Anda di halaman 1dari 19

Utilitas dan Pengolahan Limbah Lecture Note

11

KELISTRIKAN
Setiap pabrik kimia membutuhkan energi listrik dalam jumlah yang besar untuk mengoperasikan
berbagai peralatan proses dan penerangan pabrik karena listrik mudah ditransfer (dan aman).

11.1. Hukum Dasar Listrik


Variabel dasar dalam kelistrikan adalah:
a. Arus (i), merupakan jumlah muatan yang mengalir per satuan waktu.
b. Tegangan atau voltase (V), merupakan driving force.
c. Tahanan (R).
Hubungan ketiga variabel di atas dikenal sebagai hukum Ohm;
V=IR
Daya yang dihasilkan oleh energi listrik dinyatakan dalam persamaan:
P = V I = I2 R
Dengan:
P = daya (j/s, watt atau VA); I = arus (ampere)
V = tegangan (volt); R = tahanan (ohm)
Kedua persamaan di atas berlaku untuk listrik arus searah (DC) dan arus bolak balik (AC). Arus bolak
balik mempunyai tegangan yang berfluktuasi dan umumnya dinyatakan sebagai fungsi sinusoidal
dengan frekuensi tertentu. Di Indonesia, frekuensi listrik adalah 50 Hz (50 cps, cycle per second).

V(t)
Vmaks

Waktu
1/50 s = 360°

Gambar 11.1 Kurva tegangan sesaat arus bolak-balik 50 Hz


Tegangan sesaat:
V (T) = Vmaks sin (2πft)
Vmaks = tegangan maksimum, amplitudo
f = frekuensi (Hz)
t = waktu
2πft dalam radian
2π = = 360°
Dalam praktek pengukuran dan perhitungan daya listrik sehari-hari, tegangan dan kuat arus bolak-
balik dinyatakan dalam nilai efektifnya (root mean square), bukan nilai sesaat.
=
√2
=
√2
Jadi kalau tegangan sumber listrik terukur 220 V, berarti sumber tersebut memiliki amplitudo
tegangan sebesar: Vmaks = 220/√2 = 308 volt.
Utilitas dan Pengolahan Limbah Lecture Note
11

11.2. Induktansi
Jika dalam suatu rangkaian listrik bolak-balik terdapat induktor atau kumparan, arus akan terlambat
dari tegangan (Gambar 11.2). Hal ini diakibatkan dari sifat induktor yang selalu melawan perubahan
aliran arus. Sifat induktor ini disebut induktansi.

I(t)
V(t)
Imaks
Vmaks
Waktu


360°
Gambar 11.2 Kurva tegangan dan arus sesaat akibat induksi

V(t) = Vmaks sin (2πft)


I(t) = Imaks sin (2πft-)
 = sudut keterlambatan I(t) terhadap V(t)
Tahanan akibat induksi dinyatakan sebagai tahanan induktansi (XL):
XL = 2πf.L
Dengan: XL = tahanan induktansi (ohm)
L = induktansi (H, Henry)

11.3. Kapasitansi
Pada rangkaian dengan kapasitor, arus akan mendahului tegangan (Gambar 1.3). Hal ini akibat dari
sifat kapasitor yang menimbun muatan ketika ada aliran dan melepaskannya kembali ketika tidak ada
aliran listrik.

I(t)
Imaks V(t)
Vmaks

Waktu


360°

Ganbar 11.3 Kurva tegangan dan arus sesaat akibat kapasitor

V(t) = Vmaks sin (2πft)


I(t) = Imaks sin (2πft-)
I(t) mendahului V(t) dengan 
Rangkaian dengan kapasitor mengakibatkan efek yang berlawanan dengan induktansi (bandingkan
Gambar 11.2 dan 11.3). Tahanan yang timbul akibat kapasitansi dinyatakan sebagai tahanan
kapasitansi:
XC = 1/((2πf.C)
Dengan: XC = tahanan kapasitansi (ohm)
C = kapatasitansi (F, Farad)
Utilitas dan Pengolahan Limbah Lecture Note
11

11.4. Rangkaian Tahanan


Rangkaian tahanan listrik bermacam-macam tergantung pada keperluan. Rangkaian listrik yang sering
dijumpai di pabrik kimia pada umumnya berupa:
a. Tahanan murni, misalnya pemanas listrik.
b. Tahanan induktansi kapasitor, terutama motor listrik.
c. Tahanan kapasitansi kapasitor, biasanya untuk memperbaiki faktor daya suatu motor listrik.

11.4.1. Rangkaian Tahanan Murni


a. Rangkaian Seri
R4 R4 R
Ekivalen dengan
A B C A C

R = R3 + R4
VAC =VAB + VBC
IAB = IAC
b. Rangkaian Paralel

R4
A C R
Ekivalen dengan
B D P Q

= +
VAB = VBC
IPQ =IAB + IBC

11.4.2. Rangkaian R-L Seri


Rangkaian R-L seri dan rangkaian R-C paralel banyak ditemukan dalam rangkaian listrik di pabrik kimia.
Rangkaian R-L-C seri adalah rangkaian tiga komponen listrik (resistor, induktor, dan kapasitor) yang
disusun seri dan dihubungkan dengan sumber listrik bertegangan V. Sifat rangkaian R-L-C seri
bergantung pada besar hambatan yang dihasilkan oleh induktor dan kapasitor. Penyelesaian untuk
A rangkaian R-L-C melibatkan perbedaan sudut antara tegangan dan
A
kuat arus. Rangkaian ini biasanya untuk menyatakan rangkaian
R IR
dalam motor listrik.
Ekivalen I
Z R = tahanan murni
⃗ = ⃗ + ⃗ (penjumlahan vektor)
XL IL
≠ + (bukan penjumlahan aljabar) XL = tahanan induktansi
⃗ = ⃗ + ⃗ (jumlah vektor) Z = tahanan impedansi
B B
= =

