Anda di halaman 1dari 21

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Protein berasal dari bahasa yunani yaitu proteos, yang bearti yang utama
atau yang di dahulukan. Kata ini diperkenalkan oleh ahli kimia Belanda, Geraldus
Mulder (1802-1880). Ia berpendapat bahwa protein adalah zat yang paling penting
dalam setiap organisme (Ellya, 2010).
Penentuan kadar protein pada suatu bahan pangan dan hasil pertanian
dapat dilakukan dengan beberapa metode. Pemilihan metode yang terbaik dan
tepat untuk suatu pengukuran bergantung pada beberapa faktor seperti misalnya,
banyaknya material atau sampel yang tersedia, waktu yang tersedia untuk
melakukan pengukuran, alat spektrofotometri yang tersedia. Metode yang
digunakan antara lain metode Kjehdahl, Biuret atau Lowry (Andarwulan,2011).
Pada praktikum kali ini digunakan metode Kjehdahl dengan mendektruksi
bahan dengan oksidator kuat untuk membebaskan nitrogen dan senyawa lain
kemudian diukur jumlahnya dengan cara titrasi (Budimawaranti,2011).

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui cara analisis kadar protein metode Kjeldahl pada bahan
pangan dan hasil pertanian.
2. Untuk menetapkan kadar protein dengan metode kjeldahl.
BAB 2. BAHAN DAN PROSEDUR ANALISA

1.1 Bahan
2.1.1 Bahan Pangan Yang Digunakan
a. Tepung Kedelai
Tepung kedelai sering dikenal sebagai soyflour dan grit. Bahan tersebut
biasanya mengandung 40-50% protein. Tepung kedelai terbuat dari kedelai
yang diolah dan digiling atau ditumbuk menjadi bentuk tepung. Penggunaan
panas dalam pengolahan diperlukan untuk peningkatan nilai gizi, daya tahan
simpan dan meningkatkan rasa (Herman, 1985).
Proses pembuatan tepung kedelai skala rumahan yaitu biji kedelai
direndam dalam air kemudian direbus dalam air sampai matang. Setelah itu,
kedelai dikeringkan dengan sinar matahari. Jika kedelai kering dilanjutkan
pengupasan kulit ari. Proses terakhir digling hingga didapakan tepung
kedelai. Proses pemanasan berupa perebusan bertujuan untuk menginaktifkan
beberapa enzim, di samping untuk menghilangkan bau lungu (beany flavor).
Bergantung pada penggunaanya, pemanasan dangan uap pada tahap tertentu
dapat diatur sehingga menghasilkan tepung atau bubuk kedelai bebas minyak
yang mempunyai nilai NSI (Nitrogen Solubility Index) berbeda. Nilai NSI
menunjukkan persentase total notrogen Kjehdahl yang terekstrak dengan air.
beberapa contoh penggunaan tepung kedelai dengan NSI berbeda misalnya
tepung kedelai dengan NSI 50-60 digunakan untuk campuran pembuatan roti,
cake, donat dan makaroni, sedangkan tepung kedelai dengan NSI 25-35
digunakan untuk minuman, pancake, waffle dan makanan sapihan (Winarsi,
2010). Komposisi kimia teoung kedelai dapat dilihat di bawah ini.
Tabel 2.1. Kandungan gizi 100 g biji kedelai
Kandungan Gizi Satuan Jumlah
Karbohidrat kompleks gr 21.00
Karbohidrat sederhana gr 9.00
Stakiosa gr 3.30
Rafinosa gr 1.60
Protein gr 36.00
Lemak total gr 19.00
Lemak jenuh gr 2.88
Monounsaturated 4.40
Polyunsaturated 11.20
Kalsium mg 276.00
Fosfor mg 704.00
Kalium mg 1797.00
Magnesium mg 280.00
Seng mg 4.80
Zat besi mg 16.00
Serat tidak larut gr 10.00
Serat larut gr 7.00
b. Tahu
Tahu merupakan hasil ekstraksi protein kedelai yang telah digumpalkan
dengan asam atau garam kalsium. Tahu dapat diroduksi secara skala industry
besar maupun skala rumah tangga. Tahu termasuk bahan makanan yang
berkadar air tinggi. Besarnya kadar air dipengaruhi oleh bahan penggumpal
yang dipakai pada saat proses pembuatan tahu. Bahan penggumpal asam
menghasilkan tahu dengan kadar air lebih tinggi dibanding garam kalsium.
Bila dibandingkan dengan kandungan airnya, jumlah protein tahu tidak terlalu
tinggi, hal ini disebabkan oleh kadar airnya yang sangat tinggi. Makanan-
makanan yang berkadar air tinggi umumnya kandungan protein agak rendah.
Selain air, protein juga merupakan media yang baik untuk pertumbuhan
mikroorganisme pembusuk yang menyebabkan bahan mempunyai daya awet
rendah (Hamid, 2012). Karena memiliki kadar air yang tinggi, tahu juga
mempunyai daya simpan yang rendah yaitu 1-2 hari. Setelah lebih dari batas
tersebut rasanya menjadi asam dan terjadi penyimpanganwarna, aroma, dan
tekstur sehingga tidak layak untuk dikonsumsi. Hal ini disebabkan oleh kadar
air dan protein tahu relatif tinggi, masing-masing 86 persen dan 8–12 persen.
Tahu mengandung lemak 4,8 persen dan karbohidrat 1,6 persen (Rohman,
2013). Syarat mutu tahu dapat dilihat pada tabel.
Tabel 2.2 Syarat Mutu Tahu menurut SNI 01-3142-1998
No Jenis Uji Satuan Persyaratan
1. Keadaan :
1.1 Bau Normal
1.2 Rasa Normal
1.3 Warna Putih normal atau
kuning normal
1.4 Penampakan Normal tidak
berlendir dan tidak
berjamur
2. Abu % (b/b) Maks 1,0
3. Protein (N x 6,25) % (b/b) Min 9,0
4. Lemak % (b/b) Min 0,5
5. Serat Kasar % (b/b) Maks 0,1
6. Bahan tambahan % (b/b) Sesuai SNI 01-0222-
makanan - 1995 dan
- Peraturan Men.Kes
No 722/
Men.Kes/Per/IX/1988
7. Cemaran logam :
7.1 Timbal(Pb) mg/kg Maks 2,0
7.2 Tembaga (Cu) mg/kg Maks 30,0
7.3 Sang (2n) mg/kg Maks 40,0
7.4 Timah (Sn) mg/kg Maks 40,0 / 250,0
7.5 Raksa (Hg) mg/kg Maks 0,03
8. Cemaran arsen(As) mg/kg Maks 1,0
9. Cemaran mikroba :
9.1 Escherichia Coli APM/g Maks 10
9.2 Salmonella /25g Negative

