“PANKREATITIS AKUT”
Disusun oleh:
MOJOKERTO
2021
BAB 1
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
TINAJAUAN TEORI
1. PENGERTIAN
Etiologi yang paling sering adalah batu empedu (30-50%) dan alkohol (10-
40%), idiopatik (15%), trauma (5%). Penyebab lain jarang namun harus
dipertimbangkan bila tidak ada batu empedu. Penyebab lain di antaranya obat-obatan,
divisum pankreas, hipertrigliserida, virus (campak, virus Cox-sackie) (Davey, 2006).
Karena prevalensi yang tinggi dan pentingnya pencegahan, USG abdomen untuk
menilai kolelitiasis harus dilakukan pada semua pasien pankreatitis akut. Pankreatitis
karena batu empedu biasanya merupakan kejadian akut, dan sembuh apabila batu
telah disingkirkan atau lewat/lepas secara spontan. Apabila tidak ada riwayat batu
empedu dan minum alkohol, medikasi, agen infeksius, dan penyebab metabolik
seperti hiperkalsemia dan hiperparatiroid. Beberapa obat termasuk 6- mercaptopurine,
azathioprine, dan DDI (2-3-dideoxyinosine) dapat menyebabkan pankreatitis akut.
Trigliserida serum harus di atas 1000 mg/dL untuk dipertimbangkan sebagai
penyebab pankreatitis akut jika tidak ditemukan etiologi lain (Pratama, 2016).
Penyebab paling sering dari pankreatitis kronis adalah alkoholisme. Penyebab lainnya
adalah faktor keturunan dan penyumbatan saluran pankreas yang disebabkan oleh
penyempitan saluran atau kanker pankreas. Pankreatitis akut jarang menyebabkan
penyempitan pada saluran pankreas yang akan mengarah pada terjadinya pankreatitis
kronis. Pada banyak kasus, penyebab pankreatitis kronis tidak diketahui. Di negara-
negara tropis (Indonesia, India, Nigeria), pankreatitis kronis dengan sebab yang tidak
diketahui yang terjadi pada anak-anak dan dewasa muda, bisa menyebabkan diabetes
dan penumpukan kalsium di pankreas.
3. KLASIFIKASI
4. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi pankreatitis akut masih belum jelas; dapat terjadi apabila faktor
pemeliharaan hemostasis seluler tidak seimbang. Faktor ekstraseluler (misalnya:
respons saraf dan vaskuler) dan intraseluler (misalnya: aktivasi enzim pencernaan
intrasel, peningkatan sinyal kalsium, dll) dapat berpengaruh. Diduga, kejadian yang
dapat memicu pankreatitis akut adalah kejadian yang mengganggu sel acinar dan
mengganggu sekresi granul zymogen, contohnya pada penggunaan alkohol berlebih,
batu empedu, dan beberapa jenis obat. Gangguan sel acinar dimulai dari kekacauan di
membran sel, dapat mengakibatkan:
7. PENATALAKSANAAN
1) Puasa.
Pasien dengan acute pancreatitis akan dianjurkan untuk puasa selama beberapa hari
agar inflamasi pada pankreas sembuh. Pasien biasanya boleh mulai makan makanan
cair apabila nyeri perut sudah tidak ada dan parameter infeksi tidak meningkat.
selama puasa pasien akan diberikan nutrisi parenteral atau melalui selang nasogastrik
(NGT) atau selang nasojejunal (NJT).
2) Terapi Cairan.
Resusitasi cairan yang adekuat harus diberikan kepada semua pasien dengan acute
pancreatitis kecuali apabila terdapat kelainan kardiovaskular dan gagal ginjal.
Resusitasi cairan harus dimulai pada 12-14 jam pertama dengan menggunakan infus
cairan kristaloid seperti Ringer laktat sebanyak 250-500 ml/jam.
3) Manajemen Nyeri.
Pasien dengan acute pancreatitis pada umumnya mengalami nyeri perut yang hebat.
Karena itu analgesik golongan opioid kecuali morfin dapat diberikan untuk meredkan
nyeri.
4) Terapi antibiotik.
