Anda di halaman 1dari 18

BAB 4

PRAKTIK BERBASIS PEMBUKTIAN


(EVIDENCE BASED NURSING)
MANAJEMEN NYERI

4.1 Praktik berdasarkan Pembuktian


4.1.1 Penerapan Sosialisasi Perawat Manajemen Nyeri di Bedah Aster
Penerapan sosialisasi di Ruang bedah Aster dilakukan dua kali yaitu pada tanggal
17 dan 31 Mei 2017. Kegiatan ini diawali dengan mengidentifikasi pengetahuan, sikap
dan perilaku perawat tentang manajemen nyeri dengan memberikan kuesioner pre dan
post. Disamping itu tim juga melakukan pengkajian 5 masalah keperawatan terbanyak
yang dialami pasien di ruangan, dimana masalah tertinggi yang terindentifikasi adalah
nyeri. Selanjutya data tersebut dijadikan sebagai data dasar dalam sosialisasi
manajemen nyeri.
Dari hasil analisis kuesioner yang dibagikan kepada perawat di ruangan
menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan mengalami peningkatan dari 37,5% menjadi
62,5% setelah dilakukan sosialisasi.
Pelaksanaan sosialisasi sesuai dengan modul yang telah disusun oleh tim dan
telah dikonsulkan dengan perawat ruangan. Berdasarkan modul manajemen nyeri,
pengkajian nyeri yang dilakukan oleh perawat menggunakan alat ukur Wong Baker
Faces Scale, penanganan nyeri pre dan post operatif.
Pada tahap orientasi tim menyampaikan tujuan dari kegiatan yang akan
dilaksanakan, sekaligus menyepakati waktu bersama para perawat. Selanjutnya pada
tahap pelaksanaan tim memaparkan peran perawat dalam manajemen nyeri pre dan post
operatif sesuai dengan modul, diantaranya yaitu peran perawat farmakologi pada fase
pre dan post operatif dan peran perawat non farmakologi pada fase pre dan post
operatif.
Pada tahap terminasi tim melakukan evaluasi dengan memberikan kesempatan
kepada para peserta sosialisasi untuk mengajukan pertanyaan seputar materi yang telah
disampaikan.