2.1.2 Bahan Kimia Yang Digunakan


a. Asam Borat
Asam borat (H3BO3) merupakan senyawa bor yang dikenal juga dengan
nama borax. Digunakan/ditambahkan ke dalam pangan/bahan pangan sebagai
pengenyal atau sebagai pengawet (Cahyadi, 2008). Borat diturunkan dari
ketiga asam borat yaitu asam ortoborat (H3BO3), asam piroborat (H2B4O7),
dan asam metaborat (HBO2).
Asam ortoborat adalah zat padat zat padat kristalin putih, yang sedikit
larut dalam air dingin, tetapi lebih larut dalam air panas. Garam%garam dari
asam ini sangat sedikit yang diketahui dengan pasti. Asam ortoborat yang
dipanaskan pada 1000 C, akan diubah menjadi asam metaborat. Pada 1400 C
dihasilkan asam piroborat. Hal ini disebabkan oleh lemahnya asam borat,
garam%garam yang larut terhidrolisis dalam larutan, dan karenanya bereaksi
basa (Vogel, 1985).
Asam borat merupakan asam lemah dan garam alkalinya bersifat basa.
Satu gram asam borat larut sempurna dalam 30 bagian air, menghasilkan
larutan yang jernih dan tak berwarna. Asam borat tidak tercampur dengan
alkali karbonat dan hidroksida (Cahyadi, 2008).
b. NaOH
NaOH adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium Hidroksida terbentuk
dari (oksida basa Natrium Oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida
membentuk larutan (alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Ia
digunakan di berbagai macam bidang industri, kebanyakan digunakan sebagai
basa dalam proses produksi bubur kayu dan kertas, tekstil, air minum, sabun
dan deterjen. NaOH adalah salah satu jenis basa kuat yang bersifat korosif
serta mudah menghancurkan jaringan organik yang halus. NaOH berbentuk
padat berwarna putih dan memiliki sifat higroskopis (Ngili, 2010). NaOH
mempunyai kelarutan yang mudah larut dalam air dan etanol tetapi tidak larut
dalam eter. NaOH dapat membentuk basa kuat jika dilarutkan dalam air, pada
pengukuran serat kasar berfungsi untuk mencuci residu dari proses
sebelumnya (Giandwood, 2007).Natrium hidroksida membentuk larutan
(alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Ia digunakan di berbagai
macam bidang industri, kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses
produksi bubur kayu dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen.
Natrium hidroksida adalah basa yang paling umum digunakan dalam
laboratorium kimia. Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan
tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%. Ia
bersifat lembap cair dan secara spontan menyerap karbon dioksida dari udara
bebas.

c. Indikator MMB
Metil Biru merupakan senyawa yang memiliki rumus molekul
C16H18ClN3S.3H2O dengan bobot molekul 373,91 gram/mol, berwarna hijau
tua, tidak berbau dan stabil dalam udara serta mudah larut dalam air
(larutannya berwarna biru tua), kloroform dan alkohol (Hawley, 1981).
Larutan metil merah dapat membedakan antara larutan asam dengan larutan
netral. Larutan asam yang ditetesi metil merah akan tetap berwarna merah,
sedangkan larutan netral berwarna kuning. Akan tetapi, metil merah juga
akan menyebabkan larutan basa berwarna kuning, Berarti, untuk mengetahui
apakah suatu larutan bersifat basa atau netral kita tidak dapat menggunakan
metil merah.
d. Asam Sulfat (H2SO4)
Asam sulfat merupakan cairan tidak berwarna dan amat korosif, Bereaksi
hebat dengan air dan mengeluarkan panas (eksotermis). Bereaksi juga dengan
logam, kayu, pakaian dan zat organik. asam sulfat pekat bersifat oksidator
yang dapat menimbulkan kebakaran bila kontak dengan zat organik seperti
gula, selulosa dan lain-lain. Sangat reaktif dengan bubuk zat organik.
Konsentrasi asam lebih kental dan padat dibandingkan air. Bahaya terhadap
kesehatan tergantung pada konsentrasi larutannya, kurang dari 10% bersifat
iritan dan lebih dari 10% bersifat korosif. Asam sulfat merupakan bahan
kimia yang sangat kuat yang bersifat korosif yang dapat menyebabkan rasa
terbakar yang sangat parah dan kerusakan jaringan ketika kontak dengan kulit
atau membran mukosa.
e. Asam Khlorida

Larutan asam klorida (HCl) adalah cairan kimia yang sangat korosif,
berbau menyengat dan sangat iritatif dan beracun, larutan HCl termasuk
bahan kimia berbahaya atau B3. Di dalam tubuh HCl diproduksi didalam
lambung yang lebih dikenal dengan asam lambung yang dihasilkan oleh sel
parietal, secara alami salah satu fungsi asam lambung ini untuk
menghancurkan bahan makanan yang masuk kedalam usus, jika produksi
asam lambung meningkat dari keadaan normal akan mengiritasi lambung dan
menimbulkan rasa perih dilambung yang lebih dikenal dengan sakit maag.
Bahaya terhadap kesehatan tergantung pada konsentrasi larutannya, < 5%
bersifat iritan lemah, 5 – 10% bersifat iritan kuat, , > 10 % bersifat korosif .
f. Selenium
Selenium adalah elemen kimia non metalik pada group VI A, pada tabel
periodik dengan simbol Se, nomor atom 34, berat atom 78,96 A. Titik beku
217,00C, titik didih 684,9oC. Ada empat tingkat oksidasi, yaitu elemen Se
(0), selenate (+6), selenite (+4) dan selenide (-2). Selenium memiliki 3
bentuk, yaitu kristal berwarna merah, bubuk berwarna merah dan kristal
heksagonal warna abu-abu. Selain itu selenium merupakan suatu elemen
semilogam golongan transisi yang dapat berperan sebagai antioksidan sebagai
pencegah kanker dan merupakan suatu elemen mineral mikro yang diperlukan
dalam jumlah kecil tetapi dapat bersifat racun dalam jumlah besar (Whanger,
2006).

2.1 PersiapanBahan

Sampel

Penghalusan

Penimbangan
Gambar 1.Persiapanbahananalisakadar protein

Dalam preparasi bahan dilakukan penghalusan bahan untuk memperluas


luas permukaan bahan kemudian ditimbang untuk mengetahui beratnya.
2.3 Prosedur Analisa

Sampel 0,2 g, Blanko


(aquades) 0,2 mL

Pemasukkan pada labu Kjeldahl

(+) 1 g selenium + 2, 5 ml H2SO4

Pemasangan labu ke alat destruksi

Destruksi 1 jam

Pendinginan 1 jam

Penambahan 15 ml asam borat dan 2 tetes


Gambar 2. Proseduranalisakadar protein

Langkah pertama menyiapkan sampel dan aquades untuk blangko


sebanyak 0.2 gram dan 0.2 ml. Semua sampel dimasukkan dalam labu
kjehdahl kemudian ditambahkan 1 gram selenium untuk mempercepat reaksi
asam sulfat. Labu yang telah terisi sampel dan selenium serta asam sulfat
kemudian didektruksi selama 1 jam kemudian didinginkan selama 1 jam juga.
Kemudian menyiapkan asam borat 15 ml dan 2 tetes indicator MMB ke
dalam Erlenmeyer. Penambahan indicator MMB untuk mengetahui
perubahan warna. Selanjutnya labudipasang pada desikator untuk proses
distilasi selama 4 menit kemudian hasilnya dititrasi dengan menggunakan
HCl.
BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Analisis

3.1.1 Data pengamatan

Sampel Ulangan Berat sampel Titrasi Titrasi


sampel blanko(ml)
gram miligram
(ml)
1 0,5020 502,0 35,4 10,7
Tepung 2 0.5089 508,9 23,8 10,7
3 0,5021 502,1 19,4 10,7
kedelai 4 0,1974 197,4 39,6 0,9
5 0,2053 205,3 40,5 0,9
1 0,5054 505,4 3,4 10,7
2 0,5050 505,0 58,9 10,7
Tahu 3 0,2128 212,8 10,1 0,9
4 0,2028 202,8 10,2 0,9
5 0,2061 206,1 11,5 0,9
3.1.2 Data perhitungan
1. Tahu

Ulangan N Total (%) Kadar Protein (% atau g/100 g)


bb bk
1 1,3785 7,9262 8,1571
2 0,7212 4,1468 4,2676
3 0,4854 2,7913 2,8726
4 5,4925 31,5819 32,5017
5 5,4040 31,0728 31,9778
Rata 15,5038 15,9553
SD 14,5680 14,9923
RSD 93,9641 93,9641

2. Tepung Kedelai

Ulangan N Total (%) Kadar Protein (% atau g/100 g)


bb bk
1 -0,4047 -2,5291 -18,0653
2 2,6740 16,7125 119,3751
3 1,2112 7,5701 54,0722
4 1,2848 8,0297 57,3552
5 1,4409 9,0056 64,3259
Rata 7,7578 55,4126
SD 6,8497 48,9265
RSD 88,2949 88,2949
3.2 Pembahasan
60
55.41

50

40

30

20
15.5 15.96

10 7.76

0
Tahu Tepung Kedelai

rata -rata kadar protein bb rata rata kadar protein bk

Gambar 1. Diagram batang rata rata kadar protein bb dan bk

Berdasarkan hasil analisa dan perhitungan yang telah dilakukan, didapatkan


data bahwa rata-rata kadar protein pada tahu yaitu sebesar 15,5038%. Berdasarkan
syarat mutu tahu dalam SNI 01-3142-1998, tahu harus memiliki kandungan
protein sebesar 9% pada basis basah. Hal ini menunjukkan bahwa analisa yang
telah dilakukan sesuai dengan literature yang disebutkan. Menurut Sarwono
(2004), kandungan protein dalam tahu dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
salah satunya yaitu perendaman kedelai yang terlalu lama sehingga kandungan
protein dapat menurun.