11.4.3. Rangkaian R-C Paralel


Rangkaian R-C paralel memiliki ciri yaitu adanya percabangan arus dari sumber (I) menjadi dua, yaitu
arus yang menuju kapasitor (IC) dan arus yang menuju resistor (IR). Sedangkan tegangan jatuh pada
kapasior (VC) dan resistor (VR) sama besar dengan sumber tegangan (V). Rangkaian ini biasanya
digunakan dalam pemasangan kapasitor.
Utilitas dan Pengolahan Limbah Lecture Note
11

A A

E
C
IR

R I

D
F
I
B B


= ⃗
+ ⃗
(jumlah vektor)
VCD = VEF = VAB
⃗ = ⃗ + ⃗ (jumlah vektor)

11.4.4. Rangkaian R-L-C Motor Listrik

XL
Jika suatu rangkaian mengandung XL dan XC, tanda (positif atau
negatif) XL harus berlawanan dengan XC; umumnya XL diberi tanda (+)
dan XC diberi tanda (-).
R

XL (-)

11.4.5. Bilangan Kompleks


Untuk memudahkan operasi vektor, digunakan bilangan kompleks sebagai berikut:
Z = a + b.j
j.j = -1
a =bilangan riil, sumbu x
b =bilangan imajiner, sumbu y
Operasi dasar bilangan kompleks:
= + ; = +
+ =( + )+( + )
. = + + =( − )+( + )
+ + − ( + )+( − )
= = . =
+ + − +

b Tahanan murni, Z1 = R
Z1 = a +
Tahanan induktansi, Z2 = +XLj
j a Tahanan kapasitansi, Z3 = -Xcj
a
Perhatikan Z2 dan Z3 berlawanan tanda.
-
Z2 = a +
Untuk rangkaian R-L seri:
c
⃗= ⃗+ ⃗ ⃗= ⃗+ ⃗
Utilitas dan Pengolahan Limbah Lecture Note
11

Untuk rangkaian R-C paralel:


= ⃗− ⃗
(tanda negatif Xc dimasukkan)

⃗= −
Perhitungan R-L seri, R-C paralel diperlukan dalam motor listrik induksi. Sebuah motor listrik AC (arus
bolak-balik) memiliki daya aktif (Paktif), daya reaktif (Preaktif) karena induktansi kumparan dan daya total.
Perhitungan rangkaian R-L harus memperhatikan arah V, I dan Z. Perhitungan rangkaian R-L seri
ditemukan pada motor listrik.
Z Ptotal
XL Preaktif

 

R Paktif
⃗= ⃗+ ⃗
⃗= ⃗+ ⃗ atau | |= +

tan  = XL/R = Preaktif/Paktif


cos  = R/Z = Paktif/Preaktif
cos  = faktor daya (power factor)
Ptotal = V.I (volt.ampere)
Paktif = V.I.cos  (watt)
Paktif = V2.cos2 /R

Sebuah motor AC dengan spesifikasi: 1 kW/220 ; cos  = 0,8; berarti:


a. Motor tersebut bekerja pada V = 220 V
b. Daya aktif, Paktif = 1000 W
c. Faktor daya, pf = cos  = 0,8
d. Motor tersebut memberi daya aktif yang memutar sumbu motor dan terus ke beban = 1000 W
e. Motor tersebut mengkonsumsi listrik sebesar daya total: Ptotal = Paktif/pf atau 1250 VA
(volt.ampere)
f. Motor mengembalikan daya reaktif ke sumber listrik sebesar Preaktif
g. Dalam bentuk vektor atau bilangan kompleks:
Ptotal Ptotal = 1000 + 750 j, Ptotal = 1000 + 750(-1) = 1250
Preaktif
Paktif = 1000 W
Preaktif = 250 W
cos  = 0,8 = 36,86

 = 36,86°

Paktif
Utilitas dan Pengolahan Limbah Lecture Note
11

11.5. Sumber Listrik Tiga Fasa


Listrik tiga fasa merupakan listrik yang diperoleh dari tiga sumber yang dioperasikan serempak. Listrik
tiga fasa memiliki beberapa keunggulan terhadap sistem satu fasa (lihat Chem. Eng., January 1, 1979,
p.73). Tetapi perhitungan tiga fasa ini agak rumit, terutama jika beban masing-masing fasa tidak
berimbang.
I12 Gambar 11.4 memperlihatkan prinsip listrik
tiga fasa, yang masing-masing sumber arus
2 V12
4 berdiri sendiri. Dalam prakteknya, titik ‘1-3-
I34 5’ biasanya disatukan, dan membentuk
1 hubungan Y atau star. Generator listrik tiga
5 3 V34
fasa umumnya disusun dalam bentuk
hubungan Y ini. Di samping itu, ada
I56 kemungkinan membentuk hubungan delta
6 (), dengan menyatukan misalnya titik 2
V56
dengan 3; 4 dengan 5; dan 6 dengan 1.
Gambar 11.4 Prinsip listrik tiga fasa
Untuk penghematan material, salah satu
ujung kawat penghantar setiap fasa disatukan membentuk titik netral. Pemasangan beban dilakukan
dengan hubungan antara masing-masing fasa ke titik netral tersebut, perhatikan Gambar 11.5.

I12 Kuat arus yag melalui netral adalah jumlah


2
4
I34 vektor kuat arus masing-masing fasa.
1 ⃗= ⃗+ ⃗+ ⃗
3
Jika I12 = I34 = I56 dan sudut fasa antara satu
5 dengan yang lainnya sama (yaitu 120°), maka
I = 0.
I56
6
Gambar 11.5 Hubungan Y-4 kawat
Jka beban ketiga fasa seimbang, maka kuat arus melalui titik netral menjadi nol, sehingga kawat
keempat tidak diperlukan lagi. Kawat keempat ini, kemudian dihubugkan ke tanah (ground). Begitu
pula kawat keempat dari beban (di tempat lain) juga dihubungkan ke tanah. Dengan demikian tanah
menjadi sambungan netral, dengan kuat arus nol atau sangat kecil.