69
4.1.2 Penerapan Masase Aromaterapi di Ruang Bedah Aster
Penerapan masase aromaterapi di Ruang bedah Aster dilakukan mulai tanggal 19
Mei – 6 Juni 2017. Kegiatan ini diawali dengan mengidentifikasi klien yang yang
mengalami masalah nyeri. Klien yang sesuai dengan kriteria masuk sebagai responden.
Selanjutnya penulis mengkaji kondisi klien sebagai data dasar dalam pemberian masase
aromaterapi. Berikut deskripsi responden berdasarkan pengkajian. Tabel 4.1
menunjukkan diskripsi Klien yang menjadi responden pada penerapan masase
aromaterapi.
Penanganan masalah nyeri dilakukan berdasarkan skala nyeri yang dirasakan
pasien, dimana untuk skala nyeri ringan salah satu tindakan keperawatan yang dapat
diaplikasikan untuk mengurangi/mengatasi masalah pasien adalah dengan masase
aromaterapi. Tindakan masase aromaterapi ini merupakan tindakan yang
mengkombinasikan antara teknik pemijatan dengan menggunakan esensial aroma
lavender, yang dilakukan pada lengan pasien.
Pelaksanaan masase aromaterapi sesuai dengan prosedur operasional yang telah
dibuat dan dikonsulkan dengan perawat ruangan. Berdasarkan prosedur operasional,
cara kerja intervensi masase aromaterapi terdiri dari tahap orientasi, tahap kerja, dan
tahap terminasi.
Pada tahap orientasi, perawat melakukan memberi salam terapeutik dari terapis,
kemudian mengevaluasi/validasi perasaan klien saat itu, membuat kontrak intervensi,
waktu, dan tempat. Sedangkan pada tahap kerja, perawat memberikan masase
aromaterapi menurut modul yaitu sebagai berikut.
a. Langkah pertama yaitu salah satu tangan perawat menggenggam tangan pasien,
tangan yang lain melakukan masase diawali dengan mengoleskan minyak yang
telah dicampurkan bersama esensial oil murni pada area yang akan dimasase
(tangan dan sepanjang lengan). Kemudian mulai memijat secara lembut dari arah
pergelangan tangan ke arah lengan sampai deltoid dan ’memijat’ bahu, berakhir
pada pergelangan tangan. Ulangi gerakan sebanyak 3 atau 4 kali.
b. Langkah selanjutnya, dengan posisi tangan yang sama, lakukan gerakan friksi
berputar dengan ibu jari tangan mulai dari pergelangan tangan hingga siku
kembali ke posisi semula..
c. Putar lengan pasien hingga menghadap ke atas. Tangan kanan memegang
pergelangan tangan pasien, tangan kiri tetap menyanggah punggung tangan
70
pasien. Dengan ibu jari tangan kanan, lakukan gerakan menggosok berbentuk
lingkaran sampai ke siku kemudian perlahan-lahan kembali ke pergelangan.
d. Letakkan kedua tangan untuk menahan bagian punggung tangan pasien (ibu jari
berada pada telapak tangan), lakukan pengurutan telapak tangan menggunakan
kedua ibu jari secara silih berganti mulai dari bagian jari tangan pasien hingga
pergelangan tangannya sebanyak beberapa kali
e. Balikkan tangan pasien dan ulangi gerakan zig-zag pada pergelangan tangan
seperti dalam nomor 1.4, pada permukaan dorsal lengan.
f. Lakukan pijatan pada punggung tanga pasien, tempatkan ibu jari tangan kanan
anda diantara ibu jari dan jari telunjuk pasien, sementara ibu jari tangan kiri di
antara jari tengah dan jari manis pasien (lakukan gerakan balik).
g. Dengan jari tangan kanan tetap menahan telapak tangan, lakukan gerakan
menggosok melingkar menggunakan ibu jari kiri sampai jari kelingking pasien;
dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk, lakukan gosok kedua sisi jari
tangan pasien. Lakukan pada semua jari.
h. Sisipkan jari tangan kiri anda di antara jari-jari tangan kanan pasien (gambar dan
sambil memegang lengan bawah pasien dengan tangan kanan anda, putar
pergelangan tangan secara perlahan-lahan tapi kuat melawan arah jarum dan
kemudian mengikuti arah jarum jam.
i. Dengan lembut ubah posisi diatas menjadi pegangan jabat-tangan dan ulangi
gerakan nomer 1.1 sampai 1.4 beberapa kali. Untuk masase tangan kiri, lakukan
gerakan terbalik untuk ’kanan’ dan ’kiri’dalam petunjuk diatas.
j. Tiap gerakan pemijatan diulang sebanyak 3 - 4 kali
k. Selanjutnya perawat melakukan evaluasi skala nyeri pasien setelah tindakan
dilakukan.
Pemakaian aromaterapi secara masase dapat dilakukan dengan cara yang
sederhana, yang dapat dilakukan secara mandiri oleh keluarga atau orang terdekat
pasien. Tentu saja sebelumnya telah diajarkan terlebih dahulu oleh perawat cara
melakukan massage ringan searah dengan aliran lymph drainage atau sirkulasi
limfatik serta bagaimana cara mencampur antara minyak esensial dengan base oil atau
minyak karier.
Pada tahap terminasi perawat melakukan evaluasi dengan menanyakan perasaan
klien setelah mengikuti masase Aromaterapi dan memberi pujian kepada Klien.
71
Setelah itu, perawat melanjutkan dengan membuat rencana tindak lanjut dengan
menganjurkan agar klien dan kelurga senantiasa melakukanperawatan mandiri yang
telah dipelajari bersama.
Perawat membuat evaluasi di setiap sesi pada pelaksanaan masase aromaterapi.
Evaluasi dilakukan secara lisan yang kemudian didokumentasikan untuk menjadi data
pada pelaksanaan terapi selanjutnya.