Hasil perhitungan pada sampel tepung kedelai didapatkan rata-rata


kadar protein sebesar 7,7578% menunjukkan bahwa telah dilakukan
penyimpangan pada praktikum ini literatur mengatakan bahwa kandungan
protein pada tepung kedelai yaitu 34.39 % dan menurut Maharani (2010),
perbedaan tersebut disebabkan karena lamanya proses pengolahan tepung
kedelai yang dijadikan tepung. Panas yang dihasilkan selama pengolahan
dapat menurunkan kandungan protein dalam tepung kedelai.
BAB 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Proses penentuan kadar protein dengan metode kjehdahl dapat dilakukan
dengan proses destruksi terlebih dahulu, kemudian dilakukan penyulingan
(distilasi), dan terakhir titrasi dengan HCL serta dilakukan perhitungan
untuk mengetahui hasil kadar protein.
2. Dari paktikum yang telah dilakukan, dilakukan perhitungan untuk
memperoleh hasil kadar protein pada tahu dan tepung kedelai. Didapatkan
data bahwa rata-rata kadar protein pada tahu yaitu sebesar 15,5038%.
Sedangkan pada tepung kedelai didapatkan rata-rata kadar protein sebesar
7,7578% yang dimana telah terjadi penyimpangan karena tidak sesuai
dengan literatur.
4.2 Saran
Pada praktikum selanjutnya diharapkan praktikan dalam proses
praktikum dilakukan dengan teliti dan hati-hati serta asisten dosen diharapkan
selalu mendampingi dalam praktikum untuk menghindari kesalahan saat
praktikum berlangsung sehingga praktikum dapat berjalan dengan efektif.

DAFTAR PUSTAKA

Andarwulan, N.2011. Analisa Pangan. Jakarta : Dian Rakyat.

Budimawaranti. 2011. Komposisi Dan Nutrisi pada Susu Kedelai. Yogyakarta :


FMIPA UNY
Ellya, Eva S. 2010. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Trans Info Media
Pres

Giandwood. 2007. Chemistry of the Element 2nd ed. Butterwoit Neninemann:


Oxford UK.

Maharani, E. T., 2010. Kadar Protein Kista Artemia Curah Yang Dijual


Petambak Kota Rembang Dengan Variasi Suhu Penyimpanan. Jurnal
Prosiding Seminar Nasional UNIMUS. Semarang: UNIMUS.

Rohman, A. 2013. Analisa Komponen Makanan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sarwono, B. dan Saragih,Y.P. 2004. Membuat Aneka Tahu. Jakarta: Penebar


Swadaya.

Suhardjo.1999. Prinsip-prinsip Ilmu Gizi. Yogyakarta : Kanisius.

Winarsi, H. 2010. Protein Kedelai dan Kecambah Manfaatnya bagi Kesehatan.


Yogyakarta: Kanisius.

LAMPIRAN PERHITUNGAN

( ml HCl contoh−ml HCl balnko ) × N HCl ×14,008


Rumus: %N= × 100
mg contoh

Faktor konversi tepung terigu= 5,75

Faktor konversi tahu= 6,25

Kadar air tepung terigu= 2,83%

Kadar air tahu= 86%


a. Tepung kedelai
( 35,4−10,7 ) × 0,02× 14,008
Ulangan 1  %N= ×100= 1,3785 %
502,0
( 23,8−10,7 ) × 0,02×14,008
Ulangan 2  %N= ×100=0,7212 %
508,9
( 19,4−10,7 ) × 0,02× 14,008
Ulangan 3  %N= ×100=0,4854 %
502,1
( 39,6−0,9 ) × 0,02× 14,008
Ulangan 4  %N= ×100=5,4925 %
197,4
( 40,5−0,9 ) × 0,02× 14,008
Ulangan 5  %N= ×100=5,4040 %
205,3

 Kadar protein basis basah


Rumus: % protein=%N × faktor konversi

Ulangan 1  % protein=1,3785 ×5,75=7,9262%


Ulangan 2  % protein=0,7212 ×5,75=4,1468 %
Ulangan 3  % protein=0,4854 × 5,75=2,7913 %
Ulangan 4  % protein=5,4925 ×5,75=31,5819 %
Ulangan 5  % protein=5,404 × 5,75=31,0728 %
( 7,9262+ 4,1468+2,7913+31,5819+31,0728 )
Rata-rata= =15,5038 %
5
2
SD= ∑ Xi−X rataan
(
√ n−1
)

(−7,5775 )2 + (−11,357 )2+ (−12,7128 )2+ (16,078 )2+(15,5691)²


SD= √
5−1
57,4185+128,9814 +161,6152+ 258,5021+ 242,3969 848,9141
=
√ 4
=
4 √
= √ 212,2285=14,5680 %
SD 14,5680
RSD= ×100= ×100=93,9641 %
rata−rata 15,5038