Gambar 11.6 Hubungan Y-3 kawat


Hubungan Y-3 kawat banyak digunakan untuk transmisi daya besar, dengan beban masing-masing fasa
yang seimbang/sama besar (Gambar 11.6). dalam sistem ini, beban dihubungkan antara satu fasa ke
fasa lainnya. Tegangan antar fasa, Vff, adalah jumlah vektor tegangan fasa (antara satu fasa terhadap
netral, Vf). Sudut antara satu fasa ke fasa lain adalah 120° (lihat Gambar 11.7).
Vf = V12 = V34 = V56 (dari fasa ke netral)
Utilitas dan Pengolahan Limbah Lecture Note
11

Vff = V24 = V46 = V62 = Vf √3 (dari fasa ke fasa atau antar fasa)
Hubungan ujung-ujung ketiga kumparan 1 – 2, 3 – 4, dan 5 – 6 menentukan besarnya tegangan dan
arah putaran fasa listrik.

Gambar 11.7 Tegangan antar fasa

a. Jika terjadi satu kesalahan sambung di titik netral, misalnya seharusnya 1 – 3 – 5 (Gambar
11.7) menjadi 1 – 4 – 6, maka tegangan antar fasa yang lebih rendah dari yang seharusnya.
1) Tegangan fasa V12 = V34: besar dan arah normal
2) Tegangan fasa V56: besar normal dan arah terbalik
3) Tegangan fasa V24: besar dan arah normal
4) Tegangan antar fasa V25 dan V45: lebih kecil daripada V24
b. Jika terjadi dua kesalahan sambungan listrik netral, misalnya seharusnya 1 – 3 – 5 menjadi 1 –
4 – 6, maka tegangan antar fasa tetap normal, tetapi dengan arah putaran fasa terbalik. Jika
sumber ini digunakan untuk menggerakkan motor tiga fasa, maka arah putaran motor juga
terbalik (walaupun dayanya normal).
Daya generator tiga fasa hubungan Y adalah jumlah daya masing-masing fasa.
Wa = Vf Ia cos a
Wb = Vf Ib cos b
Wc = Vf Ic cos c
Wtotal = Wa + Wb + Wc
Kuat arus (Ia, Ib, Ic) dan faktor daya (cos a, cos b, cos c) tergantung beban masing-masing fasa. Tetapi
sering kali beban dan impedansinya dapat dianggap sama, maka:
Wtotal = 3 Vf I1 cos 
I1 = Ia = Ib = Ic; (arus masing-masing beban yang dianggap sama)
Karena Vff lebih mudah diukur pada hubungan Y-3 kawat (Vff = √3 Vf), maka:
Wtotal = √3 Vf I1 cos 

11.6. Pembebanan Sumber Listrik Sumber Tiga Fasa


11.6.1. Sumber Y-4 Kawat
Beban dapat dihubungkan ke sumber listrik Y-4 kawat secara Y atau . Pada hubungan beban secara
Y, setiap beban dihubungkan pada kawat fasa dan kawat netral. Sedangkan pada hubungan , setiap
beban dihubungkan pada kawat fasa satu dan kawat fasa lainnya, dan kawat netral tidak digunakan
(lihat Gambar 11.8).
Utilitas dan Pengolahan Limbah Lecture Note
11

Gambar 1.8 Pembebanan sumber listrik Y-4

11.6.2. Sumber Y-3 Kawat


Pembebanan pada sumber Y-3 kawat mirip dengan yang Y-4 kawat, kecuali pada kasusu-kasus tak
normal.

Gambar 11.9 Pembebanan terhadap generator Y-3 Kawat

11.7. Pengukuran Daya Tiga Fasa


Daya listrik tiga fasa dapat ditentukan dengan pengukuran tegangan dan kuat arus, kemudian
dilanjutkan perhitungan. Daya fasa juga dapat diukur langsung dengan wattmeter, dengan
pemasangan yang sesuai.

11.7.1. Sumber Y-4 Kawat


Pengukuran rangkaian ini sangat mudah, karena masing-masing fasa berdiri sendiri. Hubungan tiga
watt-meter satu fasa antara kawat fasa dengan titik netral memberikan bacaan daya masing-masing
fasa. Daya total adalah jumlah daya masing-masing fasa.
Wtotal = Wa + Wb + Wc

Gambar 11.10 Pemasangan watt-meter

11.7.2. Sumber Y-3 Kawat


Karena tidak ada titik netral, watt-meter dipasang pada hubungan fasa-fasa. Dua watt-meter satu fasa,
dengan tegangan kerja yang sesuai dapat digunakan untuk menentukan daya total tiga fasa:
Wtotal = Wa + Wc
Dengan: Wa = Vff.Ia cos (1 + 30°)
Wc = Vff.Ic cos (2 - 30°)
Atau: Wa = √3.Vf.Ia cos (2 + 30°) ; I = I a = Ic
Utilitas dan Pengolahan Limbah Lecture Note
11

Wc = √3.Vf.Ic cos (2 - 30°)


Hubungan di atas berlaku untuk beban imbang ataupun tidak imbang, tetapi penggunaan persamaan
tersebut harus memperhatikan harga faktor daya (total). Misalnya untuk beban dengan kuat arus
imbang, kasus berikut ini perlu diperhatikan:
a. Jika faktor daya 100%, maka Wa = Wc
b. Jika faktor daya 50% terlambat ( = 60°), maka Wa = 0
c. Jika faktor daya < 50%, maka Wa < 0; sehingga Wtotal = Wa – Wc
Dengan pemasangan dua watt-meter seperti dalam hubungan Y dalam uraian Gambar 11.10, serta
pemasangan volt-meter antar fasa (Vff) dan ampere-meter (Ia), maka faktor daya untuk beban
seimbang dapat ditentukan dengan persamaan:
cos  = (Wa + Wc)/( √3.Vff.Ia)

11.8. Beban Impedansi (ukuran penolakan terhadap arus bolak-balik) Listrik Tiga Fasa
a. Pembebanan Y

Jika R dan X adalah tahanan murni dan induktansi


masing-masing fasa, maka kuat arus masing-masing
saluran (kawat) adalah:

=
( + )

Gambar 11.11 Pembebanan Y


b. Pembebanan 
Jika R dan X adalah tahanan murni dan induktasni
masing-masing fasa, maka kuat arus masing-masing
adalah:

Kuat arus beban a: = atau =
( ) ( )

Kuat arus beban b: =
( )

Kuat arus beban c: =
( )
Kuat arus dalam satu saluran (kawat) I adalah selisih
vektor kuat arus dua beban, jadi:
Gambar 11.12 Pembebanan  ⃗ = ⃗ − ⃗; ⃗ = ⃗ − ⃗; ⃗ = ⃗ − ⃗
c. Ekivalensi  dan Y
Jika beban  dan Y mempunyai sifat:
1. Daya masing-masing fasa sama besar
2. Faktor daya total beban dan Y sama besar
Maka:
1. Beban hubungan  dapat diganti dengan beban fiktif hubungan Y, dengan impedansi 1/3
beban delta (perhitungan hubungan Y lebih mudah daripada hubungan )
Utilitas dan Pengolahan Limbah Lecture Note
11

2. Motor listrik tiga fasa (beban dan faktor daya seragam) selalu dapat dihitung sebagai beban
Y.

11.9. Kawat Penghantar


Kawat penghantar juga memegang peranan penting dalam penyediaan energi di pabrik kimia. Kawat
penghantar berupa kawat konduktor dan isolator. Kawat penghantar secara umum dikelompokkan
atas dasar tegangan kerjanya. Konstruksi kabel tegangan rendah (kurang dari 1000 V) relatif
sederhana, konduktor diletakkan dibagian tengah kabel dan diselimuti dengan bahan isolator. Kabel
tegangan menengah (1000-35000 V) relatif lebih kompleks. Konstruksinya tersusun dari bahan-bahan
berikut ini:
a. Konduktor dapat berupa satu kawat utuh atau banyak kawat lembut yang dipilin agar tetap
lemas sehingga mudah dilengkungkan.
b. Pelindung terpilin ditujukan untuk mengurangi corona/ionisasi udara yang terperangkap agar
isolator lebih awet.
c. Isolator yang umumnya terbuat dari bahan-bahan oil-impregnated paper, varnished cambric
atau thermoplastic.
d. Semiconducting tape untuk mengurangi perbedaan tegangan tinggi antara konduktor dan
longkungan.
e. Metallic shielding dengan fungsi utama untuk:
 Mencegah loncatan listrik dari konduktor ke tanah
 Menjaga impedansi konstan sehingga melindungi kabel dari halilintar
 Menjaga potensial bagian luar kabel mendekati nol
 Meratakan voltage stress sepanjang kabel
Metallic shielding ini biasanya berupa cooper tape dan cooper-ware mesh. Metallic shield
harus dihubungkan ke ground di beberapa tempat.
f. Jaket, merupakan pelindung mekanik atau kimia. Bahan jaket ini biasanya polimer (polietilen,
polivinil, atau neoprene), pertimbangan yang paling penting adalah ukuran (diameter)
konduktor yang dibutuhkan. Kebutuhan ampacity (kapasitas pembawa arus) kabel didasarkan
pada kebutuhan arus pada beban listrik penuh dan saat start. Catatan teknis penting yang
harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
 Jangan menggunakan kabel yang kapasitas pembawa arusnya (ampacity) tidak
memenuhi kebutuhan
 Sambungan kabel harus erat dan sesuai cara penyambungan
 Lakukan pemeriksaan sambungan kabel (terminal) secara periodik
g. Tahanan sebuah konduktor merupakan fungsi temperatur. Sebagai contoh, tahanan tembaga
berikut ini:
234,5 +
=
234,5 + 20℃
= [1 + 0,00393 ∗ ( − 20)]
Dengan: Rt = tahanan pada suatu remperatur
R20 =tahanan pada temperatur 20°C
t = temperatur, °C
Utilitas dan Pengolahan Limbah Lecture Note
11

11.10. Transformator
Transformator (trafo) adalah alat yang berfungsi untuk memindahkan energi listrik antar dua atau
lebih rangkaian listrik pada arus AC. Transformator bekerja berdasarkan prinsip induksi
elektromagnetik. Jika salah satu kumparan dialiri listrik dengan beda tegangan V, maka arus listrik
melalui kumparan akan menciptakan fluks magnet yang terhubung dengan kumparan sekunder. Fluks
magnet ini akan menciptakan gaya gerak listrik (ggl) pada kumparan sekunder. Jika trafo memiliki
efisiensi 100%, maka semua daya yang berada dalam kumparan primer dapat dipindahkan ke
kumparan sekunder.

Gambar 11.13 Simbol transformator

11.10.1 Hubungan Kumparan Primer-Sekunder pada Transformator


Jika kumparan primer dihubungkan dengan tegangan AC, maka perubahan medan magnet yang
terjadi akan menginduksi tegangan AC yang berfrekuensi sama pada kumparan sekunder. Akan tetapi,
tegangan yang terjadi pada kumparan sekunder akan berbeda sesuai dengan jumlah lilitan pada setiap
kumparan. Tegangan yang terjadi pada kumparan primer diberikan oleh hukum Faraday:

=
Di mana:
Vp = tegangan pada kumparan primer,
d/dt = laju perubahan medan magnet,
Np = jumlah lilitan pada kumparan primer.
Tegangan yang erjadi di kumparan sekunder adalah:

=
Di mana:
Vs = tegangan pada kumparan sekunder,
d/dt = laju perubahan medan magnet,
Ns = jumlah lilitan pada kumparan sekunder.
Pada transformator, besarnya perubahan medan magnet di kumparan primer dan sekunder adalah
sama, sehingga:

Berdasarkan kekekalan energi, daya yang masuk pada kumparan primer akan sama dengan daya pada
kumparan sekunder (asumsi tidak ada hilang daya), sehingga: =

