dan moral

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 Pasal 29 (2) menyatakan
“Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-
masing dan untuk beribadat menurut agamnya dan kepercayaannya itu. Bukti bahwa antara
hukum,moral,dan agama tidak bisa dilepaskan dalam tatanan kehidupan masyarakat
Indonesia. Hukum, moral, dan agama merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan dalam tatanan kehidupan masyarakat Indonesia. Antara hukum,moral, dan
8

agama mempunyai hubungan yang erat sehingga diantara ketiganya dapat memperkuat satu
sama lain untuk menjalankan kaidah-kaidahnya.Orang yang menganut suatu ajaran
agama maka sudah pasti dia bermoral dan taat akan hukum. Hal tersebut didasarkan pada
suatu realita bahwa di dalam ajaran agama apapun tidak ada yang mengajarkan tentang
bagaimana berbuat buruk atau jahat kepada orang lain.

Tidak dapat dipungkiri jika agama mempunyai hubungan erat dengan moral.Setiap
agama mengandung suatu ajaran yang menjadi pegangan bagi perilaku para
penganutnya.Diantara hukum, moral, dan agama ketigaanya saling mengandaikan dan
sama-sama mengatur perilaku manusia. Hukum membutuhkan moral.Hukum tidak berarti
banyak kalau tidak dijiwai oleh moralitas. Tanpa moralitas, hukum adalah kosong.Kualitas
hukum sebagian besar ditentukan oleh mutu moralnya. Karena itu, hukum harus selalu diukur
dengan norma moral. Produk hukum yang bersifat imoral tidak boleh tidak harus diganti
bila dalam masyarakat kesadaran moral mencapai tahap cukup matang. Di sisi lain, moral
juga membutuhkan hukum. Moral akan mengawang-awang kalau tidak diungkapkan dan
dilembagakan dalam masyarakat dalam bentuk salah satunya adalah hukum. Dengan
demikian, hukum bisa meningkatkan dampak social dari moralitas. “Menghormati milik
orang lain”misalnya merupakan prinsip moral yang penting.Ini berarti bukan saja tidak
boleh mengambil dompet orang lain tanpa izin, melainkan juga milik dalam bentuk lain
termasuk milik intelektual, hal-hal yang ditemukan atau dibuat oleh orang lain (buku,
lagu,komposisi musik, merk dagang dsb).Hal ini berlaku karena alasan etis, sehingga selalu
berlaku, juga bila tidak ada dasar hukum.Hukum tanpa moral adalah kezaliman.

Moral tanpa hukum adalah anarki dan utopia yang menjurus kepada peri-
kebinatangan. Sedangkan hukum dan moral tanpa di landasi agama maka akan
sesat.Hanya hukum yang dipeluk oleh kesusilaan dan berakar pada kesusilaan yang dapat
mendirikan kesusilaan. Dengan begitu dapat dinyatakan bahwa hukum tanpa keadilan
dan moralitas bukanlah hukum dan tidak bisa bertahan lama. Sistem hukum yang tidak
memiliki akar substansial pada keadilan dan moralitas padaakhirnya akan terpental.
sehingga hukum dan moral harus berdampingan, karena moral adalah pokok dari hukum,
maka tidak ada dan tidak pernah ada pemisahan total hukum dari moralitas. Oleh
karenanya hukum yang dipisahkan dari keadilan dan moralitas bukanlah hukum.

agama nampak bidang kajiannya cukup luas dibandingkan dengan kedua kaidah lainnya
yakni hukum dan moral. Moral hanya sebatas mengajarkan mana yang baik dan mana yang
buruk menurut kebenaran umum tanpa ada nya sebuah aturan yang jelas mengenai
sankisi. Hukum mengatur larangan keharusan dengan aturan sanksi yang jelas akan tetapi
hukum hanya berhubungan dengan yang lahiriah saja. Sedangkan agama cakupannya
sangatlah luas, bukan hanya sebatas ukuran baik dan buruk menurut kebenaran hati
dan pikiran bersih, bukan juga hanya perintah,larangan, dan sanksi yang bersifat lahiriah
saja,akan tetapi lebih luas dari apa yang menjadi dasar dari kedua kaidah tersebut.
9

6. Hubungan agama dengan ilmu psikologi

Psikologi dengan agama merupakan dua hal yang berhubungan erat. Mengingat agama
sendiri diturunkan kepada umat manusia dengan dasar-dasar yang disesuaikan oleh kondisi
psikologi dan situasi psikologi. Tanpa dasar, agama akan sulit diterima oleh manusia. Karena
didalam agama mengajarkan tentang bagaimana agar manusia tanpa paksaan bersedia
menjadi seorang hamba yang patuh dan taat pada ajaran agama.

Dalam agama, penuh dengan unsur-unsur paedagogis yang merupakan essensi pokok dari
tujuan agama yang diturunkan oleh tuhan kepada manusia. Unsur paedagogis dalam agama
tidak mempengaruhi manusia kecual bila disampaikan sesuai petunjuk psikologis. Setiap
orang dapat menghayati perasaan keagamaan dirinya dan dapat meneliti keberagaman orang
lain. Makna agama dalam psikologis pasti berbeda-beda pada tiap orang. Bagi sebagian
orang, agama adalah ritual ibadah, seperti sholat dan puasa. Bagi agama lain adalah
pengabdian kepada sesama makhluk atau pengorbanan untuk suatu keyakinan.hubungan
psikologi dengan agama mempelajari psikis manusia dalam hubungannya dengan manifestasi
keagamaan, yaitu kesadaran agama dan pengalaman agama. Kesadaran agama hadir dalam
pikiran dan dapat dikaji dengan intropeksi. Pengalaman agama sendiri merupakan perasaan
yang hadir dalam keyakinan se!agai !uah dari amal keagamaan semisal melazimkan dzikir.
Jadi obyek studinya dapat berupa gejala-gejala psikis manusia yang berkaitan dengan tingkah
laku keagamaan dan proses hubungan antara psikis manusia dengan tingkah laku keagamaan.

Antara psikologi dengan agama tidak termaksud untuk melakukan penelitian/kritik


terhadap ajaran agama tertentu, tapi semata untuk memahamidan melukiskan tingkah laku
keagamaan sebagai ekspresi dalam alam pikiran, perasaan, dan sebagainya akibat adanya
keyakinan agama tertentu.contoh bahwa psikologi dengan agama mempunyai hubungan erat
dalam memberikan bimbingan manusia adalah jika manusia melanggar norma-norma agama
dipandang dosa. Perasaan berdosa inilah yang mengakibatkan perasaan nestapa dalam
dirinya meskipun tidak diberikan hukuman lahiriyah. Psikologi memandang bahwa orang
yang berdosa telah menghukum dirinya sendiri karena berbuat pelanggaran. Jiwa mereka
tertekan dan dihantui perasaan besalah. Dan bila yang bersangkutan tidak dapat
mensublimasikan perasaannya, akan mengakibatkan semacam penyakit jiwa yang merugikan
dirinya sendiri. Dalam hal demikian itulah penuduk agama sangat diperlukan untuk
memberikan jalan sublimatif serta katharisasi mengingat hubungan antara keduanya.
10

C. Pandangan Ajaran Islam Tentang Ilmu Sosial

Penelitian yang dilakukan oleh Jalaludin Rahmad terhadap al-Qur’an menyimpulkan empat hal:
1. Dalam Alqur’an dan hadist, proposi terbesar ditujukan pada urusan sosial.
2. Dalam kenyataan apabila urusan ibadah bersamaan waktunya dengan urusan muamalah
yang penting, maka ibadah boleh diperpendek atau ditangguhkan.
3. Bahwa ibadah mengandung segi kemasyarakatan diberi ganjaran lebih besar daripada
badah yang bersifat perseorangan.
4. Apabila ibadah dilakukan tidak sempurna atau batal, karena melanggar pantangan
tertentu, maka Kifaratnya (tebusan) adalah melakukan sesuatu yang berhubungn dengan
masalah sosial.

Islam menilai bila urusan ibadah dilakukan tidak sempurna atau batal, karena melanggar
pantangan tertentu, maka Kifartnya (tebusan) adalah dengan melakukan sesuatu yang
berhubungan dengan urusan sosial. Apabila puasa tidak mampu dilakukan karena sakit dan sulit
diharapkan sembuhnya, maka boleh diganti dengan Fidyah yaitu memberi makan orang miskin.
Sebaliknya, bila orang tidak baik dalam urusan muamalah, urusan ibadahnya tidak dapat
menutupnya. Merampas hak orang lain tidak dapat menghapus dosanya dengan sholat tahajud.
Membunuh orang pada zaman Nabi maka dendanya ialah memerdekakan budak.Itulah
pentingnya ilmu sosial dan sangat erat sekali dengan agama Islam.

Sejak kelahiranya belasan abad yang lalu Islam telah tampil sebagai agama yang mamberi
perhatian pada keseimbangan hidup antara dunia dan akherat, antara hubungan manusia
dengan Tuhan dan antara hubungan manusia dengan manusia, antara urusan ibadah dengan
urusan muammalah.Selanjutnya jika diadakan perbandingan antara perhatian Islam terhadap
urusan ibadah dengan urusan muamalah ternyata Islam menekankan urusan muamalah lebih
besar daripada urusan ibadah dalam arti yang khusus Islam lebih banyak memperhatkan aspek
kehidupan sosial daripada aspek kehidupan ritual. Islam adalah agama yang menjadikan seluruh
bumi sebagai masjid tempat mengabdi kepada Allah SWT dalam arti yang. Muammallah jauh
lebih luas dari pada ibadah dalam arti khusus.

Keterkaitan agama dengan masalah kemanusiaan sebagai tersebut di atas menjadi penting
jika dikaitkan dengan situasi kemanusiaan dizaman modern ini, Kita mengetahui bahwa dewasa
ini manusia menghadapi berbagai macam persoalan yang benar benar membutuhkan
pemecahan segera, kadang-kadang kita merasa bahwa situasi yang penuh dengan problematika
di dunia modern, justru disebabkan oleh perkembangan pemikiran manusia sendiri, dibalik
kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dunia modern sesungguhnya menyimpan suatu
potensi yang dapat menghancurkan martabat manusia, umat manusia telah berhasil
mengorganisasikan ekonomi, manata struktur politik serta membangun peradapan yang maju
untuk dirinya sendiri tetapi pada saat yang sama kita juga melihat bahwa umat manusia telah
menjadi tawanan dari hasil ciptaanya sendiri sejak manusia memasuki zaman modern. mereka
11

mampu mengembangkan potensi-potensi rasionalnya dan belenggu pemikiran hukum alam yang
sangat memikat, kebebasan manusia tetapi ternyata di dunia modern ini manusia dapat
melepaskan diri dari jenis belenggu lain yaitu penyembahan kepada hasil ciptaannya sendiri.

Sejak manusia memasuki zaman modern, mereka mampu mengembangkan potensi-potensi


rasionalnya, mereka memang telah membebaskan diri dari belenggu pemikiran mistis yang
irrasional dan belenggu pemikiran hukum alam yang sangat mengikat kebebasan manusia.
Tetapi ternyata di dunia modern ini manusia tidak dapat melepaskan diri dari jenis belenggu lain,
yakni penyembahan kepada hasilnya ciptaan dirinya sendiri. Dalam keadaan demikian, kita saat
ini nampaknya sudah mendesak untuk memiliki ilmu pengetahuan sosial yang mampu
membebaskan manusia dari berbagai problema tersebut. Ilmu pengetahuan sosial yang
dimaksudkan adalah ilmu pengetahuan yang di gali dari nilai-nilai agama yang disebut sebagai
ilmu sosial profetik.

D. Ilmu Sosial yang Bernuansa Islam

Ilmu sosial telah mengalami kemandekan dalam memecahkan berbagai masalah yang di
hadapinya. Kita butuh ilmu sosial yang tidak hanya berhenti pada menjelaskan fenomena sosial,
tetapi dapat memecahkannya secara memuaskan. Menurut Kunto Wijoyo, kita butuh ilmu sosial
profetik, yaitu ilmu sosial yang tidak hanya menjelaskan dan mengubah fenomena sosial, tetapi
juga memberi petunjuk ke arah mana transformasi itu telah dilakukan, untuk apa dan oleh siapa.
Yaitu ilmu sosial yang mampu mengubah fenomena berdasarkan cita-cita etik dan profetik
tertentu.perubahan tersebut di dasarkan kepada tiga hal: cita-cita kemanusian, liberasi,
transendesi.Nilai-nilai kemanusiaan (humanisasi), liberasi, dan transendesi.Yang dapat di gali dari
ayat tersebut dapat di jelaskan secara singkat sebagai berikut:

Pertama, bahwa tujuan humanisasi adalah memanusiakan manusia dari proses dehumanisasi.
Industrialisasi yang kini terjadi terkadang menjadikan manusia sebagai bagian dari masyarakat
abstrak tanpa wilayah kemanusiaan. Kita menjalani objektivitas ketika berada di tengah-tengah
mesin politik dan mesin pasar, melihat manusia reduksionistik dengan cara parsial. Manusia telah
menjadi bagian dari sekrub mesin kehidupan yang tidak lagi menyadari keberadaanya secara
utuh.

Kedua,liberasi adalah pembebasan manusia dari kungkungan tekhnologi, dan pemerasan


kehidupan, menyatu dengan orang miskin yang tergusur oleh kekuatan ekonomi raksasa dan
berusaha membebaskan manusia dari belenggu yang kita buat sendiri.

Ketiga, tujuan dari transendesi adalah menumbuhkan dimensi transendental dalam


kebudayaan. Kita sudah banyak menyerah kepada arus hedonisme, materialisme, dan budaya
dekaden lainnya. Kini yang harus di lakukan adalah membersihkan diri dengan mengikatkan
12

kembali kehidupan pada dimensi transindentalnya. Kita ingin agar rahmat tuhan menyertai hidup
kita, terlepas dari dimensi ruang dan waktu pada saat kita berserah diri kepada kebesaran Tuhan.

Dengan ilmu sosial profetik ini, kita ingin melakukan reorientasi terhadap epistomologi,
orientasi terhadap mode of thought dan mode inquirity, yaitu suatu pandangan, bahwa sumber
ilmu bukan hanya berasal dari rasio dan emipiri sebagai yang di anut dalam masyarakat barat,
tetapi juga dari wahyu.Ilmu sosial yang demikian, maka umat islam dapat meluruskan gerak
langkah perkembangan ilmu pengetahuan yang terjadi saat ini dan juga dapat meredam berbagai
kerusuhan sosial dan rindakan kriminal lainnya yang saat ini bnyak mewarnai kehidupan.
Fenomena kerusuhan, tindakan kriminal, pemerkosaan, bencana kebakaran hutan, kecelakaan
lalulintas yang menelan ribuan nyawa manusia, penyalahgunaan narkotika dan obat-obat
terlarang, penyimpangan sosial, tindakan nekad, perampasaan hak asasi manusia, dan masalah
sosial yang terus berkembang, secara sosiologis bukan lah masalah yang berdiri sendiri. Semua
itu merupakan produk sistem dan pola pikir, pandangan yang dekaden, dan sebagainya.
Pemecahan terhadap maslah tersebut salah sat alternatifnya adalah dengan memberikan nuansa
keagamaan dalam ilmu sosial yang oleh kuntowijoyo disebut sebagai ilmu sosial yang profetik.

E. Peran Ilmu Sosial Profetik Pada Era Globalisasi

Dengan ilmu sosial profetik yang kita bangun dari ajaran islam sebagaimana tersebut diatas,
kita tidak perlu takut atau kawatir terhadap dominasi sains Barat dan arus globalisasi yang terjadi
saat ini. Islam selalu membuka diri terhadap seluruh warisa peradaban. Islam adalah sebuah
paradigma terbuka.

Sejak beberapa abad yang lalu islam mewarisi tradisi sejarah dari seluruh peradaban
manusia. Kita tidak membangun dari ruang yang hampa. Hal demikian dapat dipahami dari
potongan kandungan surat Al-Maidah : 3

yang artinya; pada hari ini telah kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah kucukupkan
kepaadamu nikmatku, dan telah ku-ridhai islam itu jadi agama bagimu.
Kata telah Ku-sempurnakan agama-Ku mengandunng arti bukan membuat yang baru atau
membangun dari ruang hampa melainkan dari bahan-bahan yang sudah ada. Hal demikian dapat
dilihat dari kenyataan sejarah. Semua agama dan peradaban mengalami proses, meminjam dan
memberi dalam interaksi mereka dalam satu sama lain sepanjang sejarah.
13

Dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) Islam bukanlah agama tertutup. Islam
adalah pengabdian terbuka, sebagai mata rantai peradaban dunia. Islam mewarisi peradaban
Yunani dan Timur. Ketika abad VIII-XV peradaban barat dan timur tenggelam dan menjadi
kemerosostan, Islam bertindak sebagai pewaris utamanya untuk kemudian diambil alih oleh
Barat sekarang memalui renaissans. Islam jadi mata rantai yang penting dalam sejarah peradaban
dunia.