 Kadar Protein Basis Kering


Rumus: %proteinbasis basah
100−kadar air

7,9262
Ulangan 1  × 100=8,1571%
100−2,83
4,1468
Ulangan 2  × 100=4,2676 %
100−2,83
2,7913
Ulangan 3  × 100=2,8726 %
100−2,83
31,5819
Ulangan 4  × 100=32,5017 %
100−2,83
31,0728
Ulangan 5  × 100=31,9778 %
100−2,83

8,1571+ 4,2676+2,8726+ 32,5017+31,9778


Rata-rata= =15,9553 %
5
2
SD= ∑ Xi−X rataan
(

n−1
)

(−8,029 )2+ (−11,8085 )2 + (−13,1643 )2 + ( 16,5463 )2+ ( 15,1176 )2


SD=
√ 5−1
64,4648+139,4407+ 173,2988+273,7800+228,5418
=
√ 4
=

879,5261
√ 4
= √ 219,8815=¿ 14,9923

SD 14,9923
RSD= ×100 = ×100=93,9641 %
rata−rata 15,9553

b. Tahu
( 3,4−10,7 ) × 0,02× 14,008
Ulangan 1 %N= ×100= −0,4047 %
505,4
( 58,9−10,7 ) ×0,02 ×14,008
Ulangan 2 %N= ×100=2,6740 %
505,0
( 10,1−0,9 ) ×0,02 ×14,008
Ulangan 3 %N= × 100=1,2112%
212,8
( 10,2−0,9 ) ×0,02 ×14,008
Ulangan 4 %N= × 100=1,2848 %
202,8
( 11,5−0,9 ) × 0,02× 14,008
Ulangan 5 %N= ×100=1,4409 %
206,1

 Kadar protein basis basah


Rumus: % protein=%N × faktor konversi

Ulangan 1  % protein=−0,4047× 6,25=−2,5291%


Ulangan 2  % protein=2,6740 ×6,25=16,7125 %
Ulangan 3  % protein=1,2112× 6,25=7,5701 %
Ulangan 4  % protein=1,2848 ×6,25=8,0297 %
Ulangan 5  % protein=1,4409 ×6,25=9,0056 %

(−2,5291+ 16,7125+ 7,5701+ 8,0297+9,0056 )


Rata-rata= =7,7578 %
5
2
SD= ∑ Xi−X rataan
(
√ n−1
)

(−10,2821 )2 + ( 8,9348 )2 + ( 0,1827 )2 + ( 0,2773 )2 +(1,2529) ²


SD= √
5−1
105,7216+79,8307+ 0,0334+0,0769+1,5698 187,2324
=
√ 4
=
4 √
=√ 46,8081=6,8497 %
SD 6,8497
RSD= ×100 = ×100=88,2949 %
rata−rata 7,7578

 Kadar Protein Basis Kering


Rumus: %proteinbasis basah
100−kadar air
−2,5291
Ulangan 1  ×100=−18,0653 %
100−86
16,7125
Ulangan 2  = ×100=119,3751 %
100−86
7,5701
Ulangan 3  ×100=54,0722%
100−86
8,0297
Ulangan 4  ×100=57,3552%
100−86
9,0056
Ulangan 5  ×100=64,3259 %
100−86

(−18,0653+119,3751+54,0722+57,35552+ 64,3259 )
Rata-rata= =55,4126
5

2
SD= ∑ Xi−X rataan
(
√ n−1
)

(−73,9786 )2 + ( 63,2849 )2 + (−1,8401 )2 + ( 1,4456 )2 +(8,4142) ²


SD= √
5−1
5472,8333+ 4004,9786+3,386+2,0898+70,7988 9554,0865
=
√ 4
=
4 √=

√ 2388,5216=48,9265
SD 48,9265
RSD= ×100 = × 100=88,2949 %
rata−rata 55,4126
LAMPIRAN DOKUMENTASI

1. Analisa Protein

No. Gambar Keterangan

Penimbangan bahan
1.
atau sample

Tepung kedelai dan


2.
tahu

3. Selenium

4. Labu Kjeldahl
Pemasukan bahan ke
5.
dalam labu kjeldahl

Pemasukan selenium
6.
ke dalam labu kjeldahl

7. Proses destruksi

8. Pengambilan H2SO4

Anda mungkin juga menyukai