11.10.2 Jenis-Jenis Transformator


a. Step up – Transformator dengan lilitan sekunder yang lebih banyak dibandingkan dengan lilitan
primer; berfungsi untuk menaikkan tegangan pada transmisi jarak jauh.
Utilitas dan Pengolahan Limbah Lecture Note
11

b. Step down – Transformator dengan lilitan sekunder yang lebih sedikit dibandingkan dengan lilitan
primer; berfungsi untuk menurunkan tegangan.
c. Auto transformator – Transformator ini hanya terdiri dari satu lilitan. Dalam transformator ini,
sebagian lilitan primer juga merupakan lilitan sekunder. Fasa arus dalam lilitan sekunder
berlawanan dengan primer, sehingga untuk daya yang sama, lilitan kawat sekunder dapat dibuat
lebih tipis. Keuntungannya adalah ukuran transformator kecil.
d. Pulsa – Transformator ini berfungsi untuk memberikan keluaran gelombang listrik pulsa.
e. Transformator tiga fasa - Transformator ini sebenanya adalah rangkaian 3 transformator yang
dihubungkan secara khusus. Lilitan primer biasanya dihubungkan secara bintang (Y) dan lilitan
sekunder dihubungkan secara delta ().

11.10.3. Jenis-Jenis Transformator Berdasarkan Penggunaan dalam Jaringan Listrik


a. Transformator penaik tegangan generator
Transformator ini berfungsi untuk meningkatkan tegangan listrik. Apabila jaringan rel listrik yang
tersedia memiliki tegangan di atas tegangan generator, maka tegangan dari generator perlu
dinaikkan dahulu seingga tegangannya sesuai.
b. Transformator unit pembangkit
Unit pembangkit dengan kapasitas lebih dai 10 MW pada umumnya memiliki transformator yang
dapat mengambil daya langsung dari generator untuk membangkitkan daya.
c. Transformator pemakaian sendiri
Transformator ini mendapat pasokan daya dari pusat jaringan listrik, kemudian memasok daya ke
jaringan sendiri untuk mensuplai daya alat-alat bersama.
d. Transformaor antar-rel
Jika listrik yang dihasilkan akan digunakan dalam tegangan berbeda, maka tegangannya harus
disesuaikan. Adanya jaringan dengan tegangan yang berbeda dapat disebabkan oleh tegangan
menengah (6 sd 40 kV) diperlukan untuk transmisi lokal, di daerah sekitar pusat pembangkit listrik.
Listrik tegangan tinggi (di atas 40 kV) diperlukan untuk transmisi listrik jarak jauh.

11.10.4. Rugi-Rugi pada Transformator


1. Rugi tembaga – Rugi ini merupakan kerugian karena tahanan tembaga dan arus listrik, yang
digambarkan dengan persamaan I2R.
2. Rugi kopling – kerugian ini disebabkan tidak semua fluks magnet dari kumparan primer dapat
terhubung dengan kumparan sekunder. Kerugian ini dapat dikurangi dengan menggulung lilitan
secara berlapis-lapis antara kumparan primer dan sekunder.
3. Rugi kapasitas liar – Kerugian yang disebabkan oleh kapasitas liar yang terdapat pada kumparan.
Kerugian ini sangat berpengaruh pada transformator dengan frekuensi tinggi. Kerugian ini dapat
dikurangi dengan menggulung kumparan secara semi acak (bank winding).
4. Rugi hysteresis – Keruian ini terjadi ketika arus AC berbalik arah. Inti transformator tidak dapat
mengubah arah fluks magnetnya secara seketika.
5. Rugi efek kulit – Sebagaimana pada konduktor lain yang dialiri arus bolak-balik, arus cenderung
mengalir pada permukaan konduktor. Hal ini memperbesar kerugian kapasitas dan menambah
resistensi relatif lilitan. Rugi ini dapat dikurangi dengan menggunakan kawat Litz, yaitu kawat
yang terdiri dari beberapa kawat lain yang saling erisolasi.
6. Rudi arus Eddy – Rugi ini disebabkan oleh ggl masukan yang menimbulkan arus di dalam inti
magnet yang melewati perubahan fluks magnet yang membangkitkan ggl. Karena adanya fluks
Utilitas dan Pengolahan Limbah Lecture Note
11

magnet yang berubah-ubah, maka terjadi tolakan fluks mpada material inti. Rugi ini dapat
dikurangi dengan menggunakan inti yang berlais-lapis.

11.10.5. Efisiensi Transformator


Efisiensi ransformator dinyatakan sebagai:

= = 100%

Efisiensi transformator tidak dapat mencapai 100% karena adanya rugi-rugi yang terjadi. Efisiensi
transformator biasanya dapat mencapai 98%.

11.11. Motor DC
Motor-motor di pabrik kimia umumnya menggunakan motor AC (arus bolak-balik), alaupun ada
beberapa penggunaan motor DC (arus searah). Motor DC memiliki keunggulan dibandingkan terhadap
motor AC dalam kemudahan pengaturan kecepatan (speed) dan torsi. Motor DC dapat memberi torsi
tinggi pada putaran rendah dan bahkan pada saat start.
Penggolongan motor DC menurut konfigurasi serta kecepatan dan torsi adalah:
1. Shunt motor, kumparan medan magnet (stator) dihubungkan paralel dengan kumparan
armature (rotor). Motor jenis ini dapat dioperasikan pada kecepatan relatif konstan dari
keadaan tanpa beban sampai dengan beban-penuh, tetapi torsinya berbanding lurus dengan
kuat arus lewat armature. Kecepatan motor diubah dengan perubahan kuat arus lewat
kumparan medan magnet. Motor jenis ini banyak digunakan untuk menggerakkan perkakas
pertukangan, misalnya mesin bor.
2. Series motor, kumparan medan magnet dihubungkan paralel dengan kumparan armature,
sehingga kuat arus medan kumparan medan magnet sama dengan kuat arus armature. Motor
ini mempunyai torsi sebagai kuadrat kuat arus armature. Pada beban rendah motor ini
cenderung untuk berputar sangat cepat (run away), karena itu motor ini harus dihubungkan
langsung dengan beban. Motor jenis ini biasanya digunakan pada crane-pengangkat dan
elevator.
3. Compound motor, berupa gabungan dua jenis motor di atas; dua kumparan medan magnet
yang dihubungkan paralel dan seri terhadap kumparan armature. Motor ini digunakan pada
beban dengan pengaturan kecepatan dan torsi yang teliti, misalnya: mesin penggiling yang
kadang memerlukan torsi tinggi pada saat start, sementara itu kuat arus saat start dapat
dijaga rendah.
Pemakaian motor DC di pabrik kimia sangat terbatas karena beberapa pertimbangan berikut ini:
a. Harga relatif mahal dibandingkan motor AC.
b. Memerlukan perawatan lebih intensif.
c. Kemungkinan percikan api pada sikat penghubung listrik.
d. Membutuhkan sumber listrik arus searah.

