Laporan Analisis Protein
Laporan Analisis Protein
PENDAHULUAN
Protein berasal dari bahasa yunani yaitu proteos, yang bearti yang utama
atau yang di dahulukan. Kata ini diperkenalkan oleh ahli kimia Belanda, Geraldus
Mulder (1802-1880). Ia berpendapat bahwa protein adalah zat yang paling penting
dalam setiap organisme (Ellya, 2010).
Penentuan kadar protein pada suatu bahan pangan dan hasil pertanian
dapat dilakukan dengan beberapa metode. Pemilihan metode yang terbaik dan
tepat untuk suatu pengukuran bergantung pada beberapa faktor seperti misalnya,
banyaknya material atau sampel yang tersedia, waktu yang tersedia untuk
melakukan pengukuran, alat spektrofotometri yang tersedia. Metode yang
digunakan antara lain metode Kjehdahl, Biuret atau Lowry (Andarwulan,2011).
Pada praktikum kali ini digunakan metode Kjehdahl dengan mendektruksi
bahan dengan oksidator kuat untuk membebaskan nitrogen dan senyawa lain
kemudian diukur jumlahnya dengan cara titrasi (Budimawaranti,2011).
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui cara analisis kadar protein metode Kjeldahl pada bahan
pangan dan hasil pertanian.
2. Untuk menetapkan kadar protein dengan metode kjeldahl.
BAB 2. BAHAN DAN PROSEDUR ANALISA
1.1 Bahan
2.1.1 Bahan Pangan Yang Digunakan
a. Tepung Kedelai
Tepung kedelai sering dikenal sebagai soyflour dan grit. Bahan tersebut
biasanya mengandung 40-50% protein. Tepung kedelai terbuat dari kedelai
yang diolah dan digiling atau ditumbuk menjadi bentuk tepung. Penggunaan
panas dalam pengolahan diperlukan untuk peningkatan nilai gizi, daya tahan
simpan dan meningkatkan rasa (Herman, 1985).
Proses pembuatan tepung kedelai skala rumahan yaitu biji kedelai
direndam dalam air kemudian direbus dalam air sampai matang. Setelah itu,
kedelai dikeringkan dengan sinar matahari. Jika kedelai kering dilanjutkan
pengupasan kulit ari. Proses terakhir digling hingga didapakan tepung
kedelai. Proses pemanasan berupa perebusan bertujuan untuk menginaktifkan
beberapa enzim, di samping untuk menghilangkan bau lungu (beany flavor).
Bergantung pada penggunaanya, pemanasan dangan uap pada tahap tertentu
dapat diatur sehingga menghasilkan tepung atau bubuk kedelai bebas minyak
yang mempunyai nilai NSI (Nitrogen Solubility Index) berbeda. Nilai NSI
menunjukkan persentase total notrogen Kjehdahl yang terekstrak dengan air.
beberapa contoh penggunaan tepung kedelai dengan NSI berbeda misalnya
tepung kedelai dengan NSI 50-60 digunakan untuk campuran pembuatan roti,
cake, donat dan makaroni, sedangkan tepung kedelai dengan NSI 25-35
digunakan untuk minuman, pancake, waffle dan makanan sapihan (Winarsi,
2010). Komposisi kimia teoung kedelai dapat dilihat di bawah ini.
Tabel 2.1. Kandungan gizi 100 g biji kedelai
Kandungan Gizi Satuan Jumlah
Karbohidrat kompleks gr 21.00
Karbohidrat sederhana gr 9.00
Stakiosa gr 3.30
Rafinosa gr 1.60
Protein gr 36.00
Lemak total gr 19.00
Lemak jenuh gr 2.88
Monounsaturated 4.40
Polyunsaturated 11.20
Kalsium mg 276.00
Fosfor mg 704.00
Kalium mg 1797.00
Magnesium mg 280.00
Seng mg 4.80
Zat besi mg 16.00
Serat tidak larut gr 10.00
Serat larut gr 7.00
b. Tahu
Tahu merupakan hasil ekstraksi protein kedelai yang telah digumpalkan
dengan asam atau garam kalsium. Tahu dapat diroduksi secara skala industry
besar maupun skala rumah tangga. Tahu termasuk bahan makanan yang
berkadar air tinggi. Besarnya kadar air dipengaruhi oleh bahan penggumpal
yang dipakai pada saat proses pembuatan tahu. Bahan penggumpal asam
menghasilkan tahu dengan kadar air lebih tinggi dibanding garam kalsium.
