Anda di halaman 1dari 90

jurnal.unipa.ac.id/index.

php/intan
ISSN 2655-3473 VOLUME 01 | EDISI 1 | NOVEMBER 2018

INTAN J u r n a l P e n e l i t i a n T am b a n g
1 | Time and Motion Study Pekerjaan 69 | Penambangan Marmer Pada PT. Makassar
Penyanggaan Pada Lokasi Produksi Marmer Muliaindah Kabupaten Maros
Tambang Ciguha Utama PT. Antam
(Persero) Tbk UBPE Pongkor

8 | Perencanaan Teknis Sistem


Penyaliran Tambang Batubara Pada PT.
Nan Riang Kabupaten Batanghari
Provinsi Jambi

14 | Estimasi Sumber Daya Andesit


Menggunakan Metode Cross Section
PT. AKAM di Kabupaten Sorong
Provinsi Papua Barat

20 | Potensi Cadangan Mineral dan


Batubara di Indonesia dan Dunia

32 | Persepsi Masyarakat Terhadap


Penambangan Batugamping Di PT.
SDIC Papua Cement Indonesia
Manokwari Ditinjau Dari Segi Budaya

38 | Perhitungan Kebutuhan Material


Penyemenan Dengan Metode Balance
Plug Pada Program Cement Plug
Sumur X Lapangan Y

44 | Analisis Pengambilan Dan


Preparasi Sampel Berdasarkan Hasil
Pengujian Kadar Nikel Pada PT. Haltim
Mining Kabupaten Halmahera Timur
Provinsi Maluku Utara

53 | Evaluasi Geometri Jalan Angkut


Tambang Dan Rancangan Drainase
Pada PT. Sumber Anugerah Buana
Kabupaten Sorong Provinsi Papua Barat

59 | Analisis Stabilitas Lereng Batuan


Dengan Metode Slope Stability
Probability Classification (SSPC) 79 | Morfologi Abu Limbah Pengolahan Kayu
Pada Kawasan Piyungan-Patuk,
Daerah Istimewa Yogyakarta Sebagai Bahan Dasar Geopolimer Untuk
Material Penyangga Tambang Bawah Tanah

Diterbitkan oleh :
Jurusan Teknik Pertambangan
Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan
Universitas Papua
Manokwari
INTAN
Jurnal Penelitian Tambang
ISSN 2655-3473
Volume 1 Edisi 1, November 2018 Halaman 1-75

INTAN Jurnal Penelitian Tambang diterbitkan oleh Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik
Pertambangan dan Perminyakan Universitas Papua di Manokwari sebagai media untuk menyalurkan
pemahaman tentang aspek-aspek sains, teknologi, ekonomi, sosial dan lingkungan dari dunia pertambangan
berupa hasil penelitian lapangan atau laboratorium maupun studi pustaka. Jurnal ini diterbitkan dua kali
dalam setahun yaitu pada bulan Mei dan November.

Redaksi menerima naskah yang belum pernah diterbitkan dalam media lain dari dosen, peneliti, mahasiswa
maupun praktisi dengan ketentuan penulisan seperti tercantum pada halaman belakang (petunjuk
penulisan). Naskah yang masuk akan dievaluasi dan disunting untuk keseragaman format, istilah dan tata
cara lainnya

Penanggung jawab
Ketua Jurusan Teknik Pertambangan – Universitas Papua

Reviewer
Dr. Hendri Prananta Perangin-angin, ST., MT.
Jance Murdjani Supit, ST., M.Eng.
Yulius Ganti Pangkung, ST., M.Eng.

Tim Editor
Juanita Rosalia Horman, ST., MT.
Marcus R. Maspaitella, SP., M.AgriCom.
Agustinus Denny Unggul Raharjo, ST., M.O.G.E.

Sekretariat
Djusman Bin Aziz, ST.

ALAMAT SEKRETARIAT INTAN JURNAL PENELITIAN TAMBANG: Jurusan Teknik


Pertambangan Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan (FTPP) Universitas Papua, Gedung
Teknik, Jalan Gunung Salju, Amban, Manokwari, Papua Barat. Telepon: 085244058187
Website: jurnal.unipa.ac.id/index.php/intan
jurnal.unipa.ac.id/index.php/intan
ISSN 2655-3473 VOLUME 01 | EDISI 1 | NOVEMBER 2018

INTAN
`

J u r n a l P e n e l i t i a n T am b a n g
DAFTAR ISI

1 | Time and Motion Study Pekerjaan Penyanggaan Pada Lokasi Produksi


Tambang Ciguha Utama PT. Antam (Persero) TBK UBPE Pongkor
Deddy H. Elias, Indra Birawaputra

8 | Perencanaan Teknis Sistem Penyaliran Tambang Batubara Pada


PT. Nan Riang Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi
Glory Hutagalung, Yulius G. Pangkung

14 | Estimasi Sumber Daya Andesit Menggunakan Metode Cross Section


PT. Akam di Kabupaten Sorong Provinsi Papua Barat
Aldi F. Valderama, Ricardo O.M Hutapea

20 | Potensi Cadangan Mineral dan Batubara di Indonesia dan Dunia


Arif Setiawan

32 | Persepsi Masyarakat Terhadap Penambangan Batugamping di PT. SDIC


Papua Cement Indonesia Manokwari Ditinjau Dari Segi Budaya
Maria A. I. Awandoi, Indra Birawaputra

38 | Perhitungan Kebutuhan Material Penyemenan Dengan Metode


Balance Plug Pada Program Cement Plug Sumur X Lapangan Y
Hastowo Resesiyanto

44 | Analisis Pengambilan dan Preparasi Sampel Berdasarkan Hasil Pengujian Kadar Nikel
Pada PT. Haltim Mining Kabupaten Halmahera Timur Provinsi Maluku Utara
Jimmy E. A. Fatubun, Yulius G. Pangkung

53 | Evaluasi Geometri Jalan Angkut Tambang dan Rancangan Drainase Pada


PT. Sumber Anugerah Buana Kabupaten Sorong Provinsi Papua Barat
Petricia J. Etwiory, Bambang Triyanto

59 | Analisis Stabilitas Lereng Batuan Dengan Metode Slope Stability Probability


Classification (SSPC) Pada Kawasan Piyungan-Patuk, Daerah Istimewa Yogyakarta
Rana Wiratama

69 | Penambangan Marmer Pada PT. Makassar Marmer Muliaindah Kabupaten Maros


Juanita R. Horman

79 | Morfologi Abu Limbah Pengolahan Kayu Sebagai Bahan Dasar


Geopolimer Untuk Material Penyangga Tambang Bawah Tanah
Jance M. Supit
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
Volume 1, Nomor 1, 2018

TIME AND MOTION STUDY PEKERJAAN PENYANGGAAN


PADA LOKASI PRODUKSI TAMBANG CIGUHA UTAMA
PT. ANTAM (PERSERO) TBK UBPE PONGKOR

Deddy H. Elias1), Indra Birawaputra2)


1)
Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Universitas Papua
2)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Papua
1) 2)
Jl. Gunung Salju Amban Manokwari
Email: dedyelias9@gmail.com, 2)indrabp2009@gmail.com
1)

Abstract

Time and motion study is a method of time measurement process, from which time wasting in ground
support task that involve human interventions, could be reduced. This method was utilised to figure out the
efficiency resulted by buffering tasks, as well as to analyse the work cycle produced by supporting crews
of Mega Mustika Utama in PT. Antam Tbk. UBPE Pongkor. The results revealed that the efficiency in
workhours of ground support task included survey of location, job cards, and time for meals. The daily
work cycle begun from change self protection tools at the beginning of the shift to the replacement of self
protection tools at the end of the shift. The results also highlighted that the highest work efficiency of
buffering tasks was 84.10%, and the lowest work efficiency was 25.83%.

Keyword: Time and Motion method, measurement of working time, ground support

Abstrak

Time and motion study merupakan suatu metode proses pengukuran waktu sehingga dapat mengurangi
waktu terbuang yang kecil pada pekerjaan penyanggaan yang mengacu pada prosedur dimana aspek
manusia dilibatkan guna mengetahui seberapa besar efisiensi dan siklus kerja yang dihasilkan pada kru
penyanggaan Mega Mustika Utama pada PT. Antam Tbk. UBPE Pongkor. Dari hasil penelitian diperoleh
total waktu kerja perhari dan persentase kerja dalam bentuk tabel dan diagram, dimana waktu kerja
penyanggaan terdiri dari kegiatan cek lokasi, job card sampai dengan kembali ke kantin dan siklus kerja
perhari dimulai dari ganti APD di awal shift sampai kembali ganti APD di akhir shift. Dari hasil
pengumpulan data dan perhitungan didapatkan efisiensi kerja tertinggi 84,10 % dan efisiensi kerja terendah
25,83%.

Kata kunci: metode Time and Motion, Pengukuran Waktu Kerja, Penyanggaan

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


1
Elias dan Birawaputra INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

PENDAHULUAN Motion study, memiliki aspek yang terdiri


Sebagai perusahaan swasta maupun instasi dari deskripsi, analisis sistematis dan
pemerintah dituntut untuk dapat beroperasional pengembangan motode kerja untuk menentukan
dengan efektif dan efisien. Hal ini merunjuk pada suatu bahan baku, desain output, alat, tempat kerja
tantangan yang saat ini semakin besar ditambah dan perlengkapan dalam setiap langkah pekerjaan
lagi perusahaan diperhadapkan dengan adanya itu sendiri.
perdagangan bebas yang tentunya akan lebih
mengentalkan persaingan antar perusahaan. Terdapat dua macam teknik pengukuran time study,
Efisiensi tidak akan dapat diukur apabila sebuah yaitu:
perusahaan tidak memiliki suatu acuan atau standar
Pengukuran waktu secara langsung
yang baku. Sebuah standar biasanya merupakan
Yaitu pengukuran waktu dengan mengamati
langkah awal dalam menentukan kebutuhan pekerjaan secara langsung yang dilakukan oleh kru.
pekerja. Standar yang baik, harus menunjukkan
Pengukuran secara langsung terdapat dua metode
tingkatan pencapaian optimal yang harus dilakukan yakni jam henti (stopwatch time study) dan
oleh pekerja.
sampling kerja (work sampling)
Metode time and motion study dapat
Pengukuran waktu secara tidak langsung
digunakan untuk mengevaluasi kinerja akan tetapi, Proses pengukurannya secara tidak langsung
lebih sering penggunaannya untuk tujuan yakni dengan melakukan pengukuran waktu
perencanaan untuk memprediksi tingkat keluaran dimana pengamat tidak berada dilokasi
perusahaan yang akan dihasilkan kemudian hari. pengamatan. Pengukuran ini dengan
Dan untuk mengetahui seberapa efisien time and memanfaatkan data waktu baku (standard data)
motion study pada tambang bawah tanah “Ciguha
dan data waktu gerakan (prederter mined time
Utama” oleh PT. Mega Mustika Utama (MMU), system)
maka perlu dilakukan terkait time and motion study
itu sendiri selanjutnya dilakukan analisa terkait Beberapa teknik yang telah dikembangkan
efisien. dalam motion study dapat dilihat dibawah ini,
sesuai dengan tipe pergerakan atau perubahan yang
METODOLOGI PENELITIAN terjadi:
Data dibuat dalam diagram dengan beberapa
data yang ada berupa laporan kerja harian dan 1. Teknik kategori 1 bertujuan untuk memilih jenis
waktu kerja setiap shift. Dari data primer dan kelas perubahan, terdiri dari teknik: preliminary
sekunder yang diperoleh akan digunakan untuk possibility guide, work activity analysis, work
sampling dan motion study.
perhitungan efisensi pekerjaan dari kru
2. Teknik kategori 2 bertujuan untuk
penyanggaan. mendeskripsikan output tertentu yang
dihasilkan dari pergerakan, terdiri dari teknik:
work unit analysis, work activity analysis.
3. Teknik kategori 3 bertujuan untuk
mengevaluasi setiap detil dari sebuah pekerjaan,
terdiri dari teknik: work activity analysis,
network diagram, work sampling.
Gambar 1. Rancangan Penelitian Efisiensi
Efisiensi kerja adalah pelaksanaan pekerjaan
DASAR TEORI dengan cara tertentu tanpa mengurangi tujuan yang
Time and Motion Study dikerjakan dengan cara paling mudah
Time and motion study adalah proses mengerjakannya, paling murah biayanya, paling
management waktu. sedikit tenaganya, paling ringan bebannya dan
Time study, memiliki aspek utama seperti paling singkat waktunya.
keragaman prosedur dalam penentuan lama waktu Hal tersebut diukur dari : Segi produktivitas,
yang dibutuhkan dengan standar waktu yang telah yakni meninjau efisiensi dari segi hasil atau output
ditetapkan yang dalam aktifitasnya melibatkan saja. Semakin tinggi hasilnya, maka semakin
manusia, mesin atau kombinasi dari beberapa efisien.
aktifitas.
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
2
Elias dan Birawaputra INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

waktu pekerjaan utama


efisiensi = Total waktu
x 100% (1)

Tabel 1. Indikator Efisiensi

No Indikator Hasil

1 0% - 30% Belum efisien


2 40% - 70% Cukup efisien
3 80% - 100% Sangat efisien

Penyanggaan
Penyanggaan memiliki fungsi sebagai
kontrol masa batuan yang berada disekitar lubang
bukaan tambang. Sitem penyangga dikelompokan
menjadi 2, yakni sistem penyangga aktif dan Gambar 2. Diagram Time and motion study shift 1
penyangga pasif. tanggal 30 Mei 2017
Penyangga aktif 124
Bersifat memperkuat batuan secara Efisiensi = 480
x 100%
langsung. Artinya jika penyangga sudah dipasang, = 25,83%
maka penyangga tersebut secara langsung menahan
beban batuan. Yang termasuk dalam penyangga Time study tanggal 31 Mei 2017
aktif adalah rock bolt, weld mesh dan wire mesh. Selama proses pengamatan berlangsung 2
kegiatan operasional, yakni kegiatan bongkar
Penyangga pasif habim ,dan rehab stapling dinding.
Bersifat memperkuat masa batuan secara
tidak langsung. Artinya penyangga hanya akan
berkerja, jika batuan runtuh. Yang termasuk dalam
penyangga pasif adalah Cribbing, H-Beam dan
Stappling

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Proses pengamatan Time and Motion study
dilakukan di Tambang Ciguha PT.Antam (Persero)
Tbk. UBPE Pongkor dengan mitra kerja PT. Mega
Mustika Utama Proses pengamatan dilakukan dari
tanggal 30 Mei 2017-06 Juni 2017 yang dilakukan
pada lokasi sebagai berikut:
1. Ciguha DFW
2. Ciguha XC 1P Vein A Ke Selatan
3. Ciguha CGBS 476 Ke selatan
4. Ciguha XC 475 Vein A Ke Selatan

Data Hasil Pengamatan


Time study tanggal 30 Mei 2017 Gambar 3. Diagram Time and motion study shift 1
Selama proses pengamatan berlangsung tanggal 31 Mei 2017
kegiatan operasional, yakni kegiatan rehab stapling 404
dinding 2 set. Efisiensi = 480
x 100%
= 84,10%

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


3
Elias dan Birawaputra INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

Time study pada tanggal 1 Juni 2017 Time study pada tanggal 3 Juni 2017
Selama proses pengamatan berlangsung 1 Selama proses pengamatan berlangsung 2
kegiatan operasi, yakni kegiatan stapling 1 set. kegiatan, yakni kegiatan pasang stull dan stapling
roof.

Gambar 4. Diagram Time and motion study shift 1


tanggal 1 Juni 2017 Gambar 6. Diagram Time and motion study shift 2
320
tanggal 3 Juni 2017
Efisiensi = x 100%
644 195
= 49,69% Efisiensi = 480
x 100%
= 40,63%
Time study pada tanggal 2 Juni 2017
Selama proses pengamatan berlangsung 2 Time study pada tanggal 4 Juni 2017
kegiatan, yakni kegiatan Pembongkaran H-beam Selama proses pengamatan berlangsung 2
dan Pasang H-beam kegiatan, yakni kegiatan stapling roof dan stapling
dinding

Gambar 5. Diagram Time and motion study shift 2 Gambar 7. Diagram Time and motion study shift
tanggal 2 Juni 2017 2 tanggal 4 Juni 2017
224 236
Efisiensi = x 100% Efisiensi = 480
x 100%
518
= 43,24% = 49,17%

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


4
Elias dan Birawaputra INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

Time study pada tanggal 5 Juni 2017 aktivitas kerja dari kru penyanggaan dan analisis
Selama proses pengamatan berlangsung 1 kerja perunit.
kegiatan, yakni kegiatan rehab stapling dinding.
Kegiatan utama pekerjaan penyanggaan
adalah cek lokasi job card sampai kembali ke
kantin setelah pekerjaan penyanggaan selesai,
bahwa pada kegiatan utama pekerjaan
penyanggaan dilapangan sangatlah bervariarsi dan
kegiatan pendukung ialah ganti APD, safetytalk,
jalan ke kantin tambang dan istirahat setelah
pekerjaan penyanggaan selesai sampai kembali
ganti APD.

Time Study
Time study tanggal 30 Mei 2017
Berdasarkan data time study yang didapat
waktu efisiensi kerja 25,83% dan pekerjaan belum
berjalan efisien. Terdapatnya waktu yang terbuang
Gambar 8. Diagram Time and motion study shift 3 jam 2 menit. Upaya yang dilakukan untuk
2 tanggal 5 Juni 2017 mengatasi masalah pada ketersediaan front kerja
256 adalah dengan memberikan pekerjaan di lokasi lain
Efisiensi = 480
x 100% atau membatu kru lain yang sedang ada pekerjaan.
= 15,21%
Time study tanggal 31 Mei 2017
Time study pada tanggal 5 Juni 2017 Berdasarkan data time study yang didapat
Selama proses pengamatan berlangsung 2 waktu efisiensi kerja 84,10% dan pekerjaan
kegiatan, yakni kegiatan pasang skur dan stapling berjalan sangat efisien.
roof.
Dalam pengamatan yang di lakukan
didapatkan pekerjaan rehab stapling tanpa
menggunakan bantuan loader untuk mengakat
bahan ke posisi pemasangan yang baik sehingga
bahaya dapat terjadi kepada kru tersebut, dan
kurangnya karyawan yang hadir sehingga waktu
kerja bongkar H-beam dan rehab stapling cukup
lama.

Time study tanggal 1 Juni 2017


Berdasarkan data time study yang didapat
waktu efisiensi kerja 49,69% dan pekerjaan
berjalan cukup efisien. Waktu standby sebesar
50,31%.

Gambar 9. Diagram Time and motion study shift Kendala yang ditemukan pada waktu
2 tanggal 6 Juni 2017 pengamatan dilapangan adalah ketidaksiapan
mekanik sehingga waktu menunggu perbaikan alat
276 yang lama.
Efisiensi = 483
x 100%
= 60,04% Time study tanggal 2 Juni 2017
Berdasarkan data time study yang didapat
Pembahasan waktu efisiensi kerja 43,24% dan pekerjaan
Motion study berjalan cukup efisien. Waktu standby sebesar
Pada penelitian ini teknik motion study yang 56,76% dikarenakan waktu pekerjaan berakhir
tepat adalah pada kategori 2 karena hasil dari lebih cepat dan adanya waktu menunggu whell
penelitian skripsi ini adalah dapat menegetahui loader membantu kru lain memasang blower di
lokasi lain.

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


5
Elias dan Birawaputra INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

Kendala yang ditemukan pada waktu Siklus kerja kru penyangaan


pengamatan dilapangan adalah kurangnya kru yang
1. Siklus kerja pada pengamatan di lapangan
hadir.
adalah dimulai dari ganti APD sebelum
Time study tanggal 3 Juni 2017 melakukan pekerjaan pada tambang bawah
Berdasarkan data time study yang didapat tanah dan ganti APD setelah keluar dari dalam
waktu efisiensi kerja 40,63% dan pekerjaan tambang.
berjalan cukup efisien. Waktu standby sebesar 2. Siklus kerja kegiatan pendukung ialah ganti
59,38%. APD, safetytalk, jalan ke kantin tambang,
istirahat setelah pekerjaan penyanggaan, keluar
Kendala yang ditemukan pada waktu tambang dan ganti APD.
pengamatan dilapangan adalah waktu tunggu whell 3. Siklus kerja kegiatan utama pekerjaan
loader breakdown sebesar 1 jam 26 menit. penyanggaan dimulai dari cek lokasi job card,
jalan ke front, transport bahan ke front, setting
Time study tanggal 4 Juni 2017 bahan sampai ke bali ke kantin.
Berdasarkan data time study yang didapat
waktu efisiensi kerja 46,25% dan pekerjaan Efisiensi kru penyangaan
berjalan cukup efisien. Waktu standby sebesar 1. Pengamatan tanggal 30 Mei 2017: Total waktu
50,83 %. selama 8 jam dengan efisiensi kerja 25,83%,
Kendala yang ditemukan pada waktu waktu standby 74,17% dan terdapatnya waktu
terbuang 3 jam 2 menit.
pengamatan dilapangan adalah waktu tunggu
pengambilan bahan sebesar 27 menit dikarenakan 2. Pengamatan tanggal 31 Mei 2017: Total waktu
kru yang mengikut hanya 2 orang dan 1 operator selama 8 jam dengan efisensi kerja 84,10% dan
whell loader. waktu standby 15,90% dan terdapatnya waktu
overshift 1 jam 45 menit
Time study tanggal 5 Juni 2017 3. Pengamatan tanggal 1 Juni 2017: Total waktu
Berdasarkan data time study yang di dapat selama 8 jam dengan efisiensi kerja 49,69%,
waktu efisiensi kerja 53,33% dan pekerjaan waktu standby 50,31% dan terdapatnya waktu
berjalan cukup efisien. Terdapatnya waktu yang overshift 2 jam 44 menit.
terbuang 3 jam 5 menit. Waktu standby sebesar 4. Pengamatan tanggal 2 Juni 2017: Total waktu
15,21 % dikarenakan pekerjaan yang tersedia selama 8 jam dengan efisensi kerja 43,24%,
hanya rehab stapling. waktu standby 56,76% dan terdapatnya waktu
overshift 38 menit.
Kendala yang ditemukan pada waktu 5. Pengamatan tanggal 3 Juni 2017: Total waktu
pengamatan dilapangan adalah jumlah set yang selama 8 jam dengan efisensi kerja 40,63%,
direhab sedikit sedangkan waktu kerja masih waktu standby 59,38% dan terdapat waktu
tersedia. terbuang 37 menit.
6. Pengamatan tanggal 4 Juni 2017: Total waktu
Time study tanggal 6 Juni 2017 selama 8 jam dengan efisiensi kerja 46,25% dan
Berdasarkan data time study yang di dapat waktu standby 50,83% dan terdapat waktu
waktu efisiensi kerja 60,04% dan pekerjaan terbuang 19 menit.
berjalan cukup efisien. Waktu standby sebesar 7. Pengamatan tanggal 5 Juni 2017: Total waktu
39,96 % dikarenakan pekerjaan yang tersedia selama 8 jam dengan efisiensi kerja 53,33%,
hanya pasang skur dan stapling roof. waktu standby 46,67% dan terdapat waktu
terbuang 2 jam 31 menit.
Kendala yang ditemukan pada waktu 8. Pengamatan tanggal 6 Juni 2017: Total waktu
pengamatan dilapangan adalah kurangnya selama 8 jam dengan efisiensi kerja 60,04%,
karyawan yang hadir, peralatan las yang rusak dan waktu standby 39,96% dan terdapat waktu
bahan yang tidak tersedia sehingga pekerjaan terbuang 3 menit.
terganggu berdampak pada adanya waktu overshift
yang besar yakni 208% Selama pengambilan data ditemukan faktor
penghambat proses kerja, yaitu:
KESIMPULAN
Selama proses pengambilan data time and motion 1. Adanya aktifitas pekerjaan penyangaan tanpa
study memperoleh kesimpulan sebagai berikut: bantuan alat berat.
2. Ketidak siapan mekanik di lapangan.

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


6
Elias dan Birawaputra INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

3. Kurangnya kru yang hadir. Sukandarrumidi, 2012 Metodologi Penenlitian.


4. Adanya alat pendukung pekerjaan penyanggaan Gadja Mada University Press. Yogyakarta
yang rusak. Yudi S. 2016. Time study Aktivitas Penambangan
5. Bahan yang tidak tersedia. Emas Oleh Mitra Kerja PT. Karya Sakti
DAFTAR PUSTAKA Purnama Di Tambang Gudang Handak PT
Akmadnafarin blogspot. Penyanggaan Tambang ANTAM UBPE Pongkor. Skripsi Jurusan
Bawah Tanah. html Teknik Pertambangan Fakultas Teknik
Universitas Sriwijaya
Januar Sutrisno.2008. Definisi dan ruang lingkup
time and motion study. https://januarsutrisno Respati Ayuningtyas, t.t. Analisis Peningkatan
yayan.wordpress.com Produktivitas dan Efisiensi Kerja Dengan
Penerapan Kazien.176
Mundel, Marvin, E. and david L Dunner 1994.
Time and motion study: Improving Productivity,
Sevent Edition, Prentice-Hall Publishing
Company, USA
Monika Kussetya Ciptani. 2012. Peningkatan
Produktivitas dan Efisiensi Biaya Melalui
Integrasi Time & Motion Study dan Activity-
Based Cousting 32-43

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


7
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
Volume 1, Nomor 1, 2018

PERENCANAAN TEKNIS SISTEM PENYALIRAN TAMBANG


BATUBARA PADA PT. NAN RIANG
KABUPATEN BATANGHARI PROVINSI JAMBI

Glory Hutagalung1), Yulius Ganti Pangkung2)


1) 2)
Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Universitas Papua
1) 2)
Jl. Gunung Salju Amban Manokwari
Email: gloryhutagalung07@gmail.com, 2)yulius.pangkung@yahoo.co.id
1)

Abstract

PT. Nan Riang is a coal mining company located in Muara Tembesi District, Batanghari Regency, Jambi
Province. PT. Nan Riang applied open pit system in its operation, in which Stripe Mine was considerably
implemented as the main method. The utilisation of this method would form pits, so that, during rainy days,
the water could potentially be stagnant in front. The catchment areas are divided into 6 sections; the 1st
catchment area was 0.00929 km2, the 2nd catchment area was 0.06017 km2, the 3rd catchment area was
0.03256 km2, the 4th catchment area was 0.03960 km2, the 5th catchment area was 0.08065 km2, and the 6th
catchment area was 0.02596 km2. From the calculation of drainage dimensions, it was highlighted that the
water level was approximately 0.26 m, width of drainage was about 0.39 m, width of drainage surface was
0.78 m, wet circumference was about 0.73 m, the depth of was 1.07 m, and length of side was 1.19 m. The
pump that is set for the drainage was LCC-H 50-230, with the pumping capacity of 3,405 m3/ hour. These
pumps have Total Head of 90 m, with the impeller rotation of 3710 rpm. The amount of water entering the
settling pond was 15.80336 m3/ second, with the settling widht of 29.71 m2 pond. Regarding the dimensions
of settling pond, in which water could be gathered as calculated, therefore settling pond should be set at
10 m in length, 4 m in width and 2 m in height, with the volume of 237.64451 m3.

Keywords: drainage, pumps, settling pond.

Abstrak

PT. Nan Riang merupakan salah satu perusahaan tambang batubara yang berada di Kecamatan Muara
Tembesi, Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi. PT. Nan Riang melakukan sistem tambang terbuka yang
menggunakan metode Stripe Mine sehingga akan membentuk cekungan, sehingga pada saat hujan
berpotensi air akan tergenang pada front. Luasan daerah tangkapan hujan pada daerah penelitian ini dibagi
menjadi 6 bagian. Daerah tangkapan hujan I luas area 0,00929 km2, daerah tangkapan hujan II luas daerah
0,06017 km2, daerah tangkapan hujan III luas daerah 0,03256 km2, daerah tangkapan hujan IV luas daerah
0,03960 km2, daerah tangkapan hujan V luas daerah 0,08065 km2, dan daerah tangkapan hujan VI luas
daerah 0,02596 km2. Dari perhitungan dimensi drainagenya didapat, tinggi air 0,26 m, lebar dasar
saluran 0,39 m luas saluran 0,20 m2, lebar permukaan saluran 0,78 m, keliling basah 0,73 m, kedalaman
saluran 1,07 m, dan panjang sisi saluran 1,19 m. Pompa yang akan di rencakan pad a sumuran ini adalah
pompa LCC-H 50-230 dengan debit pemompaan 3,405 m3/jam. Pompa ini mempunyai Head Total sebesar
90 m dan putaran impeller 3710 rpm. Debit air yang akan masuk pada settling pond adalah 15,80336
m3/detik, dengan luas settling pond 29,71 m2 . Untuk ukuran dimensi settling pond agar dapat menampung
air limpasan sesuai dengan perhitungan diatas maka panjang settlingpond 10 m, lebar settling pond 4 m,
dan tinggi settling pond 2 m. maka volume settling pond 237,64451 m3.

Kata Kunci : drainage, pompa, settling pond.

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


8
Hutagalung dan Pangkung INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

PENDAHULUAN DASAR TEORI


Penirisan tambang akan identik dengan Curah Hujan Rencana
pengontrolan air tanah dan air permukaan bumi Curah hujan rencana merupakan suatu
yang biasanya mengganggu aktifitas tambang, baik kriteria utama dalam perencanaan sistem
tambang terbuka, maupun tambang bawah tanah, penyaliran untuk air permukaan pada suatu
baik itu pada penambangan bijih atau tambang. Salah satu metode dalam analisa
penambangan batubara. Curah hujan yang tinggi frekuensi yang sering digunakan dalam
menyebabkan meningkatnya volume air yang menganalisa data curah hujan adalah metode
terakumulasi pada dasar tambang sehingga distribusi ekstrim, atau juga dikenal dengan
kegiatan penambangan menjadi terganggu dan metode distribusi Gumbel:
produksi tidak optimal karena area kerja menjadi
SD
tergenang air. Air yang menggenangi lokasi Xr=X+ Sn (Yt-YN) (1)
penambangan merupakan masalah yang utama bagi
perusahaan pertambangan karena air yang masuk Dimana :
ke lokasi penambangan dapat mengganggu Xr = Perkiraan nilai curah hujan rencana (mm)
aktivitas penambangan dan mengakibatkan X = Curah hujan rata-rata (mm)
terhambatnya produksi. SD = Simpangan baku (standar deviation)
Yt = Standar deviasi dari reduksi variate
PT. Nan Riang merupakan salah satu (standar deviation of the reduced variate),
perusahaan tambang batubara yang berada pada nilainya tergantung dari jumlah data
Provinsi Jambi. PT. Nan Riang berada di wilayah YN = Nilai reduksi variat (reduced mean) dari
Desa Ampelu Kecamatan Muara Tembesi variabel yang diharapkan terjadi pada
Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi. Dalam periode ulang tertentu, Sn Koreksi rata-rata
melakukan penambangan Batubara, sistem (reduced mean)
penambangan yang digunakan adalah sistem
tambang terbuka (surface mining) dengan metode Intensitas Curah Hujan
Strip Mine Perhitungan intensitas curah hujan
dilakukan dengan menggunakan rumus Mononobe:
PT. Nan Riang mempunyai beberapa pit
yaitu pit Djebak dan Ampelu. Dalam melakukan R24 24 2/3
kegiatan penambangan di pit Ampelu yang I= 24
( )
t
(2)
merupakan lokasi penelitian, banyaknya volume air
tambang dan lumpur merupakan masalah sistem Dimana :
penyaliran yang harus diatasi terlebih apabila R24 = Curah hujan rencana perhari (24 jam)
terjadi curah hujan yang tinggi. Air dalam jumlah t = Lamanya curah hujan/durasi hujan (jam)
yang berlebih di dalam pit tambang akan
menyebabkan terganggunya aktivitas penggalian, Limpasan
pemuatan, dan pengangkutan. Penentuan besarnya air limpasan maksimum
ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
Untuk mengatasi air yang berada pada pit
penambangan perlu dilakukan sistem penyaliran Q = 0,278 . C . I . A (3)
sehingga air yang berada pada pit penambangan
dapat dipompakan keluar. Air yang di pompakan Dimana:
dari pit penambangan akan mengalir melalui Q = Debit air, m3/detik
drainage kemudian dialirkan menuju settling pond. C = Koefesien limpasan
I = Intensitas curah hujan, mm/jam
METODE PENELITIAN A = Luas penangkap hujan, km2.
Data yang diperlukan dalam penelitian ini
mencakup data primer dan data sekunder. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengumpulan Data Primer dilakukan dengan cara Curuhan Hujan
pengambilan data dilapangan. Adapun data primer
yang untuk penelitian ini adalah peta topografi SD
Xr = X+ (Yt-YN)
Sedangkan data sekunder diperoleh dari Sn
perusahaan. Adapun data sekunder untuk penelitian 62,532
= 264,6+ (1,499-0,757)
ini adalah spesifikasi pompa, spesifikasi pipa dan 0,947
dimensi sump. = 338,053 mm/bulan

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


9
Hutagalung dan Pangkung INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

= 11,268 mm/hari diketahui Daerah Tangkapan Hujan (DTH) I


memiliki luas 0,0081km2. Sehingga nilai koefisien
Intensitas Curah Hujan limpasan untuk DTH I adalah 0,9 Untuk daerah
Penentuan intensitas hujan rencana tangkapan hujan didapatkan data - data sebagai
dilakukan dengan menggunakan rumus Mononobe. berikut:
2/3
Luas daerah tangkapan hujan (A) = 0,00929 Km2
11,628  24  Intensitas curah hujan rata-rata (I) = 5,026
I  
24  1  mm/jam
= 5,026 mm/jam Koefisien limpasan (C) = 0,9

Penentuan Air Limpasan Sehingga debit air limpasan maksimum:


Merupakan daerah tangkapan hujan yang
Q = 0,278 x C x I x A
berupa bukaan tambang tanpa vegetasi. Dengan
perhitungan menggunakan software Autoad 2007 = 0,278 x 0,9 x 5,026 x 0,00929
= 0,01168 m3/detik

Tabel 1. Debit air limpasan menggunakan curah hujan normal


Intensitas Hujan
Luas Debit
Lokasi Koefisien Rencana
(m2) (km2) (mm/jam) (m3/detik) (m3/jam)
DTH1 0,9 9.289,52 0,00929 5,026 0,01168 42,05383
DTH2 0,7 60.170,77 0,06017 5,026 0,05885 211,8622
DTH3 0,7 32.559,60 0,03256 5,026 0,03185 114,6428
DTH4 0,6 39.602,64 0,03960 5,026 0,03320 119,5213
DTH5 0,7 80.654,57 0,08065 5,026 0,07888 283,9859
DTH6 0,5 25.956,55 0,02596 5,026 0,01813 65,281
Sumber: Data primer (diolah), 2018
Tabel 2. Debit air limpasan menggunakan intensitas curah hujan lebat
Intensitas Hujan
Luas Debit
Lokasi Koefisien Rencana
(m2) (km2) (mm/jam) (m3/detik) (m3/jam)
DTH1 0,9 9.289,52 0,00929 22,958 0,05336 192,0955
DTH2 0,7 60.170,77 0,06017 22,958 0,26882 967,754
DTH3 0,7 32.559,60 0,03256 22,958 0,14546 523,6708
DTH4 0,6 39.602,64 0,03960 22,958 0,15165 545,9549
DTH5 0,7 80.654,57 0,08065 22,958 0,36033 1297,204
DTH6 0,5 25.956,55 0,02596 22,958 0,08283 298,1936
Sumber: Data primer (diolah), 2018
Drainage A = (b + Zd).d
Saluran terbuka dibuat berbentuk trapezium = (1,152d + 0,58d).d
dengan kemiringan sisi 60°, digunakan rumus: = 1,73d2
2
1 3 2
1 R = ½d
Q R S A
n S = 0,039 (kemiringan rata-rata saluran
mengikuti kemiringan rata-rata jalan
n = 0,03 (untuk dinding tanah yang dibuat
tambang 3,9%)
excavator)
Z = 1/tan (60°) = 0,58 Saluran terbuka dengan debit air 0,0875 m3/detik
b = 2{(Z2 + 1)1/2 – Z}.d Qmaks = 1 x R2/3 x S1/2 x A
= 2{(0,582 + 1)1/2 – 0,58}.d n
= 1,152d

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


10
Hutagalung dan Pangkung INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

0,07053 = 1 x (0,5 d)2/3 x (0,039)1/2 x (1,73 d2) 0,11 m² = 0,18 m.B + 0,04 m²
0.03 (0,11 m2 –0,04 m²) = 0,18 mB
0,07053 = 7,174 d8/3 B = 0,41 m
d3/8 = 0,004
d = 0,18 m Daerah jagaan air/ kelilingbasah (w)
w =B–b+d
Lebar dasar saluran (b) w = 0,41 m – 0,20 m + 0,18 m
b = 2{(Z2 + 1)1/2 – Z}.d w = 38 m
= 2{(0,58)2 + 1)1/2 – 0,58} x 0,18 m
= 0,20 m Kedalaman saluran (H)
H=d+w
Luas saluran (A) H = 0,18 m + 0,38 m
A = (b + Z.d) d H = 0,56 m
= (0,20 m + 0,58 x 0,18 m ) x 0,18 m
= 0,05 m² Panjang sisi saluran (a)
Lebar permukaan saluran (B) a = d+ w/sin 60°
2A = (B + b ) d = 0,18 m + 0,38/0.866
2 x 0,05 m² = (B + 0,20 m) x 0,18 m = 0,62 m

Tabel 3 Dimensi drainage curah hujan lebat


Keterangan Debit d b A B w H a
drainage I 0,32218 0,34 0,39 0,20 0,78 0,73 1,07 1,19
drainage II 0,37272 0,36 0,41 0,22 0,83 0,77 1,13 1,25
drainage III 0,15165 0,26 0,29 0,11 0,59 0,55 0,81 0,89
drainage IV 0,36033 0,35 0,41 0,22 0,82 0,76 1,12 1,24
drainage V 0,11596 0,23 0,27 0,09 0,54 0,50 0,73 0,81
Sumber: Data primer (diolah), 2018

Keterangan:
d = Tinggi air w = Keliling basah
b = Lebar dasar saluran H = Kedalaman saluran
A = Luas saluran A = Panjang sisi saluran
B = Lebar permukaan saluran

yang harus dipompakan untuk periode ulang hujan


5 tahun adalah sebesar 15,80336 m3/detik.

Pompa yang akan di rencanakan pada


sumuran ini adalah 1 unit pompa LCC-H 50-230
dengan debit pemompaan 3,405 m3/jam. Pompa ini
mempunyai Head Total sebesar 90 m dan putaran
impeller 3710 rpm. Air dari sumuran ini
selanjutnya akan dialirkan ke atas menggunakan
pipa berdiameter 0,15 m dengan panjang bentangan
Gambar 1. Dimensi drainage dengan intensitas
90 m, pipa yang digunakan adalah HDPE, air yang
curah hujan lebat
dipompakan keluar dari pit akan dialirkan ke
Sump dan Pompa drainage dan kemudian akan dilanjutkn ke
Volume sump yang ada sekarang pada lokasi settlingpond. Pompa digunakan pada saat pit
Pit Ampelu berdasarkan pengukuran dari panjang penambangan tergenang air akibat air hujan.
10,5 m, lebar 3 m dan tinggi air 0,5 m adalah
sebesar 15,75 m3. Pada lokasi tambang Pit Ampelu Settlingpond
curah hujan debit air yang masuk dari debit Data yang diperoleh sebagai berikut:
limpasan permukaan untuk periode ulang hujan 5 % solid = 2,5%
tahun dalah sebesar 0,05336 m3/detik. Dari debit air % air = 97,5%
yang masuk secara keseluruhan maka debit air
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
11
Hutagalung dan Pangkung INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

Berat padatan per m3 Luas kolam pengendapan


= % solid x Q x 2.500 kg/m3 Volume total
= Kecepatan pengendapan
= 0,025 x 15,80336 m3/detik x 2.500 kg/m3
15,80336 m3 /detik
= 987,710 kg/detik =
0,05322 m/detik
Berat air per m3 = 29,71 m2
= % air x Q x 1.000 kg/m3
= 0.975 x 15,80336 m3/detik x 1.000 kg/m3 Dimensi Kolam Pengendapan
= 15.408,28 kg/detik Kedalaman kolam (H) = 2 m
Voleme padatan per detik Lebar (l) = 4 m
= berat solid/ρp Panjang (p) = 29,71/3
987,710 kg/detik = 10 m.
= 2.500 kg/m3
= 0,39508 m3/detik Kolam pengendapan memiliki 3 buah
kompartemen yang masing-masing kompartemen
Volume air per detik
= Berat air/1000 kg/m3 memiliki panjang 10 m, lebar 4 m dan kedalaman 2
15.408,28 kg/detik m. Maka volume kolam pengendapan bisa dihitung
= 1.000 kg/m3 sebagai berikut :
= 15,408,28 m3/detik Volume kolam pengendapan
Total volume per detik = 3 x (p x l x H)
= (0,39508 + 15,40828) m3/detik = 3 x (10 m x 4 m x 2 m)
= 15,80336 m3/detik = 240,439 m³

(a)

(b)

Gambar 3. Desain kolam pengendapan tampak atas (a) dan tampak Isometrik (b)

KESIMPULAN DAN SARAN luas saluran 0,20 m2, lebar permukaan saluran
Kesimpulan 0,78 m, keliling basah 0,73 m, kedalaman
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, saluran 1,07 m, dan panjang sisi saluran 1,19 m.
pengolahan data dan analisis dari lokasi PT. Nan untuk dimensi settling pond dengan debit
Riang maka dapat diambil simpulan sebagai 15,80336 m3/detik yang masuk maka panjang
berikut : 10 m, lebar settling pond 4 m, dan kedalaman
1. Intesitas curah hujan pada PT. Nan Riang settling pond 2 m.
5,046mm/jam pada hujan ini dikategorikan
hujan normal, untuk mengantisipasi DAFTAR PUSTAKA
kemungkinan terburuk agar daerah tangkpan Boro Paulus. 2011. Perencanaan Sistem Penyaliran
hujan tidak tergenang air maka intensitas curah Tambang Di Bukit Tlf Tambang Tengah PT.
hujan 22,98 mm/jam. Aneka Tambang Tbk, Unit Bisnis
2. Dimensi drainage sesuai perhitungan data curah Pertambangan Nikel Sulawesi Tenggara. Tugas
hujan dengan debit limpasan 0,32218 m3/detik, Akhir. Jurusan Teknik. Fakultas Matematika
tinggi air 0,34 m, lebar dasar daluran 0,39 m
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
12
Hutagalung dan Pangkung INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

dan Ilmu Pengetahuam Alam. Universitas Sugiyono.2010. Metodologi Penelitian. Bandung


Negeri Papua. Manokwari Alfabeta 2003.
Dinata Umaga Edden, dkk. tt. Perencanaan Kolam Suwandhi Awang, 2004. Perencanaan Sistem
Pengendapan Sebagai Pit Water Management Penyaliran. Unisba, Bandung
(Studi Kasus Perencanaan Asparaga Pond) Pit Syaiful.2012.SistemPenyaliranTambang.http://sya
Pinang South, PT. Kaltim Prima Coal, Sangatta, iful049.blogspot.co.id/2012/09/sistem-
Kalimantan Timur. penyaliran-tambang. html (diakses l 20 juni
Putra Lingga Oka, dkk. tt. Kajian Teknis Sistem 2016)
Penirisan Tambang Banko Barat Guna Triatmodjo Bambang. 2016. Hidrologi Terapan.
Menanggulangi Dan Mengoptimalisasi Sistem Fakultas Teknik Sipil, Universitas Gadjah
Pemompaan Air Tambang Di Pit Iii Barat PT. Mada. Yogyakarta Beta Offset.
Bukit Asam (PERSERO) Tbk Tanjung Enim.

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


13
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
Volume 1, Nomor 1, 2018

ESTIMASI SUMBER DAYA ANDESIT MENGGUNAKAN


METODE CROSS SECTION PT. AKAM DI KABUPATEN
SORONG PROVINSI PAPUA BARAT

Aldi Fariz Valderama¹), Ricardo O.M Hutapea²)


1) 2)
Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Universitas Papua
1) 2)
Jl. Gunung Salju Amban Manokwari
Email: valderama_aldy@gmail.com, ²)ricardo.hutapea@gmail.com
1)

Abstract

One of technical requirements in renewing mining operation permits, according to ‘Peraturan Menteri
Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 34 Tahun 2017’, is the balance sheet of resources and reserves.
Before the expiration of the production permit of PT. AKAM, it was then needed to calculate the andesite
resource in the operation area of PT. AKAM in Sorong, Papua Barat. The Cross Section method is
considered to be the best way to estimate the andesite resource because this method can be utilised to find
out the layout of the overburden and mineral. The results highlighted that andesite resource in the operation
area of PT. AKAM was approximately 405.780.313 m³, with a cover layer of 498,937 m³. The productivity
age of PT. AKAM is predicted to be 49,64 years, with the annual production of 8.112 m³.

Keyword: Resources, Andesite, Estimation, PT AKAM, Sorong

Abstrak

Salah satu syarat teknis dalam perpanjangan izin usaha penambangan menurut Peraturan Menteri Energi
dan Sumber Daya Mineral nomor 34 tahun 2017 adalah diperlukan neraca sumber daya dan cadangan.
Sebelum berakhirnya masa izin operasi produksi PT. AKAM, maka diperlukan perhitungan sumber daya
batu andesit yang berada pada PT. AKAM di Sorong Papua Barat. Salah satu cara untuk menghitung
sumber daya batu andesit dengan metode cross section dengan pertimbangan metode ini lebih cocok
digunakan untuk bahan galian batuan, metode ini juga dapat mengetahui tata letak lapisan penutup dan
bahan galian lebih baik dibandingkan metode yang lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Hasil
perhitungan dengan menggunakan metode Cross section didapatkan hasil sebesar 405.780,313 m³ dengan
lapisan penutup sebesar 498,937 m³. Umur tambang pada PT. AKAM diprediksi selama 49,64 tahun dan
produksi pertahun sebesar 8.112 m³.

Kata kunci : Sumberdaya, Andesit, Estimasi, PT. AKAM. Sorong

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


14
Valderama dan Hutapea INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

PENDAHULUAN HASIL DAN PEMBAHASAN


Endapan mineral (bahan tambang) Perhitungan Volume Sumber Daya Metode
merupakan salah satu kekayaan alam yang Cross Section (Penampang)
berpengaruh dalam perekonomian nasional. Usaha Metode Cross Section adalah metode
yang dilakukan untuk mengetahui kuantitas dan perhitungan sumber daya yang dilakukan dengan
kualitas endapan mineral selalu diusahakan dengan membagi area penambangan menjadi beberapa
tingkat kepastian yang lebih tinggi. Penafsiran blok dengan jarak yang sama atau berbeda
sumber daya umumnya digunakan metode Cross berdasarkan kondisi batuan yang akan diestimasi.
section.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam
Dalam tahapan explorasi yang salah satu proses estimasi sumber daya dengan metode Cross
yang dilakukan adalah tahap penafsiran Section:
sumberdaya, penafsiran ini dapat digunakan untuk a. Membuat sayatan pada peta topografi di daerah
mendapatkan sumber daya dan umur tambang penelitian dengan jarak 9,673 meter dan 8,295
perusahaan. Program yang dapat digunakan untuk meter sesuai dengan keadaan geologi yang
mempermudah proses perhitungan sumber daya dapat mewakili daerah sekitarnya. Terdapat 14
ataupun cadangan adalah AutoCAD. blok dan 15 sayatan pada daerah yang akan
dilakukan perhitungan cadangan.
PT. AKAM merupakan salah satu b. Dilakukan proses penggambaran pada masing-
perusahaan yang melakukan penambangan dengan masing sayatan.
bahan galian Andesit, andesit adalah bahan galian c. Menghitung luasan area dari masing-masing
yang menurut Undang-undang Nomor 4 Tahun penampang yang luasnya dapat diketahui
2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, dengan software AutoCAD dan Quicksurf.
andesit tergolong dalam pertambangan batuan. d. Menaksir volume endapan andesit secara
Andesit merupakan bahan galian yang banyak keseluruhan dengan menggunakan pendekatan
digunakan sebagai bahan dasar pembangunan. rumus mean area.
Sehubungan dengan akan berakhirnya masa Hasil dari perhitungan sumber daya andesit
izin operasi produksi PT. AKAM menurut menggunakan metode Cross Section didapatkan
Peraturan Mentri Energi dan Sumber Daya Mineral hasil sebesar 405.780,313 m³.
nomor 34 tahun 2017 Tentang Perizinan Di Bidang
Pertambangan Mineral dan Batubara diperlukan Tabel 1. Hasil Perhitungan Sumber Daya Andesit
neraca sumber daya dan cadangan sebagai salah PT. AKAM Menggunakan Metode Cross Section
satu syarat teknis dalam perpanjangan Izin Usaha
Luas Luas
Penambangan, maka diperlukan perhitungan Sayatan 1 Sayatan 2
Luas total Jarak Volume
No
sumber daya batu andesit yang berada pada PT.
(m²) (m²) (m²) (m) (m³)
AKAM untuk memenuhi persyaratan tersebut.
1-2 554,755 781,611 668,183 6.463,132
METODOLOGI PENELITIAN 2-3 781,611 836,775 809,193 7.827,082
Pengambilan data dilakukan langsung 9,673
3-4 836,775 785,270 811,023 7.844,779
dilapangan dengan menggunakan theodolit,
4-5 785,270 821,242 803,256 7.769,653
theodolit digunakan untuk penentuan titik dimana
keterdapatan lapisan tanah penutup, setelah itu 5-6 961,537 1.546,112 1.253,825 10.400,727
dilakukan pengukuran tingkat ketebalan pada titik 6-7 1.546,112 2.778,661 2.162,386 17.937,428
plot tersebut. 7-8 2.778,661 4.359,507 3.569,084 29.606,265
8-9 4.359,507 5.441,880 4.900,694 40.652,236
Setelah dilakukan ploting data ini diolah
menggunakan AutoCAD 2007 untuk diketahui 9-10 5.441,880 6.115,540 5.778,710 47.935,555
8,295
luasan sayatan pada daerah yang memiliki 10-11 6.115,540 6.135,611 6.125,575 50.812,871
keterdapatan endapan mineral. Jika luas daerah 11-12 6.135,611 5.936,695 6.036,153 50.071,095
telah didapati dapat dilanjutkan untuk melakukan 12-13 5.936,695 5.495,071 5.715,883 47.414,393
perhitungan volume endapan mineral tersebut. Hal 13-14 5.495,071 4.954,527 5.224,799 43.340,753
ini juga dilakukan pada lapisan tanah penutup agar 14-15 4.954,527 4.136,114 4.545,321 37.704,343
diketahui volume lapisan tanah penutup tersebut.
VOLUME TOTAL 405.780,31
Sumber: Data primer (diolah), 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


15
Valderama dan Hutapea INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

Perhitungan Volume Lapisan Tanah Penutup 405.780,31 m3


=
Pada perhitungan volume lapisan tanah 8.112 m3
penutup metode yang akan digunakan adalah
metode Cross Section, metode ini digunakan = 50 Tahun
karena lapisan penutup di daerah penambangan
Peta Cross section
hanya ada pada sebagian tempat dan tidak
Peta Wilayah izin usaha penambangan PT.
menyeluruh. Hal ini tidak memungkinkan untuk
AKAM secara astronomis terletak pada 131º 16’
dilakukan perhitungan volume lapisan tanah
30,5’’ BT - 131º 16’ 38,7’’ BT dan 0º 48’ 34,7’’ LS
penutup dengan menggunakan metode Isoline.
- 0º 48’ 36,9’’ LS. Kondisi topografi pada daerah
Langkah-langkah yang dilakukan dalam
penelitian merupakan dataran perbukitan yang
proses estimasi lapisan penutup dengan metode
memiliki elevasi terendah 1 mpdl dan elevasi
Cross Section:
tertinggi mencapai 80 mpdl. Elevasi terendah pada
a. Membuat sayatan pada peta topografi di daerah
daerah penelitian dapat mencapai 1 mpdl karena
penelitian yang memiliki lapisan penutup
lokasi penelitian yang berbatasan langsung dengan
dengan jarak 8,295 meter sesuai dengan
tepi pantai. Batas level bawah pada pembuatan peta
keadaan geologi yang dapat mewakili daerah
sayatan tidak menggunakan level 0 dikarenakan
sekitarnya. Lapisan penutup berada pada
pada daerah penelitian berada pada tepi pantai
sayatan 6 sampai dengan sayatan 11, sehingga
sehingga tidak dapat dilakukan penambangan
terdapat 6 sayatan dan 5 blok yang terdapat
hingga level 0. Penggunaan level bawah 12 juga
lapisan penutup.
dikarenakan pada ketinggian 12 meter batu andesit
b. Dilakukan proses penggambaran pada masing-
telah tersingkap secara menyeluruh. Peta yang
masing sayatan.
digunakan adalah peta topografi dengan skala
c. Menghitung luasan area yang terdapat lapisan
1:2.200 dengan luas daerah penelitan sebesar PT.
penutup yang luasnya dapat diketahui dengan
AKAM dengan luas sekitar 41.681,575 m².
software AutoCAD dan Quicksurf.
d. Menaksir volume endapan andesit secara
Sumber Daya Andesit PT. AKAM
keseluruhan dengan menggunakan pendekatan
Sumber daya andesit pada lokasi penelitian
rumus mean area.
dengan luasan dilakukan dengan dua metode, yaitu
Hasil dari perhitungan lapisan penutup metode Cross Section dan metode Isoline, hasil dari
menggunakan metode Cross Section didapatkan kedua metode ini didapatkan hasil yang berbeda,
hasil sebesar 498.937 m³. pada metode Cross Section didapatkan hasil
sebesar 405.780,313 m³.
Tabel 2. Hasil Perhitungan Lapisan Penutup
PT. AKAM Menggunakan Metode Cross Section Lapisan Tanah Penutup
Lapisan tanah penutup diukur
Luas Luas Luas menggunakan pita ukur dan didapatkan hasil pada
Jarak Volume
No Sayatan 1 Sayatan 2 Total
titik A dengan batuan tersingkap, pada titik
(m²) (m²) (m²) (m) (m³)
pengukuran B ketebalan lapisan tanah penutup
6-7 15,070 8,857 11,963 99,238 sebesar 7,9 m, pada titik pengukuran C didapatkan
7-8 8,857 13,483 11,170 92,659 ketebalan lapisan penutup sebesar 4,4 m, dan pada
8-9 13,483 12,416 12,950 8,295 10,420 titik pengukuran D didapatkan lapisan tanah
9-10 12,416 13,510 12,963 10,530
penutup sebesar 3,8 m. Rata-rata lapisan penutup
10-11 13,510 8,693 11,102 92,090
pada lokasi penambangan sebesar 4,025 m. Hasil
Sumber: Data primer (diolah), 2018 perhitungan lapisan tanah penutup digunakan
metode Cross Section dikarenakan posisi tanah
Umur Tambang penutup yang berada pada daerah yang lebih landai
Umur tambang adalah waktu yang dan tidak menyeluruh, sehingga tidak
diperlukan untuk menambang habis bahan galian, memungkinkan untuk dilakukan perhitungan
umur tambang dihitung dari jumlah sumber daya lapisan penutup menggunakan metode Isoline.
dibagi dengan target produksi pertahun. Target Hasil perhitungan lapisan tanah penutup dengan
produksi berdasarkan data perusahaan sebesar metode Cross section didapatkan hasil sebesar
8.112 m³ pertahun, maka: 498,937 m³.
Rata-rata Estimasi Produksi
Umur Tambang =
Target Produksi Pertahun

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


16
Valderama dan Hutapea INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

Umur Penambangan PT. AKAM Pembangunan Nasionan “VETERAN”,


Umur tambang merupakan jangka waktu Yogyakarta.
tertentu yang dihitung dari jumlah cadangan dibagi Erihartanti, dkk. 2015, Estimasi Sumberdaya
dengan produksi pertahun. Jumlah sumber daya Batubara Berdasarkan Data Well Logging
didapatkan dilakukan dengan menggunakan dua Dengan Metode Cross Section di PT. Telen
metode, yaitu metode Cross section dan metode Orbit Prima Desa Buhut Kabupaten Kapuas
Isoline, hasil dari kedua metode ini didapatkan Kalimantan Tangah, Skripsi Program Studi
hasil yang berbeda sehingga perlu dirata-ratakan Fisika FMIPA Universitas Lambung
sebelum dibagi dengan produksi pertahun. Mangkurat, Banjarmasin.
Produksi pertahun PT. AKAM adalah 8.112 m³,
dan rata-rata estimasi adalah 402.755,753 m³ Herlina, S.T., M.T Wenny. 2011, Studi
sehingga diprediksikan umur tambang PT. AKAM Perhitungan Batukapur Pada Quarry Pusar PT.
49,64 tahun atau sekitar 50 tahun. Semen Baturaja (Persero) Dengan Metode
Cross section Dan Software surpac 6.0.3,
KESIMPULAN Skripsi Jurusan Teknik Pertambangan
Cross section merupakan salah satu metode Universitas Sriwijaya, Palembang.
perhitungan sumber daya yang dapat digunakan Kasmudi, Mudi. 2010, Pemanfaatan Cadangan,
untuk endapan mineral batuan. Pada endapan Skripsi Fakultas Teknik Universitas Indonesia,
mineral yang berada pada lokasi PT. AKAM Jakarta.
didapati endapan mineral sebesar 405.780,313 m³
dengan menggunakan metode Cross section. Peraturan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral
Metode yang sama juga digunakan pada Republik Indonesia, 2017. Perizinan di Bidang
perhitungan lapisan tanah penutup dengan hasil Pertambangan Mineral dan Batubara, Jakarta.
sebesar 498,937 m³. Umur tambang PT. AKAM Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
untuk dapat menambang habis seluruh sumber daya 23, 2010. Pelaksanaan Kegiatan Usaha
adalah 50 tahun. Pertambangan Mineral dan Batubara, Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA Rismal Sido, 2015. Metode Perhitungan Cadangan


Abdul Rauf, 1998. Penaksiran Cadangan Endapan Emas,
Mineral, Jurusan Teknik Pertambangsn, Http://miningenngineeringscience.blogspot.
Fakultas Teknologi Mineral, UPN co.id /2015/06 /metode-perhitungan-cadangan-
“VETERAN” Yogyakarta. emas, (19 April 2017).

Anonymous. Throner, Richard H. 2001, Engineering Geology


https://achmadinblog.wordpress.com/2010 Field Manual Second Edition Volume 2, U.S
/11/30/andesit/.html (19 April 2017). Department of the Interior Bureau of
Reclamation, United State of America.
Anonymous.
http://www.hukumpertambangan.com/izin - Shabrina, Reza. 2016, Fungsi Autocad di Bidang
usaha-eksplorasi/ persyaratan- untuk- Industri. http://dosenit.com/software/fungsi-
memperoleh-izin-usaha-pertambangan-iup- autocad, (19 April 2017)
eksplorasi/ (19 April 2017). Yuhendra, Dedi. 2013, Estimasi Sumber Daya
Arno Edwin Gilang Pratama, dkk. 2010, Estimasi Batubara Dengan Menggunakan Geostatistik
Cadangan Batu Kapur Dengan Metode Cross (Krigging), Skripsi Fakultas Teknik
Section Dibandingkan dDengan Metode Pertambanngan Universitas Negeri Padang,
Kontur. Skripsi Teknik Pertambangan Padang.
Universitas Hassanudin, Makassar.
Badan Standarisasi Nasional. 1998, Klasifikasi
Sumberdaya Mineral Dan Cadangan, Jakarta.
Defri Dilfiana Putra. 2016, Estimasi Sumberdaya
Pasir Batu Dengan Metode Cross Section dan
Metode ContourPada Kecamatan Bantar
Bolang Kabupeten Pemalang Jawa Tengah.
Skripsi Teknik Pertambangan Universitas

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


17
Valderama dan Hutapea INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


18
Valderama dan Hutapea INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


19
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
Volume 1, Nomor 1, 2018

POTENSI CADANGAN MINERAL DAN BATUBARA


DI INDONESIA DAN DUNIA

Arif Setiawan
Email: arif.setiawanm2@gmail.com

Abstract

Mineral and coal resources and reserves in the world even in Indonesia need to be known, considering that
until now more and more industries need it, so that it can cause a reduction in raw material supply for the
industry. To find out the amount of resources and reserves, data or information is needed, so after knowing
the relevant information, it is expected to know what strategies to do. The method used is the comparison
between Indonesian data and world data so that the percentage of ownership in Indonesia can be known.
The results showed that coal in Indonesia was estimated to range from 2% -3% of coal in the world. For
metal minerals, Indonesia had 6.08% nickel, 6.82% cobalt, 14.05 lead, 9.63% zinc, 3.33% bauxite, 0.72
iron, 4.63 gold, 16.67% tin , 3.29% copper, 19.17 manganese, 0.44% chromium, 0.17 titanium.

Keywords: Reserves, Resources, Minerals, Coal

Abstrak

Sumberdaya maupun cadangan mineral dan batubara di Dunia bahkan di Indonesia perlu untuk diketahui,
mengingat sampai saat ini semakin banyak industri-industri yang membutuhkannya, sehingga dapat
menyebabkan berkurangnya persediaan bahan baku bagi industry. Untuk mengetahui besaran sumberdaya
maupun cadangan tersebut diperlukan data atau informasi, sehingga setelah mengetahui informasi tersebut
diharapkan strategi apa yang harus dilakukan. Metode yang digunakan perbandingan antara data Indonesia
dengan data dunia sehingga diketahui persentasi kepemilikan di Indonesia. Hasil yang diperoleh bahwa
batubara di Indonesia memiliki sumber daya yang diperkirakan berkisar 2%-3% dari batubara di Dunia.
Untuk mineral logam, Indonesia memiliki 6,08% nikel, 6,82% kobalt, 14,05 timbal, 9,63% seng, 3,33%
bauksit, 0,72 besi, 4,63 emas, 16,67% timah, 3,29% tembaga, 19,17 mangan, 0,44% krom, 0,17 titanium.