11.12. Motor AC
11.12.1 Motor Induksi (asinkron)
Motor induksi (asinkron) paling banyak digunakan dalam pabrik kimia karena harganya murah
(sebagai hasil dari konstruksi yang sederhana). Pada prinsipnya, motor induksi tersusun dari dua
kumparan kawat, masing-masing adalah stator dan rotor. Kumparan kawat pada rotor berupa lilitan
Utilitas dan Pengolahan Limbah Lecture Note
11

yang kedua ujungnya saling dihubungkan. Karena bentuk kumparan rotor menyerupai sangkar tupai,
maka motor ini dinamai motor induksi squirell-cage.
Kumparan kawat pada atator dibentuk menjadi kutub-kutub magnet dan ujung-ujung kawatnya
dihubungkan ke sumber listrik. Arus AC pada kumparan stator akan menimbulkan medan magnet yang
berputar sesuai dengan frekuensi listrik. Putaran medan magnet ini memotong kawat kumparan rotor
dan menimbulkan putaran pada rotor. Putaran mekanik rotor selalu lebih lambat daripada putaran
medan magnet atau frekuensi listrik yang bekerja pada stator. Karena itu motor ini dinamai motor
asinkron. Selisih antara putaran sinkron (medan magnet pada stator) dan putaran mekanik rotor
dinamai slip.

11.12.2 Motor Sinkron


Motor sinkron mirip dengan motor induksi, tetapi rotor di dalam motor sinkron memiliki medan
magnet tetap berupa sebuah magnet permanen atau hasil induksi arus DC. Kecepatan putaran rotor
sama dengan putaran medan magnet yang dihasilkan stator dan sesuai dengan frekuensi sumber
listrik, karena itulah motor ini dinamai synchronous motor. Keunggulan motor sinkron terhadap motor
induksi terutama adalah:
a. Kecepatan putar dapat dijaga konstan
b. Faktor daya mudah diatur tanpa kapasitor

11.12.3 Spesifikasi Motor AC


Motor listrik memiliki spesifikasi berupa data elektrikal dan data mekanikal. Beberapa istilah di bawah
ini sering ditemui dan tertera pada name plate motor listrik:
a. Horsepower (DP) adalah daya nominal yang dapat dihasilkan motor jika dioperasikan secara
kontinyu.
b. Tegangan (voltage) merupakan driving force listrik.
c. Phase, jumlah fasa listrik yang digunakan pada motor tersebut.
d. Power factor (cos ) yaitu perbandingan daya aktif (kW) terhadap daya total (kVA).
e. Frekuensi.
f. Full-load current (ampere), listrik arus yang mengalir ketika beroperasi pada tegangan yang
tertera pada nameplate dan menghasilkan daya dan kecepatan sesuai nameplate-nya.
g. Service factor (SF) menyatakan kemampuan motor untuk menggerakkan beban di atas daya
nominal.
h. Kecepatan putar (speed, rpm) dinyatakan pada beban nominal yang tertera pada nameplate.
i. Jumlah kutub, sering dituliskan sebagai salah satu spesifikasi motor.
j. Frame size menunjukkan dimensi fisik motor.
k. Design code berhubungan dengan karakteristik torsi mulai dari start sampai dengan kondisi
motor dengan kecepatan putaran nominal.
l. Area classification, berhubungan dengan lingkungan tempat penggunaan motor listrik.

11.13. Daya Motor AC


Pada rangkaian listrik arus bolak-balik terdapat tiga definisi daya: daya aktif atau daya aktual, daya
reaktif dan daya total. Pada rangkaian dengan tahanan induktif murni, arus akan tertinggal 90° dari
tegangan. Sedangkan pada rangkaian kapasitif murni, arus 90° berada di depan tegangan.
Utilitas dan Pengolahan Limbah Lecture Note
11

Pada rangkaian yang terdiri dari tahanan murni dan tahanan kapasitif atau induktif, arus dan tegangan
membentuk sudut 0° <  < 90°. Nilai cos  dinamai power factor. Pada rangkaian tanpa tahanan
induktif dan kapastif, nilai cos  adalah 1.

Gambar 11.14 Rangkaian listrik dengan beban resistif dan reaktif

Daya aktif: Paktif = V I cos  [W atau kW]


Daya reaktif: Preaktif = V I sin  [V AR atau kV Ar]
Faktor daya: cos  = =
Untuk motor tiga fasa: P = V I cos √3
Dengan: V = tegangan antar fasa; I = arus fasa; faktor daya dianggap sama untuk ketiga fasa