Bila dibandingkan dengan kandungan airnya, jumlah protein tahu tidak terlalu
tinggi, hal ini disebabkan oleh kadar airnya yang sangat tinggi. Makanan-
makanan yang berkadar air tinggi umumnya kandungan protein agak rendah.
Selain air, protein juga merupakan media yang baik untuk pertumbuhan
mikroorganisme pembusuk yang menyebabkan bahan mempunyai daya awet
rendah (Hamid, 2012). Karena memiliki kadar air yang tinggi, tahu juga
mempunyai daya simpan yang rendah yaitu 1-2 hari. Setelah lebih dari batas
tersebut rasanya menjadi asam dan terjadi penyimpanganwarna, aroma, dan
tekstur sehingga tidak layak untuk dikonsumsi. Hal ini disebabkan oleh kadar
air dan protein tahu relatif tinggi, masing-masing 86 persen dan 8–12 persen.
Tahu mengandung lemak 4,8 persen dan karbohidrat 1,6 persen (Rohman,
2013). Syarat mutu tahu dapat dilihat pada tabel.
Tabel 2.2 Syarat Mutu Tahu menurut SNI 01-3142-1998
No Jenis Uji Satuan Persyaratan
1. Keadaan :
1.1 Bau Normal
1.2 Rasa Normal
1.3 Warna Putih normal atau
kuning normal
1.4 Penampakan Normal tidak
berlendir dan tidak
berjamur
2. Abu % (b/b) Maks 1,0
3. Protein (N x 6,25) % (b/b) Min 9,0
4. Lemak % (b/b) Min 0,5
5. Serat Kasar % (b/b) Maks 0,1
6. Bahan tambahan % (b/b) Sesuai SNI 01-0222-
makanan - 1995 dan
- Peraturan Men.Kes
No 722/
Men.Kes/Per/IX/1988
7. Cemaran logam :
7.1 Timbal(Pb) mg/kg Maks 2,0
7.2 Tembaga (Cu) mg/kg Maks 30,0
7.3 Sang (2n) mg/kg Maks 40,0
7.4 Timah (Sn) mg/kg Maks 40,0 / 250,0
7.5 Raksa (Hg) mg/kg Maks 0,03
8. Cemaran arsen(As) mg/kg Maks 1,0
9. Cemaran mikroba :
9.1 Escherichia Coli APM/g Maks 10
9.2 Salmonella /25g Negative
c. Indikator MMB
Metil Biru merupakan senyawa yang memiliki rumus molekul
C16H18ClN3S.3H2O dengan bobot molekul 373,91 gram/mol, berwarna hijau
tua, tidak berbau dan stabil dalam udara serta mudah larut dalam air
(larutannya berwarna biru tua), kloroform dan alkohol (Hawley, 1981).
Larutan metil merah dapat membedakan antara larutan asam dengan larutan
netral. Larutan asam yang ditetesi metil merah akan tetap berwarna merah,
sedangkan larutan netral berwarna kuning. Akan tetapi, metil merah juga
akan menyebabkan larutan basa berwarna kuning, Berarti, untuk mengetahui
apakah suatu larutan bersifat basa atau netral kita tidak dapat menggunakan
metil merah.
d. Asam Sulfat (H2SO4)
Asam sulfat merupakan cairan tidak berwarna dan amat korosif, Bereaksi
hebat dengan air dan mengeluarkan panas (eksotermis). Bereaksi juga dengan
logam, kayu, pakaian dan zat organik. asam sulfat pekat bersifat oksidator
yang dapat menimbulkan kebakaran bila kontak dengan zat organik seperti
gula, selulosa dan lain-lain. Sangat reaktif dengan bubuk zat organik.
Konsentrasi asam lebih kental dan padat dibandingkan air. Bahaya terhadap
kesehatan tergantung pada konsentrasi larutannya, kurang dari 10% bersifat
iritan dan lebih dari 10% bersifat korosif. Asam sulfat merupakan bahan
kimia yang sangat kuat yang bersifat korosif yang dapat menyebabkan rasa
terbakar yang sangat parah dan kerusakan jaringan ketika kontak dengan kulit
atau membran mukosa.
e. Asam Khlorida
Larutan asam klorida (HCl) adalah cairan kimia yang sangat korosif,
berbau menyengat dan sangat iritatif dan beracun, larutan HCl termasuk
bahan kimia berbahaya atau B3. Di dalam tubuh HCl diproduksi didalam
lambung yang lebih dikenal dengan asam lambung yang dihasilkan oleh sel
parietal, secara alami salah satu fungsi asam lambung ini untuk
menghancurkan bahan makanan yang masuk kedalam usus, jika produksi
asam lambung meningkat dari keadaan normal akan mengiritasi lambung dan
menimbulkan rasa perih dilambung yang lebih dikenal dengan sakit maag.