72
Tabel 4.1 Deskripsi Responden
PENGKAJIAN Responden 1 Responden 2 Responden 3 Responden 4 Responden 5
Identitas
Nama Ny S Ny SR Ny M Ny TP Ny S
Usia 77 tahun 48 tahun 50 tahun 52 tahun 59 tahun
Pendidikan SLTA SLTA SLTA SLTA SLTA
Pekerjaan Wiraswasta IRT Pegawai Swasta IRT Wiraswasta
MRS 16 Mei 2017 18 Mei 2017 20 April 2017 24 Mei 2017 10 Mei 2017
Tanggal Pengkajian 19 Mei 2017 19 Mei 2017 19 Mei 2017 24 Mei 2017 24 Mei 2017
Lama Rawat 3 hari 1 hari 29 hari 1 hari 14 hari
Riwayat Kesehatan
Diagnosa Medis Basal Cell Ca Mammae Meningioma Ca Cervix IIIb Cholasio Ca +
Carcinoma Regio Sphenoid Orbita (D) Ikterus Obstruksi
Nasomaxilla (S)
Riwayat Penyakit Ada luka pada Benjolan di Nyeri dan lemah Pasien datang ke RS Pasien datang
Sekarang hidung sejak 5th payudara kiri, lama pada badan dan dengan keluhan nyeri dengan keluhan
yang lalu, awalnya sakit sudah 1 tahun jantung berdebar pada perut bawah, badan lemas dan
muncul benjolan ± debar dirasakan selain itu dokter mual sudah bulan
1cm 10 tahun yang sejak 2tahun yang mengadviskan untuk yang lalu. Pasien
lalu, benjolan lalu ganti drainase pada mengeluh mata

73
semakin membesar 5 servix yang harusnya kuning, kencing
th yang lalu sampai diganti sebulan yang berwarna seperti teh
timbul luka, terasa lalu. sejak 3 bulan yang
gatal dan mudah lalu
berdarah
Terapi Ketorolac 3x30mg Furosemid 40mg - Ondancentron
- Ranitidin 2x50mg Sprirodaksone 35 Ranitidin
Inf RL 1500 cc/24 mg Antrain
jam Rampril 1x2,5 mg Vit K
Digocyn 1x0,25 mg
Karakteristik Nyeri
Jenis Nyeri Nyeri ringan Nyeri ringan Nyeri ringan Nyeri ringan Nyeri Ringan
Faces Wong Baker 3 2 3 3 3
Frekuensi Hilang timbul Hilang timbul Hilang timbul Hilang timbul Hilang timbul
Lama Nyeri 1 menit 3 menit 1-2 menit 1 menit 10-15 menit
Lokasi Hidung Payudara kiri Dada Perut kiri bawah Perut kanan atas
Menjalar Tidak menjalar Tidak menjalar Tidak Menjalar Tidak menjalar Menjalar
Pengalaman Belum ada Belum ada Belum ada Belum ada pengalaman Belum ada
mengatasi nyeri pengalaman pengalaman pengalaman pengalaman

74
Hasil 2 1 2 1 2
(Post Intervensi)
Face Wong Baker
PENGKAJIAN Responden 6 Responden 7 Responden 8 Responden 9 Responden 10
Identitas
Nama Ny. F Ny K Ny. N Ny SL Ny H
Usia 28 th 28th 33th 39th 32th
Pendidikan SLTA SLTA SLTA SLTA SLTA
Pekerjaan Karyawan swasta Ibu rumah tangga Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga
MRS 27 Mei 2017 23 Mei 2017 23 Mei 2017 31 Mei 2017 20 Mei 2017
Tanggal Pengkajian 30 Mei 2017 30 Mei 2017-05-31 30 Mei 2017 3 Juni 2017 6 Juni 2017
Lama Rawat 3 hari 7 hari 7 hari 4 hari 18 hari

Riwayat Kesehatan
Diagnosa Medis Multiple Fracture Post Laparotomy + Ca Colon Ascendent Abses Perineal+Sepsis Skin Nekotis pelvis
costa 7,8,9 lateral Reseksi illeum + DM T2 sinistra+ Femur
dextra +Anemia+Hipoalbumin sinistra+post closed
CF Zigoma tripod + degloving
CF Isolated maxilla
sinistra

75
Trauma Okuli
Riwayat Penyakit Pasien datang Pasien mengeluh Nyeri di ulu hati dan Nyeri pada perut Pasien post Kll
Sekarang dengan kecelakaan nyeri perut bagian menjalar ke perut sebelah kiri sejak 2 patang tulang
tunggal mobil, bawah, mual dan sejak ± 5 bulan yang minggu sebelum masuk tertutup kaki kiri
terluka dan bengkak muntah, kesadaran lalu , ada mual dan RS, teraba benjolan di dan kulit paha
pada bagian pipi menurun. muntah perut kiri.Ada riwayat mengelupas bagian
sebelah kanan, DM kiri.
mengalami fraktur
bagian dada kanan di
Terapi ics 7,8,9 Tuforin ops Metocomplamid Inj. Novoapid 3x6 unit Inf RL 1000cc/24
Surmifat sirup 2 dd 1000cc/24 jam 3x10gr sc jam
15 ml Ceftriaxone 2x1 gr Ranitidin 2x50mg Ceftriaxone 2x1gr Inj. Metamizole
Tramadol 3x 100mg Metromidazole Antrain 3x1 Metamizol 3x1gr 3x1gr
3x500mg Metronidazol 3x50 mg Paracetamol tab
Lovamir 0-0-10 3x500gr jika ≥
37,5C
Ciprofloxaxin
2x500mg

Karakteristik Nyeri
Jenis Nyeri Nyeri sedang Nyeri ringan Nyeri sedang Nyeri ringan Nyeri sedang
76
Faces Wong Baker 4 3 4 3 4
Frekuensi Hilang timbul Hilang timbul Hilang timbul Hilang timbul Hilang timbul
Lama Nyeri 2 menit 1 menit 3 menit 2 menit 2 menit
Lokasi Dada sebalah kanan Bagian perut bawah Bagian perut Bagian perut sebelah Bagian Kaki
dan pipi kanan kiri sebelah kiri
Menjalar Tidak Menjalar Tidak menjalar Menjalar Tidak menjalar Tidak menjalar

Pengalaman Belum ada Belum ada Belum ada Belum ada Belum ada
mengatasi nyeri

Hasil 3 1 2 2 3
(Post Intervensi)
Face Wong Baker

77
4.1.3 Hasil Karakteristik Perawat
Karakteristik perawat ruang Bedah Aster digambarkan pada table berikut.

Total
Karakteristik
N %
Jenis kelamin
Laki 5 62,5
Perempuan 3 37,5
total 8 100
Usia
21-30 6 75
31-40 1 12.5
51-60 1 12,5
Total 8 100

Pelatihan nyeri
1 kali 3 37,5
2 kali 1 12,5
>3 kali 1 12,5
Tidak pernah 3 37,5
total 8 100
Tabel karakteristik perawat
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden
(perawat) bedah Aster berjenis kelamin laki-laki (62,5%) dengan usia 21-30 tahun.
Responden yang sudah mengikuti pelatihan nyeri sama banyaknya dengan yang
belum pernah mengikuti yaitu 3 orang (37,5%).

4.1.4 Hasil Karakteristik Klien


a. Karakteristik responden berdasarkan usia responden
Tabel 4.4 Karakteristik responden berdasarkan usia responden di RS Sutomo
(DEPKES RI, 2009)
No Penggolongan Usia Jumlah Responden Prosentase
1 Dewasa Awal 4 40%
2 Dewasa akhir 1 10%
3 Masa Lansia Awal 3 30%
4 Masa lansia akhir 1 10%
5 Masa Manula 1 10%
Total 10 100%

78
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa hampir setengah responden berada pada
kelompok dewasa awal sejumlah 4 responden (40%) dan 3 responden berada lansia
awal (30%).
b. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan
Tabel 4.2 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan di Rumah Sakit Sutomo
Surabaya, Mei 2017.

No Pendidikan Jumlah Responden Prosentase


1 Tidak sekolah 0 0%
2 SD 0 0%
3 SMP 0 0%
4 SMA 10 100%
Total 10 100%
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa pendidikan semua responden adalah
SMA (100%).

c. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan.