Gambar 11.15 Hubungan tiga fasa Y dan 

11.14. Putaran Motor AC


Pada motor sinkron, rotor merupakan medan magnet tetap yang ditimbulkan dari magnet permanen
atau dari kumparan arus searah (DC). Karena itu, putaran rotor dalam motor sikron ini dapat dikatakan
tepat mengikuti fluktuasi atau frekuensi listrik. Setiap listrik berfluktuasi satu kali (1/50 detik jika
frekuensi 50 Hz) maka rotor yang berupa satu pasang kutub magnet (utara dan selatan) berputar satu
kali. Kecepatan putar sinkron tergantung pada frekuensi listrik AC dan jumlah kutub (kumparan) pada
stator.
120
=
Dengan: n = kecepatan putar mekanik rotor (asinkron), rpm
ns = kecepatan sinkron, rpm
f = frekuensi listrik AC yang bekerja pada stator, Hz
N = jumlah kutub (selalu genap; kelipatan U dan S)
Motor induksi (asinkron) memiliki kecepatan putar (n) sedikit di bawah putaran sinkron (ns). Selisih
putaran motor induksi dengan putaran sikron dinyatakan sebagai slip.
n = (1 – S) ns
Utilitas dan Pengolahan Limbah Lecture Note
11

S = slip, selisih ns dan n sebagai fraksi terhadap ns ,


S merupakan nilai empirik.
a. Pada motor listrik satu fasa, fluktuasi medan magnet yang mengikuti frekuensi listrik
sebenarnya belum memberi arah putaran rotor yang jelas. Putaran rotor harus diarahkan
pertama kali dengan suatu dorongan mekanik dari luar motor.
b. Pada motor listrik tiga fasa, putaran rotor mengikuti putaran fasa listrik yang masing-masing
berbeda 120°. Dengan demikian dorongan pada awal putaran tidak diperlukan sama sekali.
Sebaliknya penyambungan tiga terminal motor (U-V-W) pada sumber listrik tiga fasa (R-S-T)
menentukan arah putaran. Misalnya motor dan sumber listrik yang disambung secara (U-R);
(V-S) dan (W-T) berputar searah putaran jarum jam, maka sambungan secara (U-S); (V-R) dan
(W-T_ akan berputar kebalikan arah jarum jam. Jadi pertukaran dua terminal akan
mengakibatkan kebalikan putaran motor.
Beberapa metoda yang sering digunakan untuk pengaturan kecepatan:
a. Perubahan jumlah kutub rotor dapat mengubah kecepatan motor, tetapi terbatas pada nilai
putaran tertentu.
b. Kecepatan putar rotor dapat dikendalikan sampai 50% kecepatan sinkron dengan
pemasangan tahanan pada kumparan rotor (tahanan diletakkan di luar motor).
c. Kecepatan motor dapat diubah dengan perubahan frekuensi sumber listrik.
d. Perubahan tegangan sumber (frekuensi tetap) juga dapat digunakan untuk mengatur
kecepatan motor sampai batas-batas tertentu.

11.15. Klasifikasi Motor dan Penyesuaian Operasi


Motor listrik di pabrik kimia digunakan untuk berbagai macam karakteristik beban, karena itu
pemakaian motor di dalam satu pabrik belum tentu dapat saling dipertukarkan. Berikut ini contoh
penyesuaian motor dan bebannya.
i. Motor untuk Kompresor
Motor unutk repciprocating compressor berbeda dengan yang untuk kompresor sentrifugal,
karena karakteristik kedua kompresor sangat berbeda. Motor untuk kompresor reciprocating
harus bekerja dengan kompresr yang mempunyai torsi yang bervariasi untuk setiap siklus piston
di dalam kompresor (tergantung jumlah silinder-piston, balanced-opposed atau in-line).
Sedangkan motor untuk kompresor setrifugal bekerja dengan beban inersia yang besar pada awal
operasinya.
ii. Y- start
Motor normalnya disambung secara , tetapi ketika start motor disambung secara Y. Akibatnya
motor menerima tegangan di bawah nominalnya, Vf = Vff/√3, dan dengan demikian arus yang
mengalir juga berkurang. Hal ini mengakibatkan penurunan daya motor, karena itu bebannya juga
harus dikurangi pada saat start, dengan berbagai cara tergantung pada karakteristik beban.
a. Jika beban berupa kompresor, titik isapan (suction) kompresor dicekik.
b. Jika beban berupa pompa dengan developed head tinggi, aliran fluida dari discharge disirkulasi
ke suction (fluida tidak langsung dimasukkan ke peralata proses tekanan tinggi).
iii. Motor untuk Pompa
Sebuah pompa mempunyai kurva karakteristik torsi dan kecepatan tertentu. Titik potong kurva
karakteristik pompa dengan kuvra motor merupakan kondisi operasi gabungan pompa-motor
pada beban penuh. Kecepatan pada beban penuh ini selalu di bawah kecepatan motor tanpa
Utilitas dan Pengolahan Limbah Lecture Note
11

beban (tidak ada torsi) dan tentu saja di bawah kecepatan sinkron. Karena itu, kecepatan nominal
motor sebaiknya di atas kecepatan nominal pompa.

11.16. Pola Penyediaan Listrik di Pabrik Kimia


Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam sistem distribusi listrik di pabrik kimia antara lain:
a. Kapasitas dan karakteristik beban: pompa, kompresor, unit refrigerasi, blower dan peralatan
produksi lainnya, bersama dengan estimasi kebutuhan untuk penerangan, instrumentasi dan
pemakaian listrik lainnya.
b. Kebutuhan total dalam kVA dan arus pada starting beberapa motor penggerak besar.
c. Plot plan pabrik (denah) yang menunjukkan lokasi substation (distributor listrik) dan lokasi
pengguna listrik yang digunakan pabrik.
d. Tipe rangkaian distribusi listrik yang digunakan pabrik.
e. Tingkat tegangan listrik sesuai dengan suplai dan konsumsi di perlatan pabrik.
f. Pengaruh penurunan tegangan atau pemadaman listrik terhadap proses produksi.