Bahaya terhadap kesehatan tergantung pada konsentrasi larutannya, < 5%
bersifat iritan lemah, 5 – 10% bersifat iritan kuat, , > 10 % bersifat korosif .
f. Selenium
Selenium adalah elemen kimia non metalik pada group VI A, pada tabel
periodik dengan simbol Se, nomor atom 34, berat atom 78,96 A. Titik beku
217,00C, titik didih 684,9oC. Ada empat tingkat oksidasi, yaitu elemen Se
(0), selenate (+6), selenite (+4) dan selenide (-2). Selenium memiliki 3
bentuk, yaitu kristal berwarna merah, bubuk berwarna merah dan kristal
heksagonal warna abu-abu. Selain itu selenium merupakan suatu elemen
semilogam golongan transisi yang dapat berperan sebagai antioksidan sebagai
pencegah kanker dan merupakan suatu elemen mineral mikro yang diperlukan
dalam jumlah kecil tetapi dapat bersifat racun dalam jumlah besar (Whanger,
2006).
2.1 PersiapanBahan
Sampel
Penghalusan
Penimbangan
Gambar 1.Persiapanbahananalisakadar protein
Destruksi 1 jam
Pendinginan 1 jam
2. Tepung Kedelai
50
40
30
20
15.5 15.96
10 7.76
0
Tahu Tepung Kedelai
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Proses penentuan kadar protein dengan metode kjehdahl dapat dilakukan
dengan proses destruksi terlebih dahulu, kemudian dilakukan penyulingan
(distilasi), dan terakhir titrasi dengan HCL serta dilakukan perhitungan
untuk mengetahui hasil kadar protein.
2. Dari paktikum yang telah dilakukan, dilakukan perhitungan untuk
memperoleh hasil kadar protein pada tahu dan tepung kedelai. Didapatkan
data bahwa rata-rata kadar protein pada tahu yaitu sebesar 15,5038%.
Sedangkan pada tepung kedelai didapatkan rata-rata kadar protein sebesar
7,7578% yang dimana telah terjadi penyimpangan karena tidak sesuai
dengan literatur.
4.2 Saran
Pada praktikum selanjutnya diharapkan praktikan dalam proses
praktikum dilakukan dengan teliti dan hati-hati serta asisten dosen diharapkan
selalu mendampingi dalam praktikum untuk menghindari kesalahan saat
praktikum berlangsung sehingga praktikum dapat berjalan dengan efektif.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN PERHITUNGAN
7,9262
Ulangan 1 × 100=8,1571%
100−2,83
4,1468
Ulangan 2 × 100=4,2676 %
100−2,83
2,7913
Ulangan 3 × 100=2,8726 %
100−2,83
31,5819
Ulangan 4 × 100=32,5017 %
100−2,83
31,0728
Ulangan 5 × 100=31,9778 %
100−2,83
879,5261
√ 4
= √ 219,8815=¿ 14,9923
SD 14,9923
RSD= ×100 = ×100=93,9641 %
rata−rata 15,9553
b. Tahu
( 3,4−10,7 ) × 0,02× 14,008
Ulangan 1 %N= ×100= −0,4047 %
505,4
( 58,9−10,7 ) ×0,02 ×14,008
Ulangan 2 %N= ×100=2,6740 %
505,0
( 10,1−0,9 ) ×0,02 ×14,008
Ulangan 3 %N= × 100=1,2112%
212,8
( 10,2−0,9 ) ×0,02 ×14,008
Ulangan 4 %N= × 100=1,2848 %
202,8
( 11,5−0,9 ) × 0,02× 14,008
Ulangan 5 %N= ×100=1,4409 %
206,1
(−18,0653+119,3751+54,0722+57,35552+ 64,3259 )
Rata-rata= =55,4126
5
2
SD= ∑ Xi−X rataan
(
√ n−1
)
√ 2388,5216=48,9265
SD 48,9265
RSD= ×100 = × 100=88,2949 %
rata−rata 55,4126
LAMPIRAN DOKUMENTASI
1. Analisa Protein
Penimbangan bahan
1.
atau sample
3. Selenium
4. Labu Kjeldahl
Pemasukan bahan ke
5.
dalam labu kjeldahl
Pemasukan selenium
6.
ke dalam labu kjeldahl
7. Proses destruksi
8. Pengambilan H2SO4