Islam mengembangkan matematika India, Ilmu kedokteran dari Cina, sistem pertahanan
sasanid, logika Yunani, dan sebagianya. Namun dalam proses peneriamaannya itu terdapat
dialektika internal. Misalnya, untuk bidang-bidang pengkajian tertentu islam menolak bagian
logika Yunani yang sangat rasional diganti dengan caara berfikir institutif yang menekankan rasa
seperti yang dikrnal dalam tasawuf.

Alquran sebagai sumber utama ajaran Islam diturunkan bukan dalam ruang hampa,
melainkan dalam setting sosial aktual. Sejak 15 Abad yang lalu Islam telah tampil sebagai agama
terbuka akomodatif, serta berdampingan dengan agama, kebudayaan dan peradaban lainnya.
Tetapi dalam waktu yang bersamaan Islam juga memberi kritik, perbaikan serta penolakan
dengan cara-cara yang amat simpatik dan tidak menumbulkan gejolak sosial yang membawa
korban yang tidak diharapkan.Respon normatifnya merefleksibelkan kondisi sosial aktual itu,
meskipun jelas, bahwa alquran memiliki cita-cita sosial tertentu.

Jika saat ini kita menghadapi kesenjangan sosial yang diakibatkan oleh perbedaan tingkat
ekonomi, maka pada masa kelahirnnya lima belas abad yang lalu Islam telah memberikan
perhatian terhadap masalah ini. Kesenjangan sosial pada sistem kapitalis ternyata lebih besar
dari pada kesenjangan pada sistem sosialis, dan pada dunia ketiga seperti Indonesia, kesenjangan
sosial itu lebih besar lagi. Pada sistem sosialis di rusia misalnya terdapat pendapatan terendah
pada tahun 1995, yaitu antara 15:25; sedangkan di Amerika yang kapitalis pada tahuan yang
sama perbandingannya antara 20:200. Selanjutnya dirusia pada tahun 1980 gaji tertinggi adalah
80.000 rubbel yang nilainya sama dengan 300x upah minimum atau 110x upah rata-rata.
Saementara di Amerika pada tahun yang sama upah tertinggi adalah 11.000x upah minimum
atau 7000x upah rata-rata. Gaji bill kosby misalnya mencapai 50.000.000,- dollar pertahun,
sementara yang terndah adalah 5.000,- dollar pertahun atau 10.000x upah rata-rata penduduk
Amerika.Sementara itu di Indonesia sebagai negara berkembang upah terandah adalah 45.000.-
/ per bulan sedangkan upah tertinggi dicapai oleh Liem Soe Liong yang mencapai lebih besar lagi
lipatannya dibandingkan dengan dicapai bill kosby.

Kesenjangan dalam bidang ekonomi tersebut menunjukan bahwa ilmu sosial yang ada
sekarang perlu ditinjau kembali, antara lain dengan menerapkan ilmu sosial profetik. Islam
misalnya mengakui adanya perbedaan kelas sebagai fitrah, dimana Tuhan melebihkan yang satu
atas yang lain. Namun, bersamaan dengan itu islam menyuruh umatnya agar menegakkan
14

keadilan dan egaliter perbedaan kelas yang ada tidak boleh diartiakan bahwa islam mentolelir
terjadi ketidak adilan sosial. Islam berupaya mengikis kesenjagan tersebut dengan melalui
berbagai upaya seperti melalui institusi zakat, infak, sadaqah dan sebagianya.

Dalam hubungan ini islam mengakui adanya upaya suatu gerakan kelompok yang membela
kelas tertindas, tetapi gerakan itu tidak bersifat class for itself, seperti gerakan komunis dan
sebagianya, bukan untuk menghancurkan kelas yang lain. Dalam prespektif Islam, struktur yang
adil tidak akan tercipta hanya dengan menhancurkan kelas yang menguasasi alat-alat produksi.
Dari sini terlihat dengan jelas tentang kepedulian Islam terhadap upaya mengikis kesenjanagan
yang terjadi di masyarakat.