Kata kunci: Cadangan, Sumberdaya, Mineral, Batubara

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


20
Setiawan INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

PENDAHULUAN Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Mineral


Pentingnya mengetahui sumberdaya maupun Ada beberapa definisi terkait sumberdaya mineral
cadangan di Indonesia dan Dunia adalah untuk menurut Badan Standardisasi Nasional yaitu:
melihat seberapa besar potensi mineral dan
batubara yang nantinya dapat manfaatkan untuk 1. Sumberdaya mineral tereka (inferred mineral
meningkatkan pertumbuhan dan pembangunan resource) adalah sumberdaya mineral yang
ekonomi. tonase, kadar, dan kandungan mineral dapat
diestimasi dengan tingkat keyakinan geologi
Mengingat isu-isu yang berkembang saat ini (geological assurance) rendah.
yang menyatakan bahwa sumberdaya maupun 2. Sumberdaya mineral tertunjuk (indicated
cadangan mineral dan batubara yang ditambang mineral resource) sumberdaya mineral yang
untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi tonase, densitas, bentuk, dimensi, kimia, kadar
semakin menipis atau berkurang. Semakin dan kandungannya dapat diestimasi dengan
menipisnya sumberdaya tersebut kemungkinan tingkat keyakinan geologi (geological
mengakibatkan melemahnya pertumbuhan assurance) medium.
ekonomi suatu negara. 3. Sumberdaya mineral terukur (measured mineral
resource) sumberdaya mineral yang tonase,
Dengan adanya isu tersebut diperlukan suatu densitas, bentuk, dimensi, kimia, kadar dan
informasi berupa data-data terkini terkait jumlah kandungan mineral dapat diestimasi dengan
sumberdaya maupun cadangan, sehingga dapat tingkat keyakinan geologi (geological
dimanfaatkan untuk menyiapkan trategi-trategi assurance) tinggi.
jangka pendek maupun jangka panjang dalam 4. Cadangan bijih terkira (probable ore reserve)
rangka mengatasi melemahnya pertumbuhan adalah bagian sumberdaya mineral tertunjuk
ekonomi yang diakibatkan menipisnya cadangan yang ekonomis untuk ditambang, dan dalam
yang disebabkan oleh kegiatan tambang atau beberapa kondisi, juga merupakan bagian dari
kecenderungan/kekerapan dalam menggunakan sumberdaya mineral terukur.
produk pertambangan. 5. cadangan bijih terbukti (proved ore reserve)
adalah bagian dari sumberdaya mineral terukur
Dengan ini pemerintah dapat menerapkan yang ekonomis untuk ditambang
trategi dengan cara subtitusi maupun mendaur
ulang berbagai produk industri yang menggunakan Definisi Sumberdaya dan Cadangan Batubara
produk pertambangan baik energi maupun mineral Sumberdaya batubara (coal resources)
sehingga tercipta ketahanan energi dan mineral adalah bagian dari endapan batubara dalam bentuk
tetap terjaga dan terciptan pembangunan ekonomi dan kuantitas tertentu serta mempunyai prospek
yang berkelanjutan. beralasan yang memungkinkan untuk ditambang
secara ekonomis. Lokasi, kualitas, kuantitas
TINJAUAN PUSTAKA karakteristik geologi dan kemenerusan dari lapisan
Definisi Sumber Daya dan Cadangan Mineral batubara yang telah diketahui, diperkirakan atau
Sumberdaya mineral (mineral resource) diinterpretasikan dari bukti geologi tertentu.
adalah suatu konsentrasi atau keterjadian dari Sumberdaya batubara dibagi sesuai dengan tingkat
material yang memiliki nilai ekonomi pada atau di kepercayaan geologi ke dalam kategori tereka,
atas kerak bumi, dengan bentuk, kualitas dan tertunjuk, dan terukur (Badan Standardisasi
kuantitas tertentu yang memiliki keprospekan yang Nasional, 2011)
beralasan untuk pada akhirnya dapat diekstraksi
secara ekonomis. (Badan Standardisasi Nasional, Masih dalam sumber yang sama, cadangan
2011) batubara (coal reserves) adalah bagian dari
sumberdaya batubara tertunjuk dan terukur yang
Masih dalam sumber yang sama cadangan dapat ditambang secara ekonomis. Estimasi
mineral (mineral reserve) adalah cebakan bahan cadangan batubara harus memasukkan perhitungan
galian yang telah diketahui ukuran, bentuk, dilution dan losses yang muncul pada saat batubara
sebaran, kualitas dan kuantitasnya dan secara ditambang. Penentuan cadangan secara tepat telah
ekonomi, teknik, hukum, lingkungan dan sosial dilaksanakan yang mungkin termasuk studi
dapat ditambang pada saat perhitungan dilakukan. kelayakan. Penentuan tersebut harus telah
(Badan Standardisasi Nasional, 2011). mempertimbangkan semua

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


21
Setiawan INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan secara ekonomis dari sumberdaya batubara


Batubara terukur setelah faktor-faktor penyesuai yang
Ada beberapa definisi terkait sumberdaya terkait diterapkan.
Batubara menurut Badan Standardisasi Nasional
yaitu: METODE
Data yang digunakan untuk penelitian ini
1. Sumberdaya batubara tereka (inferred coal diperoleh dari beberapa sumber yaitu:
resource) adalah bagian dari total estimasi
sumberdaya batubara yang kualitas dan 1. United State Geology Surveyor (USGS)
kuantitasnya hanya dapat diperkirakan dengan 2. Badan Geologi Kementrian Energi dan Sumber
tingkat kepercayaan yang rendah. Titik daya Mineral
Informasi yang mungkin didukung oleh data 3. BP Global.
pendukung tidak cukup untuk membuktikan 4. Bundesanstalt Fϋr Geowissenschaften und
kemenerusan lapisan batubara dan/atau Rohstoffe (BGR)
kualitasnya. Estimasi dari kategori kepercayaan
ini dapat berubah secara berarti dengan Data tersebut akan dirangkum dalam bentuk
eksplorasi lanjut. tabel guna analisa yang akan dilakukan.
2. Sumberdaya batubara tertunjuk (indicated coal Pengelompokan ini berdasarkan Peraturan Menteri
resource) adalah bagian dari total sumberdaya Energi Sumber Daya Mineral dan Batubara
batubara yang kualitas dan kuantitasnya dapat (PerMen ESDM) Nomor 7 tahun 2017 tentang tata
diperkirakan dengan tingkat kepercayaan yang cara penetapan harga patokan penjualan mineral
masuk akal, didasarkan pada informasi yang logam dan batubara pasal 5 point ke 2 yaitu Nikel,
didapatkan dari titik-titik pengamatan yang Kobalt, Timbal, Seng, Bauksit, Besi, Emas, Perak,
mungkin didukung oleh data pendukung. Titik Timah, Tembaga, Mangan, Krom, Titanium dan
Informasi yang ada cukup untuk mineral logam tertentu lainnya. Untuk
menginterpretasikan kemenerusan lapisan membandingkan cadangan mineral dan batubara
batubara, tetapi tidak cukup untuk Indonesia dengan cadangan dunia maka rumus
membuktikan kemenerusan lapisan batubara yang digunakan adalah:
dan/atau kualitasnya. a
3. Sumberdaya batubara terukur (measured coal % Z = b ×100% (1)
resoured) adalah bagian dari total sumberdaya
batubara yang kualitas dan kuantitasnya dapat Dengan, Z adalah persen perbandingan, a
diperkirakan dengan tingkat kepercayaan tinggi, adalah total cadangan Indonesia, b adalah total
didasarkan pada informasi yang didapat dari cadangan dunia.
titik-titik pengamatan yang diperkuat dengan
data-data pendukung. Titik-titik pengamatan HASIL DAN PEMBAHASAN
jaraknya cukup berdekatan untuk membuktikan Berikut ini adalah data yang berhasil
kemenerusan lapisan batubara dan/atau dikumpulkan, dan tercatat bahwa data mineral
kualitasnya. logam executive summary pemutakhiran data
4. Cadangan batubara terkira (probable coal dan neraca sumber daya mineral tahun 2016
reserve) adalah bagian dari sumberdaya dan Mineral Commodity Summaries 2018.
batubara tertunjuk yang dapat ditambang secara
Untuk batubara, data yang berhasil
ekonomis setelah faktor–faktor penyesuai
dikumpulkan adalah data yang berasal dari
terkait diterapkan, dapat juga sebagai bagian
executive summary pemutakhiran data dan
dari sumberdaya batubara terukur yang dapat
neraca sumber daya energi tahun 2016 dan BP
ditambang secara ekonomis, tetapi ada
Statistic Review of World Energy tahun 2018
ketidakpastian pada salah satu atau semua faktor
penyesuai yang terkait diterapkan. serta BGR Energy Study (Data and
5. Cadangan batubara terbukti (proved coal Development Concerning German and Global
Energy Supplies).
reserve) adalah bagian yang dapat ditambang
Tabel 1. Rekapitulasi neraca Sumber Daya Batubara di Indonesia
Sumberdaya (Juta Ton)
No. Pulau Provinsi
Hipotetik Tereka Tertunjuk Terukur Total
1 Banten 5,47 38,98 28,45 25,10 98,00
Jawa
2 Jawa Tengah 0,00 0,82 0,00 0,00 0,82

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


22
Setiawan INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

Tabel 1. Rekapitulasi neraca Sumber Daya Batubara di Indonesia (lanjutan)


Sumberdaya (Juta Ton)
No. Pulau Provinsi
Hipotetik Tereka Tertunjuk Terukur Total
3 Jawa Timur 0,00 0,08 0,00 0,00 0,08
4 Sumatera Aceh 0,00 423,65 163,69 662,93 1.250,27
5 Sumatera Utara 0,00 7,00 1,84 25,75 34,59
6 Riau 3,86 209,85 587,82 689,28 1490,81
7 Sumatera Barat 19,90 304,25 278,78 347,38 950,30
8 Jambi 129,16 1.216,54 896,04 1.038,02 3.279,77
9 Bengkulu 0,00 117,33 171,74 126,48 415,54
10 Sumatera Selatan 3.290,98 10.859,38 14.826,24 12.020,27 40.996,88
11 Lampung 0,00 122,95 8,21 4,47 135,63

12 Kalimantan Barat 2,26 477,69 6,85 4,70 491,50


13 Kalimantan Tengah 22,54 11.299,92 3.805,64 2.849,22 17.977,32
Kalimantan 0,00 4.739,10 4.402,79 5.893,65 15.035,53
14 Kalimantan Selatan
15 Kalimantan Timur 909,95 13.680,45 13.049,18 15.401,10 43.040,68
16 Kalimantan Utara 25,79 795,83 595,37 1.041,20 2.458,19
17 Sulawesi Barat 8,13 15,13 0,78 0,16 24,20
18 Sulawesi Sulawesi Selatan 5,16 48,81 128,90 53,09 235,96
19 Sulawesi Tengah 0,52 1,98 0,00 0,00 2,50
20 Maluku Maluku Utara 8,22 0,00 0,00 0,00 8,22
21 Papua Barat 93,66 32,82 0,00 0,00 126,48
22 Papua Papua 7,20 2,16 0,00 0,00 9,36
TOTAL INDONESIA 4.532,79 44.394,72 38.952,31 40.182,81 128.062,64
Sumber: (Badan Geologi Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2016)

Tabel 2. Rekapitulasi neraca Cadangan Batubara di Indonesia


Cadangan (Juta Ton)
No. Pulau Provinsi
Terkira Terbukti Total
1 Banten 0,00 0,00 0,00
2 Jawa Jawa Tengah 0,00 0,00 0,00
3 Jawa Timur 0,00 0,00 0,00
4 Aceh 95,30 321,38 416,68
5 Sumatera Utara 0,00 0,00 0,00
6 Riau 85,57 523,32 608,88
7 Sumatera Barat 1,67 196,17 197,84
8 Sumatera Jambi 314,09 351,62 665,71
9 Bengkulu 16,20 62,92 79,12
10 Sumatera Selatan 5.557,53 5.509,45 11.066,98
11 Lampung 11,74 0,00 11,74
12 Kalimantan Barat 0,00 0,00 0,00
13 Kalimantan Tengah 910,76 1.090,57 2.001,33
14 Kalimantan Kalimantan Selatan 1.308,49 3.961,76 5.270,25
15 Kalimantan Timur 2.760,01 4.434,93 7.194,94
16 Kalimantan Utara 423,34 520,36 943,70
17 Sulawesi Barat 0,00 0,00 0,00
18 Sulawesi Sulawesi Selatan 0,06 0,06 0,12
19 Sulawesi Tengah 0,00 0,00 0,00
20 Maluku Maluku Utara 0,00 0,00 0,00
21 Papua Barat 0,00 0,00 0,00
22 Papua Papua 0,00 0,00 0,00
TOTAL INDONESIA 11.484,76 16.972,53 28.457,29
Sumber: (Badan Geologi Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2016)

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


23
Setiawan INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

Tabel 3. Rekapitulasi neraca Sumber Daya dan Cadangan Batubara (Hard Coal) di Dunia tahun 2016
Country / Region Production (Mt) Reserves (Mt) Resources (Mt) Total Resources (Mt)

Belgium – – 4,100 4,100


Bulgaria – 192 3,920 4,112
Czech Republic 6.1 1,099 15,410 16,509
France – – 160 160
Germany 4.1 8 82,963 82,971
Hungary – 276 5,075 5,351
Ireland – 14 26 40
Italy 0.1 10 600 610
Montenegro – 142 195 337
Netherlands – 497 2,750 3,247
Norway 0.8 1 90 91
Poland 70.6 19,808 160,946 180,754
Portugal – 3 n.s 3
Romania – 11 2,435 2,446
Serbia 0.1 402 453 855
Slovakia – – 19 19
Slovenia – 56 39 95
Spain 1.8 868 3,363 4,231
Sweden – 1 4 5
Turkey 1.3 378 803 1,181
United Kingdom 4.2 70 186,700 186,770
Armenia – 163 154 317
Georgia 0.4 201 700 901
Kazakhstan 92.6 25,605 123,090 148,695
Kyrgystan 0.2 971 27,528 28,499
Russia 312.0 69,634 2,658,281 2,727,915
Tajikistan 1.3 375 3,700 4,075
Turkmenistan – – 800 800
Ukraine 40.9 32,039 49,006 81,045
Uzbekistan – 1,375 9,477 10,852
Algeria – 59 164 223
Botswana 1.9 40 21,200 21,240
Congo – 88 900 988
Egypt 0.7 16 166 182
Madagaskar – – 150 150
Malawi 0.1 2 800 802
Morocco – 14 82 96
Mozambique 6.8 1,792 21,844 23,636
Namibia – – 350 350
Niger 0.2 – 90 90
Nigeria 1.0 287 1,857 2,144
South Africa 254.0 9,893 203,667 213,560
Swaziland 0.1 144 4,500 4,644
Tanzania 0.3 269 1,141 1,410
Uganda – – 800 800
Zambia – 45 900 945
Zimbabwe 2.7 502 25,000 25,502
Iran 1.5 1,203 40,000 41,203
Afghanistan 1.7 66 n.s 66
Australia 443.9 68,310 1,542,829 1,611,139
Bangladesh 1.0 293 2,967 3,260
Bhutan 0.1 n.s n.s n.s
China 3,102.5 128,112 5,331,336 5,459,448
India 662.6 92,786 171,091 263,877
Indonesia 396.2 15,068 93,358 108,426
Japan – 340 13,543 13,883
Korea, DPR 34.0 600 10,000 10,600

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


24
Setiawan INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

Tabel 3. Rekapitulasi neraca Sumber Daya dan Cadangan Batubara (Hard Coal) di Dunia tahun 2016 (lanjutan)
Country / Region Production (Mt) Reserves (Mt) Resources (Mt) Total Resources (Mt)

Korea, Rep 1.7 326 1,360 1,686


Laos 0.1 4 58 62
Malaysia 1.3 141 1,068 1,209
Mongolia 28.1 1,170 39,854 41,024
Myanmar 0.5 3 248 252
Nepal < 0.05 1 7 8
New Caledonia – 2 n.s 2
New Zealand 2.7 825 2,350 3,175
Pakistan 2.8 207 5,789 5,996
Philippines 12.1 215 1,074 1,289
Taiwan – 1 101 102
Vietnam 38.5 3,116 3,519 6,635
Canada 52.0 4,346 183,260 187,606
Greenland – 183 200 383
Mexico 11.6 1,160 3,000 4,160
USA 594.4 220,800 6,458,296 6,679,096
Argentina 0.1 500 300 800
Bolivia – 1 n.s 1
Brazil 3.5 1,547 4,665 6,212
Chile 2.5 1,181 4,135 5,316
Colombia 90.5 4,881 9,928 14,809
Costarica – – 17 17
Peru 0.3 102 1,465 1,567
Venezuela 0.3 731 5,981 6,712

World 6,290.7 715,569 17,708,199 18,423,768

Catatan: Sumber: (Harald Andruleit, 2017)


n.s : Not Specified
- : No production, reserves or resources
Mt : Megaton

Tabel 4. Rekapitulasi neraca Sumber Daya dan Cadangan Batubara (lignite) di Dunia tahun 2016
Country / Region Production (Mt) Reserves (Mt) Resources (Mt) Total Resources (Mt)

Albania – 522 205 727


Austria – – 333 333
Bosnia & Herzegovina 7.3 2,264 3,010 5,274
Bulgaria 31.2 2,174 2,400 4,574
Croatia – n.s 300 300
Czech Republic 38.6 2,541 7,136 9,677
France – n.s 114 114
Germany 171.5 36,100 36,500 72,600
Greece 32.3 2,876 3,554 6,430
Hungary 9.2 2,633 2,704 5,337
Italy – 7 22 29
Kosovo 8.8 1,564 9,262 10,826
Macedonia 5.1 332 300 632
Montenegro 1.4 n.s n.s n.s
Poland 60.2 6,003 222,393 228,396
Portugal – 33 33 66
Romania 23 280 9,640 9,920
Serbia 38 7,112 13,074 20,186
Sovakia 1.9 135 938 1,073
Slovenia 3.3 315 341 656
Spain – 319 n.s 319
Turkey 56.9 10,975 3,405 14,381
United Kingdom – – 1,000 1,000
Belarus – – 1,500 1,500
Kazakhstan 5.3 n.s n.s n.s
Kyrgyzstan 2.3 n.s n.s n.s
Russia 73.7 90,730 1,288,894 1,379,623
Tajikistan 0.1 n.s n.s n.s

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


25
Setiawan INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

Tabel 4. Rekapitulasi neraca Sumber Daya dan Cadangan Batubara (lignite) di Dunia tahun 2016 (lanjutan)
Country / Region Production (Mt) Reserves (Mt) Resources (Mt) Total Resources (Mt)
Ukraine 0.2 2,336 5,381 7,717
Uzbekistan 3.5 n.s n.s n.s
Central African Rep. – 3 n.s 3
Madagaskar – – 37 37
Mali – – 3 3
Morocco – – 40 40
Niger – 6 n.s 6
Nigeria – 57 320 377
Sierra Leone – – 2 2
Australia 59.7 76,508 403,382 479,890
Bangladesh – – 3 3
China 140 7,801 324,654 332,455
India 45.3 4,942 38,157 43,099
Indonesia 60 7,530 34,705 42,235
Japan – 10 1,026 1,036
Korea, DPR 7.0 n.s n.s n.s
Laos < 0.05 499 22 521
Malaysia – 39 412 451
Mongolia 7.0 1,350 119,426 120,776
Myanmar < 0.05 3 2 5
New Zealand 0.3 6,750 4,600 11,350
Pakistan 1.2 2,857 176,739 179,596
Philippines – 146 842 988
Thailand 17.0 1,063 826 1,889
Vietnam – 244 199,876 200,120
Canada 9.0 2,236 118,270 120,506
Mexico – 51 n.s 51
USA 66.2 30,116 1,367,962 1,398,078
Argentina – – 7,300 7,300
Brazil 3.5 5,049 12,587 17,636
Chile – n.s 7 7
Dominican Rep. – – 84 84
Ecuador – 24 Q. V. 24
Haiti – – 40 40
Peru – – 100 100
World 990.2 316,534 4,423,861 4,740,395
Catatan: Sumber: (Harald Andruleit, 2017)
n.s : not specified
- : no production, reserves or resources
Mt : Megaton

Tabel 5. Total cadangan batubara terbukti di akhir tahun 2017


Anthracite and bituminous Subbituminous and lignite Total Total
(Million tonnes) (Million tonnes) (Million tonnes)
US 220.800 30.116 250.916
Canada 4.346 2.236 6.582
Mexico 1.160 51 1.211
Total North America 226.306 32.403 258.709
Brazil 1.547 5.049 6.596
Colombia 4.881 0 4.881
Venezuela 731 0 731
Other S. & Cent. America 1.784 24 1.808
Total S. & Cent. America 8.943 5.073 14.016
Bulgaria 192 2.174 2.366
Czech Republic 1.099 2.541 3.640
Germany 8 36.100 36.108
Greece 0 2.876 2.876
Hungary 276 2.633 2.909
Poland 19.808 6.003 25.811

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


26
Setiawan INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

Tabel 5. Total cadangan batubara terbukti di akhir tahun 2017 (lanjutan)


Anthracite and bituminous Subbituminous and lignite Total Total
(Million tonnes) (Million tonnes) (Million tonnes)

Romania 11 280 291


Serbia 402 7.112 7.514
Spain 868 319 1.187
Turkey 378 10.975 11.353
United Kingdom 70 0 70
Other Europe 1.108 5.172 6.280
Total Europe 24.220 76.185 100.405
Kazakhstan 25.605 0 25.605
Russian Federation 69.634 90.730 160.364
Ukraine 32.039 2.336 34.375
Uzbekistan 1.375 0 1.375
Other CIS 1.509 0 1.509
Total CIS 130.162 93.066 223.228
South Africa 9.893 0 9.893
Zimbabwe 502 0 502
Other Africa 2.756 66 2.822
Middle East 1.203 0 1.203
Total Middle East & Africa 14.354 66 14.420
Australia 68.310 76.508 144.818
China 130.851 7.968 138.819
India 92.786 4.942 97.728
Indonesia 15.068 7.530 22.598
Japan 340 10 350
Mongolia 1.170 1.350 2.520
New Zealand 825 6.750 7.575
Pakistan 207 2.857 3.064
South Korea 326 0 326
Thailand 0 1.063 1.063
Vietnam 3.116 244 3.360
Other Asia Pacifc 1.326 687 2.013
Total Asia Pacifc 314.325 109.909 424.234

Total World 718.310 316.702 1.035.012

Sumber: (BP Global, 2018)

Tabel 6. Perbandingan jumlah cadangan batubara Indonesia dan Dunia berdasarkan sumber acuan
Cadangan (Million Ton) Perbandingan
No Keterangan Sumber Acuan
Indonesia Dunia (%)

1 22.598 ¹ 1.035.012 ¹ 2,18 Data BP Statistik Review for World Energy akhir tahun 2017

2 22,598 ² 1.032.103 ² 2,19 Data BGR Energy Study tahun 2016

Data Badan Geologi ESDM tahun 2016 dan Data BP Statistik


3 28.457 ³ 1.035.012 ¹ 2,75
Review of World Energy akhir tahun 2017

Data Badan Geologi ESDM tahun 2016 dan Data BGR Energy
4 28.457 ³ 1.032.103 ² 2,76 Study akhir tahun 2016
Sumber :
1. (BP Global, 2018)
2. (Harald Andruleit, 2017)
3. (Badan Geologi Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2016)

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


27
Setiawan INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

Tabel 7. Perbandingan jumlah sumberdaya batubara Indonesia dan Dunia berdasarkan sumber acuan
Sumber Daya (Million Ton) Perbandingan
No Keterangan Sumber Acuan
Indonesia Dunia (%)

1 150.661,00 ² 23.164.163 ² 0,65 Data BGR Energy Study tahun 2016


Data Badan Geologi ESDM tahun 2016 dan Data BGR
2 128.062,64 ³ 23.164.163 ² 0,55 Energy Study akhir tahun 2016
Sumber :
2. (Harald Andruleit, 2017)
3. (Badan Geologi Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2016)

Tabel 8. Rekapitulasi neraca Sumber Daya dan Cadangan Mineral Logam di Indonesia
Total of Resource (TON) Total of Reserve (TON)
No. Komoditi/Commodities
Ore Metal Ore Metal

1 Air Raksa/Mercury 32.254.881,50 75,91 - -


2 Bauksit/Bauxite 3.787.345.741,68 1.809.410.243,37 1.282.487.720,00 582.614.128,30
3 Besi Laterit/Laterite Iron 2.806.035.194,30 1.115.789.859,07 580.731.048,00 156.203.103,42
4 Besi Primer/Primary Iron 2.079.301.949,82 421.033.703,09 898.310.015,00 188.755.768,93
5 Besi Sedimen 18.643.723,37 11.747.136,10 - -
6 Emas Alluvial/Placer Gold 1.607.003.277,52 140,82 16.749.186,00 12,33
7 Emas Primer/Primary Gold 9.864.680.878,60 6.484,03 2.907.852.417,23 2.566,10
8 Kobal/Cobalt 1.706.927.000,00 4.259.290,54 498.316.020,00 484.461,33
9 Kromit Plaser/Placer Chromite 8.038.694,00 2.442.554,30 2.255.765,00 -
10 Kromit Primer/Chromite 1.642.925,00 756.391,90 - -
11 Mangan/Manganese 61.631.819,77 28.295.895,96 87.236.536,02 43.134.791,28
12 Molibdenum/Molydenum 3.160.724.332,59 481.037,33 - -
13 Monasit/Monazite 7.014.687.516,40 191.914,51 - 2.715,00
14 Nikel/Nickel 6.233.653.141,00 83.500.749,39 3.155.674.130,59 48.564.691,40
15 Pasir Besi/Iron Sand 4.185.267.549,52 742.424.198,77 897.011.240,00 368.064.736,86
16 Perak/Silver 5.675.289.708,00 839.261,07 2.830.727.095,23 1.692.643,40
17 Platina/Platinum 115.000.000,00 13.031,02 - -
18 Seng/Zinc 670.658.336,00 7.480.224,26 19.864.090,90 2.274.982,50
19 Tembaga/Copper 14.143.399.884,44 108.959.357,81 3.076.253.376,80 27.914.980,23
20 Timah/Tin 4.717.671.983,07 2.974.582,65 1.861.288.695,80 905.994,52
21 Timbal/Lead 448.409.877,67 11.095.189,99 11.583.338,65 777.789,09
22 Titan Laterit/Lateritic Titanium 741.298.559,00 2.985.335,15 - -
23 Titan Plaser/Placer Titanium 71.449.130,10 7.205.671,97 1.480.000,00 118.306,00
24 Xenotim/Xenotime 6.466.257.914,00 20.734,22 - -
Sumber: (Badan Geologi Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2016)

Data cadangan di dunia ini mencangkup beberapa dan Dunia adalah PerMen ESDM nomor 7 tahun
mineral yang tersebar dibeberapa negara. Mineral- 2017 (pada tabel 4). Ada beberapa mineral yang
mineral yang dijadikan sebagai acuan dalam tidak memiliki data sehingga dikosongkan.
membandingkan cadangan yang dimiliki Indonesia

Tabel 9. Perbandingan jumlah cadangan Indonesia tahun 2016 dan Dunia tahun 2018
Cadangan (Ton)
No Jenis Mineral Indonesia Dunia Perbandingan

1 Nikel 4,500,000 ** 74,000,000 ** 6.08 %


2 Kobalt 484,461.33 * 7,100,000 ** 6.82 %
3 Timbal 12,361,128 * 88,000,000 ** 14.05 %
4 Seng 22,139,073 * 230,000,000 ** 9.63 %
5 Alluminium dan Bauksit 1,000,000,000 ** 30,000,000,000 ** 3.33 %
6 Besi 1,823,999,935 * 253,000,000,000 ** 0.72 %

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


28
Setiawan INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

Tabel 9. Perbandingan jumlah cadangan Indonesia tahun 2016 dan Dunia tahun 2018 (lanjutan)
Cadangan (Ton)
No Jenis Mineral Perbandingan
Indonesia Dunia

7 Emas 2,500 ** 54,000 ** 4.63 %


8 Perak 2,832,419,739 * 530,000 ** NA
9 Timah 800,000 ** 4,800,000 ** 16.67 %
10 Tembaga 26,000,000 ** 790,000,000 ** 3.29 %
11 Mangan 130,371,327.30 * 680,000,000 ** 19.17 %
12 Krom 2,255,765 * 510,000,000 ** 0.44 %
13 Titanium 1,598,306 * 930,000,000 ** 0.17 %
Keterangan:
** Data USGS tahun 2018
* Data Badan Geologi ESDM tahun 2016
Sumber: 1. (United State Geological Survey, 2018)
2. (Badan Geologi Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2016)

PEMBAHASAN ton, sedangkan dunia adalah 74.000.000 ton.


Diketahui bahwa cadangan (Tabel 6) dan Cadangan tersebut tersebar di beberapa negara
sumberdaya (Tabel 7) batubara yang dimiliki antara lain United State, Australia, Brazil, Canada,
Indonesia jika dibandingkan dengan Dunia, China, Colombia, Cuba, Guatemala, Indonesia,
berdasarkan beberapa data yang dikumpulkan dan Madagascar, New Caledonia, Philippines, Russia,
setelah diolah hasilnya adalah: South Africa, dan beberapa negara lainnya. (United
State Geological Survey, 2018)
1. Di akhir tahun 2017 berdasarkan data BP
Statistik Review of World Energy Indonesia Kobalt
diperkirakan memiliki sekitar 2,18% cadangan Perbandingan cadangan kobalt di Indonesia
batubara dunia. dan dunia adalah 6,82% dengan jumlah yang
2. Menurut Data BGR Energy Study pada tahun dimiliki Indonesia adalah 484.461,33 ton,
2016 indonesia diperkirakan memiliki sekitar sedangkan cadangan kobalt dunia sebesar
2,19% cadangan batubara dunia. 7.100.000 ton. Cadangan tersebut tersebar di
3. Jika dilakukan perbandingan antara Data Badan beberapa negara antara lain United State, Australia,
Geologi ESDM tahun 2016 dan Data BP Congo, Cuba, Madagascar, New Caledonia, Papua
Statistik Review of World Energy akhir tahun New Guinea, Philippines, Russia, South Africa,
2017, maka Indonesia diperkirakan memiliki Zambia, dan beberapa negara lainnya (dengan
2,75% cadangan batubara dunia. cadangan 560.000 yang mana Indonesia termasuk
4. Sama halnya, jika dilakukan perbandingan salah satu di dalamnya).
antara Data Badan Geologi ESDM tahun 2016
dan Data BGR Energy Study akhir tahun 2016, Timbal
maka Indonesia diperkirakan memiliki 2,76% Perbandingan cadangan timbal (lead)
cadangan batubara dunia. Indonesia dan dunia diperkirakan sebesar 14,5%,
5. Sedangkan untuk potensi sumber daya batubara, dengan jumlah yang dimiliki Indonesia sebesar
menurut Data Badan Geologi ESDM tahun 12,361,128 ton, sedangkan yang cadangan dunia
2016 dan Data BGR Energy Study akhir tahun sebesar 88,000,000 ton. Cadangan tersebut tersebar
2016, Indonesia memiliki sekitar 0,55% sampai di beberapa negara antara lain United State,
0,65% batubara dunia. Australia, Bolivia, China, India, Peru, Russia,
Sweden, Turkey dan beberapa negara lainnya.
Untuk mineral logam berdasarkan hasil pengolahan Untuk negara lainnya cadangan tersebut sebesar
pada tabel 9, mengenai perbandingan cadangan 7.000.000 ton. (United State Geological Survey,
mineral logam dapat dijelaskan bahwa: 2018)

Nikel Seng
Perbandingan cadangan nikel Indonesia Perbandingan cadangan seng (Zinc) yang
dengan dunia adalah 6,08%. Cadangan Nikel yang dimiliki Indonesia dengan Dunia adalah 9,63%,
dimiliki Indonesia sampai saat ini adalah 4.500.000 dengan jumlah yang dimiliki Indonesia sebesar

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


29
Setiawan INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

22.139.073 ton, dan cadangan dunia sebesar lainnya. Untuk negara lainnya cadangan tersebut
230.000.000 ton. Cadangan tersebut tersebar di sebesar 57.000 ton yang salah satunya adalah
beberapa negara antara lain United State, Australia, negara Indonesia. Akan tetapi setelah dilihat
Bolivia, Canada, India, Kazakhstan, Mexico, Peru, kembali ternyata cadangan Indonesia lebih besar
Sweden, dan beberapa negara lainnya. Untuk dari yang diperkirakan USGS.
negara lainnya cadangan tersebut sebesar
33.000.000 ton. Timah
Perbandingan cadangan timah (tin) yang
Aluminium dan Bauksit dimiliki Indonesia dan dunia adalah sebesar
Perbandingan cadangan bauksit di Indonesia 16,67%, dengan cadangan Indonesia sebesar
dan dunia sebesar 3,33%, dengan jumlah yang 800.000 ton dan dunia sebesar 4.800.000 ton.
dimiliki Indonesia sebesar 1.000.000.000 ton dan Cadangan tersebut tersebar di beberapa negara
dunia sebesar 30.000.000.000 ton. Cadangan antara lain United State, Australia, Brazil, Burma,
tersebut tersebar di beberapa negara antara lain China, Congo, Indonesia, Laos, Malaysia, Nigeria,
United State, Australia, Brazil, Canada, China, Peru, Russia, Rwanda, Thailand Vietnam, dan
Germany, Greece, Guinea, Guyana, India, beberapa negara lainnya.
Indonesia, Ireland, Jamaica, Kazakhstan, Malaysia,
Russia, Saudi Arabia, Spain, Ukraine, Vietnam, Tembaga
dan beberapa negara lainnya (United State Perbandingan cadangan tembaga (copper)
Geological Survey, 2018). yang dimiliki Indonesia dan dunia adalah sebesar
3,29%, dengan cadangan Indonesia sebesar
Besi 26.000.000 ton dan dunia sebesar 790.000.000 ton.
Perbandingan bijih besi yang dimiliki di Cadangan tersebut tersebar di beberapa negara
Indonesia dan dunia adalah 0,72%, dengan antara lain United State, Australia, Canada, China,
cadangan di Indonesia sebesar 1.823.999.935 ton Congo, Indonesia, Mexico, Peru, Zambia, dan
dan dunia sebesar 253.000.000.000 ton. Cadangan beberapa negara lainnya.
tersebut tersebar di beberapa negara antara lain
United State, Australia, Brazil, Canada, China, Mangan
India, Iran, Kazakhstan, Russia, South Africa, Perbandingan cadangan mangan yang
Sweden, Ukraine, dan beberapa negara lainnya. dimiliki Indonesia dan dunia adalah sebesar
Untuk negara lainnya cadangan tersebut sebesar 19,17%, dengan cadangan Indonesia sebesar
68.000.000 ton yang salah satunya adalah negara 130.371.327,30 ton dan dunia sebesar 680.000.000
Indonesia. ton. Cadangan tersebut tersebar di beberapa negara
antara lain United State, Australia, Brazil, China,
Emas Gabon, Ghana, India, Kazakhstan, Malaysia,
Perbandingan cadangan emas yang dimiliki Mexico, South Africa, Ukraine, dan beberapa
Indonesia dan dunia adalah sebesar 4,63%, dengan negara lainnya. Untuk negara lainnya salah satunya
cadangan Indonesia sebesar 2.500 ton dan dunia adalah negara Indonesia.
sebesar 54.000 ton. Cadangan tersebut tersebar di
beberapa negara antara lain United State, Australia, Krom
Brazil, Canada, China, Ghana, Indonesia, Perbandingan cadangan krom yang dimiliki
Kazakhstan, Mexico, Papua New Guinea, Peru, Indonesia dan dunia adalah sebesar 0,44%, dengan
Russia, South Africa, Uzbekistan, dan beberapa cadangan Indonesia sebesar 2.255.765 ton dan
negara lainnya. dunia sebesar 510,000,000 ton. Cadangan tersebut
tersebar di beberapa negara antara lain United
Perak State, India, Kazakhstan, South Africa, Turkey, dan
Untuk Perbandingan cadangan perak yang beberapa negara lainnya. Untuk negara lainnya
dimiliki Indonesia dan dunia tidak dapat cadangan tersebut sebesar 4.200.000 ton yang salah
diaplikasikan dikarenakan antara data yang satunya adalah negara Indonesia.
diperoleh tidak serasi yang mana cadangan
Indonesia lebih besar dibandingkan dunia, dengan Titanium
cadangan Indonesia sebesar 2.832.419.739 ton dan Perbandingan cadangan titanium yang
dunia sebesar 530.000 ton. Cadangan tersebut dimiliki Indonesia dan dunia adalah sebesar 0,17%,
tersebar di beberapa negara antara lain United dengan cadangan Indonesia sebesar 1.598.306 ton
State, Australia, Bolivia, Chile, China, Kazakhstan, dan dunia sebesar 930.000.000 ton. Cadangan
Mexico, Peru, Poland, Russia, dan beberapa negara tersebut tersebar di beberapa negara antara lain

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


30
Setiawan INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

United State, Australia, Brazil, Canada, China, Badan Standardisasi Nasional. (2011). Pedoman
India, Kenya, Madagaskar, Mozambique, Norway, pelaporan, sumberdaya, dan cadangan
Senegal, Sierra Leone South Africa, Ukraine, batubara (SNI 5015:2011). Jakarta: Badan
Vietnam, dan beberapa negara lainnya. Untuk Standardisasi Nasional.
negara lainnya cadangan tersebut sebesar
26.400.000 ton yang mana salah satunya adalah Badan Standardisasi Nasional. (2011). Pedoman
Indonesia. Pelaporan, Sumberdaya, dan Cadangan
Mineral (SNI 4726:2011). Jakarta: Badan
KESIMPULAN Standardisasi Nasional.
Dari hasil pengolahan data dihasilkan bahwa
batubara di Indonesia memiliki sumber daya yang BP Global. (2018, Juni). BP Statistical Review of
diperkirakan berkisar 2%-3% dari batubara di World Energy.
Dunia.
Harald Andruleit, M. B. (2017). BGR Energy Study
Untuk mineral logam, Indonesia memiliki (Data and Development Concerning German
6,08% nikel, 6,82% kobalt, 14,05 timbal, 9,63% and Global Energy Supplies). Hannover:
seng, 3,33% bauksit, 0,72 besi, 4,63 emas, 16,67% Bundesanstalt Fϋr Geowissenschaften und
timah, 3,29% tembaga, 19,17 mangan, 0,44% Rohstoffe (BGR).
krom, 0,17 titanium.
United State Geological Survey. (2018). Mineral
UCAPAN TERIMAKASIH Commodity Summaries 2018.
Ucapan terimakasih diberikan kepada bapak
Prof., Dr., Ir., Rudy Sayoga Gautama yang telah
mengoreksi dan memberikan masukan terkait
penyelesaian penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
Badan Geologi Kementrian Energi dan Sumber
Daya Mineral. (2016). Executive Summary
Pemutakhiran Data dan Neraca Sumber Daya
Mineral Status 2016.