Tabel 4.3 Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan di Rumah Sakit Sutomo,
Mei 2017
No. Pekerjaan Jumlah Responden Prosentase
1. Ibu Rumah Tangga 6 60%
2. Wiraswasta 2 20%
3. PNS / Pensiun 0 0%
4. Swasta 2 20%
Total 10 100%

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang


dirawat di Ruang Bedah Aster Rumah sakit Dr Sutomo Dengan masalah nyeri
memiliki pekerjaan ibu rumah tangga sebanyak 6 responden (60%).

d. Karakteristik responden berdasarkan jenis penyakit


Tabel 4.4 Karakteristik responden berdasarkan jenis penyakit di Rumah Sakit
Sutomo, Mei 2017
No. Penyakit Jumlah Prosentase
1. BasalCell Carcinoma Regio 1 10%
Nasomaxilla (S)
2 Ca Mammae 1 10%
3. Meningioma Sphenoid Ordita (D) 1 10%
4. Ca Cervix IIIb 1 10%
5. Cholasio Ca + Ikterus Obstruksi 1 10%

79
6. Multiple Fracture costa 7,8,9 1 10%
lateral dextra,CF Zigoma tripod +
CF Isolated maxilla sinistra,
Trauma Okuli
7. Post Laparotomy + Reseksi illeum 1 10%
8. Ca Colon Ascendent 1 10%
9. Abses Perineal+Sepsis + 1 10%
DMT2+Anemia+Hipoalbumin
10. Skin Nekotis pelvis sinistra+ 1 10%
Femur sinistra+post closed
degloving
Total 10 100%

e. Karakteristik responden berdasarkan periode intervensi (periode analgetik ditambah


masase aromaterapi) menurut tingkat persepsi nyeri kanker
Tabel 4.5 Distribusi responden menurut tingkat persepsi nyeri responden di Rumah
Sakit Sutomo, Mei 2017
No. Periode N Mean p
1 Pra intervensi 10 3,2 0,000
2 Pasca intervensi 10 1,9

f. Perubahan tingkat persepsi nyeri sebelum dan sesudah intervensi

Tabel 4.5 Perubahan tingkat persepsi nyeri responden sebelum dan sesudah
intervensi di Rumah Sakit Sutomo, Mei 2017

Grafik 4.1 di atas menunjukkan bahwa dengan menggunakan skala nyeri 0-10,
seluruh responden memiliki rata-rata tingkat persepsi nyeri mengalami penurunan
setelah diberikan intervensi.

80
4.1.5 Tingkat Nyeri Klien terhadap Penerapan Masase Aromaterapi di Ruang Bedah
Aster

Tingkat nyeri klien terhadap penerapan masase aromaterapi yang diberikan dari
19 Mei – 6 Juni 2017 dapat dilihat pada tabel 4.7.

Tabel 4.6 Rekapitulasi tingkat nyeri Klien Tentang Intervensi Masase Aromaterapi
pada Klien Kelolaan di Ruang Bedah Aster
Tingkat Nyeri Klien Data
Wong baker pre Post
1.Ny Si 3 2
2. Ny Sr 2 1
3. Ny M 3 2
4. Ny Tp 3 1
5. Ny Sa 3 2
6. Ny F 4 3
7. Ny K 3 1
8.Ny N 4 2
9. Ny Sl 3 2
10. Ny H 4 3

Data nyeri klien diambil menggunakan instrument klien berdasarkan Wong


Baker.
Tabel 4.9 Tabulasi penatalaksanaan nyeri perawat di ruang bedah Aster
Penatalaksanaan nyeri
Total
Karakteristik Baik Cukup Kurang
N % N % N % N %
Jenis kelamin
Laki 2 25 1 12.5 2 25 5 62,5
Perempuan 1 12,5 2 25 0 0 3 37,5
Total 3 37,5 3 37,5 2 25 8 100
Usia
21-30 2 25 3 37.5 1 12,5 6 75
31-40 1 12.5 0 0 0 0 1 12.5
51-60 0 0 0 0 1 12,5 1 12,5
Total 3 37,5 3 37,5 2 25 8 100
Pelatihan nyeri
1 kali 2 25 1 12,5 0 0 3 37,5
2 kali 1 12,5 0 0 0 0 1 12,5
>3 kali 1 12,5 0 0 0 0 1 12,5
Tidak pernah 1 12,5 2 25 0 0 3 37,5
Total 5 62,5 3 37,5 0 0 8 100