Bukti sejarah tersebut memperlihatkan dengan jelas bahwa dari sejak kelahirnnya lima belas
abad yang lalu islam telah tampil sebagai agama terbuka, akomodatif serta berdampingan
dengan agama, kebudayaan dan peradaban lainnya. Tetapi dalam waktu bersamaan islam juga
tampil memberikan kritik, perbaikan, bahkan penolakan dengan cara-cara yang amat simpatik
dan tidak menimbulkan gejolak sosial yang membawa korban yang tidak diharapkan. Dengan
sifat dan karakteristik ajaran islam demikian itu, maka melalui ilmu sosial yang berwawasan
profetik sebagaimana disebutkan diatas, maka Islam siap untuk memasuki era globalisasi. Era
globalisasi yang ditandai dengan adanya perubahan bidang ekonomi, teknologi, sosial, informasi,
dan sebagainya akan dapat diambil manfaatnya dengan sebaik-baiknya, dan dapat dibuang hal-
hal yang membahayakannya.

Dengan mengikuti uraian diatas, kiranya menjadi jelas bahwa Islam memiliki perhatian dan
kepedulian yang tinggi terhadap masalah-masalah sosial. Karena itu, kehadiran ilmu sosial yang
banyak membicarakan tentang manusia tersebut dapat di akui oleh islam. Namun islam memiliki
pandangan yang khas tentang ilmu sosial yang harus di kembangkan, yaitu ilmu sosial profetik
yang di bangun dari ajaran islam dan di arahkan untuk humanisasi, liberasi, dan transendesi. Ilmu
pengetahuan sosial demikian yang di butuhkan dalam membangun manusia indonesia seutuhnya
pada era globalisasi di abad XXI mendatang.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat kami simpulkan bahwa hubungan agama dengan ilmu
pengetahuan sosial sangat erat kaitannya dengan masalah yang dihadapi manusia pada era
globalisasi saat ini. Ilmu pengetahuan sosial sangat dibutuhkan untuk dipelajari dan dipahami
oleh umat muslim agar tidak terjadi kesalahan dalam beribadah maupun dalam hal
kemasyarakatan.Kontribusi islam dalam peradaban dunia dapat di rasakan dari masa lalu hingga
masa modern ini, baik dari segi pemerintahaan, pertahanan dan social. Di era globalisasi ini pun
islam banyak berkontribusi dalam bidang apapun islam ikut serta dalam perdaamaian dunia,
islam juga ikut serta dalam mengatasi permasalahan social yang terjadi saat ini.Islam tidak
memandang rendah agama lain, tetapi menganggap mereka semua itu setara. Islam sangat
mengutamakan kepentingan umum.Banyak sekali ilmuan ilmuan yang lahir dari islam yang ikut
merubah peradaban dunia hal ini membuktikan bahwa islam ikut berkontribusi dalam
perkembangan peadaban dunia termasuk ilmu pengetahuan.

B. Saran

Kami menyarankan kepada pembaca supaya lebih memahami dan mempelajari lagi
hubungan agama islam dengan ilmu pengetahuan sosial, karena agama islam sangat
berhubungan erat dengan ilmu pengetahuan terutama dibidang sosial. Pentingnya peranan
ilmu sosial dan agama di dalam kehidupan terutama ilmu sosial profetik, maka seharusnya ilmu
sosial profetik ditanamkan sejak dini kepada para pelajar dan mahasiswa agar dapat menambah
wawasan serta dapat dijadikan pedoman dalam menghadapi era globalisasi di zaman modern
ini.

15
DAFTAR PUSTAKA

Muh.Tasrif. (2008). AGAMA DAN ILMU PENGETAHUAN. Dialogia, Vol. 6 No 2 Juli -


Desember 2008, 212-235.
Murthada, M. (2006). Manusia dan Alam Semesta. Jakarta: Pustaka Nasional Jakarta.
Nasution, H. (1979). Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya.Jilid II. Jakarta: UI Press.
Nata, A. (2003). Methodologi Studi Islam. Jakarta: Rajawali Persada.
Yatimin, A. (2006). Studi Islam Kontemporer. Jakarta: Amzah.

16

Anda mungkin juga menyukai