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


31
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
Volume 1, Nomor 1, 2018

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PENAMBANGAN


BATUGAMPING DI PT. SDIC PAPUA CEMENT INDONESIA
MANOKWARI DITINJAU DARI SEGI BUDAYA

Maria Aprilia Imanuela Awandoi1), Indra Birawaputra2)


1)
Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Universitas Papua
2)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Papua
1) 2)
Jl. Gunung Salju Amban Manokwari
Email: mariaaprilia29@gmail.com, 2)indrabp2009@gmail.com
1)

Abstract

People in Doput village and Misapmeysi villages, based on their local knowlegde and understandings, have
different points of view in perceiving problems resulted from mining activities, particularly impacts that
have been experienced. In order to find out the villagers’ perception, a questionnaire consisted of questions
about language, local knowledge, technology, art, traditional livelihood, religion, and kinship were
distributed to 50 respondents in the two villages. The results showed that 74%– 88% of the respondents
have good perception in terms of local culture. This is because the respondents assumed that the local
culture still existed, and even would be preserved both before and after the limestone mining activities of
PT. SDIC Papua Cement Indonesia Manokwari. The average percentage of cultural variables were
perceived from good to very good; language (74%), natural knowledge (88%), tecnology (83%), art
(74,67%), living livelihood traditional (83,33%), religion (85%), and kinship (84%). In general, the results
indicated that the limestone mining in Maruni has been positively perceived by the villagers, espeecially
from the culture perspective.

Keyword: Perception, Culture

Abstrak

Masyarakat Kampung Doput dan Misapmeysi memiliki pandangan yang berbeda dalam melihat masalah
yang timbul akibat kegiatan tambang sesuai dengan tingkat pengetahuan dan pemahaman mereka dalam
melihat dan merasakan dampak-dampak yang terjadi. Untuk mengetahui persepsi masyarakat maka
dilakukan pengambilan data kuesioner mengenai bahasa, pengetahuan alam, teknologi, kesenian, mata
pencaharian hidup tradisional, religi, dan kekerabatan. Berdasarkan hasil jawaban kuesioner 50 responden
oleh dari Kampung Doput Dan Misapmeysi mengenai budaya setempat mempunyai persepsi yang baik
hingga sangat baik (≥ 74% hingga 88%) terhadap budaya setempat, hal ini dikarenakan budaya tersebut
tetap ada dan dilestarikan dari sebelum adanya penambangan hingga adanya penambangan Batugamping
PT. SDIC Papua Cement Indonesia Manokwari. Rata-rata persentase pada variabel budaya yang
melingkupi beberapa indikator di dalamnya memiliki tanggapan/ persepsi baik hingga sangat baik
diantaranya: bahasa (74%), pengetahuan alam (88%), teknologi (83%), kesenian (74,67%), mata
pencaharian hidup tradisional (83,33%), religi (85%), dan kekerabatan (84%). Dari hasil ini dapat dikatakan
bahwa penambangan Batugamping di daerah Maruni memiliki persepsi baik di masyarakat bila dilihat dari
segi budaya.

Kata Kunci: Persepsi, Budaya.

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


32
Awandoi dan Birawaputra INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

PENDAHULUAN Persepsi Masyarakat


PT. SDIC Papua Cement Indonesia Adalah sebuah proses dimana sekelompok
merupakan perusahaan tambang yang menambang individu yang hidup dan tinggal bersama dalam
Batugamping yang beroperasi dekat daerah wilayah tertentu, memberikan tanggapan terhadap
pemukiman warga di Maruni. Batugamping hal-hal yang dianggap menarik dari lingkungan
tergolong dalam mineral bukan logam yang tempat tinggal mereka. Faktor yang
diambil dan diolah sehingga dapat dimanfaatkan mempengaruhi persepsi masyarakat, diantaranya
sebagai bahan baku semen. Setiap penambangan pelaku persepsi, target atau objek, dan situasi
ini selain membuahkan hasil adapula dampak yang
terus dirasakan dan dihadapi oleh pekerja maupun Aspek Budaya
masyarakat disekitar lingkungan perusahaan Adalah suatu cara hidup yang berkembang,
khususnya masyarakat Kampung Doput dan dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang,
Misapmeysi. dan diwariskan dari generasi ke generasi. Ada 7
unsur budaya menurut C. Kluckhohn, yaitu:
Dalam menanggapi dampak yang timbul
akibat penambangan ini, masyarakat Kampung 1. Bahasa (A.1)
Doput dan Misapmeysi tentu memiliki pandangan Alat atau perwujudan budaya yang digunakan
yang berbeda sesuai dengan tingkat pengetahuan untuk saling berkomunikasi baik lewat tulisan,
dan pemahaman dalam melihat dan merasakan lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat).
dampak-dampak yang terjadi. Hal inilah yang 2. Pengetahuan Alam (A.2)
menyebabkan persepsi masyarakat pun berbeda- Adalah segala sesuatu yang diketahui manusia
beda dalam melihat dan menilai masalah tersebut. tentang keadaan yang berkaitan dengan
kehidupan manusia, hewan dan juga tumbuhan.
Masalah Penelitian 3. Teknologi Atau Peralatan (A.3)
Bagaimana persepsi masyarakat Kampung Alat yang digunakan untuk teknik
Doput dan Misapmeysi terhadap aktivitas memproduksi, contoh teknologi tradisional
penambangan Batugamping ditinjau dari aspek seperti tempat berlindung, makanan, pakaian
budaya? dan alat-alat produktif.
4. Kesenian (A.4)
Tujuan Penelitian Mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang
Menentukan persepsi masyarakat Kampung dinikmati dengan mata ataupun telinga.
Doput dan Misapmeysi terhadap penambangan 5. Mata Pencarian Hidup Tradisional (A.5)
Batugamping PT. SDIC Papua Cement Indonesia Diantaranya: berburu, beternak, bercocok
ditinjau dari aspek budaya tanam di ladang, dan menangkap ikan.
6. Religi (A.6)
METODE PENELITIAN Manusia tidak dapat dilepaskan dari religi atau
Metode kuantitatif dimana metode penelitian kepercayaan kepada penguasa alam semesta.
yang dilandaskan pada realitas/ gejala/ fenomena 7. Kekerabatan (A.7)
yang digunakan untuk meneliti populasi dan Unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga
sampel tertentu (Sugiyono 2008). yang memiliki hubungan darah atau
TINJAUAN PUSTAKA perkawinan.
Pertambangan Instrumen Penelitian
UU RI nomor 4 Tahun 2009 Pasal satu (1) Kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan
pertambangan adalah sebagian atau seluruh data dengan cara memberi pertanyaan kepada
tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, responden untuk dijawab. Skala pengukurannya
pengelolaan dan pengusahaan mineral atau yaitu Skala Guttman dengan bentuk jawaban
batubara yang meliputi penyelidikan umum, bernilai Ya =1 dan Tidak = 0. (Riduwan 2010:89).
eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi,
penambangan, pengolahan dan pemurnian, Dengan penilaian kriteria jawaban
pengangkutan dan penjualan serta kegiatan pasca kuesionernya sesuai dengan tabel 1.
tambang. Dan penambangan melingkupi
penggalian, pemuatan dan pengangkutan kegiatan
ini dapat berlangsung di dalam perusahaan maupun
di sekitar pemukiman warga.

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


33
Awandoi dan Birawaputra INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

Tabel 1. Kriteria Penilaian Jawaban Kuesioner Variabel Indikator Keterangan


Mata A.5.1 Mata pencaharian utama
No Kategori Nilai Skor (%) Pencaharian Peralihan mata
A.5.2
Hidup pencaharian
1 Sangat Tidak Baik 0 – 19 Tradisional A.5.3 Kebutuhan hidup
(A.5)
2 Kurang Baik 20 – 39
Religi A.6.1 Pengobata tradisional
3 Cukup Baik 40 – 59 (A.6) A.6.2 Penambahan jemaat
4 Baik 60 – 79 A.7.1 Hubungan kekeluargaan
Kekerabatan
5 Sangat Baik 80 – 100 A.7.2 Perebutan lahan
(A.7) A.7.3 Kecemburuan sosial
Validitas data berdasarkan skala guttman
digunakan rumus koefisien reproduksibilitas (KR/ HASIL DAN PEMBAHASAN
CR), dan koefisien skalabilitas (KS/ CS). Hasil
TE
CR=1- (1) Karakteristik responden
PE
Tingkat Pendidikan
TE Dari 50 responden, 80% responden yang
CS=1- (0,5 x PE ) (2)
bersekolah dan 20% responden yang tidak
Dengan TE adalah jumlah kesalahan, PE bersekolah.
adalah jumlah kemungkinan error dan taraf
signifikan 0,5.

Adapun syarat penerimaan KR dan KS


tercantum pada tabel 2.

Tabel 2. Syarat Penerimaan KR dan KS


Nilai Validitas Keterangan Gambar 1. Diagram Persentase Berdasarkan Tingkat
0.81 – 1.00 Validitas Sangat Baik Pendidikan
0.61 – 0.80 Validitas Baik
0.41 – 0.60 Validitas Cukup Jenis Kelamin
0.21 – 0.40 Validitas Kurang Dari 50 responden, 62% responden berjenis
0.00 – 0.20 Validitas Jelek
kelamin laki-laki dan 38% responden berjenis
kelamin perempuan.
Indikator Variabel Penelitian
Indikator Variabel Penelitian tercantum pada tabel
3.
Tabel 3. Indikator Variabel Penelitian
Variabel Indikator Keterangan
A.1.1 Alat komunikasi Gambar 2. Diagram Persentase Berdasarkan Jenis
Bahasa Mempermudah Kelamin
A1.2
komunikasi
(A.1)
A.1.3 Mengenal budaya lain Pekerjaan
Penentu pencaharian Dari 50 responden, 50% responden
A.2.1
kebutuhan hidup pekerjaan petani dan penjual sayur, 24% penggali
Pengetahuan Penggunaan
Alam A.2.2 batu, 10% nelayan, 4% pelajar, 8% karyawan
berkelanjutan
(A.2) Dampak pencaharian
perusahaan dan 4% guru.
A.2.3
kebutuhan hidup
Kegunaan peralatan
A.3.1
Teknologi tradisional
(A.3) Perkembangan teknologi
A.3.2
baru
A.4.1 Pelestarian kesenian
Kesenian A.4.2 Penyemangat kerja
(A.4) Mempertahankan
A.4.3 Gambar 3. Diagram Persentase Berdasarkan Jenis
kesenian
Pekerjaan

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


34
Awandoi dan Birawaputra INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

Tingkatan Umur Mata Pencarian Hidup Tradisional (A.5)


Dari 50 Responden, tingkat usia 20-49 tahun Indikator Tidak Persentase Ya Persentase
adalah 96% responden dan usia 50-58 tahun 4%
A.5.1 8 16 42 84
responden.
A.5.2 8 16 42 84
A.5.3 9 18 41 82
Rata2 8,33 16,67 41,67 83,33

Religi (A.6)
Indikator Tidak Persentase Ya Persentase

A.6.1 7 14 43 86
Gambar 4. Diagram Persentase Berdasarkan Tingkatan A.6.2 8 16 42 84
Umur Rata2 7,5 15 42,5 85

Validitas data Kekerabatan (A.7)


Hasil pengujian validitas data 7 variabel Indikator Tidak Persentase Ya Persentase
yaitu:
A.7.1 6 12 44 88
A.7.2 10 20 40 80
Variabel (KR) Keterangan (KS) Keterangan A.7.3 8 16 42 84
V1 0.89 Sangat Baik 0.79 Baik Rata2 8 16 42 84
V2 0.87 Sangat Baik 0.73 Baik
V3 0.92 Sangat Baik 0.84 Sangat Baik Tabel 4. Rekapitulasi Distribusi Frekuensi Persepsi
V4 0.89 Sangat Baik 0.79 Baik Masyarakat
V5 0.80 Baik 0.60 Baik Hasil
Variabel
V6 0.86 Sangat Baik 0.72 Baik No. Rata-rata Keterangan
Budaya
V7 0.81 Sangat Baik 0.63 Baik (%)
1. A.1 74 Baik
Distribusi frekuensi persepsi masyarakat 2. A.2 88 Sangat Baik
Bahasa (A.1) 3. A.3 83 Sangat Baik
4. A.4 74,67 Baik
Indikator Tidak Persentase Ya Persentase
5. A.5 83,33 Sangat Baik
A.1.1 13 26 37 74 6. A.6 85 Sangat Baik
A.1.2 18 36 32 64 7. A.7 84 Sangat Baik
A.1.3 8 16 42 84
Rata2 13 26 37 74
Pembahasan
Karakteristik Responden
Pengetahuan Alam (A.2) Tingkatan pendidikan merupakan salah satu
Indikator Tidak Persentase Ya Persentase faktor utama dalam bekerja maupun mencari
A.2.1 4 8 46 92
pekerjaan disamping pengalaman kerja dan skill
A.2.2 7 14 43 86 kerja yang dimiliki. Tingkat pendidikan
A.2.3 7 14 43 86 Masyarakat Kampung Doput dan Misapmeysi
Rata2 6 12 44 88 terdiri atas pendidikan terakhir di SD sebesar 24%
responden, 20% responden tidak bersekolah, 16%
Teknologi (A.3) responden memiliki tingkat pendidikan terakhir
Indikator Tidak Persentase Ya Persentase SMP, dan responden lainnya adalah responden
yang memiliki tingkat pendidikan terakhir SMA
A.3.1 13 26 37 74 dan Sarjana. Hal ini berpengaruh terhadap
A.3.2 4 8 46 92
Rata2 8,5 17 41,5 83 kemampuan seseorang dalam menganalisis
keadaan lingkungan sekitar yang akan berpengaruh
kepada cara pandang (persepsi) masyarakat
Kesenian (A.4)
tersebut.
Indikator Tidak Persentase Ya Persentase
A.4.1 7 14 43 86 Untuk tingkatan umur, usia sangat produktif
A.4.2 8 16 42 84 (20-49 tahun) cukup tinggi dibandingkan
A.4.3 23 46 27 54 responden usia produktif yang berumur 50-58
Rata2 12,67 25,33 37,33 74,67
tahun. Hasil ini menunjukkan potensi tenaga kerja
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
35
Awandoi dan Birawaputra INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

masyarakat kampung Doput dan Misapmeysi Hasil persentase ini menunjukan nilai baik
cukup tersedia bagi kegiatan-kegiatan ekonomi bila dari masyarakat terkait keberadaan PT. SDIC, oleh
dilihat dari segi umur namun tidak didukung sebab itu perlu adanya hubungan timbal balik
dengan tingkat pendidikan yang dimiliki, sehingga antara pihak perusahaan kepada masyarakat
rata-rata pekerjaannya tergolong dalam pekerjaan dengan cara mempelajari, melestarikan serta
tradisional antara lain bertani atau berkebun. mengembangkan budaya setempat melalui
Berdasarkan jenis kelamin, responden yang perkenalan budaya lokal kepada semua orang,
dijadikan sampel lebih besar responden laki-laki pelatihan dari pihak perusahaan terkait
dibandingkan responden perempuan. pengembangan budaya lokal masyarakat, seperti
kegiatan di balai masyarakat, meliputi mengelola
Persepsi Responden makanan khas, membuat kerajinan tangan,
Dari 50 responden diperoleh hasil rata-rata ≥ mengajari bahasa daerah maupun bahasa asing,
74% hingga 88% dan hasil persentase ini membangun industri lokal hasil kerajinan
menunjukkan kategori baik hingga sangat baik masyarakat lokal dll, sehingga budaya ini tidak
artinya sebelum adanya kegiatan penambangan hilang dan dapat dipertontonkan kepada dunia luar
Batugamping di daerah Maruni budaya masyarakat sehingga menjadi aspek penting dalam
tersebut, masih dan tetap dilestarikan oleh pembangunan kemasyarakatan. Dengan demikian
masyarakat setempat hingga saat ini, hal ini akan terjalin hubungan kekeluargaan dan
ditunjukkan dengan 74% bahasa daerah tetap kerjasama yang baik antara pihak perusahaan
digunakan dari sebelum adanya penambangan ini dengan masyarakat Kampung Doput dan
hingga saat ini, yang mempermudah masyarakat Misapmeysi atau sebaliknya.
dalam menjalin komunikasi antar masyarakat.
Selain itu berkomunikasi dengan dialeg lokal PENUTUP
responden dapat mengenal dan mempelajari Kesimpulan
budaya dari daerah lain tanpa merubah budaya asli Masyarakat Kampung Doput Dan
mereka. Misapmeysi mempunyai persepsi yang baik hingga
sangat baik (≥ 74% hingga 88%) terhadap budaya
Disamping itu 88% artinya responden setempat, karena budaya tersebut tetap ada dan
memiliki persepsi sangat baik terhadap kondisi dilestarikan dari sebelum hingga adanya
alam yang merupakan penentu pencarian penambangan Batugamping PT. SDIC Papua
kebutuhan hidup (bekerja) namun ini tidak menjadi Cement Indonesia Manokwari. Dengan rata--rata
penghalang bagi masyarakat dalam bekerja dan bahasa (74%), pengetahuan alam (88%), teknologi
memenuhi kebutuhan hidup. atau peralatan (83%), kesenian (74,67%), mata
pencaharian hidup tradisional (83,33%), religi atau
Untuk teknologi memiliki persentase 83% agama (85%), dan kekerabatan (84%). Dengan
menunjukan pelestarian budaya masyarakat demikian penambangan Batugamping di daerah
terhadap tempat tinggal, dan peralatan tradisional Maruni memiliki persepsi baik di masyarakat
seperti parang, sekop,dll. Selain itu 74,67% Kampung Doput dan Misapmeysi bila dilihat dari
kesenian budaya tarian, alat musik, lagu dan segi budaya.
pakaian adat masih tetap ditampilkan/ dilestarikan.
Saran
Dari rata-rata 83,33% mata pencaharian 1. Adanya perhatian khusus perusahaan terhadap
hidup responden petani/ berkebun, selain itu ada masyarakat terkait ganti rugi lahan, wirausaha,
peralihan mata dari petani kini menjadi nelayan, pelatih mengembangkan usaha lokal melalui
penggali batu, penjual sayur dan ojek.
kerajinan budaya demi pembangunan
Aspek agama memiliki persepsi 85%, kemasyarakatan yang lebih baik.
terhadap pengobatan tradisional dan pertemuan- 2. Untuk mengukur variabel kekerabatan terkait
pertemuan ibadah 84%. Bila ditinjau dari aspek perebutan lahan dan kecemburuan sosial
kekerabatan, 88% responden dari Kampung Doput sebaiknya pengambilan data dilakukan untuk
dan Misapmeysi memiliki hubungan kekerabatan kampung pemilik hak ulayat setempat.
yang baik (rukun) antar warga masyarakat dan 3. Daftar pertanyaan dari beberapa variabel
tidak adanya perebutan lahan antara masyarakat budaya harus lebih spesifik (khusus), gunakan
baik itu masyarakat Kampung Doput maupun skala likert dan juga dapat menganalisis data
Misapmeysi, dan tidak adanya kecemburuan sosial tersebut lebih lanjut hingga dapat mengetahui
antar warga masyarakat setempat. hubungan kedepan setiap variabel (Regresi).

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


36
Awandoi dan Birawaputra INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

DAFTAR PUSTAKA Raharja Hendra. 2017. Distribusi Frekuensi.


Ghassini. 2011. Kriteria Penilaian Jawaban https://statmat.id/. (27 Juni 2018)
Kuesioner. http://ghassini.blogspot.co.id. (22
Februari 2018) Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif Dan R & D. Alfabeta. Bandung.
Kamus bahasa Indonesia. Pengertian Persepsi.
http://kamusbahasaindonesia.org (10 Juli 2018). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4
Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral
Muliadi. 2008. Interpretasi Validitas Instrumen Dan Batubara.
Tes. http://makalah.november.pdf. (22 Februari
2018)

Noviana Riki . 2013. Tujuh Unsur Kebudayaan


Universal http://www.era.id (23 Februari 2018)

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


37
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
Volume 1, Nomor 1, 2018

PERHITUNGAN KEBUTUHAN MATERIAL PENYEMENAN


DENGAN METODE BALANCE PLUG PADA PROGRAM
CEMENT PLUG SUMUR X LAPANGAN Y

Hastowo Resesiyanto
Jurusan Teknik Perminyakan, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Universitas Papua
Jl. Gunung Salju Amban Manokwari

Abstract
Cement plug is a method to place plug to a specific depth used cement to close the well, preventing lost
circulation, sidetrack at the begining of directional drilling and to provides a place for open hole test. The
cement plug methods used in this research is balanced plug method. This research conducted by collecting
data on Well X, in the form of well profile data covering casing and tubing dimension. Furthermore,
laboratory data for cement and additives are used. Result of research showed that the total volume of
cement slurry needed is equal to 29.455 bbl, the number of sack of cement for cementing the open end
interval of 81.4 meters is as much 155 sack of cement, and the total volume of fluid required to push the
cement slurry into cementing zone is equal 64.15 bbl.
Keywords : Cement Plug, Balanced Plug

Abstrak
Cement plug merupakan metode penempatan plug (sumbat) pada kedalaman tertentu dengan menggunakan
semen yang bertujuan untuk menutup sumur, mencegah hilang sirkulasi, untuk sidetrack pada awal
dilakukannya pemboran berarah dan menyediakan tempat untuk test open hole. Metode cement plug yang
dipergunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode balanced plug. Penelitian dilakukan
dengan cara mengumpulkan data-data pada Sumur ”X”, berupa data profil sumur yang meliputi dimensi
casing dan tubing. Selain itu juga dipergunakan data laboratorium untuk semen dan zat additif yang
digunakan. Hasil penelitian didapatkan bahwa total volume bubur semen yang dibutuhkan adalah sebesar
29.455 bbl , Jumlah sack cement untuk penyemenan interval open end sebesar 81.4 meter adalah sebanyak
155 sax semen, Total volume fluida yang dibutuhkan untuk mendorong bubur semen ke zona penyemenan
adalah sebesar 64.15 bbl.
Kata kunci : Cement Plug, Balanced Plug

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


38
Resesiyanto INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

PENDAHULUAN sumur dan juga fluida pendorong. Bridge plug


Cement plug merupakan penempatan bubur biasanya di run pada kedalaman cement plugging.
semen (cement slurry) dengan volume yang relatif Sebuah baffle tool di run diatas dasar string dan
kecil di dalam lubang sumur yang bertujuan: ditempatkan pada kedalam tertentu untuk dasar dari
1. Menutup sumur. cement plug. Peralatan ini memungkinkan bottom
2. Mencegah hilang sirkulasi (lost circulation) tubing plug masuk dan keluar dari tubing atau
selama operasi pemboran. drillpipe. Semen kemudian dipompakan keluar dari
3. Untuk sidetrack (tempat pembelokan) pada string pada kedalaman plugging dan kemudian
permulaan dilakukannya pemboran berarah. mengisi annulus. Keuntungan dari metode ini
4. Menyediakan tempat untuk test open hole. adalah meminimalkan kemungkinan pergerakan
yang berlebihan, bentuknya yang ketat, dengan
Terdapat 3 teknik untuk penempatan cement struktur semen yang keras dan memungkinkan
plugs: ditentukannya top dari plug.
1. Balanced Plug
Teknik penyemenan dengan metode balance
Umumnya teknik penempatan plug
plug ini biasanya dilakukan pada formasi dengan
menggunakan metode ini. Tubing atau drill pipe
tekanan yang rendah. Tubing atau drill pipe akan
diturunkan kedalam lubang sumur pada kedalaman
diturunkan kedalam sumur pada kedalaman yang
yang telah ditentukan untuk dilakukan penyekatan.
telah direncanakan untuk dilakukan penyemenan.
Spacer atau bahan kimia dipompakan didepan dan
Air asin (salt water) akan dipompakan terlebih
dibelakang dari semen untuk melakukan
dahulu melalui tubing atau drill pipe hingga
pembersihan lubang agar tidak terjadi kontaminasi
menutupi casing. Tujuan dipompakannya air asin
semen oleh lumpur. Cement slurry tadi
ini adalah untuk membersihkan lubang pemboran.
dipompakan sampai ketinggian sama antara diluar
Kemudian slurry (bubur semen) akan ditempatkan
dan didalam string. Kemudian tubing atau string
(displace) pada interval atau zona yang akan
tadi ditarik dengan pelan keatas, meninggalkan
disemen melalui tubing atau drill pipe. Spaser atau
cement slurry pada lokasi yang ditentukan. Metode
air tawar akan dipompakan terlebih dahulu didepan
ini sangat sederhana dengan tidak menggunakan
(water ahead/WA) dan dibelakang (water
unit cementing services.
behind/WB) slurry, hal ini bertujuan agar slurry
2. Dump Bailer tidak dapat terkontaminasi oleh salt water (air asin)
Metode ini biasanya digunakan untuk atau lumpur pemboran. Cement slurry yang
kedalaman yang dangkal; tetapi jika komposisi dipompakan kedalam zona atau interval
semen ditambah dengan retarder maka bisa penyemenan, ketinggiannya harus sama antara
digunakan sampai kedalaman 12.000 ft. Dump didalam dan diluar tubing (balancing plug).
bailer memuat sejumlah semen, yang diturunkan Kemudian tubing akan diangkat keatas secara
dengan menggunakan wireline. Limit plug, cement perlahan sehingga akan meninggalkan slurry pada
basket, permanen bridge plug atau gravel pack ketinggian yang direncanakan diatas ketinggian
biasanya ditempatkan dibawah lokasi plugging spaser.
yang ditentukan. Bailer dibuka oleh sentuhan dari
METODE PENELITIAN
bridge plug, kemudian semen dialirkan. Metode ini
Penelitian ini dilakukan dengan mengolah
mempunyai keuntungan dimana perlengkapan
data profil sumur yang meliputi dimensi casing dan
dijalankan dengan wireline dan kedalaman dari
tubing. Selain itu juga dipergunakan data
cement plug dengan mudah bisa dikontrol. Biaya
laboratorium untuk semen dan zat additif yang
dengan metode ini juga relatif lebih murah karena
digunakan.
hanya menggunakan satu peralatan pumping yang
konvensional. Kerugiannya adalah jumlah semen Proses pengolahan data diawali dengan
yang terbatas karena volume dump bailer yang menentukan jenis semen yang akan dipakai dengan
tertentu. menggunakan data profil sumur dan data
laboratorium. Perhitungan kebutuhan material
3. Two-Plug Method
penyemenan mempergunakan software Microsoft
Pada metode ini top dan bottom tubing plugs
office excel.
di run untuk mengisolasi cement slurry dari fluida
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
39
Resesiyanto INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

Perhitungan diawali dengan menghitung kapasitas TOC : Top Of Cement (m)


lubang bor, selanjutnya adalah menghitung volume CShoe : Casing Shoe (m)
dan ketinggian semen di dalam lubang bor yang Untuk menghitung jumlah sack semen yang
meliputi perhitungan saat string atau rangkaian
dibutuhkan menggunakan persamaan :
pemboran berada didalam lubang bor, jumlah sack
Jumlah Slurry
semen yang dibutuhkan, Water Ahead/Behind dan Sack Of Cement= (12)
Yield Semen
ketinggian fluida serta volume displacement dan
yang terakhir adalah menghitung saat string tidak Untuk menghitung water ahead/behind dan
berada di dalam lubang bor. ketinggian fluida menggunakan persamaan :

Untuk menghitung kapasitas lubang bor AnnCsg & DP =(TOC-WA/B)x3.281xCCsg & DP (13)
menggunakan persamaan :
CDP =(TOC-WA/B)x3.281xCDP (14)
2
(ID Dp)
CDp = (1) Ketinggian Semen = Depth-TOC (15)
1029.4

(ID Tubing)2 Ketinggian WA/B = TOC-WA/B (16)


CTubing = 1029.4
(2)
Dimana :
(ID OH) 2
COH = 1029.4
(3)
WA/B : Water Ahead/Behind (m)
(ID2 OH- OD2 Tubing) TOC : Top Of Cement (m)
CAnn OH & Tubing = (4)
1029.4
Untuk menghitung volume displacement
(ID2 Casing- OD2 DP) menggunakan persamaan :
CAnn Casing & DP = (5)
1029.4