81
4.2 Pembahasan
4.2.1 Karakteristik Klien
Responden adalah klien bedah onkologi, digestive, muskuloskeletal yang termasuk
dalam kelompok usia dewasa awal terdapat 4 responden (40%) dan masa lansia awal 3
responden (30%) dengan rentang umur antara 28 sampai 77 tahun dan rerata 44,6 tahun.
Usia merupakan salah satu faktor mempengaruhi persepsi dan ekspresi rasa nyeri. Pasien
dewasa memiliki respon yang berbeda terhadap nyeri dibandingkan pada lansia. Banyak
penelitian telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh usia terhadap persepsi nyeri.
Washington, Gibson dan Helme (2000) menemukan bahwa orang tua membutuhkan
intensitas lebih tinggi dari rangsangan nyeri dibandingkan orang usia muda. Menurut
Edwards & Fillingham (2000) menyatakan bahwa tidak ada perbedaan persepsi nyeri antara
orang muda dengan orang tua, sedangkan menurut Li, Green-wald dan Gennis (2001)
menemukan bahwa nyeri pada lansia pasien merupakan bagian dari proses penuaan. Pasien
usia lanjut melaporkan nyeri kurang signifikan dibandingkan pasien yang lebih muda
Laporan atau keluhan dari pasien merupakan penilaian yang paling mempunyai arti
(gold standard) dalam menegakkan diagnosis nyeri (Sudoyo, dkk, 2006). Sebagai akibat dari
nyeri yang berkepanjangan akan didapatkan penurunan aktifitas fisik dan sosial yang
progresif. Namun, di Indonesia efek psikologik ini lebih tampak pada penderita-penderita
dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Mereka yang berpendidikan rendah hanya
menderita secara fisik oleh karena perasaan nyerinya saja (Susworo, 2007). Meskipun
tingkat pendidikan tidak menjadi fokus penelitian ini, namun hampir semua responden
penelitian berdasarkan komunikasi verbal yang dilakukan pada saat pengambilan data,
rata-rata mereka memiliki tingkat pendidikan rendah (maksimal lulus SMU).
Berdasarkan penelitian terdahulu aromaterapi secara masase digunakan pada pasien
dengan usia rata-rata 73 tahun pada unit perawatan paliatif (Soden et al, 2004). Penelitian
yang dilakukan oleh Akhondzadeh, et al (2003) aromaterapi secara masase digunakan pada
18 wanita dan 24 orang pria yang berusia antara 65 dan 80 tahun dengan diagnosa
Alzheimer’s disease untuk mengurangi kebingungan dan rasa frustasi. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Wilkinson (1995 dalam Louis & Kowalski, 2002) pada 51 pasien
kanker yang mengalami nyeri menetap, dengan usia berkisar antara 20 sampai 80
tahun. Seluruh responden melalui 2 periode, yaitu periode kontrol tanpa perlakuan dan
periode intervensi dengan diberikan aromaterapi secara masase. Dapat disimpulkan bahwa
aromaterapi relatif aman dan dapat diberikan di segala usia.
82
4.2.2 Tingkat Nyeri dengan Penerapan Masase Aromaterapi
Menurut Soejadi (1996), pasien atau klien merupakan individu terpenting dirumah sakit
sebagai konsumen sekaligus sasaran produk rumah sakit. Nyeri (Pain) adalah kondisi
perasaan yang tidak menyenagkan. Sifatnya sangat subjektif karna perasaan nyeri berbeda
pada setiap orang baik dalam hal skala ataupun tingkatannya dan hanya orang tersebutlah
yang dapat menjelaskan dan mengefakuasi rasa nyeri yang dialaminya (Hidayat, 2008).
Nyeri adalah pengalaman sensori nyeri dan emosional yang tidak menyenangkan yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual dan potensial yang tidak menyenagkan yang
terlokalisasi pada suatu bagian tubuh ataupun sering disebut dengan istilah distruktif dimana
jaringan rasanya seperti di tusuk-tusuk, panas terbakar, melilit, seperti emosi, perasaan takut
dan mual (Judha, 2012).
Ada beberapa teori nyeri, antara lain Teori Pengontrol Nyeri (Theory Gate Control)
Teori gate control dari Melzack dan Wall ( 1965) menyatakan bahwa implus nyeri dapat
diatur dan dihambat oleh mekanisme pertahanan disepanjang sistem saraf pusat, dimana
implus nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan implus dihambat saat sebuah
pertahanan tertutup (Andarmoyo, 2013).
Teori Pola (Pattern theory) Teori Pola diperkenalkan oleh Goldscheider pada tahun
1989, teori ini menjelaskan bahwa nyeri di sebabkan oleh berbagai reseptor sensori yang di
rangsang oleh pola tertentu, dimana nyeri ini Universitas Sumatera Utara merupakan akibat
dari stimulasi reseprot yang menghasilkan pola dari implus saraf (Andarmoyo, 2013). Pada
sejumlah causalgia, nyeri pantom dan neuralgia, teori pola ini bertujuan untuk menimbulkan
rangsangan yang kuat yang mengakibatkan berkembangnya gaung secara terus menerus pada
spinal cord sehingga saraf trasamisi nyeri bersifat hypersensitif yang mana rangsangan
dengan intensitas rendah dapat mengahasilkan trasmisi nyeri (lewis, 1983 dalam Andarmoyo,
2013).
Pengobatan alternatif mengandung arti pengganti dari pengobatan standar medis, yang
sering menimbulkan konsekuensi yang serius bagi pasien, terapi komplementer merupakan
terapi yang dapat digunakan secara berdampingan dengan pengobatan medis. Apabila
digunakan secara hati-hati dan digunakan secara tepat, maka terapi komplementer dapat
meningkatkan kualitas hidup bagi pasien (The American Cancer Society, 2007).

83
Penelitian yang dilakukan oleh seorang perawat senior di unit perawatan intensif di
Battle Hospital didapatkan hasil tekanan darah dan frekuensi denyut jantung pasien
menurun setelah dilakukan masase serta pemakaian minyak esensial. Selain itu masase
dengan minyak esensial pada pasien-pasien onkologi di Royal Marden Hospital, London
dapat mengurangi ketegangan, meningkatkan rasa damai dan ketenangan (Price, 1997).
Berdasarkan penelitian, masase punggung (back massage) dapat menurunkan parameter
fisiologi, seperti tekanan sistolik dan diastolik, heart rate, temperatur tubuh sarta
menimbulkan relaksasi pada pasien kanker (Ferrell-Torry & Glick, 1993; Fraser & Kerr,
1993; Meek, 1993; Snyder, Egan & Burns, 1995 dalam Snyder & Lindquist, 2002). Weinrich
and Weinrich (1990 dalam Snyder & Lindquist, 2002) menemukan bahwa masase punggung
selama 10 menit dapat menurunkan nyeri.
Penggunaan jenis aromaterapi lavender pada implementasi yang dilakukan ini
dilaporkan responden mengurangi nyeri yang dirasakan, membuat tubuh merasa nyaman
dan rileks. Hal ini dikarenakan minyak esensial lavender atau Lavandula angustifolia
mengandung alkohol, ester dan senyawa-senyawa coumarin, sehingga memiliki efek
penenang serta memiliki sifat analgetik, dapat meningkatkan rasa nyaman, relaksasi,
memperbaiki koping, menurunkan depresi dan dapat menurunkan ansietas (Price,1997).
Pemberian aromaterapi lebih efektif dilakukan dengan menggunakan metode masase
(Primadiati, 2002; Price, 1997). Dengan metode masase maka kerja minyak esensial akan
lebih efektif karena masuk kedalam tubuh manusia melalui dua jalur, yaitu melalui sistem
penciuman (hidung) dan melalui sirkulasi, yaitu sirkulasi darah dan sirkulasi limfatik. Hal
ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Fellowes, Barnes dan Wilkinson (2004),
yang menyimpulkan bahwa masase atau masase ditambah aromaterapi memberikan manfaat
jangka pendek terhadap psychological wellbeing, yaitu menurunkan kecemasan serta
memberikan efek terhadap physical symptoms (both body and mind).
Selama residensi di RSUD Dr. Soetomo ruang Bedah Aster, diperoleh data – data
berdasarkan hasil evaluasi dari intervensi masase aromaterapi yang telah dilakukan perawat
pada pasien.

84
4.3 Evaluasi
4.3.1 Evaluasi Sosialisasi di Ruang Bedah Aster RS Sutomo Surabaya
Evaluasi pada sosialisasi ini kami lakukan di mana terdiri dari evaluasi persiapan,
proses dan hasil. Persiapan yang kami lakukan adalah menyiapkan materi setting kegiatan
berbentuk modul dan alat yang diperlukan.

Tabel 4.9 Tabulasi penatalaksanaan nyeri perawat di ruang bedah Aster


Penatalaksanaan nyeri
Total
Karakteristik Baik Cukup Kurang

N % N % N % N %
Jenis kelamin
Laki 2 25 1 12.5 2 25 5 62,5
Perempuan 1 12,5 2 25 0 0 3 37,5
Total 3 37,5 3 37,5 2 25 8 100
Usia
21-30 2 25 3 37.5 1 12,5 6 75
31-40 1 12.5 0 0 0 0 1 12.5
51-60 0 0 0 0 1 12,5 1 12,5
Total 3 37,5 3 37,5 2 25 8 100

Pelatihan nyeri
1 kali 2 25 1 12,5 0 0 3 37,5
2 kali 1 12,5 0 0 0 0 1 12,5
>3 kali 1 12,5 0 0 0 0 1 12,5
Tidak pernah 1 12,5 2 25 0 0 3 37,5
Total 5 62,5 3 37,5 0 0 8 100

4.3.2 Evaluasi Masase Aromaterapi di Ruang Bedah Aster RS Sutomo Surabaya

Evaluasi proses yang kami lakukan adalah mengenai proses masase aromaterapi yang
sesuai dengan tata cara. Selama proses masase aromaterapi, perawat mengeksplorasi
pengetahuan yang telah dimiliki klien dan perawatan yang telah dilakukan. Perawat juga
mengeksplorasi perasaan dan keluhan yang dirasakan klien.
Sementara itu, evaluasi hasil penerapan masase aromaterapi ini seharusnya dilihat dari
perilaku klien, namun karena keterbatasan waktu penelitian maka kelompok hanya bisa

85
mengevaluasi dari aspek pengetahuan dan sikap yang telah dilaksanakan pada setiap akhir
sesi. Data pengetahuan dapat dilihat pada tabel 4.8 di bawah ini.

Tabel 4.8 Evaluasi Hasil Penerapan masase aromaterapi di Ruang Bedah Aster Sutomo
Tingkat Nyeri Klien Data
Wong baker pre Post
1.Ny Si 3 2
2. Ny Sr 2 1
3. Ny M 3 2
4. Ny Tp 3 1
5. Ny Sa 3 2
6. Ny F 4 3
7. Ny K 3 1
8.Ny N 4 2
9. Ny Sl 3 2
10. Ny H 4 3

4.3.3 Keterbatasan

Pada pelaksanaan penerapan sosialisasi intervensi masase aromaterapi ini terdapat


beberapa aspek yang tidak sesuai dengan rencana yang telah kami tuliskan di awal sehingga
hal ini kami jadikan sebagai keterbatasan. Adapun keterbatasan dari program ini antara lain:

1. Pada program ini pengukuran terhadap perawat dilakukan satu kali dan teknik satu arah
sehingga penarikan kesimpulan hanya dalam satu kali pengisian kuisioner dan terbatas
pada jawaban kuesioner.
2. Adanya klien dengan stereotipe tertutup memungkinkan laporan nyeri yang diberikan
tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya
3. Program ini membutuhkan biaya sehingga perlu pertimbangan oleh klien maupun
manajemen ruangan dalam menanggung biaya.

86

Anda mungkin juga menyukai