11.16.1 Pembangkit Listrik Sendiri


Banyak pabrik kimia yang menyediakan sumber listrik sendiri (onsite generation) antara lain atas dasar
pertimbangan berikut:
a. Sumber listrik komersial tidak tersedia, terlalu mahal, atau tidak handal.
b. Proses memerlukan kukus (steam) dalam jumlah besar serta pada temperatur dan tekanan
tinggi, sehingga kukus dapat dimanfaatkan juga untuk produksi listrik (cogeneratiorn).
c. Sumber energi alam (gas alam atau biomassa) tersedia berlimpah dan murah.
Pembangkit listrik di pabrik kimia biasanya lebih kecil daripada pembangkit listrik komersial.
Generator listriknya dapat digerakkan dengan turbin uap, turbin gas atau motor diesel. Untuk
mengantisipasi perkembangan kapasitas pabrik dan sistem penyediaan listrik, generator pembangkit
listrik sendiri sebaiknya mempunyai kemungkinan untuk diparalelkan dengan sumber listrik dari luar
(perusahaan listrik). Gabungan paralel dua sumber listrik AC harus memnuhi kesamaan: tegangan,
frekuensi dan sudut fasa.

11.16.2 Listrik dari Perusahaan Listrik


Banyak juga pabrik kimia memenuhi kebutuhan listriknya dari perusahaan lsitrik komersial (sumber
lain di luar pabrik), terutama karena alasan kepraktisan dan biaya operasi. Penggunaan listrik dari luar
sebaiknya harus memperhatikan hal-hal berikut ini:
a. Karakteristik listrik dari perusahaan listrik, misalnya: tegangan yang tersedia, kehandalan
suplai listrik.
b. Pengaturan substation utama perusahaan listrik ke pabrik, misalnya: cara pembagian beban
listrik antara pabrik dan pelanggan lain, jarak substation ke pabrik.
c. Karakteristik sistem pemroses di dalam pabrik, misalnya: efek fluktuasi tegangan terhadap
peralatan, efek pemadaman listrik pada proses kimia.
d. Tata cara pengukuran (pembayaran) konsumsi listrik, misalnya: pengukuran pada tegangan
tinggi (sebelum stepdown transformer) atau rendah, konsumsi listrik dalam kVAh atau kWh,
adakah denda terhadap power factor.
Utilitas dan Pengolahan Limbah Lecture Note
11

11.17. Tegangan Listrik di Pabrik Kimia


Pabrik biasanya mempunyai beberapa tingkat tegangan untuk peralatan utilitas, distribusi sekunder,
dan distribusi primer. Banyaknya tingkat tegangan ini tergantung pada: ukuran pabrik kimia, beban
total dan daya motor. Secara umum tingkat tegangan di pabrik kimia antara lain sebagai berikut:
1) Transmission-line voltage, yaitu tegangan listrik yang masuk dari luar (perusahaan listrik) ke
substation utama di pabrik kimia.
2) Primary-distribution voltage, yaitu dari substation utama di dalam pabrik kimia ke beberapa
distribution-transformer substations.
3) Secondary-distribution voltage, yaitu tegangan keluar distribution-transformer substations ke
peralatan proses dengan beban besar.
4) Untuk penerangan dan peralatan proses dengan beban kecil, tegangan listrik disediakan 240 V
dan satu fasa.
Pada dasarnya, substation utama tersusun dari satu transformer, tetapi umumnya terdiri dari dua
buah transformer demi kehandalan operasi. Pembebanan dua transformer pada substation utama ini
dapat diatur sebagai berikut:
a. Sistem normal/standby, yaitu salah satu transformer dioperasikan pada beban seluruh pabrik,
sedangkan satu lainnya standby.
b. Kedua transformer dioperasikan paralel dengan beban terpisah. Jika salah satu transformer
rusak, maka transformer yang lain akan mengatasi beban yang ditinggalkan.
Listrik dapat diditribusikan dari substation utama ke pengguna di dalam pabrik melalui beberapa cara.
Sistem radial sederhana seperti dengan satu saluran masuk, satu transformer dan feeder (kabel induk
dengan cabang-cabang aliran listrik ke peralatan). Sistem ini hanya cocok untuk pabrik kecil dan yang
dengan pola operasi batch.
Untuk pabrik dengan kapasitas besar, sistem radial dapat diperluas dengan beberapa saluran masuk,
transformer dan feeder. Sebagai mana sistem radial sederhana, seluruh aliran listrik pada satu cabang
harus dimatikan.
Tegangan yang tersedia harus sesuai dengan peralatan proses. Pengendalian beban listrik harus
diterapkan untuk menjaga kondisi beban ringan terhadap beban penuh. Beberapa hal yang
diperhatikan adalah:
a. Penggunaan on-load tap-charger pada substation transformer pabrik utama.
b. Pemanfaatan no-load taps pada distribusi substation transformer.
c. Rancangan main-and branch-circuit feeder.
d. Lokasi penyediaan secondary-distribution.
e. Aplikasi kapasitor.

11.18. One Line Diagram


Sistem listrik di dalam pabrik kimia biasanya digambar dalam one-line diagram atau single line
diagram, yaitu diagram distribusi listrik dalam satu bentuk garis walaupun untuk menyatakan
menyatakan listrik 3 fasa. One-line diagram ini mencakup elemen utama sistem distribusi listrik,
peralatan proses dan sistem perlindungan, seperti fused switches, circuit breaker dan overload
devices.
Utilitas dan Pengolahan Limbah Lecture Note
11

11.19. Catatan Teknis


1. Perlindungan Instrumentasi
Dalam proses pabrik modern, penyediaan sistem instrumentasi memerlukan perlakuan khusus
untuk melindungi beban kritis dari kesalahan sistem dan gangguan. Peralatan ini dapat dipenuhi
secara rapi dengan sebuah uninterruptible power supply (UPS).
2. Keamanan Pabrik
Keamanan pabrik harus dipertimbangkan dalam perancangan sistem listrik. Area pabrik
diklasifikasikan sebagai degree of hazard menurut National Electric Code. Peralatan listrik dalam
tata letak pabrik seharusnya dikelompokkan antara lokasi berbahaya dan lokasi tidak berbahaya.
Sistem grounding juga merupakan hal yang penting dalam keamanan pabrik. Sistem ini meliputi
grounding kondukter sistem listrik netral. Grounding netral mempengaruhi jarak dari dari ground-
fault current dan sistem overvoltages.

Anda mungkin juga menyukai