(ID Casing)2
CDP =(WA/B)x3.281xCDP (17)
CCasing = 1029.4
(6)
Untuk menghitung volume dan ketinggian
Dimana : semen saat string tidak berada dalam lubang bor
menggunakan persamaan :
CDp : Kapasitas Drill Pipe (bbl/ft)
CTubing : Kapasitas Tubing (bbl/ft) COH =(D-CShoe )x3.281xCOH (18)
COH : Kapasitas Open Hole (bbl/ft)
CCasing : Kapasitas Casing (bbl/ft) CCsg =(CShoe -TOC)x3.281xCCsg (19)
CAnn OH & Tubing : Kapasitas Annulus Open Hole dan
Tubing (bbl/ft) Total Capacity=COH + CCsg (20)
CAnn Casing & DP : Kapasitas Annulus Casing dan Drill Ketinggian Semen=Depth-TOC (21)
Pipe (bbl/ft)
ID : Inside Diameter (Inch) Ketinggian WA/B=TOC-WA/B (22)
OD : Outside Diamater (Inch)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk menghitung volume dan ketinggian Untuk dapat melaksanakan balance plug,
semen saat string masih di dalam lubang bor tekanan hidrostatik di dalam pipa atau casing dan
menggunakan persamaan : annulus harus seimbang. Untuk mencapai kondisi
ini fluida pendorong semen harus sama dengan
CDp =(LDp -TOC)x3.281xCDp (7)
semen, dan ketinggian masing-masing fluida juga
CTubing =(LTbg -LDp )x3.281xCTubing (8) harus sama. Untuk menyakinkan top dari semen
berada pada posisi yang telah di set atau ditentukan,
AnnOH & Tbg =(LTbg -LDp )x3.281xCAn OH & Tbg (9) volume yang diinjeksikan harus tepat dengan
volume yang diperlukan ditambah faktor
AnnOH & DP =(LTbg -CShoe )x3.281xC OH & DP (10)
keamanan. Bila terjadi kelebihan semen, maka
AnnCsg & DP =(CShoe -TOC)x3.281xCCsg & DP (11) semen yang berlebihan tersebut disedot secara
reserved sampai mencapai ketinggian yang
Dimana : diinginkan.
LDP : Length of Drill Pipe (m)

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


40
Resesiyanto INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

Sebelum dilakukan perhitungan kebutuhan (7), besarnya volume atau jumlah minimal dari
material yang akan dipakai dalam program cement bubur semen dalam drill pipe adalah sebesar 4.475
plug terlebih dahulu harus diketahui parameter- bbl. Pada perhitungan Volume II atau volume
parameter yang akan digunakan dalam 7
Tubing 2 dengan menggunakan persamaan (8),
8
merencanakan langkah perhitungan. Data-data
jumlah minimal slurry adalah sebesar 1.0809 bbl.
tersebut berupa data dimensi casing, tubing, drill 1
pipe dan open hole (OH) yang berasal dari data Volume III atau volume antara Annulus OH 8 2 &
7
profil sumur (Tabel 1). Tubing 2 yang dihitung dengan menggunakan
8
Tabel 1. Dimensi Ukuran String persamaan (9), didapatkan jumlah slurry sebanyak
11.613 bbl. Pada perhitungan Volume IV atau
OD ID Length 1
volume antara Annulus OH 8 & Drill Pipe 5 in
(inch) (inch) (m) 2
1
dengan menggunakan persamaan (10), didapatkan
Open Hole 82 8.500 81.4
jumlah slurry sebesar 2.674 bbl. Sedangkan pada
5 8.755 1214.0 5
Casing 9
8 perhitungan volume antara Annulus Casing 9 8 &
Drill Pipe 5 4.276 1238.4 Drill Pipe 5 in atau Volume V yang dihitung
7
Tubing 2 2.441 57.0 dengan menggunakan persamaan (11), didapatkan
8
jumlah minimal slurry atau bubur semen sebanyak
8.613 bbl. Volume total dari bubur semen yang di
Perhitungan Kapasitas Lubang Bor
pergunakan dalam program cement plug adalah
Kapasitas merupakan jumlah minimal slurry
sebanyak 29.455 bbl.
atau bubur semen yang ada pada tempat tersebut.
Perhitungan kapasitas meliputi kapasitas drill pipe Tabel 3. Volume bubur semen (cement slurry)
7 Vol Capacity bbl
5 in, kapasitas Tubing 2 8, kapasitas Open Hole 8
1 1 7 I Drill Pipe 5 in 4.475
, kapasitas Annulus OH 8 & Tubing 2 , 7
2 2 8 II Tubing 2 8 1.0809
5
kapasitas Annulus Casing 9 8 & Drill Pipe 5 in, 1 7
III Annulus OH 8 2 & Tubing 2 8 11.613
1 1
kapasitas Annulus OH 8 2
& Drill Pipe 5 in dan IV Annulus OH 8 & Drill Pipe 5 in 2.674
2
5 5
kapasitas Casing 9 8. Untuk perhitungan kapasitas V Annulus Casing 9 8 & Drill Pipe 5 in 8.613
menggunakan persamaan 1 sampai 6. Hasil Total Jumlah Slurry 29.455
perhitungan untuk masing-masing kapasitas
(capacity) dapat ditunjukan pada Tabel 2. Perhitungan Jumlah Sack Semen
Pada sumur X, zona atau interval open end
Tabel 2. Hasil Perhitungan Kapasitas penyemenan adalah sebesar 81.4 meter didapatkan
Capacity bbl/ft volume bubur semen (cement slurry) untuk
Drill Pipe 5 in 0.01776 penyemenan sebanyak 29.455 bbls (165.36 cuft)
7 atau sebanyak 155 sax semen. Untuk perhitungan
Tubing 2 8 0.00578
1 jumlah sax semen, dihitung dengan persamaan
Open Hole 8 2 0.0701
1 7
(12):
Annulus OH 8 2 & Tubing 2 8 0.0621
Jumlah Slurry
5 Sack Of Cement= Yield Semen
Annulus Casing 9 8 & Drill Pipe 5 in 0.0501
1
Annulus OH 8 2 & Drill Pipe 5 in 0.0459 Nilai Yield Cement adalah sebesar 1.07 cuft/sax
5 yang bersumber dari data Laboratorium.
Casing 9 8 0.0744
Water Ahead/Behind dan Ketinggian Fluida.
Perhitungan Volume dan Ketinggian Water Ahead (WA) pada sumur X adalah
Saat string masih di dalam lubang bor 5
pada Annulus Casing 9 8 & Drill Pipe 5 in
Perhitungan volume bubur semen (cement slurry)
Dari hasil perhitungan volume Drill Pipe 5 sedangkan Water Behind (WB) berada pada drill
in atau Volume I dengan menggunakan persamaan pipe 5 in . Volume water ahead (WA) adalah 9.97
bbl ( 56.01 cuft), sedangkan volume water behind
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
41
Resesiyanto INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

(WB) adalah 3.537 bbl (19.85 cuft). Perhitungan Total kapasitas bubur semen pada saat string tidak
volume water ahead/behind (WA/B) pada sumur X berada dalam lubang bor didapatkan sebesar
mempergunakan persamaan (13) dan (14). 165.39 cuft. Jumlah ini didapatkan dari
penjumlahan kapasitas Open Hole 8.5 in dengan
Ketinggian semen dan ketinggian water 5
ahead/behind (WA/B) pada saat string masih kapasitas Casing 9 8 (Persamaan 20).
berada dalam lubang sumur adalah 133.8 m
Ketinggian semen dan water ahead/behind
(438.99 ft) untuk ketinggian semen dan 60.7 m
(WA/B)
(199.15 ft) untuk ketinggian water ahead/behind
Ketinggian semen pada saat string dicabut
(WA/B). Hasil ini didapatkan dari perhitungan
(tidak berada dalam lubang bor) adalah pada
menggunakan persamaan (15) dan (16).
ketinggian 411.43 ft atau 125.4 m, hasil ini
didapatkan dengan perhitungan menggunakan
Persamaan 21.
Ketinggian Water Ahead/Behind (WA/B)
berada pada ketinggian 43.4 m atau 142.39 ft.
Perhitungan menggunakan Persamaan 22.

Gambar 1. Saat string masih di dalam Lubang

Volume Displacement
Displacement merupakan fluida yang
dipergunakan untuk menempatkan slurry atau
bubur semen ke zona atau daerah yang akan
dilakukan plug. Dari hasil perhitungan
menggunakan persamaan (17), volume
displacement adalah sebesar 64.15 bbl.
Gambar 2. Saat string tidak berada dalam lubang
Pada saat string tidak berada dalam lubang
Volume bubur semen. KESIMPULAN
Volume bubur semen pada saat string tidak Dari hasil perhitungan yang dilakukan
berada dalam lubang bor hanya dihitung volume mengenai kebutuhan material penyemenan dengan
kapasitas Open Hole 8.5 in dan kapasitas Casing metode Balance Plug pada Sumur X, dapat diambil
5 kesimpulan sebagai berikut :
9 8. Perhitungan masing-masing kapasitas
menggunakan persamaan 18 dan 19. 1. Total volume bubur semen (cement slurry) yang
dibutuhkan adalah sebesar 29.455 bbl.

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


42
Resesiyanto INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

2. Jumlah sack cement yang dibutuhkan untuk Rakhmansyah, R., Aboekasan, W (2015),
penyemenan zona atau interval open end “Evaluasi Penyemenan Liner 4 ½ di Sumur X
penyemenan sebesar 81.4 meter adalah ST (Sidetrack) Dengan Inklinasi Sebesar 760”.
sebanyak 155 sax semen. Seminar Nasional Cendekiawan.
3. Ketinggian semen pada saat string masih
Rubiandini, R, R.S (2012), “Teknik Operasi
berada dalam lubang sumur adalah 133.8 m atau
Pemboran”. Institut Teknologi Bandung.
438.99 ft sedangkan ketinggian water
Bandung
ahead/behind (WA/B) pada saat string masih
berada dalam lubang sumur adalah 60.7 m atau Sahbudin., Komar, S., Amin, M, “Perencanaan
199.15 ft. Penyemenan Casing 7 Inch Dengan Metode
4. Pada saat string tidak berada dalam lubang, total Dual Stage Cementing Pada Sumur NR-X
kapasitas bubur semen adalah sebesar 165.39 Lapangan Limau di PT. Pertamina Drilling
cuft (29.45 bbl). Services Indonesia Area Sumbagsel,
5. Ketinggian semen pada saat string tidak berada Prabumulih”. Universitas Sriwijaya.
dalam lubang sumur adalah 411.43 ft atau 125.4
m ft sedangkan ketinggian water ahead/behind Yazid, F.E., Hamid, A., Affifah, A.N (2015),
(WA/B) pada saat string tidak berada dalam “Evaluasi Penyemenan Casing Liner 7 Pada
lubang sumur adalah 43.4 m atau 142.39 ft. Sumur X-1 dan Y-1 Blok LMG”. Seminar
6. Total volume fluida yang dibutuhkan untuk Nasional Cendekiawan
mendorong bubur semen ke zona penyemenan
(displacement) adalah sebesar 64.15 bbl.

DAFTAR PUSTAKA
Prasetyo, E., Arief, T., Prabu, U.A, “Perencanaan
Squeeze Cementing Metode Balance Plug Pada
Sumur X dan Sumur Y di Lapangan Ogan PT.
Pertamina EP Asset 2 Prabumulih”. Universitas
Sriwijaya.

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


43
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
Volume 1, Nomor 1, 2018

ANALISIS PENGAMBILAN DAN PREPARASI SAMPEL


BERDASARKAN HASIL PENGUJIAN KADAR NIKEL PADA
PT. HALTIM MINING KABUPATEN HALMAHERA TIMUR
PROVINSI MALUKU UTARA

Jimmy Eglesias Armando Fatubun1), Yulius Ganti Pangkung2)


1) 2)
Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Universitas Papua
Jl. Gunung Salju Amban Manokwari
Email: 1)fatubunjimmy19@gmail.com, 2)yulius.pangkung@yahoo.co.id

Abstract

PT. Haltim Mining is one of the nickel mining companies with sediment resources consist of several layers,
namely cover soil, limonite, saprolite and bedrock. About 1.8% of the nickel concentrate would be marketed
by the company, but the nickel content sampled for testing by XRF Epsilon 3 tool changes the level between
the samples in the Pit and the sample on the stockpile. The results showed that the average level of nickel
concentrate sampled at Pit was 1.80%, while the average level of nickel concentrate sampled on Stockpile
was 1.75%, with an average difference of 0.09%. Changes in levels were influenced by sampling method,
sample preparation and the accuracy of a sampler.

Keywords: Xpss Epsilon 3, Grade Value, Sampler

Abstrak

PT. Haltim Mining merupakan salah satu perusahaan nikel dengan kondisi endapannya terdiri dari beberapa
lapisan yaitu dari tanah penutup, limonit, saprolit dan batuan dasar. Kadar nikel 1,8% yang akan dipasarkan
oleh perusahaan namun kadar nikel yang diambil sampelnya untuk dilakukan pengujian oleh alat XRF
Epsilon 3 menunjukkan adanya perubahan kadar antara sampel pada Pit dan sampel pada stockpile. Data
hasil pengujian kadar yang diperoleh menunjukkan bahwa sampel pada Pit nilai kadarnya 1,80% sedangkan
sampel pada Stockpile nilai kadarnya 1,75% dengan selisih 0,09%. Perubahan kadar dipengaruhi oleh
pengambilan sampel, preparasi sampel dan ketelitian seorang sampler.

Kata Kunci : XRF Epsilon 3, Nilai Kadar, Sampler.

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


44
Fatubun dan Pangkung INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

PENDAHULUAN penyebabnya yaitu cara pengambilan sampel maka


Indonesia merupakan salah satu negara yang agar mengetahui perubahan kadar tersebut perlu
mempunyai kekayaan alam yang cukup melimpah diadakan analisis mengenai hal yang menyebabkan
yaitu sumberdaya alam. Sumber daya alam dapat perubahan kadar.
berupa mineral berharga seperti mineral logam
yang menjadi bahan baku dasar yang dapat METODE PENELITIAN
dimanfaatkan. Nikel merupakan logam yang Metode penelitian yang digunakan yaitu
banyak digunakan di industri sebagai salah satu penelitian komparatif dan kualitatif. Penelitian
bahan baku untuk membuat baja tahan karat, baja komparatif merupakan suatu penelitian yang
tahan temperature tinggi, bahan magnet, proses bersifat membandingkan. Disini variabelnya masih
pelapisan logam, panduan logam bukan besi, sama dengan variabel mandiri tetapi untuk sampel
katalis, sel bahan bakar dan bahan kimia. yang lebih dari satu, atau dalam waktu yang
berbeda. Penelitian kualitatif adalah penelitian
Kebutuhan logam nikel makin meningkat dengan memperoleh data yang berbentuk kata,
seiring dengan perkembangan industrinya dimana skema, dan gambar (Sugiyono 2003:14).
sebagian besar dari logam nikel digunakan untuk
memenuhi keperluan industri sebagai bahan untuk HASIL DAN PEMBAHASAN
kebutuhan industri strategis dan teknologi tinggi, Hasil
nikel mempunyai potensi menghasilkan nilai Pengambilan sampel yang dilakukan oleh
tambah yang sangat besar. Terdapat dua jenis bijih PT. Haltim Mining didasarkan pada JIS (Javanese
nikel laterit yaitu laterit jenis saprolit yang Industrial Standart) dengan mekanisme sampling
merupakan senyawa silikat/hidrosilikat dan laterit yaitu hand sampling. Hand sampling yang terdiri
jenis limonit yang merupakan senyawa atas beberapa macam namun yang digunakan oleh
oksida/hidroksida. Nikel laterit jenis limonit PT. Haltim Mining yaitu grab sampling.
dicirikan dengan kadar Fe yang tinggi dan nikel
laterit jenis saprolit dicirikan dengan kadar MgO Pengambilan sampel yang dilakukan
yang tinggi. Indonesia merupakan salah satu meliputi sampel Patok, Sampel Cek, Sampel
Negara yang bijih nikel laterit tersebar dalam Selektive, Sampel Produksi pada daerah
tambang/Pit dan Sampel pada Stockpile.
jumlah yang cukup besar dibeberapa daerah seperti
Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku dan Pada sampel cek merupakan tahap awal
Papua. Hal inilah yang sekarang dimanfaatkan oleh dalam penentuan pengambilan sampel pada suatu
sektor industri untuk menghasilkan bahan baku daerah, jika hasil analisis kadarnya bagus maka
dasar yang bermanfaat yang salah satunya pada daerah tersebut dapat dibongkar untuk
daerah Maluku. mendapatkan ore dengan hasil yang baik. Sampel
PT. Haltim Mining merupakan salah satu cek terdiri atas sampel Patok, Sampel Cek
perusahaan yang bergerak pada penambangan nikel Tumpukan, Sampel Cek Selective dan Sampel Cek
berjenis nikel laterit dan berusaha melakukan Khusus. Sampel Patok mempunyai pola dalam
pekerjaan penambangan dengan baik guna pengambilan yang berbeda dengan sampel Cek
memprioritaskan permintaan konsumen terhadap lainnya. Pengambilan sampel Patok dilakukan pada
bijih nikel sehingga pengambilan sampel, preparasi suatu daerah dengan adanya dua patok dengan jarak
sampel sampai tahapan uji laboratorium dikontrol antar patok 5 meter, diambilnya bahan sampel
agar kadar bijih nikel sesuai dengan yang dilakukan pada 9 titik yang pada lokasi daerah
diinginkan oleh konsumen. Permintaan konsumen tersebut.
akan bijih nikel dengan kadar sebesar 1,8% Sedangkan untuk pola pengambilan sampel
sehingga PT. Haltim Mining berusaha memasarkan Cek lainnya sama dengan pola pengambilan sampel
nikel sesuai permintaan konsumen untuk Produksi. Sampel cek tumpukan maupun sampel
dimanfaatkan. Namun terkadang hasil analisis oleh cek selective dan sampel Produksi pengambilan
alat XRF adanya perubahan kadar nikel. Perubahan dilakukan 3 titik pengambilan pada satu daerah.
kadar pada sampel produksi antara sampel pada Untuk sampel cek diambilnya pada tumpukan
area Pit dengan stockpile yang nilai kadarnya maupun material yang telah diselective dan
dibawah yang diinginkan konsumen. Adanya dilakukan pengambilannya pada awal dan akhir
perbedaan kadar pada area pit dan stockpile shift.
menjadi pertanyaan “Mengapa kadarnya berubah?”
Apa penyebab perubahan kadar?. Salah satu faktor

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


45
Fatubun dan Pangkung INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

Sebelum pada tahap analisis menggunakan 4. Proses analisis oleh alat XRF Epsilon 3 dengan
XRF Epsilon 3, sampel-sampel tersbut dilakukan waktu ±10 menit.
preparasi sampel. 5. Hasil pembacaan nilai-nila kadar oleh alat XRF
Epsilon akan dimasukan pada Microsoft Excel
Pada analisis oleh alat XRF Epsilon 3 ada untuk disimpan ataupun untuk hasil outputnya.
beberapa tahapan sebelum mendapatkan hasil Pada penelitian ini, pengujian dengan alat
pengujiannya, antara lain: XRF Epsilon 3 terdapat unsur-unsur seperti Ni, dan
Fe. Hasil analisis alat XRF pada sampel cek yang
1. Sampel pada cup dimasukan sebanyak 10 cup diambil sebelum kegiatan pemuatan. Sampel pada
pada alat XRF Epsilon Pit dengan stockpile diambil saat kegiatan
2. Pada software Epsilon 3 dimasukan sampel ID pemuatan/ore getting sedang dilakukan. Hasil
untuk sampel yang akan dinalisis pengujian sampel cek, sampel pada Pit dan sampel
3. Setelah itu measurre sampel akan dianalisis.
pada Stockpile dengan menggunakan alat XRF
Epsilon 3 seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel 1. Sampel Cek Hasil analisis dengan Alat XRF Epsilon 3


Sample Ni Fe Fe*
No Sample ID Remarks Deposite
Type (%) (%) (%)

1 HM0003140 - HM0003143 SC 1,74 8,24 11,58 spesial check PIT 2


2 HM0006450 - HM0006452 SC 1,79 9,92 14,18 spesial check PIT 3
3 HM0003165 - HM0003168 SC 1,77 10,31 13.08 spesial check PIT 3
4 HM0007801 - HM0007804 SC 1,76 9,65 11,83 spesial check PIT 3
5 HM0006471 - HM0006473 SC 1,58 9,11 11,64 spesial check PIT 2
6 HM0008805 - HM0008808 SC 1,89 10,84 15,99 spesial check PIT 2
7 HM0006750 - HM0006752 SC 1,80 10,95 14,49 spesial check PIT 2
8 HM0003171 - HM0003173 SC 1,77 9,93 12,55 spesial check PIT 1
9 HM0006611 - HM0006614 SC 1,77 10,63 14,06 spesial check PIT 1
10 HM0003175- HM0003177 SC 2,02 11,00 14,62 spesial check PIT 3
11 HM0003205 - HM0003207 SC 2,00 9,80 13,85 spesial check PIT 3
12 HM0006973 – HM0006973 SC 1,69 9,03 12,99 spesial check PIT 3
13 HM0003123 – HM0003125 SC 1,75 10,00 12,32 spesial check PIT 1
14 HM0003140 - HM0003142 SC 1,73 9,98 13,33 spesial check PIT 1
15 HM0008831 - HM0008833 SC 1,76 10,52 13,40 spesial check PIT 3
16 HM0003350 - HM0003352 SC 1,79 9,86 12,98 spesial check PIT 2
17 HM0006550 - HM0006552 SC 1,88 9,92 14,18 spesial check PIT 3
18 HM0003180 - HM0003183 SC 1,82 10,50 14,22 spesial check PIT 3
19 HM0007820 - HM0007823 SC 1,72 10,18 12,92 spesial check PIT 3
20 HM0006571 - HM0006573 SC 2,20 9,78 12,77 spesial check PIT 2
21 HM0008820 - HM0008823 SC 2,11 9,89 14,37 spesial check PIT 2
22 HM0006800 - HM0006802 SC 1,68 9,06 12,72 spesial check PIT 2
23 HM0003301 - HM0003303 SC 1,74 9,77 12,16 spesial check PIT 2
24 HM0006720 - HM0006723 SC 1,79 9,28 12,62 spesial check PIT 3
25 HM0003250 - HM0003252 SC 1,67 11,41 14,70 spesial check PIT 3
26 HM0003402 - HM0003404 SC 1,86 9,71 13,10 spesial check PIT 3
27 HM0007003 - HM0007005 SC 1,62 10,36 13,30 spesial check PIT 1
28 HM0003230 - HM0003232 SC 1,65 9,38 13,57 spesial check PIT 2
29 HM0003233 - HM0003235 SC 1,89 8,78 13,38 spesial check PIT 2
30 HM0008831 - HM0008833 SC 1,74 10,44 12,49 spesial check PIT 2

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


46
Fatubun dan Pangkung INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

Tabel 2. Sampel Pada Pit Hasil Analisis dengan Alat XRF Epsilon 3
Sample Ni Fe Fe*
No Sample ID Remarks Deposite
Type (%) (%) (%)

1 HM0030908 - HM0030913 SP 1,76 8,00 11,44 dome a.10 subload 5 PIT 2


2 HM0030918 - HM0030923 SP 1,80 10,29 14,70 dome d.10 subload 3 PIT 3
3 HM0030924 - HM0030929 SP 1,94 13,02 18,83 dome d.10 subload 4 PIT 3
4 HM0030937 - HM0030942 SP 1,85 12,57 17,89 dome e.10 subload 1 PIT 3
5 HM0030967 - HM0030972 SP 1,90 9,73 11,44 dome c.10 subload 4 PIT 2
6 HM0030976 - HM0030981 SP 1,73 7,57 12,87 dome c.10 subload 10 PIT 2
7 HM0030982 - HM0030987 SP 1,63 9,22 13,31 dome c.10 subload 11 PIT 2
8 HM0031013 - HM0031018 SP 1,75 8,70 12,48 dome z.9 subload 8 PIT 1
9 HM0031036 - HM0031041 SP 1,70 10,00 14,05 dome d.10 sub 6 PIT 1
10 HM0031059 - HM0031064 SP 1,74 9,65 13,12 dome g.10 subload 3 PIT 3
11 HM0031065 - HM0031070 SP 1,86 10,04 12,73 dome g.10 subload 4 PIT 3
12 HM0031083 – HM0031088 SP 1,63 14,11 19,32 dome g.10 subload 7 PIT 3
13 HM0031089 – HM0031107 SP 1,79 12,73 17,28 dome g.10 subload 8 PIT 1
14 HM0031102 -HM0031107 SP 1,77 9,81 14,02 dome z.9 subload 6 PIT 1
15 HM0031121 - HM0031126 SP 1,84 10,08 13,09 dome g.10 subload 6 PIT 3
16 HM0031130 - HM0031135 SP 1,77 11,36 16,34 dome f.10 subload 8 PIT 2
17 HM0031151 - HM0031156 SP 1,81 11,37 16,25 dome f.10 subload 2 PIT 3
18 HM0031163 - HM0031168 SP 1,77 8,73 12,49 dome f.10 subload 4 PIT 3
19 HM0031175 - HM0031180 SP 1,79 11,19 16,20 dome h.10 sub 1 PIT 2
20 HM0031403 - HM0031409 SP 2,23 9,99 14,28 dome i.10 subload 2 PIT 2
21 HM0031437 - HM0031442 SP 2,26 14,33 20,09 dome l.10 sub 9 PIT 2
22 HM0031431 - HM0031436 SP 1,66 10,54 14,92 dome l.10 sub 7 PIT 2
23 HM0031599 - HM0031604 SP 1,70 10,55 14,97 dome l.10 subload 3 PIT 3
24 HM0031605 - HM0031610 SP 1,78 10,64 14,85 dome l.10 subload 4 PIT 3
25 HM0031630 - HM0031635 SP 1,67 12,62 17,86 dome l.10 sub 8 PIT 3
26 HM0031013 - HM0031018 SP 1,85 8,70 12,48 dome z.9 subload 8 PIT 1
27 HM0013357 - HM0013362 SP 1,63 8,26 11,80 dome x.9 sub 5 PIT 2
28 HM0013363 - HM0013368 SP 1,59 7,71 11,07 dome x.9 sub 6 PIT 2
29 HM0013369 - HM0013374 SP 1,95 8,47 12,13 dome x.9 sub 7 PIT 2
30 HM0013577 - HM0013582 SP 1,76 8,19 11,70 dome z.9 subload 2 PIT 1

Tabel 3. Sampel Pada Stockpile Hasil Analisis Dengan Alat XRF Epsilon 3
Sample Ni Fe Fe*
No Sample _ID Remarks Deposite
Type (%) (%) (%)

1 HM00030807 STP 1,69 9,83 14,04 dome a.10 subload 5 PIT 2


2 HM00030824 STP 1,78 9,33 13,33 dome d.10 subload 3 PIT 3
3 HM00030838 STP 1,72 9,12 13,03 dome d.10 subload 4 PIT 3

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


47
Fatubun dan Pangkung INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

Tabel 3. Sampel Pada Stockpile Hasil Analisis Dengan Alat XRF Epsilon 3 (lanjutan)
Sample Ni Fe Fe*
No Sample _ID Remarks Deposite
Type (%) (%) (%)

4 HM00030834 STP 1,80 9,56 19,05 dome e.10 subload 1 PIT 3

5 HM00030840 STP 1,90 12,06 17,23 dome c.10 subload 4 PIT 2

6 HM00030833 STP 1,64 10,73 14,05 dome c.10 subload 10 PIT 2

7 HM00030835 STP 1,56 9,27 13,25 dome c.10 subload 11 PIT 2

8 HM00030820 STP 1,75 9,74 13,92 dome z.9 subload 8 PIT 1

9 HM00030845 STP 1,70 11,23 16,05 dome d.10 sub 6 PIT 1

10 HM00031208 STP 1,74 9,65 13,73 dome g.10 subload 3 PIT 3

11 HM0030921 STP 1,83 10,04 12,03 dome g.10 subload 4 PIT 3

12 HM00031223 STP 1,68 13,95 18,56 dome g.10 subload 7 PIT 3

13 HM00031225 STP 1,88 10,88 15,55 dome g.10 subload 8 PIT 1

14 HM00030819 STP 1,50 9,91 14,16 dome z.9 subload 6 PIT 1

15 HM00031221 STP 1,89 10,29 14,70 dome g.10 subload 6 PIT 3

16 HM00031237 STP 1,81 9,92 14,18 dome f.10 subload 8 PIT 2

17 HM00030842 STP 1,78 15,62 22,32 dome f.10 subload 2 PIT 3

18 HM00030846 STP 1,73 8,36 12,57 dome f.10 subload 4 PIT 3

19 HM00031207 STP 1,75 13,21 12,05 dome h.10 sub 1 PIT 2

20 HM00031220 STP 1,83 9,14 12,25 dome i.10 subload 2 PIT 2

21 HM00031226 STP 1,78 15,81 22,59 dome l.10 sub 9 PIT 2

22 HM00031652 STP 1,72 10,95 15,64 dome l.10 sub 7 PIT 2

23 HM00031650 STP 1,74 11,83 16,90 dome l.10 subload 3 PIT 3

24 HM00031244 STP 1,81 11,37 16,24 dome l.10 subload 4 PIT 3

25 HM00031245 STP 1,67 10,97 15,68 dome l.10 sub 8 PIT 3

26 HM00031651 STP 1,75 10,72 15,32 dome z.9 subload 8 PIT 1

27 HM00012589 STP 1,79 8,71 12,45 dome x.9 sub 5 PIT 2

28 HM00012591 STP 1,80 8,50 12,14 dome x.9 sub 6 PIT 2

29 HM00012593 STP 1,90 8,51 11,51 dome x.9 sub 7 PIT 2

30 HM00012597 STP 1,69 9,49 13,56 dome z.9 subload 2 PIT 1

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


48
Fatubun dan Pangkung INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

Gambar 1. Nilai Kadar Sampel pada Pit dan Sampel


Gambar 2. Grafik Perbandingan Nilai Kadar Ni Sampel
pada Stockpile Cek dan Sampel pada Pit
Dari hasil analisis oleh alat XRF seperti tabel Tabel 5. Perbandingan Nilai Kadar Nikel (Ni)
dan grafik nilai kadar Ni, dan Fe diatas dapat dibuat
Kadar Nikel
hasil selisih perbandingan kadar nikel baik pada Kadar Nikel
Sampel Pada
Selisih
sampel cek, sampel pada Pit dan sampel stockpile No Sampel Pada Kadar
Stockpile
Pit (%) Nikel (%)
dalam tabel dan grafik perbandingan seperti (%)
dibawah ini.
1 1,76 1,69 0,07
Tabel 4. Perbandingan Nilai Kadar Ni antara Sampel 2 1,80 1,78 0,02
Cek dengan Sampel pada Pit 3 1,94 1,72 0,22
4 1,85 1,80 0,05
Kadar 5 1,90 1,90 0,00
Kadar Nikel Selisih
Nikel
No Sampel Pada Kadar 6 1,73 1,64 0,09
Sampel
Pit (%) Nikel (%)
Cek (%) 7 1,63 1,56 0,07
8 1,75 1,75 0,00
1 1,74 1,76 0,02
2 1,79 1,80 0,01 9 1,70 1,70 0,00
3 1,77 1,94 0,17 10 1,74 1,74 0,00
4 1,76 1,85 0,09 11 1,86 1,83 0,03
5 1,58 1,90 0,32
6 1,89 1,73 0,16 12 1,63 1,68 0,05
7 1,80 1,63 0,17 13 1,79 1,88 0,09
8 1,77 1,75 0,02 14 1,77 1,50 0,27
9 1,77 1,70 0,07
10 2,02 1,74 0,28 15 1,84 1,89 0,05
11 2,00 1,86 0,14 16 1,77 1,81 0,03
12 1,69 1,63 0,06 17 1,81 1,78 0,03
13 1,75 1,79 0,04
14 1,73 1,77 0,04 18 1,77 1,73 0,04
15 1,76 1,84 0,08 19 1,79 1,75 0,04
16 1,79 1,77 0,02 20 2,23 1,83 0,40
17 1,88 1,81 0,07
18 1,82 1,77 0,05 21 2,26 1,78 0,48
19 1,72 1,79 0,07 22 1,66 1,72 0,06
20 2,20 2,23 0,03 23 1,70 1,74 0,04
21 2,11 2,26 0,15
22 1,68 1,66 0,02 24 1,78 1,81 0,03
23 1,74 1,70 0,04 25 1,67 1,67 0,00
24 1,79 1,78 0,01 26 1,85 1,75 0,10
25 1,67 1,67 0
26 1,86 1,85 0,01 27 1,63 1,79 0,16
27 1,62 1,63 0,01 28 1,59 1,80 0,21
28 1,65 1,59 0,06 29 1,95 1,90 0,05
29 1,89 1,95 0,06
30 1,76 1,69 0,07
30 1,74 1,76 0,02
Jumlah 53,90 52,60 2,74
Jumlah 53,91 53,98 2,29
Rata-
Rata-rata 1,79 1,80 0,08 1,80 1,75 0,09
rata

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


49
Fatubun dan Pangkung INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

pada pengambilan dan pengerjaan sampelnya.


Analisisnya berupa hubungan pengambilan dan
pengerjaan sampel berdasarkan Standar
Operational Prosedure dengan penerapannya
dilapangan.

Pengambilan sampel pada Pit dan pada


stockpile pada dasarnya sudah sesuai berdasarkan
Gambar 3. Grafik Perbandingan Nilai kadar Nikel
Standar Operational Prosedure (SOP), namun ada
Sampel pada Pit dengan Sampel pada Stockpile
ada kegiatan atau tahapan yang belum sesuai
diantaranya ketidaksesuaian pada pengambilan
sampel stockpile diambil sebanyak 2 titik di 1/3
tinggi tumpukan material hasil dumping truck
dengan menggunakan scoop 125D namun
pengerjaannya dilapangan ada terjadi perbedaan
dimana titik pengambilan sampel ada 3 titik.

Preparasi sampel
Preparasi sampel yang dilakukan oleh PT.
Haltim Mining meliputi kegiatan penghancuran,
Gambar 4. Grafik Perbandingan Nilai Kadar Besi pengeringan, pencampuran, penimbangan dan
Sampel pada Pit dengan Sampel pada Stockpile
pembagian. Preparasi sampel antara sampel pada
Pit dan sampel Stockpile pengerjaannya sama
hanya saja perbedaannya terdapat pada perlakuan
sampelnya.

Pada preparasi sampel terdapat kegiatan


yang belum terdapat dalam SOP yaitu matriks dan
mixing. Matriks dan mixing perlakuannya berbeda
antara sampel pada pit dan sampel pada stockpile.
Pola matriks yang biasa digunakan pada sampel
Gambar 5. Grafik Perbandingan Nilai Kadar Fe* pada pit dengan pola 4x5. Pengambilan sampelnya
Sampel pada Pit dengan Sampel pada Stockpile menggunakan sekop 20-30D dan pada tahapan ini
dilakukan pencampuran menggunakan kwat ring
Pembahasan sebelum masuk pada pengeringan/oven.
Pengambilan sampel
Pengambilan sampel meliputi sampel cek, Perlakuan sampel pada stockpile sedikit
Sampel pada Pit dan sampel pada Stockpile dengan berbeda dengan sampel pada pit yang tidak
pola pengambilannya sama. Sampel cek diambil dimasukan pada SOP yaitu setelah sampel
disaat sebelum kegiatan ore getting atau pada tahap dihancurkan secara manual kemudian proses
selective mining. Sampel cek yang diambil seorang pencampuran material agar pembagian materialnya
sampler pada tumpukan hasil selektif dimana merata atau homogen. Pencampuran dilakukan
tumpukan tersebut akan dimuat. Sampel cek sebanyak 2-3 kali dengan alat sekop. Dan tahapan
diambil guna mengetahui apakah kadar material selanjutnya yaitu Matriks untuk mendapatkan
masih sama dengan material sebelum kegiatan jumlah sampel yang diinginkan. Setelah
selective mining. Ketelitian seorang sampler dalam pencampuran, sampel dipadatkan dengan
mengambil material dibutuhkan agar tidak terjadi membentuk persegi untuk dimatriks lagi dengan
perubahan kadar yang signifikan antara sampel cek pola 5 x 6 kemudian matriks lagi dengan pola 4x5
sebelum selective mining dan sampel yang diambil lalu sampel diambil menggunakan scoop dengan
pada kegiatan ore getting yaitu sampel pada Pit. ukuran 20-30D. Pada sampel Stockpile terdapat
Hasil analisis oleh alat XRF pada sampel cek dan pengambilan sampel yang disebut sampel MC,
sampel pada Pit terdapat perubahan yang cukup sampel ini diambil pada titik tertentu pada pola 4 x
signifikan diantaranya sampel nomor 5, 6 dan 11. 5 yang berfungsi untuk mengetahui kadar air.

Perubahan-perubahan kadar sampel pada Pit Pada kegiatan mereduksi sampel


dan sampel pada stockpile dianalisis berdasarkan menggunakan splitter sampel dibagi menjadi dua

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


50
Fatubun dan Pangkung INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

yaitu sampel original dan sampel back up. Sampel diinginkan. Pengambilan sampel cek oleh seorang
original merupakan sampel yang nantinya akan sampler sebelum dilakukan selective mining
diuji sedangkan sampel back up merupakan sampel dibutuhkan ketelitian dan harus lebih mengenal
yang akan disimpan. Pada Standar Operational material yang ingin dijadikan sampel untuk diuji
Prosedure, kegiatan mereduksi sampel dengan kandungannya. Contohnya seorang sampler yang
menggunakan splitter ukuran -10mm dilakukan mengambil sampel cek pada satu daerah
sebanyak satu kali namun terkadang tidak mendapatkan nilai grade 1,9% sehingga
dilakukan. disarankannya ke Grade Control untuk melakukan
kegiatan selective mining. Tumpukan yang telah di
Proses mixing terhadap sampel ukuran 200 selective diambil sampel cek untuk mengetahui
mesh untuk homegenisasi namun berdasarkan nilai kadarnya namun ternyata hasil kadarnya
dilapangan tahapan mixing ini dilakukan secara menurun 1,4% ternyata sampel cek yang diambil
manual menggunakan plastik sebelum dimasukan oleh seorang sampler pada sebelum selective
pada plastik sampel, pengisian pada plastik sampel daerahnya terbatas namun disarankan adakan
dengan pola yang ditentukan pada sebuah tray lalu selective pada satu daerah yang luas. Material yang
kemudian sampel yang akan dianalisis akan telah ditumpuk dibiarkan saja untuk diambil
dimasukan pada cup pulp dan ditekan agar padat sampel cek setelah 2-3 hari.
sampel tersebut sebelum dianalisis oleh alat XRF
Epsilon 3. Pada kegiatan ore getting yang merupakan
kegiatan pemuatan material yang telah diselective
Hasil Pengujian terdapat pengambilan sampel yang disebut sampel
Pengujian kadar nikel pada PT. Haltim pada Pit. Pengambilan sampel ini pada bucket
Mining menggunakan alat XRF epsilon 3. Alat ini excavator menggunakan tray dengan 3 titik
dapat menganalisa sampel bubuk padat dengan pengambilan sampelnya. Pada tempat penelitian,
sekali menganalisa dapat menampung 10 sampel tumpukan hasil selective yang berbeda nilai
yang akan dianalisis. Unsur-unsur hasil analisis kadarnya seringkali digabungkan untuk kegiatan
antara lain Nikel (Ni) dan Besi (Fe). Dari hasil ore getting. Hal seperti ini harus menjadi perhatian
pengujian terdapat perbedaan nikai kadar antara seorang Grade Control pada pengambilan
sampel Cek dengan sampel pada Pit dengan selisih sampelnya.
0,08% dimana perubahan nilai kadar yang
signifikan terdapat pada nomor sampel 3, 5, 6, 7, Nilai kadar yang signifikan pada nomor
10,11, 20 dan 21. Untuk nomor sampel 3,5, 20,21 sampel 20 dan 21 yang cukup signifikan dimana
pada sampel cek nilainya rendah dibandingkan nilai sampel pada Pit lebih besar dibandingkan
sampel pada Pit. Misalkan nomor sampel 5 dengan sampel pada stockpile dengan nilai untuk nomor
nilai sampel cek 1,58% dan sampel pada Pit 1,90 sampel 20 yaitu 2,23% berbanding 1,83%.
terjadi perubahan yang signifikan. Perubahan ini Pengambilan sampel pada stockpile yang tidak
dapat dipengaruhi oleh pengambilan sampelnya sesuai dengan SOP dimana pengambilan diambil
dimana sampel cek diambil pada saat kegiatan pada 3 titik. Pengambilan sampel pada stockpile
selective mining. Sampel cek diambil pada sendiri terkadang pada satu hari tidak dapat
tumpukan yang telah diselective pada saat kondisi memenuhi 1 subload. Misalkan pada satu
cerah namun saat kegiatan selective sedang tumpukan stockpile (dome) terdapat 10 subload
berlangsung cuaca berubah menjadi hujan. Setelah namun pada satu hari hanya terisi 1 atau 2 subload
hujan, tumpukan hasil selective tersebut diambil saja. 1 subload terdiri atas 15 karung sampel namun
untuk dimuat ke stockpile yang disebut kegiatan pada satu hari berdasarkan jam kerja hanya
ore getting tanpa mengambil sampel pada mencapai 10-11 karung saja. Pada keesokannya
tumpukan selective oleh seorang sampler (orang sampel diambil lagi untuk mencapai 15 karung
yang mengambil sampel). Pengambilan sampel tersebut tanpa harus mengambil sampel cek pada
cek berupa 1 kantong sampel soft, 1 kantong tumpukan stockpile tersebut.
sampel rock dan 1 kantong sampel soft & rock.
Sampel soft diambil 3 titik pada tumpukan dengan Pengambilan sampel dan preparasi sampel
tangan, kemudian sampel rock terkadang dilihat yang dilakukan dilapangan terdapat beberapa
secara kasat mata bahwa batuan ini memiliki ketidaksesuaian dengan Standar Operational
kandungan yang baik namun setelah diuji batuan Prosedure. Hasil pengujian kadar nikel baik
tersebut tampak luarnya bagus namun dalamnya sampel cek, sampel pada pit dan sampel stockpile
tidak mempunyai nilai kandungan unsur yang

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


51
Fatubun dan Pangkung INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

terjadi perbedaan dikarenakan oleh beberapa factor DAFTAR PUSTAKA


yaitu: Anonim. 2014. Pengambilan Sampel Bijih
Nikel.https://Facefairfuture. Blogspot. co. id/
1. Cara pengambilan sampel pada lapangan (20 september 2017)
2. Preparasi sampel yang tidak dilakukan dengan
baik. Badrun Jumahir. 2011. Study Preparasi Sampel
3. Ketelitian seorang sampler. Endapan Nikel Laterit Hasil Pemboran
4. Pengontrolan yang baik oleh seorang Grade Eksplorasi Pada PT. Weda Bay Nickel
Control. Kecamatan Weda Tengah Kabupaten
Halmahera Tengah Provinsi Maluku Utara.
PENUTUP Fakultas Teknik Universitas Mauhammadiyah
Kesimpulan Maluku Utara.
Berdasarkan hasil dapat disimpulkan bahwa:
1. Pengambilan sampel oleh PT. Haltim Mining Fitri Idul. 2016. Analisis Kandungan Mineral
yang dianalisis berdasarkan Standar Logam Singkapan Batuan Dikawasan
Operational Prosedure belum optimal Pertambangan Mangan Desa Kumbewaha
dikarenakan pengambilan sampel oleh seorang Kecamatan Siotapina Kabupaten Buton Dengan
sampler yang belum bekerja sesuai SOP-nya Menggunakan Metode XRF. Skripsi Program
dan seorang sampler yang harus mengenal Studi Teknik Geofisika Fakultas Ilmu dan
material yang ingin diambil. Pada preparasi Teknologi Kebumian Universitas Haluoleo.
sampel yang belum ada pada SOP yaitu Kendari.
perlakuan sampel dengan matriks pola 5 x 6 dan
4 x 5 dan pengujian kadar oleh alat XRF telah Jamludin Agus dan Adiantoro Darma. 2012.
dilakukan dengan baik oleh seorang analisis. Analisis Kerusakan X-Ray Fluorensence
2. Perubahan kadar dipengaruhi oleh cara (XRF). Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir
pengambilan sampel yang belum sesuai ISSN 1979-2409: 19-28
berdasarkan Standar Operational Prosedur,
preparasi sampel yang tidak dilakukan dengan Subagja Rudi dan Firdiyono F. 2015. Kinetika
baik dan ketelitian seorang sampler. Reaksi Pelarutan Nikel Dari Kalsin Nikel
Laterit. Majalah Metalurgi (2015) 2:71:80.
Saran
1. PT. Haltim Mining lebih memperhatikan Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Pusat
pekerjaan tiap karyawan terutama seorang Bahasa Depdiknas. Bandung
sampler yang harus dikontrol cara pengambilan
Sumantry.2002. Teknik X-Ray Flurorensence dan
sampelnya oleh Grade Control.
prinsip kerja XRF. Jakarta
2. PT. Haltim Mining meninjau kembali Standar
Operational Prosedure baik pengambilan
sampel dan preparasi sampelnya.

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


52
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
Volume 1, Nomor 1, 2018

EVALUASI GEOMETRI JALAN ANGKUT TAMBANG DAN


RANCANGAN DRAINASE PADA PT. SUMBER ANUGERAH
BUANA KABUPATEN SORONG PROVINSI PAPUA BARAT

Petricia J. Etwiory1), Bambang Triyanto2)


1) 2)
Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Universitas Papua
Jl. Gunung Salju Amban Manokwari
Telp./Fax. (0986)215661 / (0986)214739
Email : 1) Petriciajuliaetwiory.026@gmail.com 2)triyantobambang1116@gmail.com

Abstract

Road is one of the important aspects to support transportation activities. Appropriate road geometry can
contribute greatly to the safety and smoothness of transport activities. In addition to the road geometry,
water can also affect the condition of haul road, from which it can indirectly affect the transportation
activities. Therefore,it is important to conduct an evaluation of the haul road geometry condition based on
the AASHTO theory, and to design drainage on the road side of the mine. Road geometry at PT. Sumber
Anugerah Buana has not suitable yet based on AASHTO theory. This is proven by using the actual result
showing that the the width of straight road was 4 - 7,5 meter, and the width of bend road was 5.3 - 5,5
meter. However, according to AASHTO theory, the width of straight road should be 4,850 meter and the
width of bend road should be 7,733 meters. So, it is necessary to add width on straight road in segment I-
J and in all segment of bend road. The slope of the mine haul road at PT. Sumber Anugerah Buana already
has a safe slope of the road, except the A-B segment and D-E segment that are still above the safe condition,
which is more than 15%. PT. Sumber Anugerah Buana does not have drainage, so it is necessary to make
channel on the first DTH dimension, that is 0,463 meter wide, 0,701 meter deep, and 0,928 meter wide of
the channel surface. Meanwhile, the dimension for the second DTH should be 0, 260 meter wide of the
channel bottom, 0.395 meter deep of the channel, and 0,522 meters wide of the channel surface.

Keywords: Road Geometry Evaluation, Drainage road

Abstrak

Jalan merupakan salah satu aspek penting untuk menunjang kegiatan pengangkutan. Geometri jalan yang
sesuai dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap keamanan dan kelancaran kegiatan pengangkutan.
Selain geometri jalan, air juga dapat mempengaruhi keadaan jalan angkut, sehingga dapat mempengaruhi
proses kegiatan pengangkutan. Oleh karena itu, akan dilakukan evaluasi terhadap kondisi geometri jalan
angkut berdasarkan teori AASHTO dan merancang drainage di tepi jalan angkut tambang. Geometri jalan
di PT. Sumber Anugerah Buana belum sesuai berdasarkan teori AASHTO, ini dibuktikan pada hasil aktual
di lapangan yaitu lebar jalan lurus 4 - 7,5 meter, lebar jalan pada tikungan 5,3 - 5,5 meter sedangkan lebar
jalan lurus menurut teori AASHTO yaitu 4,850 meter dan jalan tikungan 7,733 meter, sehingga perlu
dilakukan penambahan lebar pada jalan lurus di segmen I-J dan tikungan di semua segmen jalan.
Kemiringan jalan angkut tambang di PT. Sumber Anugerah Buana sudah memiliki kemiringan jalan yang
aman,kecuali segmen A-B dan D-E masih diatas syarat aman yaitu lebih dari 15%. PT. Sumber Anugrah
Buana tidak memiliki saluran (drainage), sehingga perlu dilakukan pembuatan saluran dengan dimensi pada
DTH satu yaitu lebar dasar saluran 0,463 meter, kedalaman saluran 0,701 meter dan lebar permukaan
saluran 0,928 meter, dan untuk dimensi DTH dua yaitu lebar dasar saluran 0,260 meter, kedalaman saluran
0,395 m dan lebar permukaan saluran 0,522 meter.

Kata Kunci : Evaluasi Geometri Jalan, Drainage jalan

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


53
Etwiory dan Triyanto INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

PENDAHULUAN dibagi menjadi dua yaitu pengambilan data primer


Latar Belakang dan data sekunder. Data primer meliputi lebar
Saat ini pembangunan infrastruktur jalan, panjang jalan angkut, ketinggian tiap
(jembatan dan jalan) di kota sorong semakin segmen, titik koordinat, kemiringan jalan, dan
meningkat, sehingga kebutuhan akan bahan dasar jumlah alat angkut, sedangkan data sekunder
konstruksi sangat diperlukan, salah satu perusahaan meliputi spesifikasi alat angkut dan data curah
yang menyediakan bahan dasar konstruksi adalah hujan.
PT. Sumber Anugerah Buana.
DASAR TEORI
Kegiatan pengangkutan harus diiringi Lebar Jalan Angkut
dengan kondisi jalan yang layak untuk digunakan Jalan angkut yang lebar diharapkan akan
agar dapat menunjang pengangkutan itu sendiri membuat lalu lintas pengangkutan lancar dan
dan produksi. Geometri jalan angkut yang sesuai aman. Namun, karena keterbatasan dan kesulitan
dengan dimensi alat angkut yang akan digunakan yang muncul di lapangan, maka lebar jalan
dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap minimum harus diperhitungkan dengan cermat.
kemanan dan kelancaran pada saat kegiatan Perhitungan lebar jalan angkut pada jalan lurus dan
pengangkutan sedang berlangsung. Selain geometri belok (tikungan) berbeda, dikarenakan pada posisi
jalan angkut, air juga dapat mempengaruhi keadaan membelok kendaraan membutuhkan ruang gerak
jalan angkut, ketika hujan turun air akan yang lebih lebar akibat jejak ban depan dan
menggenangi badan jalan sehingga jalan menjadi belakang yang ditinggalkan di atas jalan melebar.
licin dan rusak.
Lebar jalan angkut pada jalan lurus
Untuk mencegah air yang masuk ke badan Penentuan lebar jalan angkut minimum
jalan maka perlu adanya drainage pada jalan untuk jalan lurus didasarkan pada “rule of thumb”
angkut. Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi yang dikemukakan oleh “AASHTO” adalah:
terhadap kondisi geometri jalan angkut dan
pembuatan drainage di tepi jalan angkut dari front L = n.Wt + (n+1)(1/2.Wt) (1)
penambangan sampai ke stockpile di PT. Sumber
Anugerah Buana. Dimana:
L = Lebar jalan angkut minimum (meter)
Tujuan dan Manfaat Penelitian n = Jumlah jalur
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk Wt = Lebar alat angkut (meter).

1. Mengevaluasi geometri jalan angkut tambang Lebar jalan angkut pada jalan tikungan
yang telah diterapkan oleh PT. Sumber Lebar jalan angkut pada tikungan selalu
Anugerah Buana yang terdiri dari lebar jalan lebih besar dari pada lebar pada jalan lurus. Untuk
dan kemiringan jalan. jalur ganda, lebar minum pada tikungan dihitung
2. Merancang drainage pada jalan angkut di PT. dengan mendasarkan pada:
Sumber Anugerah Buana.
1. Lebar jejak ban
Sedangkan manfaat dari penelitian ini yaitu, 2. Lebar juntai atau tonjolan (overhang) alat
sebagai bahan informasi dan pertimbangan kepada angkut bagian depan dan belakang pada saat
perusahaan mengenai geometri jalan angkut membelok
tambang dan rancangan Drainage. 3. Jarak antara alat angkut pada saat bersimpangan
4. Jarak (spasi) alat angkut terhadap tepi jalan.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah Perhitungan terhadap lebar jalan angkut pada
metode penelitian kuantitatif, penelitian kuantitatif tikungan atau tikungan dapat menggunakan rumus:
merupakan metode penelitian yang digunakan
untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, Wmin = n (U + Fa + Fb + Z) + C (2)
pengumpalan data menggunakan instrumen U + Fa + Fb
penelitian, analisis data bersifat statistik dengan C=Z= (3)
2
tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
Dimana:
Pengumpulan data dilakukan dengan cara
melakukan pengamatan dan pengambilan data W = Lebar jalan angkut minimum pada
secara langsung di lapangan. Pengambilan data tikungan (meter)

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


54
Etwiory dan Triyanto INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

n = Jumlah jalur 1
Q= n
x R2/3 x S1/2 x A (6)
U = Lebar jejak roda kendaraan (meter)
Fa = Lebar juntai depan (meter) Dimana:
Fb = Lebar juntai belakang (meter) Q = Debit
C = Jarak antara dua truck yang akan R = Jari-jari hidrolik
bersimpangan (meter) S = Gradien
Z = Jarak sisi luar truck ke tepi jalan (meter) A = Luas penampang basah
n = Koefisien kekerasan manning yang
Kemiringan Jalan Angkut
menunjukkan kekerasan dinding saluran.
Kemiringan atau grade jalan angkut
merupakan satu faktor penting yang harus diamati HASIL DAN PEMBAHASAN
secara detail dalam kegiatan Evaluasi terhadap Hasil
kondisi jalan tambang tersebut. Hal ini dikarenakan Geometri jalan angkut PT. Sumber Anugerah
kemiringan jalan angkut berhubungan langsung Buana
dengan kemampuan alat angkut, baik dari Panjang jalan angkut keseluruhan yaitu 435
pengereman maupun dalam mengatasi tanjakan. meter yang menghubungkan front penambangan
Kemiringan jalan angkut biasanya dinyatakan dengan stockyard dan stockpile 1, dengan
dalam persen (%). menggunakan 1 jalur.
Rancangan Sistem Drainage Jalan Tabel 1. Data hasil pengukuran geometri jalan angkut
Intensitas curah hujan dilapangan
Besarnya intensitas hujan yang
Lebar
kemungkinan terjadi dalam kurun waktu tertentu Kemiringan
No Segmen Jalan Keterangan
dihitung berdasarkan persamaan Mononobe, yaitu: Jalan (%)
(m)
R24 24 1 A-B 7,5 20 Lurus
I= 24
x ( Tc )2/3 (4)
2 B-C 5,5 10 Tikungan
3 C-D 5,5 9 Tikungan
Dimana:
4 D-E 5,5 18 Lurus
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
R24 = Curah hujan rencana per hari (24 jam) 5 E-F 5,5 13 Tikungan
Tc = Waktu kosentrasi (jam) 6 F-G 5,5 9 Lurus
7 G-H 5,3 3 Lurus
Debit air limpasan 8 H-I 5,3 2 Tikungan
Untuk menghitung jumlah air limpasan dari 9 I-J 4 0 Lurus
suatu daerah dapat digunakan rumus rasional,
yaitu:
Perhitungan Geometri Jalan Angkut Menurut
Q = 0,278 x C x I x A (5) AASHTO :
Lebar jalan angkut pada jalan lurus
Dimana: Sesuai spesifikasi alat angkut, diketahui
Q = Debit (m3/s) lebar alat angkut yaitu 2,425 meter.
C = Koefisien limpasan
I = Intensitas curah hujan (mm/jam) Lmin = 1 x 2,425 meter + (1+1)(1/2 x 2,425)
A = Luas daerah (km2) = 4,850 meter

Dimensi saluran terbuka Lebar jalan angkut pada jalan tikungan


Bentuk penampang saluran air umumnya Sesuai spesifikasi alat angkut, diketahui
dipilih berdasarkan debit air, tipe material lebar jejak roda yaitu 1,915 meter, lebar juntai
pembentuk saluran serta kemudahan dalam depan 1,235 meter dan lebar juntai belakang 2,005
pembuatannya. Saluran air dengan penampang meter.
segiempat atau segitiga umumnya untuk debit kecil 1,915 meter + 1,235 meter + 2,005 meter
sedangkan penampang trapesium untuk debit yang Z =
2
besar.
= 2,578 meter
Perhitungan kapasitas pengaliran suatu Wmin = 1 (1,915 + 1,235 +2,005 + 2,578)
saluran air dihitung dengan rumus Manning yaitu: = 7,73 m

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


55
Etwiory dan Triyanto INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

Rancangan sistem drainage jalan Koefisien limpasan (C) = 0,9


Intensitas curah hujan (I) = 105,488 mm/jam
Tabel 2. Data curah hujan bulanan Kota Sorong tahun Luas daerah (A) = 0,002 km2
2012-2016
Curah Hujan (mm) Q = 0,278 x 0,9 x 105,488 mm/jam x 0,002 km2
Bulan
2012 2013 2014 2015 2016
= 0,052 m3/s
Januari 218,8 211 125 182 167
Februari 212,3 200 127 298 24,5 Dimensi Saluran Terbuka
Maret 568 155 203 222 83,5
April 275,5 357 88 155 138
Mei 170,9 661 506 110 429
Juni 444,4 171 341 478 293,1
Juli 455,6 491 106 142 665,2
Agustus 103 284 355 30 226,3
September 192,5 221 96 8 417
Oktober 118,7 122 73 151 154,8
November 174,7 247 235 230 163,2
Desember 150,6 219 198 86 127,7 Gambar 1. Rancangan drainage pada DTH 1
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Sorong, 2015 dan
BMKG Kota Sorong

Dari data curah hujan yang di peroleh BMKG


Kota Sorong (Tabel 5.3), maka selanjutnya akan
dilakukan analisa statistik, sehingga diperoleh
curah hujan rencana maksimum 24,609 mm/hari.

Perencanaan Saluran Terbuka


Daerah tangkapan hujan (catchment area)
Daerah tangkapan hujan dibagi menjadi 2
daerah yaitu daerah tangkapan hujan 1 yang Gambar 2. Rancangan drainage pada DTH 2
memiliki luas daerah yaitu 0,009 km2 dan luas
daerah tangkapan hujan 2 yaitu 0,002 km2. Pembahasan
Geometri jalan angkut tambang
Intensitas curah hujan
Tabel 3. Evaluasi geometri jalan angkut
R24 24
I= 24
x ( Tc )2/3 Hasil di Hasil
No. Parameter
lapangan evaluasi
24,609 24
= 24
x ( 0.023 )2/3
Lebar jalan angkut
1. 4 m – 7,5 m 4,850 m
= 105,488 mm/jam pada jalan lurus

Debit air Lebar jalan angkut


5,3 m – 5,5
Debit air pada daerah tangkapan hujan 1 2. pada jalan 7,733 m
m
Diketahui: tikungan
Koefisien limpasan (C) = 0,9 Kemiringan jalan
Intensitas curah hujan (I) = 105,488 mm/jam 3. 0% –20% 10% – 15%
angkut
Luas daerah (A) = 0,009 km2
Q = 0,278 x 0,9 x 105,488 mm/jam x 0,009 km2 Jumlah Alat angkut yang digunakan oleh PT.
= 0,237 m /s 3 Sumber Anugrah Buana untuk melakukan kegiatan
pengangkutan menggunakan satu alat angkut
Debit air pada daerah tangkapan hujan 2 dengan tipe Hino 500 FG 235 JJ. Jumlah jalur yang
Diketahui: diterapkan PT. Sumber Anugrah Buana yaitu 1
jalur. fungsi utama jalan angkut secara umum

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


56
Etwiory dan Triyanto INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

adalah menunjang kelancaran operasi Tabel 4. Rekomendasi pebaran jalan angkut pada jalan
penambangan terutama dalam kegiatan tikungan
pengangkutan, sehingga lebar jalan harus sesuai Koreksi
dengan standar teoritis. Penyempitan jalan dapat Teori
Aktual lebar
No Segmen AASHTO
disebabkan oleh beberapa hal, yaitu penumpukan (m) jalan
(m)
spoil secara terus menerus dan kondisi jalan yang tikungan
berbatasan dengan tebing. Dilebarkan
1. B-C 7,733 5,5
2,233 m
Agar lebar jalan angkut memenuhi standar
dilakukan penambahan lebar jalan dengan cara Dilebarkan
2. C-D 7,733 5,5
2,233 m
pengendalian spoil yang terdapat pada jalan
angkut. Dilebarkan
3. E-F 7,733 5,5
2,233 m
Dilebarkan
4. H-I 7,733 5,3
2,433 m

Kemiringan jalan angkut tambang


Secara umum kemiringan jalan maksimum
yang dapat dilalui dengan baik oleh alat angkut
besarnya berkisar antara 10%-15%. Berdasarkan
perolehan data di lapangan (tabel 4.1), kemiringan
jalan angkut yang ada di PT. Sumber Anugerah
Buana masih aman terkecuali pada segmen A-B
dan segmen D-E yang kemiringannya diatas batas
Gambar 3. Tumpukan batu dan kupasan tanah penutup aman yaitu 15 %. Penyebab kemiringan jalan tinggi
adalah kurang memerhatikan kondisi topografi
Lebar jalan angkut pada jalan lurus dalam pembuatan jalan angkut.
Berdasarkan hasil perhitungan teoritis dan
hasil pengukuran lebar jalan angkut di lapangan Agar kemiringan jalan angkut mendekati
(tabel 4.3). Dapat dikatakan bahwa jalan angkut batas aman 15% dilakukan beberapa pengendalian
tambang pada jalan lurus di PT. Sumber Anugerah diantaranya penurunan grade dengan melakukan
Buana sudah memenuhi syarat jalan berdasarkan penimbunan atau pemotongan dan menambah
teori AASHTO akan tetapi pada jalan segmen I-J di panjang jalan. Namun untuk melakukan penurunan
dapatkan hasil yang kurang dari teori yaitu 4 meter grade sangatlah susah, karena luas area
sehingga perlu dilakukan pelebaran jalan selebar penambangan tidak begitu luas dan berbatasan
0.85 meter. dengan jurang dan sumber air (air terjun). Pada
dasarnya kemiringan jalan diatas 15 % masih
Lebar jalan angkut pada jalan tikungan mampu dilalui alat angkut, dapat dilihat pada
Berdasarkan hasil perhitungan teoritis dan kemampuan menanjak alat angkut yaitu 44,9%,
hasil pengukuran lebar jalan angkut di lapangan
(tabel 4.3). Dapat dikatakan bahwa jalan angkut Sistem drainage jalan
tambang pada jalan tikungan di PT. Sumber Sasaran penyaliran adalah membuat lokasi
Anugerah Buana belum memenuhi syarat jalan kerja diarea penambangan selalu kering karena bila
berdasarkan teori AASHTO. Pada tabel 4.4 tidak terkontrol akan menimbulkan masalah antara
terdapat 4 segmen yang perlu dilakukan lain; jalan tambang becek dan licin, stabilitas lereng
penambahan lebar pada tikungan. Kondisi tambang rawan longsor, peralatan tambang cepat
topografi daerah penambangan yang berbukit dan rusak, kesulitan mengambil conto (sampling), dan
berbatasan dengan tebing menjadi salah satu mengancam keselamatan dan kesehatan kerja.
penyebab penyempitan jalan. selain itu juga
kurangnya manajemen stockyard sehingga Drainage pada daerah tangkapan hujan 1
direncanakan akan dibuat sepanjang jalan dari
sebagian material menutupi badan jalan. Lebar
jalan angkut yang tidak sesuai dengan standar dapat segmen A-F dengan pembuangan akhir di sungai
memperlambat kecepatan dan berpotensi dan daerah tangkapan hujan 2 direncanakan akan
menyebabkan kecelakaan. dibuat sepanjang jalan dari segmen I-J dengan
pembuangan akhir akan dialirkan ke drainage jalan

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


57
Etwiory dan Triyanto INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

yang terdapat pada PT. Sumber Anugerah Buana. DAFTAR PUSTAKA


Pada segmen jalan F-H tidak dibuat drainage Sugiyono.2017.Metodologi Penelitian. Alfabeta.
karena di tepi jalan berbatasan langsung dengan Bandung.
sungai. bentuk saluran terbuka yaitu berbentuk
trapesium dan kemiringan dinding saluran 600 Suwandhi Awang.2004.Perencanaan Jalan
dimana saluran ini akan dibuat menggunakan Tambang. Diklat Perencanaan Tambang
backhoe. Dasar pemilihan bentuk trapezium Terbuka. Unisba.
sebagai saluran terbuka karena bentuk ini cocok
untuk mengalirkan debit air yang besar dan dasar Riyanto Thoni.dkk. 2016. Evaluasi Jalan Tambang
pemilihan kemiringan dinding saluran 600 karena Berdasarkan Geometri dan Daya Dukung Pada
lebih ideal. Dengan adanya drainage ditepi jalan Lapisan Tanah Dasar Pit Tutupan Area
angkut maka air limpasan yang berasal dari air Highwall. Fakultas Teknik. Universitas
Lambung Mangkurat. (26 Febuari 2018).
hujan dapat dialirkan menuju drainage sehingga
tidak menggenangi badan jalan. Suwandhi Awang. 2004. Perencanaan Sistem
KESIMPULAN Penyaliran Tambang”. Diklat Perencanaan
1. Dari hasil data lapangan dan perhitungan yang Tambang Terbuka. Unisba.
didapatkan jalan angkut tambang yang ada di
PT. Sumber Anugerah Buana belum
sepenuhnya memenuhi syarat jalan angkut,
sehingga perlu dilakukan pelebaran jalan.
kemiringan jalan angkut yang terdapat pada PT.
Sumber Anugerah Buana belum sepenuhnya
memenuhi syarat kemiringan jalan yang aman.
2. Dimensi drainage yang direncanakan pada
DTH satu yaitu lebar dasar saluran 0,463 meter,
lebar permukaan saluran 0,928 meter,
kedalaman saluran 0,701 meter, tinggi muka air
0,300 meter. Ukuran drainage yang kedua
dengan lebar dasar saluran 0,260 meter, lebar
permukaan saluran 0,522 meter, kedalaman
saluran 0,395 meter, tinggi muka air 0,169.

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


58
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
Volume 1, Nomor 1, 2018

ANALISIS STABILITAS LERENG BATUAN DENGAN METODE


SLOPE STABILITY PROBABILITY CLASSIFICATION (SSPC)
PADA KAWASAN PIYUNGAN-PATUK, DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA

Rana Wiratama
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, Universitas Papua,
Jl. Gunung Salju Amban Manokwari
Email: send2wiratama@yahoo.com

Abstract

Landslide events in an area are manifestations of unstable slope conditions, so that evaluation of slope
stability and mapping of areas prone to landslides is very important as an effort to mitigate landslides. In
this study the Slope Stability Probability Classification (SSPC) method was used to evaluate slope stability
in the Piyungan-Patuk area. which is a rock mass classification system for slope stability which classifies
3 (three) different rock masses through a three-step approach namely: Exposure Rock Mass (ERM),
Reference Rock Mass (RRM) and Slope Rock Mass (SRM). Slope stability analysis results on 18 selected
slopes obtained probability of slope stability with very low to very high classification with a probability
value of stability <0.5 to> 95, where the probability value is strongly influenced by rock mass parameters
such as rock strength, discontinuity and weathering rate .

Keywords: Slope stability, Discontinuity, Rock Mass

Abstrak

Peristiwa terjadinya longsor di suatu kawasan merupakan manifestasi dari kondisi lereng yang tidak stabil,
sehingga evaluasi stabilitas lereng dan pemetaan pada kawasan yang rawan tejadinya longsor menjadi hal
yang sangat penting sebagai upaya mitigasi terhadap bencana longsor. Pada penelitian ini diterapkan
metode Slope Stability Probability Classification (SSPC) untuk evaluasi stabilitas lereng di daerah
Piyungan-Patuk. yang merupakan sistem klasifikasi massa batuan untuk stabilitas lereng yang
mengklasifikasikan 3 (tiga) massa batuan berbeda melalui pendekatan tiga langkah (three steps approach);
yaitu : Exposure Rock Mass (ERM), Reference Rock Mass (RRM) dan Slope Rock Mass (SRM). Hasil
analisis stabilitas lereng pada 18 lereng terpilih didapat probabilitas stabilitas lereng dengan klasifikasi
sangat rendah hingga sangat tinggi dengan nilai probabilitas kestabilan <0,5 sampai dengan >95, dimana
nilai probabilitas ini sangat dipengaruhi oleh parameter masa batuan seperti kekuatan batuan, diskontinuitas
dan tingkat pelapukan.

Kata Kunci: Stabilitas lereng; Diskontinuitas; Massa Batuan.

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


59
Wiratama INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

PENDAHULUAN
Wilayah Piyungan-Patuk yang secara
administratif termasuk kedalam wilayah provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta yang berdasarkan
pada faktor-faktor kondisi geologi dengan
morfologi perbukitan berada pada daerah yang
rawan tejadinya longsor dan gerakan tanah
(Sopheap & Karnawati, 2007). Berdasarkan
kondisi tersebut, ruas jalan raya yang melalui
wilayah Piyungan-Patuk, yang merupakan jalur
transportasi darat utama antara kota Yogyakarta
dan Kabupaten Gunungkidul, sangat rawan terkena
dampak longsor, yang selain mengancam dan
membahayakan keselamatan jiwa dan harta benda
penduduk sekitar maupun para pengguna jalan
raya, juga dapat menyebabkan terputusnya jalur
penghubung utama antara kota Yogyakarta dan
Kabupaten Gunungkidul sehingga akan
mengakibatkan terganggunya roda perekonomian
masyarakat sekitar. Oleh karena itu, mengingat
bahwa kejadian longsor merupakan manifestasi
dari keadaan lereng yang tidak stabil, maka
evaluasi stabilitas lereng pada jalur jalan raya
Piyungan-Patuk menjadi hal yang sangat penting Gambar 1. Lokasi penelitian.
sebagai upaya mitigasi bencana longsor dan
gerakan tanah pada kawasan tersebut. METODE PENELITIAN
Evaluasi kestabilan lereng batuan di lokasi
Pada penelitian ini dilakukan evaluasi
penelitian dilakukan dengan metode SSPC, yang
kestabilan lereng dengan metode Slope Stability merupakan sistem klasifikasi massa batuan untuk
Probability Classification (SSPC) pada lereng-
stabilitas lereng yang mengklasifikasikan 3 (tiga)
lereng terpilih di kawasan Piyungan-Patuk. SSPC
massa batuan berbeda melalui pendekatan tiga
merupakan pendekatan baru metode klasifikasi langkah (three steps approach); yaitu :
masa batuan yang secara langsung menghitung
probabilitas kestabilan suatu lereng berdasarkan 1. Exposure Rock Mass (ERM) atau massa batuan
parameter-parameter masa batuannya. SSPC telah tersingkap dikarakterisasikan dan dikoreksi
diterapkan untuk penilaian stabilitas lereng di berdasarkan pelapukan dan tipe penggaliannya.
berbagai daerah untuk berbagai keperluan 2. Reference Rock Mass (RRM) atau massa batuan
rekayasa, dan dihasilkan penilaian stabilitas lereng imajiner, yaitu kondisi massa batuan segar, tak
yang lebih baik dibandingkan sistem lainnya terganggu digunakan sebagai referensi koreksi
(Hack, 1998). dan parameter ERM
3. Slope Rock Mass (SRM) yaitu massa batuan
Lokasi Daerah Penelitian dimana terdapat lereng atau direncanakan
Lokasi daerah penelitian berada di wilayah dibuat lereng, dinilai berdasarkan parameter
Piyungan-Patuk yang secara administratif termasuk
turunan RRM dengan pertimbangan derajat
ke sebagian wilayah Kecamatan Piyungan, pelapukan dan metode penggalian.
Kabupaten Bantul dan wilayah Kecamatan Patuk,
Kabupaten Gunungkidul (Gambar 1). Ketiga tahapan tersebut digunakan pada
SSPC untuk perhitungan probabilitas kestabilan
lereng dengan diagram alir sebagai berikut
(Gambar 2)

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


60
Wiratama INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

Gambar 2. Diagram alir metode SSPC

PARAMETERISASI MASSA BATUAN paling penting untuk meng-estimasi stabilitas


lereng. Pada SSPC, IRS di-estimasi di lapangan
Dalam SSPC penilaian terhadap kondisi
menggunakan palu geologi standar (berat ±1kg)
kestabilan suatu lereng sangat dipengaruhi oleh
sesuai dengan klasifikasi British Standard
parameter-parameter massa batuan pembentuk
(BS5930, 1981).
lereng, sehingga penilaian terhadap parameter-
parameter massa batuan pembentuk lereng Diskontinuitas
dilakukan sebagai langkah awal untuk evaluasi Diskontinuitas (bidang perlapisan, kekar,
stabilitas lereng. Parameter-parameter dimaksud rekahan) dan kombinasinya dengan kuat geser
adalah: sepanjang bidang diskontinuitas menentukan
Weathering/Pelapukan (We) kemungkinan terjadinya pergerakan sepanjang
Dalam SSPC derajat pelapukan massa bidang diskontinuitas sehigga memiliki pengaruh
batuan pembentuk lereng dikarakterisasi mengikuti penting terhadap perilaku mekanik massa batuan
British Standard (BS5930, 1981). Hal yang perlu (Hack, 2002). Kuat geser diskontinuitas ditentukan
diperhatikan adalah bahwa pelapukan batuan oleh sliding criterion yang mengkonversi
pembentuk lereng sangat dipengaruhi oleh kondisi karakterisasi visual dan tactile (derajat kekasaran
lokal seperti misalnya posisi dan orientasi lereng berdasarkan sentuhan) kedalam apparent friction
serta pengaruh aktivitas di lingkungan sekitar. angle sepanjang bidang diskontinuitas sesuai
dengan referensi yang tersedia baik untuk skala
Intact Rock Strength (IRS) besar (Roughness large scale (Rl)) yang diukur
Intact Rock Strength atau kekuatan batuan pada bidang sepanjang ± 1 m, maupun skala kecil
utuh merupakan parameter yang paling utama dan

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


61
Wiratama INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

(Roughness small scale (Rs)) yang diukur pada DS = Discontinuity Spacing


bidang seluas ± 20 x 20 cm2. Ka = Karst
Keberadaan Infill material (Im) dan Karst
(Ka) sebagai material pengisi didalam dan Spacing parameters (SPA)
sepanjang diskontinuitas juga mempengaruhi kuat Perhitungan spacing factor untuk setiap set
geser masa batuan sehingga dikarakterisasi dan diskontinuitas didapat melalui persamaan:
diidentifikasi keberadaannya di lapangan. - Untuk massa batuan dengan 1 (satu) set
diskontinuitas:
Kondisi diskontinuitas (CD)
Factor1 = 0.45 + 0.246 * Log10x
Nilai faktor diskontinuitas (TC) didapat
Factor2 = Factor3 = 1
melalui persamaan
- Untuk massa batuan dengan 2 (dua) set
TC = Rl * Rs * Im *Ka (1) diskontinuitas:
TC = Discontinuity factor Factor1 = 0.38 + 0.259 * Log10xminimum
Rl = Roughness large scale Factor2 = 0.28 + 0.300 * Log10xmaximum
Rs = Roughness small scale Factor3 = 1
Im = Infill material - Untuk massa batuan dengan 3 (tiga) set
Ka = Karst diskontinuitas:
Sehingga kondisi diskontinuitas (CD) Factor1 = 0.30 + 0.259 * Log10xminimum
adalah: Factor2 = 0.20 + 0.296 * Log10xintermediate
Factor3 = 0.10 + 0.333 * Log10xmaximum
TC1 TC2
+ (x = jarak antar diskontinuitas dalam cm)
DS1 DS2
CD = 1 1 (2)
+ Selain dengan perhitungan melalui
DS1 DS2
persamaan diatas, spacing factor bisa didapat
TC = Discontinuity factor dengan cara memplot discontinuity spacing (cm)
CD = Condition of Discontinuity terhadap factor graph plot (Gambar 3)

1 discontinuity set
0.9

0.8

0.7 2 discontinuity sets


minimum spacing
maximum spacing 3 discontinuity sets
0.6 minimum spacing
factor

intermediate spacing
0.5 maximum spacing

factor1
0.4
factor3
0.3 factor2

0.2 bedding1
&
joint3 joint2
0.1
0.1 1 10 100 1000
discontinuity spacing (cm)

Gambar 3. Grafik plot spacing factor berdasarkan jarak set diskontinuitas.

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


62
Wiratama INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

Kemudian setelah didapat nilai faktor maksimum (Hmax) lereng dapat dihitung dengan
dilakukan perhitungan Spacing Parameter (SPA) persamaan:
dengan persamaan: sin (dipslope ) cos(mass)
Hmax = 1.6*10-4 cohmass
SPA = Factor1* Factor2 * Factor3 1- cos (dipslope - mass)
Friksi (mass) dan Kohesi (Cohmass) Massa Batuan HASIL PENELITIAN
Friksi dan kohesi massa batuan dapat Perhitungan klasifikasi masa batuan untuk
dihitung dengan mengoptimalkan kriteria penilaian stabilitas lereng dengan metode SSPC
keruntuhan Mohr-Coulomb dengan IRS, SPA dan dilakukan terhadap 18 lereng terpilih di lokasi
CD melalui persamaan: penelitian. Pemilihan lereng untuk perhitungan
Friksi = mass = 0.2417IRS + 52.12SPA + 5.779CD tersebut didasarkan kepada pertimbangan
aksesibilitas, variasi jenis liologi, serta
Kohesi = Cohmass = 94.27IRS+28629SPA+3593CD keterdapatan parameter-parameter pengukuran
dalam tubuh masa batuan pembentuk lereng.
Tinggi Lereng Maksimum (Hmax) Berikut disajikan peta lokasi pengukuran SSPC di
Dalam sistem SSPC, apabila dipslope ≤ mass, lokasi penelitian (Gambar 4)
maka tinggi lereng maksimum (Hmax) adalah tak
terhingga, tetapi apabila dipslope ≥ mass, maka tinggi

Gambar 4. Peta lokasi pengukuran SSPC

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


63
Wiratama INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

Pada tabel 1 berikut disajikan hasil karakterisasi pada lereng 7 yang berlokasi di Dukuh Plesedan,
lereng berdasarkan parameter-parameter masa Desa Srimulyo, Kecamatan Piyungan
batuan serta perhitungan probabilitas kestabilan

Tabel 1. Karakterisasi lereng 7


KARAKTERISASI LERENG
Lereng :7
Lokasi : Dukuh Plesedan, Desa Srimulyo, Kec. Piyungan
Koordinat UTM
- Easting : 442778.73 m
- Northing : 9133344.25 m
Litologi : Perselingan Batupasir Tufan-Batupasir halus
Strike/Dip Slope : N87oE/84o
Parameter Exposure
Method of Excavation (ME) Natural Slope 1.00
Degree of Weathering (WE) Slightly Weathered 0.95
Bongkah sekepalan tangan pecah
Intact Rock Strength (IRS) 50 MPa
dengan pukulan ringan (palu geologi)
Parameter Diskontinuitas
Tipe B1 J1
Dip Direction
100 303
(derajat)
Dip
9 81
(derajat)
Spacing
0.3 0.07
(m)
Persistence (Strike)
5 <5
(m)
Persistence (Dip)
>1 >0.05
(m)
Roughness large scale (Rl) 0.75 0.80
Roughness small scale (Rs) 0.65 0.90
Infill Material (Im) 1.00 0.85
Karst (Ka) 1.00 1.00

Gambar 5. Penilaian set diskontinuitas pada lereng 7

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


64
Wiratama INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

Tabel 2. Hasil perhitungan probabilitas kestabilan lereng 7

PROBABILITAS KESTABILAN LERENG

Nama: Lereng 7 Lokasi: Dukuh Plesedan

Parameter Lereng Faktor


Metode Penggalian/Pembentukan SME 1.00
Derajat Pelapukan SWE 0.95
Orientasi Strike N870E
Kemiringan Dip slope 840
Tinggi H 4.5 m
Kekuatan Batuan Pembentuk SIRS 50 Mpa
Jarak Antar Diskontinuitas SSPA 0.43
Kondisi Diskontinuitas SCD 0.58
Friksi (φ) SFRI 380
Kohesi SCOH 19107.2
Tinggi Maksimum Hmax 7.8 m
SFRI
Rasio Friksi terhadap Kemiringan 0.45
DipSlope

𝐻𝑀𝑎𝑥
Rasio Tinggi Maksimum terhadap Tinggi Lereng 1.73
𝐻𝑆𝑙𝑜𝑝𝑒

Probabilitas Kestabilan Lereng 95%

Hasil plot pada grafik (Gambar 6)


memperlihatkan bahwa probabilitas kestabilan
lereng 7 adalah sebesar 95% yang berarti peluang
untuk lereng tetap berada pada kondisi stabil adalah
sebesar 95% selama tidak ada perubahan terhadap
parameter-parameter masa batuan pembentuk
lereng.

Berikut disajikan dalam tabel hasil


perhitungan nilai-nilai faktor parameter dan nilai
probabilitas kestabilan terhadap 18 lereng terpilih
di daerah penelitian

Gambar 6. Grafik plot kestabilan lereng 7

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


65
INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

Tabel 3. Hasil perhitungan nilai faktor parameter dan probabilitas stabilitas lereng pada 18 lereng terpilih.

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


66
Wiratama
Wiratama

67
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
Gambar 7. Peta stabilitas lereng daerah penelitian berdasarkan nilai probabilitas SSPC.
INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
Wiratama INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

Berdasarkan hasil perhitungan nilai 4. Satu unit lereng memiliki klasifikasi


probabilitas kestabilan masing-masing lereng maka probabilitas kestabilan tinggi dengan nilai
probabilitas kestabilan dibagi menjadi lima probabilitas 0.95, yaitu lereng 7.
klasifikasi tingat kestabilan lereng yaitu sangat 5. Empat unit lereng memiliki klasifikasi
rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. probabilitas kestabilan sangat tinggi dengan
Berikut hasil klasifikasi kestabilan lereng disajikan nilai probabilitas >0.95, yaitu lereng 1, 6, 13 dan
dalam peta stabilitas lereng daerah penelitian 15.
(Gambar 7).
Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi
Lereng-lereng dengan probabilitas rendahnya probabilitas kestabilan lereng di daerah
kestabilan sangat rendah dan rendah utamanya penelitian adalah diskontinuitas, kekuatan batuan,
terbentuk pada tipe batuan piroklastik tuff dan derajat pelapukan batuan serta geometri lereng.
lapili dengan kondisi diskontinuitas yang rapat
serta tingkat pelapukan tinggi sehingga perlu Upaya perkuatan lereng perlu segera dilakukan
dilakukan upaya perkuatan lereng dengan terutama pada lereng dengan tingkat probabilitas
pembuatan dinding penahan (retaining wall) kestabilan sangat rendah dan rendah guna
menghindari terjadinya peristiwa longsor.
KESIMPULAN
Dari hasil analisis dan perhitungan metode SSPC DAFTAR PUSTAKA
terhadap 18 lereng terpilih di daerah penelitian Hack, H.R.G.K., 1998. Slope Stability Probability
didapat: Classification, SSPC, 2nd edition. ITC,
Enschede, The Netherlands. ISBN 90 6164 153
1. Empat unit lereng memiliki klasifikasi 3 258 pp.
probabilitas kestabilan sangat rendah dengan
nilai probabilitas < 0.1, yaitu lereng 3, 4, 8 dan Hack, R., Price, D., Rengers, N., 2003. A new
14. approach to rock slope stability probability
2. Empat unit lereng memiliki klasifikasi classifcation (SSPC). Bulletin of Engineering
probabilitas kestabilan rendah dengan nilai Geology and the Environment 62, 167–184.
probabilitas 0.1-0.35, yaitu lereng 5, 9, 12 dan
16. Sopheap, L., & Karnawati, I. D. (2007). Landslide
3. Lima unit lereng memiliki klasifikasi risk assessment at Piyungan-Patuk Area,
probabilitas kestabilan sedang dengan nilai Yogyakarta Special Province, Indonesia
probabilitas 0.35-0.6, yaitu lereng 2, 10, 11, 17 (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah
dan 18. Mada).

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


68
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
Volume 1, Nomor 1, 2018

PENAMBANGAN MARMER PADA PT. MAKASSAR MARMER


MULIAINDAH KABUPATEN MAROS

Juanita Rosalia Horman


Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Universitas Papua
Jl. Gunung Salju Amban Manokwari
Email: j.horman@unipa.ac.id

Abstract

Mining is the extraction of valuable minerals from the earth. Marble recovered by mining process. Marble
is usually used as a building material. PT. Makassar Marmer Muliaindah is a private company, that is
actively operating in marble mining in Indonesia. The mining system applied by PT. Makassar Marmer
Muliaindah is Open Pit System with Quarry method. Phases of mining activities conducted by PT.
Makassar Marmer Muliaindah include clearing, stripping, drilling, cutting, block splitting, block release,
block refinement, loading, hauling and stocking.

Keyword : Marble, mining, quarry

Abstrak

Penambangan adalah kegiatan yang dilakukan untuk membebaskan mineral berharga dari batuan induknya
untuk dimanfaatkan. Marmer berasal dari alam dan untuk memperolehnya harus melalui proses
penambangan. Marmer biasanya digunakan sebagai bahan bangunan. Salah satu perusahaan swasta di
Indonesia yang melakukan penambangan Marmer adalah PT. Makassar Marmer Muliaindah. Sistem
penambangan yang diterapkan oleh PT. Makassar Marmer Muliaindah adalah Sistem Tambang Terbuka
dengan Metode Quarry. PT. Makassar Marmer Muliaindah melakukan kegiatan penambangan secara
bertahap, dimulai dari pembersihan lokasi, pengupasan bagian atas marmer, pemboran, pemotongan batuan,
pembajian, pelepasan batuan, penyempurnaan blok, pemuatan, pengangkutan dan penumpukan hasil
penambangan.

Kata kunci : Marmer, penambangan, quarry

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


69
Horman INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

PENDAHULUAN menjadi empat metode, yaitu Open Pit/Cut Mine,


Pembangunan fisik dewasa ini berkembang Quarry, Stripe Mine, dan Alluvial Mine[2].
pesat seirama laju pembangunan di berbagai
bidang. Seiring dengan laju pembangunan fisik, Tahapan Kegiatan Penambangan
maka kebutuhan akan komoditas bahan tambang Secara umum kegiatan penambangan
juga meningkat, seperti marmer, batugamping, dilakukan secara bertahap, dimulai dari
sirtu, andesit, gipsum dan lain-lain. Masing-masing pembersihan daerah yang akan ditambang,
komoditas tersebut mempunyai kegunaan yang dilanjutkan dengan pengupasan tanah penutup,
berbeda. Khusus untuk marmer, biasanya kemudian kegiatan pengambilan endapan bahan
digunakan sebagai bahan dasar untuk lantai dan galian dari kulit bumi dan dibawa ke permukaan
dinding bangunan. Marmer berasal dari alam, bumi untuk dimanfaatkan[3].
merupakan jenis batuan metamorf yang berasal dari
batugamping yang terkena proses metamorfosa HASIL DAN PEMBAHASAN
kontak maupun regional[1]. Untuk membebaskan Sistem Penambangan
Marmer dari batuan induknya harus melalui proses Sistem penambangan yang diterapkan pada
penambangan. PT. Makassar Marmer Muliaindah adalah sistem
tambang terbuka, metode Quarry, tipe side hill,
Salah satu perusahaan swasta di Indonesia dengan jalan masuk langsung. Penambangan
yang melakukan penambangan Marmer adalah PT. dilakukan dengan membuat jenjang (bench).
Makassar Marmer Muliaindah, yang terletak di
Kelurahan Leang-Leang, Kecamatan Bantimurung, Berdasarkan kondisi lapangan maka pada
Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan. awal kegiatan penambangan jenjang yang dibentuk
belum beraturan karena sebagian besar batuan yang
PT. Makassar Marmer Muliaindah ditambang masih berupa bongkahan-bongkahan
memisahkan front penambangan menjadi Delapan besar, sehingga penambangan dimulai dari level
Induk. Front penambangan ini dipisahkan terendah yang selevel dengan jalan tambang.
berdasarkan tipe marmer dan ketinggian daerah
penambangan. Pembuatan jenjang diusahakan dapat
menjamin keleluasaan gerak alat-alat mekanis
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk dalam aktivitasnya sehingga produksi yang
menguraikan sistem dan proses penambangan dihasilkan bisa sesuai target, tanpa mengabaikan
marmer yang diterapkan pada PT. Makassar tinggi jenjang, lebar jenjang dan panjang jenjang
Marmer Muliaindah. serta penentuan lokasi yang akan ditambang.

METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode penelitian deskriptif. Penelitian ini
dilakukan pada PT. Makassar Marmer Muliaindah.
Pengambilan data dilakukan pada Induk III, berupa
data primer terkait metode penambangan yang
diterapkan, tahapan kegiatan penambangan dan
alat-alat penambangan yang digunakan.

DASAR TEORI
Gambar 1. Metode Quarry, Tipe Side Hill
Sistem Penambangan
Secara garis besar sistem penambangan
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu Tambang
Terbuka, Tambang Bawah Tanah dan Tambang
Bawah Air.

Tambang Terbuka merupakan sistem


penambangan yang segala aktivitasnya dilakukan
di atas atau relatif dekat dengan permukaan bumi,
dan tempat kerjanya berhubungan langsung dengan
udara luar. Berdasarkan jenis endapan yang
ditambang, sistem Tambang Terbuka terbagi Gambar 2. Jalan Masuk Langsung

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


70
Horman INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

digusur ke tempat yang berelief lebih rendah atau


daerah bebas penambangan.

Pemboran
Pemboran ini dimaksudkan untuk membuat lubang
ke dalam batuan marmer, baik vertikal maupun
horizontal. Lubang hasil pemboran ini berfungsi
sebagai jalur Cable Wire dari Diamond Wire
Sawing Marini.

Pemboran biasa digunakan pada tahap


pembongkaran dan pembentukan blok. Pemboran
dibagi menjadi dua bagian berdasarkan pada letak
Gambar 3. Front Penambangan bornya, yaitu pemboran vertikal dan pemboran
horisontal.
Tahapan Kegiatan Penambangan
Untuk memproduksi marmer, PT. Makassar Sebelum melakukan kegiatan pemboran
Marmer Muliaindah melakukannya secara terlebih dahulu diadakan quality control terhadap
bertahap, yaitu: batuan yang akan dibor. Gunanya untuk
menentukan panjang, tebal dan kedalaman batuan
Pembersihan lokasi yang akan dibor.
Pembersihan lokasi merupakan serangkaian
pekerjaan untuk membersihkan tempat kerja dari Pemboran yang dilakukan menurut arah dari
semak-semak dan pepohonan. Kegiatan ini dapat pemboran dibagi atas dua, yaitu:
dilakukan dengan menggunakan tenaga manusia
(manual) dan peralatan mekanis. Bor Horisontal
Langkah awal yang dilakukan dalam
Secara manual peralatan yang digunakan kegiatan penambangan marmer adalah kegiatan
adalah parang dan kapak. Sedangkan peralatan pemboran secara horisontal. Alat bor yang
mekanis yang digunakan adalah Excavator digunakan adalah Driller Marini. Pemboran yang
Komatsu PC 400. dilakukan bertujuan untuk membuat lubang
horisontal pada kedua sisi batuan sebagai jalan
Pemilihan peralatan ini disesuaikan dengan masuknya tali Diamond Wire Sawing Marini, cara
medan kerja dan diameter pepohonan yang akan kerja alat bor ini adalah menumbuk dan berputar.
ditebang serta semak belukar yang akan dibabat.
Langkah-langkah kerja pemboran horisontal
Pohon yang telah ditebang dan tumbang, dengan Driller Marini yaitu:
selanjutnya akan disingkirkan ke tempat yang a. Mempersiapkan tempat kerja yang datar dan
relatif rendah atau lereng bukit. Bagian pohon yang cukup leluasa untuk menyetel posisi alat bor, hal
tidak dapat disingkirkan oleh tenaga manusia akan ini sangat besar pengaruhnya terhadap posisi
disingkirkan dengan menggunakan Excavator lubang bor horisontal agar tetap lurus dan stabil
Komatsu PC 400. apabila pada penyetelan lubang bor terdapat
kesalahan maka kemungkinan besar lubang
Pengupasan bagian atas marmer yang akan dibuat menjadi miring, biasanya
Kegiatan pengupasan bagian atas permukaan untuk menyetel kemiringan lubang bor
marmer dilakukan dengan cara pemotongan digunakan waterpass.
menggunakan mesin Diamond Wire Sawing b. Agar alat bor tidak bergeser pada waktu
Marini, kemudian digusur dengan Excavator pemboran, maka dipasang angker pada bagian
Komatsu PC 400. Kegiatan ini dilakukan secara kiri dan kanan alat bor dan pada bagian sisi
bertahap dan disesuaikan dengan medan kerja dan batuan yang dibor.
kemajuan tambang. Hal ini dilakukan untuk c. Setelah itu mata bor dipasang pada batuan yang
mendapatkan permuka kerja yang lebih baik akan dibor. Pemasangan selang udara dan
sehingga dalam proses pengeboran dan menghubungkan listrik pada dinamo mesin bor.
pemotongan dapat berjalan dengan lancar tanpa ada Jika pemasangan selang udara sudah siap maka
hambatan yang diakibatkan oleh medan kerja. pemboran dimulai.
Tebal bagian atas marmer yang akan dikupas rata-
rata 3-5 meter, dan hasil dari pengupasan ini akan
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
71
Horman INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

d. Mesin bor Driller Marini dijalankan oleh dua ujungnya dipasang empat buah angker. Dapat
orang, satu orang di bagian control panel dan digunakan pada pemboran horisontal dan vertikal.
satu orang membantu memasang dan membuka
batang bor serta menjaga jika terjadi hambatan. Tujuan pemboran ini adalah untuk membuat
lubang tempat memasang alat pancir dengan pola
sejajar, alat ini dapat dioperasikan oleh satu orang
operator dan digerakan oleh tekanan udara. Sistem
kerja alat ini adalah tumbuk dan berputar.

Langkah kerja alat Sphericall Drill yaitu:


a. Sebelum alat Sphericall Drill Marini
ditempatkan di blok marmer, terlebih dahulu
dilakukan pemeriksaan terhadap kondisi fisik
blok berdasarkan tipe batuan oleh quality
kontrol.
b. Selanjutnya alat Sphericall Drill Marini tersebut
diatur posisinya sesuai dengan arah garis yang
telah ditentukan pada blok marmer, kemudian
pada kedua ujung Sphericall Drill dipasang
angker untuk menahan rel agar tidak bergeser di
saat pemboran berlangsung.
c. Kemudian selang udara (hose) dipasang pada
Gambar 4. Driller bagian panel kontrol dan batang bor. Setelah
semuanya sudah disiapkan, maka pemboran
Bor Vertikal mulai dilaksanakan.
Pemboran vertikal dilakukan setelah d. Setelah lubang bor pertama selesai dilanjutkan
pembongkaran blok marmer dari batuan induknya dengan pemboran lubang berikutnya dengan
(segmen), dimana blok marmer tersebut sudah di cara memutar tangkai penggerak pada mesin bor
potong secara horisontal dan vertikal dengan dengan jarak 5 – 10 cm dengan tujuan
menggunakan Diamond Wire Sawing Marini. mendapatkan lubang rapat supaya waktu
pembajian mendapat retakan yang lurus.

Rock Drill (RHD) Toyo 85


RHD Toyo 85 adalah alat bor yang dipakai
pada pemboran vertikal dan horisontal dengan
tingkat produksi yang rendah, karena dalam
pengoperasiannya tergantung dari kecakapan,
keuletan dan kemampuan operator.

Tujuan pemboran ini adalah untuk membuat


lubang vertikal pada blok marmer. Alat ini
dioperasikan oleh satu orang operator dengan
sistem kerja berputar dan menumbuk dan digerakan
oleh tekanan udara.

Langkah kerja alat bor RHD Toyo 85:


a. Blok yang akan dibor dibersihkan dan diberi
garis lurus.
Gambar 5. Sphericall Drill b. Pada lengan bor RHD Toyo 85 dipasang selang
udara (hose) dan batang bor pertama dengan
Alat-alat bor yang digunakan sebagai berikut: panjang 80 cm (termasuk panjang bit).
c. Kemudian pemboran dimulai dengan
Sphericall Drill Marini memegang tangkai bor RHD Toyo 85 sambil
Sphericall Drill Marini adalah alat bor yang menahan ujung bawah batang bor kedua yang
praktis dan mudah dalam pengoperasiannya, panjangnya 160 cm sampai tembus pada dasar
karena alat ini mempunyai rel dan pada kedua blok marmer yang dibor.

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


72
Horman INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

Gambar 6. Sketsa Pemboran Dengan Driller dan Spherical

Pemotongan batuan
Pemotongan batuan merupakan kegiatan
yang dimaksudkan untuk mendapatkan blok-blok
marmer. Alat pemotong batuan yang digunakan
adalah Diamond Wire Sawing dan Chain Saw.

Gambar 8. Chain Saw

Diamond Wire Sawing


Bagian-bagian utama dari diamond wire adalah:

1. Mesin Diamond Wire


Berfungsi sebagai tempat pemasangan
Gambar 7. Diamond Wire Sawing Diamond Wire yang dilengkapi dengan roda gaya
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
73
Horman INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

untuk perputaran kabel yang ditambatkan pada debu-debu hasil pemotongan dapat diencerkan
batuan. Mesin diletakkan di atas landasan yang sehingga tingkat polusi dapat diperkecil.
kuat berupa rel untuk bergerak maju mundurnya
mesin tersebut. Alat ini dapat memotong blok dengan dua
arah yaitu horisontal dan vertikal. Pemotongan
Mesin Diamond Wire mempunyai dua blok marmer dengan diamond wire mempunyai dua
gerakan dasar yaitu: fungsi yaitu:

a. Gerakan Body a. Pemotongan untuk melepaskan dari batuan


Gerakan body adalah gerakan sepanjang induk.
jalur rel yang ada dengan cara maju dan mundur. b. Pemotongan untuk penyempurnaan blok.
Gerakan body maju yaitu gerakan mendekat ke arah
batu yang dipotong yang biasanya dilakukan pada Pemotongan dengan menggunakan Diamond
saat memotong/ memendekkan tali kawat intan. Wire Sawing Marini bertujuan untuk melepaskan
Sedangkan gerakan mundur yaitu gerakan menjauh batuan dari batuan induknya membutuhkan waktu
dari batuan yang dipotong. yang cukup lama pada saat persiapan,
penyambungan kawat intan (sling wire) dan tempat
b. Gerakan Pully untuk mendudukkan alat.
Gerakan pulley yaitu gerakan untuk memutar
Diamond Wire yang telah dihubungkan dengan Langkah-langkah persiapan pemotongan
pully secara terus menerus, kecepatan yaitu:
perputarannya tergantung dari penyetelan alat
tombol pengatur dan gaya gesek yang terjadi antara a. Pada salah satu batuan induk yang akan
mata gergaji dengan batuan yang di potong. dibongkar pada pemboran horisontal,
dimasukkan ujung kawat intan (sling wire) dan
2. Control Panel ditarik hingga menembus batuan pada sisi yang
Bagian-bagian pengendali pada papan satunya dengan menggunakan batuan sepasang
kontrol ini berupa tombol-tombol dan tanda besi pengait kawat yang panjangnya melebihi
peringatan yang berfungsi sebagai motor dari panjang lubang.
penggerak dan pengendali mesin pemotong batuan. b. Setelah kedua ujung kawat khusus tadi
disambungkan dengan cara klem atau pres yang
Sebelum Diamond Wire Sawing Marini di bantu alat khusus penyambung kawat
dipasang terlebih dahulu disiapkan lubang lewat Diamond Wire (handy press).
wire dan menyiapkan landasan kerja yang rata agar c. Jika kedua ujung kawat tadi telah tersambung,
mesin penggerak Diamond Wire Sawing Marini maka kawat tersebut kemudian dipasang pada
dapat bergerak dengan baik. Diamond Wire Sawing roda mesin (pully diamond wire) pada bagian
Marini yang akan dipasang, terlebih dahulu kedua depan dan selanjutnya alat pemotong siap untuk
ujungnya disambung, lalu dijepit dengan alat dioperasikan.
penjepit (handy press), pendorong dapat dilakukan
dengan arah horizontal dan vertikal. Langkah-langkah pemotongan untuk
penyempurnaan blok yaitu:
Sebelum pemotongan dimulai terlebih
dahulu Diamond Wire Sawing Marini dimasukkan a. Mempersiapkan landasan kerja yang datar
ke dalam roda (wheel), kemudian selang air untuk menempatkan rel diamond wire
ditempatkan pada posisi perputaran Diamond Wire mengarah pada salah satu sisi batu marmer yang
Sawing Marini (pully diamond wire) yang gunanya akan di potong.
untuk menggelindingkan dan mengencerkan debu- b. Kemudian untuk menempatkan posisi blok yang
debu hasil pemotongan sekaligus sebagai akan dipotong digunakan Excavator.
pelumasan bit untuk optimalisasi kualitas c. Kemudian dilanjutkan dengan pemasangan
pemotongan. panel listrik serta penempatan panel kontrol
pada jarak 10 m dari mesin diamond wire.
Pada sistem pemotongan ini yang perlu d. Tali gergaji intan dikalungkan pada batu yang
diperhatikan menjaga kuantitas penyemprotan air akan dibuat blok dan tali gergaji intan
saat pemotongan langsung serta mengatur dimasukkan ke dalam roda penggerak (pulley).
kecepatan potong Diamond Wire Sawing Marini
untuk mencegah kemungkinan putusnya wire dan

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


74
Horman INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

e. Sebelum dijalankan terlebih dahulu membidik rantai chain saw yang gunanya untuk
posisi alat terhadap batu marmer yang akan menggelindingkan dan mengencerkan debu-debu
dipotong agar membentuk garis lurus. hasil pemotongan sekaligus sebagai pelumasan
f. Selang air pembilas dipasang pada tempat mata widya untuk optimalisasi kualitas
lewatnya tali gergaji pada saat operasi, biasanya pemotongan.
air yang dibutuhkan pada saat pemotongan
dikondisikan dengan luas yang akan di potong. Selama proses pemotongan berlangsung
yang perlu diperhatikan adalah menjaga kuantitas
Chain Saw penyemprotan air saat pemotongan langsung serta
Pada proses pemotongan segmen mengatur kecepatan potong chain saw untuk
mengggunakan chain saw terlebih dahulu mencegah kemungkinan putusnya rantai chain saw
disiapkan landasan kerja yang rata agar rel dan dan debu-debu hasil pemotongan dapat diencerkan
mesin penggerak chain saw dapat bergerak dengan sehingga tingkat polusi dapat diperkecil. Selain itu
baik. Chain Saw yang akan digunakan terlebih juga perlu diperhatikan kondisi mata widya dan
dahulu dipasang bar (tempat rantai dan mata widya jumlah grease yang digunakan.
dipasang).
Chain saw khusus digunakan untuk
Sebelum pemotongan dimulai terlebih pemotongan segmen, bukan untuk penyempurnaan
dahulu bar chain saw diturunkan secara perlahan- blok. Alat ini dapat memotong blok dengan dua
lahan dengan memperhitungkan kedalaman dan arah yaitu horisontal dan vertikal.
arah pemotongan yang diinginkan, kemudian
selang air ditempatkan pada posisi perputaran

Gambar 9. Sketsa Pemotongan Batuan Dengan Diamond Wire

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


75
Horman INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

Kegiatan pembajian/pemanciran untuk blok marmer yang berdimensi besar yang


Kegiatan pembajian/pemanciran dimaksud tidak dapat dilepaskan dengan menggunakan
untuk membuat retakan pada permukaan blok Excavator, maka harus dilakukan dengan
marmer yang sudah dibor secara vertikal dengan menggunakan Hydrolick Jack Bull.
pola sejajar dan jarak lubang bor 5 cm – 10 cm. Alat
yang digunakan adalah pancir yang terbuat dari
besi yang berbentuk pipih dengan ukuran panjang
60 cm dan 40 cm serta dibantu dengan palu besi
yang beratnya 10 kg.

Langkah kerja Pembajian/Pemanciran antara


lain:

a. Pancir dipasang pada masing-masing lubang


yang tersedia atau dengan cara memberi antara
satu lubang bor.
b. Setelah pancir dipasang teratur, maka
dilanjutkan dengan cara memukul satu persatu
secara berurutan.
c. Cara melakukan pemukulan atau penetrasi
dimulai dari bagian tengah blok marmer
kemudian bergeser ke arah pinggir, yang pada
akhirnya sedikit demi sedikit batu marmer akan
retak dengan mengikuti arah deretan lubang bor.
d. Selanjutnya blok yang sudah dipancir
dipisahkan dengan menggunakan bucket dari Gambar 11. Sketsa Pelepasan Blok Marmer
Excavator. Penyempurnaan blok
e. Hasil dari pembajian ini akan ditampung pada Tahap ini dilakukan apabila setelah tahap
stock pile dan selanjutnya dapat diangkut ke pembentukan blok masih terdapat marmer yang
pabrik untuk diolah lebih lanjut. keropos ataupun pada sudut marmer ada yang
retak/pecah. Alat yang digunakan adalah Diamond
Wire Pola Marini.
Pemuatan
Pemuatan adalah kegiatan yang bertujuan
untuk memindahkan blok marmer dari front
penambangan ke stock pile sementara di Quarry.
Kegiatan pemuatan dilakukan dengan
menggunakan alat Derrick Crane Gianco Mini
Italia, memiliki kemampuan maksimum 30 ton
dengan panjang boom 60 m dan sudut putar
maksimum 1200.

Kegiatan pemuatan terbagi menjadi dua


bagian, yaitu:

a. Menurunkan blok marmer dari lokasi


Gambar 10. Sketsa Pembajian/Pemanciran penambangan ke stock pile sementara di
Quarry.
Pelepasan batuan b. Pemuatan blok marmer ke Dump truck.
Kegiatan pelepasan batuan bertujuan untuk Pengangkutan
memisahkan atau mendorong blok marmer yang
telah selesai dipotong. Pelepasan block marmer Pengangkutan adalah kegiatan untuk
dari batuan induk dapat dilakukan dengan memindahkan blok marmer dari stock pile
menggunakan Excavator Komatsu PC 400. Tapi sementara di Quarry ke stock pile di lokasi

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


76
Horman INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

pengolahan. Kegiatan pengangkutan dilakukan Penumpukan hasil penambangan (Stocking)


dengan menggunakan Dump truck Nissan CW 340. Alat yang digunakan dalam kegiatan
penumpukan hasil penambangan yang telah
Kondisi jalan angkut dari front diangkut oleh Dump Truck adalah Mobile Crane
penambangan ke stock pile mempunyai kemiringan Cobelco 02 berkapasitas 45 ton.
rata-rata 0 – 15 %, dengan jarak ± 2.200
meter, lebar jalan angkut 3 – 5 meter, sehingga Pada tahap ini, Mobile Crane mengambil
tidak memungkinkan Dump truck berpapasan saat blok marmer dari Dump Truck dan selanjutnya
melakukan kegiatan pengangkutan. menumpuk blok marmer secara baik dan teratur
pada lokasi stock pile. Mobile Crane ini pula yang
Kondisi permukaan jalan angkut pada digunakan untuk memuat blok marmer ke Dump
musim hujan umumnya berlumpur (becek) dan Truck untuk pemasaran.
licin, sedangkan pada musim kemarau kondisi jalan
berdebu, tentunya kondisi ini akan berpengaruh Secara keseluruhan tahapan penambangan
terhadap pengemudi sehingga berdampak terhadap marmer PT. Makassar Marmer Muliaindah dapat
efisiensi kerja alat angkut, untuk itu jalan angkut dilihat pada Gambar 12.
perlu disiram secara berkala pada musim kemarau.

PEMBERSIHAN LOKASI

MANUAL MEKANIS
Parang dan kapak Excavator

PEMBORAN PENGUPASAN BAGIAN ATAS MARMER


1. Driller dan Rock Hand Drill 1. Diamond Wire Sawing
2. Sphericall Drill 2. Excavator

PEMOTONGAN BATUAN
1. Diamond Wire Sawing PEMBAJIAN
2. Chain Saw Pancir

PELEPASAN BATUAN
1. Excavator
2. Hydrolick Jack Bull

PENYEMPURNAAN BLOK
Diamond Wire Pola

PEMUATAN
Derrick Crane

PENGANGKUTAN
Dump Truck

STOCKING
Mobile Crane

Pengolahan Blok Penjualan Blok

Gambar 12. Diagram Alir Tahapan Penambangan Marmer PT. Makassar Marmer Muliaindah

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


77
Horman INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA


Sistem penambangan yang diterapkan pada Irwandy Arif, Tambang Terbuka, ITB, Bandung,
PT. Makassar Marmer Muliaindah adalah sistem 1996. [2]
tambang terbuka, metode Quarry, tipe side hill,
dengan jalan masuk langsung. Partanto Prodjosumarto, Tambang Terbuka, ITB,
Bandung, 1996.[3]
PT. Makassar Marmer Muliaindah
melakukan kegiatan penambangan secara bertahap, Sukandarrumidi, Bahan Galian Industri, Gadjah
dimulai dari pembersihan lokasi, pengupasan Mada University Press, Yogyakarta, 1998. [1]
bagian atas marmer, pemboran, pemotongan
batuan, pembajian, pelepasan batuan,
penyempurnaan blok, pemuatan, pengangkutan dan
penumpukan hasil penambangan.

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


78
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
Volume 1, Nomor 1, 2018

MORFOLOGI ABU LIMBAH PENGOLAHAN KAYU SEBAGAI


BAHAN DASAR GEOPOLIMER UNTUK MATERIAL
PENYANGGA TAMBANG BAWAH TANAH

Jance Murdjani Supit


Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Universitas Papua
Jl. Gunung Salju Amban Manokwari
Email: j.supit@unipa.ac.id

Abstract

Geopolymer is made from materials that are both natural polozan and artificial pozolan. Pozolan materials
contain silica (SiO2) and alumina (Al2O3). Both of these compounds can be found as natural materials (such
as metakaolin, and volcanic material), as well as waste (eg fly ash, husk ash). The potential of forest
products in the form of wood in Papua, especially Manokwari Regency, is very abundant, as well as its
utilization efforts. The processing or utilization of wood results in the solid waste in the form of pieces,
leftovers and wood sawdust. This study aims to explain the geopolymer morphology of wood processing
waste ash in Manokwari, from which it can be used as buffer material. By using SEM-EDX in the analysis,
the results showed that the size of ash grain of wood processing waste was ≤100 µm (from Merbau wood
or mixed wood). The elements contained in the ashes of merbau wood waste consist of O, Ca, C, Si, K, Mg,
Al, Cu, Fe, and S. Meanwhile, mixed wood waste ash contains O, Ca, C, Si, K, Mg, Al, Fe, Na, and S. Wood
processing waste in Manokwari Regency has the potential to be used as the basis for making geopolymer
because it dominantly contains Si and Al elements.
Keyword: Morphology, Geopolymer, Wood waste ash

Abstrak

Geopolimer terbuat dari material bersifat pozolan baik dari alam maupun pozolan buatan. Material bersifat
pozolan mengandung silica (SiO2) dan alumina (Al2O3). Kedua senyawa ini dapat ditemukan sebagai
material alam (seperti metakaolin, dan material vulkanik), maupun sebagai limbah (contonya fly ash, abu
sekam). Potensi hasil hutan berupa kayu di Papua khususnya Kabupaten Manokwari sangat melimpah
demikian pula pemanfaatannya. Pengolahan/pemanfaatan kayu menghasilkan limbah padat baik berupa
potongan-potongan, sisa sekapan maupun serbuk gergajian kayu. Penelitian ini bertujuan untuk
menjelaskan morfologi geopolimer dari abu limbah pengolahan kayu yang terdapat di Manokwari untuk
dijadikan material penyangga. Analisis menggunakan SEM-EDX, hasil penelitian menunjukkan ukuran
butir abu limbah pengolahan kayu ≤100 µm (kayu Merbau maupun kayu campuran). Unsur yang
terkandung dalam abu limbah kayu merbau terdiri dari O, Ca, C, Si, K, Mg, Al, Cu, Fe, dan S. Sedangkan
abu limbah kayu campuran mengandung O, Ca, C, Si, K, Mg, Al, Fe, Na, dan S. Limbah pengolahan kayu
di Kabupaten Manokwari berpotensi dijadikan bahan dasar pembuatan geopolimer karena mengandung
unsur Si dan Al yang dominan.

Kata kunci: Morfologi, Geopolimer, Abu Limbah kayu.

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


79
Supit INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

PENDAHULUAN pengolahan kayu Merbau dapat dijadikan sebagai


Geopolimer merupakan senyawa material penyangga karena memiliki ukuran butir
aluminosilikat yang pertama kali ditemukan oleh yang halus (≤100 µm). Unsur yang mendominasi
Joseph Davidovits pada tahun 1978 (Davidovits, (berturut-turut berdasarkan % massa) adalah
1994). Geopolimer terbuat dari material bersifat pozolan sebagai berikut: O, Ca, C, Si, K, Mg, Al, Cu, Fe,
baik dari alam maupun pozolan buatan. Material bersifat dan S.
pozolan mengandung silica (SiO2) dan alumina (Al2O3)
(Davidovits, 2008). Berdasarkan penelitian yang Gambar 2 menunjukkan bahwa abu limbah
telah ada berbagai mineral alam yang mengandung pengolahan Kayu Campuran tersusun oleh material
Al dan Si, limbah maupun terak dapat dimanfaatkan dengan ukuran butir ≤100 µm, dengan unrur yang
sebagai sumber bahan baku geopolimer (Xu dan terkandung di dalamnya, antara lain: C, O, Na, Mg,
Van Deventer, 2000). Geopolimer atau disebut juga Al, Si, S, K, Ca, dan Fe.
geopolimer anorganik, berkembang sebagai
material teknik yang penting dalam industri bahan Berdasarkan hasil pengujian limbah kayu
konstruksi yang berwawasan lingkungan (Duxson, merbau diketahui bahwa material abu limbah
dkk. 2007). Potensi hasil hutan berupa kayu di pengolahan Kayu Campuran dapat dijadikan
Papua khususnya Kabupaten Manokwari sangat sebagai material penyangga karena memiliki
melimpah demikian pula pemanfaatannya. ukuran butir yang halus (≤100 µm). Unsur yang
Pengolahan/pemanfaatan kayu menghasilkan mendominasi (berturut-turut berdasarkan % massa)
limbah padat baik berupa potongan-potongan, sisa adalah sebagai berikut: O, Ca, C, Si, K, Mg, Al, Fe,
sekapan maupun serbuk gergajian. Na, dan S.

Untuk dapat dimanfaatkan sebagai bahan Pembahasan


dasar pembuatan geopolimer limbah pengolahan Hasil pengujian pada kedua sampel uji
kayu terlebih dahulu dipreparasi dengan cara menunjukkan bahwa abu limbah pengolahan kayu,
dibakar untuk mengubahnya menjadi abu. baik kayu Merbau maupun Campuran, dapat
dijadikan bahan dasar Geopolimer karena memiliki
Tujuan penelitian ini, untuk menjelaskan ukuran butir yang halus (≤100 µm) dan
karakteristik morfologi geopolimer dari abu limbah mengandung unsur Si dan Al yang cukup dominan.
pengolahan kayu yang terdapat di Manokwari guna
dijadikan bahan dasar geopolimer. Komposisi unsur dominan dalam kedua
sampel memiliki kemiripan. Sedikit perbedaan
METODE PENELITIAN dengan adanya unsur Cu pada kayu Merbau yang
Penelitian ini merupakan penelitian tidak terdapat pada kayu Campuran, dan adanya
deskriptif. Material uji berasal dari Kabupaten unsur Na pada kayu Campuran yang tidak terdapat
Manokwari Provinsi Papua Barat, sedangkan pada kayu Merbau membutuhkan penelitian lebih
pengujian dilakukan di laboratorium PPLH UGM lanjut.
menggunakan SEM-EDX.
KESIMPULAN
Pengujian dilakukan terhadap dua sampel 1. Secara morfologi abu kayu, baik dri limbah
abu limbah pengolahan kayu, yaitu limbah pengolahan kayu Merbau maupun kayu
pengolahan kayu Merbau dan kayu campuran kampuran dapat dijadikan bahan dasar
Geopolimer, karena memiliki ukuran butir yang
HASIL DAN PEMBAHASAN halus dan memiliki kandungan unsur Si dan Al
Hasil sebagai untur utama pembentuk geopolimer.
Hasil pengujian terhadap limbah pengolahan 2. Limbah pengolahan kayu yang terdapat di
kayu tampak seperti pada gambar 1 dan gambar 2. Kabupaten Manokwari berpotensi untuk
dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan
Gambar 1 menunjukkan bahwa abu limbah geopolimer.
pengolahan Kayu Merbau tersusun oleh material
dengan ukuran butir ≤100 µm, dengan unsur yang
terkandung di dalamnya, antara lain C, O, Mg, Al,
Si, S, K, Ca, Fe dan Cu.

Berdasarkan hasil pengujian limbah kayu


merbau diketahui bahwa material abu limbah
Supit INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

Gambar 1. Hasil pengujian dari limbah kayu Merbau


Supit INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

Gambar 2. Hasil pengujian dari limbah kayu campuran


Supit INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

DAFTAR PUSTAKA Xu, H., Van Deventer, J.S.J., 2000. The


Davidovits, J., 1994. Geopolymers: Inorganic geopolymerisation of alumino-silicate-minerals.
Polymeric New Materials. Journal of Materials International Journal of Mineral Processing 59:
Engineering 16: 91-139. 247–266PP No. 9.

Davidovits, J., 2008, Geopolymer: Chemistry and


Applications, Perancis: Geopolymer Institute.

Duxson, P., Provis, J.L., Lukey., G. C., van


Deventer, J.S.J. 2007. The role of inorganic
polymer technology in the development of ‘green
concrete’ Cement and Concrete Research 37:
1590–1597.
PETUNJUK PENULISAN INTAN
JURNAL PENELITIAN TAMBANG
(CENTER, TIMES NEW ROMAN 16, BOLD)

Penulis 11), Penulis 22), Penulis 33)


1), 3)
Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Universitas Papua
2)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Papua
1), 2), 3)
Jl. Gunung Salju Amban Manokwari
Email: 1)penulis01@unipa.ac.id, 2)penulis02@unipa.ac.id, 3)penulis03@unipa.ac.id

Abstract

Abstract title is written with Times News Roman style (11 pt and bold) and centered format. The distance
between abstract with Author address is 2 spaces (11 pt). the body text of abstract was written italic style
(11 pt) amounts 150-200 words, with left margin and right margin 25 mm and 20 mm from edge. Key words
written under the abstract text arranged in alphabetical order and separated by a semicolon. Title keywords
written with regular format with 11 pt bold font while the key words in italics (italic). Abstract was written
in English and Indonesian, if article was written in Indonesian. If article was written in English, abstract
was written in English. The titles article was written before the contents of the abstract format Bold UPPER
CASE.
Keywords: abstract; keyword; tittle; writing guidelines

Abstrak

Judul abstrak ditulis dengan huruf Times New Roman rata tengah dengan format 11 pt bold. Jarak antara
judul abstrak dengan nama lembaga adalah 2 spasi (11 pt). Jarak antara teks abstrak dengan judul abstrak
adalah 1 spasi (11 pt). Abstrak ditulis dengan huruf miring (Italic) sepanjang 150-200 kata, dengan margin
kiri 25 mm dan margin kanan 20 mm. Abstrak ditulis dengan format satu kolom. Kata kunci ditulis di
bawah teks abstrak, disusun urut abjad dan dipisahkan oleh tanda titik koma. Judul kata kunci ditulis dengan
format regular dengan font 11 pt bold. Abstrak ditulis dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, jika
artikel berbahasa Indonesia. Jika artikel berbahasa inggris maka abstrak cukup ditulis dengan bahasa Inggris
saja. Judul dalam abstrak ditulis sebelum isi abstrak dengan format UPPER CASE Bold.
Kata kunci: abstrak; kata kunci; judul; petunjuk penulisan
PENDAHULUAN dalam program MS Word dengan jenis huruf Times
INTAN Jurnal Penelitian Tambang New Roman dengan font 11 pt, 1 spasi dan dalam
diterbitkan sejak 2018 dengan frekuensi 2 (dua) format dua kolom. Setiap artikel terdiri atas
kali setahun setiap bulan Mei dan November. maksimum 15 halaman (termasuk gambar dan
INTAN Jurnal Penelitian Tambang dicetak dari tabel) dan ditulis justified. Penulisan paragraf di
artikel-artikel yang dikirim ke Redaksi INTAN tepi kiri baris dengan jarak peralihan paragraf baru
Jurnal Penelitian Tambang setelah melalui proses 10 pt (awal paragraf menjorok ke dalam).
review oleh Dewan Redaksi dan/atau Mitra
Sub judul ditulis dengan huruf tebal dengan
Bebestari. Setiap artikel yang dikirimkan harus
format UPPER CASE dan disusun rata kiri tanpa
terbebas dari unsur plagiarsm maupun
nomor dan garis bawah. Sub sub judul ditulis
autoplagiarsm.
dengan huruf tebal dengan format Title Case dan
INTAN Jurnal Penelitian Tambang sebagai disusun rata kiri tanpa nomor dan garis bawah. Sub
jurnal nasional dikembangkan dengan sistem sub sub judul ditulis dengan huruf tebal dengan
pengelolaan secara online. Proses submitted format Sentence case dan disusun rata kiri tanpa
/pendaftaran artikel dan proses telaah artikel nomor dan garis bawah.
dikerjakan secara online. HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar dan Tabel
Artikel dapat ditulis dalam bahasa Inggris Gambar dan Tabel diletakkan di dalam
atau bahasa Indonesia yang baik dan benar. Artikel kelompok teks dan diberi keterangan. Gambar dan
dapat berupa hasil-hasil penelitian, kajian pustaka, tabel diikuti dengan judul gambar yang diletakkan
maupun analisis serta pemecahan permasalahan di bawah gambar yang bersangkutan dan judul
yang relevan dengan bidang ilmu teknik tabel yang diletakkan di atas tabel yang
pertambangan, yang belum pernah dipublikasikan bersangkutan. Judul gambar dan judul tabel diberi
dalam media publikasi lainnya. nomor urut. Gambar dijamin dapat tercetak dengan
METODE PENULISAN jelas walaupun diperkecil sampai 50%. Gambar
atau diagram/skema sebaiknya diletakkan di antara
Petunjuk Umum
Artikel harus ditulis pada kertas HVS ukuran kelompok teks. Gambar tidak dibingkai. Untuk
A4 (210 x 297 mm). Artikel ditulis tanpa nomor gambar atau grafik yang berwarna, mohon
halaman dan disusun dengan urut-urutan topik dikirimkan softfile bersamaan dengan file tulisan
bahasan: Pendahuluan, Metode Penelitian Hasil jika ingin dicetak berwarna. Tabel yang
dan Pembahasan, Kesimpulan, Ucapan Terima ditampilkan tanpa garis vertikal, sedangkan garis
Kasih (kalau ada), Daftar Notasi (jika ada) dan horisontal hanya ditampilkan 3 garis horisontal
Daftar Pustaka. Abstrak dan Judul ditulis dalam 2 utama yaitu 2 garis horisontal untuk item judul
kolom dan garis penutup dari baris paling bawah.
(dua) bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa
Inggris.
Petunjuk Penulisan
Artikel diawali dengan judul artikel dengan
font 16 pt bold format UPPER CASE. Nama
penulis ditulis di bawah judul dengan format Title
Case font 12 pt bold. Nama penulis ditulis lengkap
tanpa gelar akademik. Nama lembaga (institusi
asal, alamat dan e-mail) ditulis di bawah nama
penulis dengan huruf Times New Roman dengan
format Title Case, 11 pt. Judul artikel, nama penulis
dan nama lembaga ditulis rata tengah. Jarak antara
judul dengan nama penulis adalah 2 spasi (10 pt)
Gambar 1. Yield glukosa dengan suhu yang
dan jarak antara nama penulis dengan nama
berbeda untuk powder biomassa yang tetap 5 g/L,
lembaga adalah 1 spasi (10 pt)
pada konsentrasi enzim 30% dan pH 4,5
Isi artikel ditulis dengan format margin kiri
25 mm, margin kanan 20 mm, margin bawah 20
mm dan margin atas 20 mm. Jarak header dari tepi
kertas adalah 15 mm, dan jarak footer dari tepi
kertas (edge) adalah 12,5 mm. Artikel diketik
Tabel 1. Komposisi mikroalga spesies Tetraselmis Jika penulis tidak segera memperbaiki artikelnya,
chuii maka pada saat mengirimkan artikel akan dianggap
Komposisi sebagai pendaftaran baru (New Submission).
Komponen
(%w/w) Redaksi berhak menolak artikel yang dikirim
apabila tidak relevan dengan bidang teknik
α-sellulosa 47,2 %
pertambangan, tidak up to date atau sudah pernah
Hemisellulosa 35,5%
dipublikasikan dalam majalah ilmiah lainnya.
HWS 17%
DAFTAR NOTASI
Persamaan Daftar Notasi ditulis berdasarkan urutan
Persamaan ditulis rata tengah dan diberi abjad. Notasi huruf latin ditulis terlebih dahulu,
nomor yang ditulis di dalam kurung. Nomor baru diikuti dengan huruf arab.
tersebut ditempatkan di akhir margin kanan dari
kolomnya. DAFTAR PUSTAKA
−β
Daftar Pustaka disusun menurut abjad tanpa
A Mair penomoran dan jarak antara daftar pustaka adalah
D= 2 + B( ) (1)
(V2rel ρa) M liq 1 spasi (10 pt). Aturan penulisan yang digunakan
adalah sebagai berikut :
Penulisan Kutipan/Cuplikan
Sistem penulisan kutipan/cuplikan suatu Pustaka yang berupa majalah/jurnal
naskah atau literatur menggunakan sistem Harvard. ilmiah/prosiding:
Sumber pustaka dituliskan di dalam uraian hanya Sumin, L., Youguang, M.A., Chunying, Z.,
terdiri dari nama penulis dan tahun penerbitannya. Shuhua, S., and Qing, H.E., (2009), The Effect
Contoh: Usaha-usaha untuk mencari sistem of Hydrophobic Modification of Zeolites on
penyimpanan panas yang lebih baik telah banyak CO2 Absorption Enhancement, Chinese Journal
dilakukan, diantaranya adalah menggunakan panas of Chemical Engineering, 17(1), pp. 36-41.
laten peleburan dari PCM (Yanadoro dan Matsuda,
Pustaka yang berupa judul buku :
2006 untuk satu atau dua penulis ; Sutrisno dkk.,
Fogler, H.S., (2006), Elements of Chemical
2011; Smith et al., 2011 untuk penulis lebih dari
Reaction Engineering, 4th, Prentice Hall
dua). Menurut Sanyono (2010), ………dst.
International, Upper Sadle River, New Jersey,
KESIMPULAN pp. 47-93
Artikel dikirimkan/didaftarkan secara online
Pustaka yang berupa disertasi/thesis/skripsi :
dengan cara mengakses website dari INTAN Jurnal
Djaeni, M., (2008), Energy Efficient Multistage
Peneltian Tambang dengan alamat sebagai berikut;
Zeolite Drying for Heat Sensitive Products, PhD
http://jurnal.unipa.ac.id/index.php/intan/index.
Thesis, Wageningen University, The Netherlands.
Setiap Penulis harus mempunyai users name dan
kata kunci/Password untuk bisa mendaftarkan Pustaka yang berupa patent :
artikelnya. Data pada bagian Metadata harus diisi van Reis, R.D., (2006), Charged Filtration
secara lengkap dari semua Penulis. Setiap Membranes and Uses Therefore, US Patent
mendaftarkan artikelnya dapat dilengkapi dengan 7,001,550.
Surat Peryataan yang menyatakan bahwa artikel
terbebas dari konflik dan plagiarism. Bagi calon Pustaka yang berupa HandBook :
Penulis yang belum bisa submitted secara online Knothe, G., van Gerpen, J., and Krahl, J., (2005),
dapat menghubungi Redaksi melalui jalur E-mail The Biodiesel Hanbook, AOCS Press,
dengan alamat j.horman@unipa.ac.id atau Campaign, Illionis, USA, pp. 70-84
juanita.horman@gmail.com
Mujumdar, A.S. and Hasan, M., (2006), Drying of
Setiap artikel yang masuk akan dilakukan Polymers in Handbook of Industrial Drying,
telaah oleh Dewan Redaksi dan/atau Mitra editor A.S. Mujumdar, 3rd ed, Marcel Dekker,
Bebestari. Korespondensi akan ditujukan kepada New York, pp. 954-978.
penulis pertama. Penulis harus segera memperbaiki
artikel sesuai petunjuk reviewer. Jika artikel telah
dinyatakan diterima baik Major Revision maupun
Minor Revision, maka Penulis harus memperbaiki
artikel paling lama 15 hari setelah pemberitahuan.
INTAN
Jurnal Penelitian Tambang
Jurusan Teknik Pertambangan
Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan (FTPP)
Universitas Papua, Gedung Teknik, Jalan Gunung Salju, Amban, ISSN 2655-3473
Manokwari, Papua Barat.
Telepon : 085244058187
Website : jurnal.unipa.ac.id/index.php/intan

Anda mungkin juga menyukai