Pemberian antibiotik profilaksis secara rutin tidak dianjurkan pada pasien dengan
pankreatitis akut berat atau pada nekrosis steril. Antibiotik seperti karbapenem,
kuinolon dan metronidazole direkomedasikan pada pasien dengan nekrosis yang
terinfeksi. Keadaan nekrosis yang terinfeksi ini harus dicurigai pada pasien yang
mengalami penurunan kondisi atau tidak ada perbaikan kondisi setelah masa
perawatan 7 sampai 10 hari.
5) Terapi bedah.
Tindakan bedah dilakukan pada keadaan: a. Pankreatitis akut ringan yang disebabkan
oleh batu empedu b. Pada pasien dengan nekrosis yang terinfeksi, pembedahan
dilakukan bila kondisi pasien sudah stabil dan jaringan nekrosis telah terbungkus
kapsul yang tebal (Walled-off necrosis).
Pasien dengan pankreatitis akut yang disertai kolangitis akut atau obstruksi bilier
harus menjalani ERCP dalam waktu 24 jam pertama masa perawatan. ERCP biasanya
tidak diperlukan pada pasien dengan pankreatitis akut akibat batu empedu yang tidak
disertai adanya tanda-tanda obstruksi bilier.
BAB 3
PENGKAJIAN
Menurut NANDA (2013), fase pengkajian merupakan sebuah komponen utama untuk
mengumpulkan informasi, data, menvalidasi data, mengorganisasikan data, dan
mendokumentasikan data. Pengumpulan data antara lain meliputi :
a. Biodata
1) Identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
agama, suku, alamat, status, tanggal masuk, tanggal pengkajian, diagnose medis)
2) Identitas penanggung jawab (nama, umur, pekerjaan, alamat, hubungan dengan
pasien)
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan Utama Pada penderita pankreatitis terdapat nyeri pada abdomen dan rasa
nyeri menyebar ke bagian tengah punggung.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang Nyeri pada abdomen, hiertensi, berat badan
menurun, mual muntah, membrane mukosa kering.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu Pasien terdapat riwayat penyakit DM.
4) Riwayat kesehatan keluarga Didalam keluarga tidak ada penyakit keturunan dan
menular.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Tanda-tanda Vital Nadi : Takikardi Pernafasan : Normal : Hipertermi : Hipertensi
Suhu Tekanan Darah
2) Keadaan umum Kesan umum pasien baik, wajah tidak ada kelainan bentuk,
kesadara compos mentis.
3) Sistem kardiovaskuler Inspeksi : bentuk dada simetris, tidak ada retraksi pada saat
inspirasi Palpasi : gerakan dada pada waktu bernafas simetris, tidak terdapat
adanya massa dinding thorak, tidak terdapat nyeri tekan Perkusi : terdapat bunyi
redup Auskultasi : suara pernafasan vesikuler
4) Sistem pencernaan Inspeksi : abdomen tidak simetris,tampak adanya benjolan
Palpasi : adanya nyeri tekan Perkusi : terdapat bunyi timpany Auskultasi : suara
usus hiperaktif
5) Sistem intregumen Inspeksi : wama kulit tidak normal, dan tidak ada lesi pada
kulit, jumlah rambut tipis & warna kuku putih kemerahan dengan bentuk normal,
kuku tampak panjang dan kotor. Palpasi : Suhu badn hipertermi, kelembapan kulit
pasien kering turgor kulit kering.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan Observasi: (I. 03119)
(D.0019) keperawatan selama 1x24 jam Identifikasi status
pasien menunjukkan kriteria nutrisi
hasil: (L.03030) Identifikasi makanan
1. Nafsu makan yang disukai
membaik Monitor asupan
2. Porsi makanan yg makanan
dihabiskan meningkat monitor berat badan
Terapeutik:
Sajikan makanan
secara menarik dan
suhu sesuai
Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
Berikan suplemen
makanan, jika perlu
Edukasi:
Anjurkan posisi
duduk, jika mampu
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan (mis. Pereda
nyeri) jika perlu
Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrien yg dibutuhkan,
jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Aru, W dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV. Jakarta : FKUI
Speicher, Carl E. 1996. Pemilihan Uji Laboratorium yang Efektif. Jakarta : EGC
http://www.pojok-science.com/pankreatitis-akut-contoh-kasus/
Baradero, Mary. 2009. Klien Gangguan Endokrin. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC