Anda di halaman 1dari 16

DENTAL HEALTH EDUCATION

AYU PUTU GEA KANAYA PINATIH


NPM: 2106129010027

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

DENPASAR

2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
rahmatNya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada
waktunya. Kami juga menyampaikan terima kasih kami atas semua yang telah
membantu menyelesaikan makalah ini dan yang telah menyampaikan aspirasi
mereka sehingga makalah mengenai Dental Health Education ini dapat
terselesaikan.

Makalah ini telah kami susun dengan baik dan dengan sedemikian rupa
dan kami berharap bahwa makalah ini dapat membantu para pembaca dalam
mengerti mengenai Dental Health Education ini. Kami juga menyadari bahwa
masih ada banyak kekurangan dari makalah yang telah kami susun ini baik dari
segi kalimat maupun dari bahasanya. Untuk itu, kami dengan sangat terbuka
menerima segala kritik dan saran yang membangun agar kami dapat
mengembangkan dan memperbaikinya menjadi lebih baik.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih dan kami berharap semoga
makalah mengenai Keselamatan Pasien ini dapat membantu dan bermanfaat bagi
para pembaca sekalian.

Denpasar, 4 Mei 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 2


1.2 Tujuan 2
1.3 Manfaat 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3

2.1 Anatomi Gigi 3

2.2 Fungsi Gigi 4


2.3 Kelainan Gigi 5

2.3.1 Karies Gigi 4

2.3.2 Penyakit Periodontal 5

2.4 Dental Health Education 7


2.4.1 Pemilihan Sikat Gigi 7
2.4.2 Cara Menyikat Gigi 7
2.4.3 Pemakaian Sikat Gigi Efektif 8

2.4.4 Waktu dan Frekuensi Menyikat Gigi 9


2.4.5 Pembersihan Interdental 9
2.4.6 Berkumur 10
2.4.7 Kontrol Periodik 10
BAB III SIMPULAN DAN SARAN
3.1 Simpulan 11
3.2 Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh secara
keseluruhan dan tidak dapat dipisahkan dari kesehatan tubuh secara urnum,
kesehatan gigi meliki fungsi penting bagi setiap orang yaitu sebagai mastikasi,
fonetik dan estetik. Kesehatan gigi dan jaringan disekitar rongga mulut perlu
dijaga. Aspek yang terpenting dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut adalah
kebersihan mulut yang baik untuk mencegah terjadinya kelainan seperti
kelainan periodontal akibat adanya plak dan kalkulus.
Di Indonesia kesehatan gigi dan mulut masih menjadi masalah. Masalah
ini tergambar dari tingginya prevalensi penduduk yang bermasalah gigi dan
mulut di Indonesia melalui hasil laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas).
Berdasarkan Riskesdas tahun 2013 angka permasalahan gigi dan mulut di
Indonesia mencapai 25,9%. Penyakit gigi dan mulut menempati peringkat ke-
6 dari 10 penyakit rawat jalan terbesar di Indonesia, dimana penyakit gigi dan
mulut yang paling banyak diderita ialah karies dan penyakit periodontal
( Tandilangi dkk. 2016).
Mulut merupakan lingkungan yang tidak homogen karena
permukaan mukosa dan gigi dalam mulut yang tidak sama. Rongga
mulut merupakan habitat yang bersifat paradoks untuk
pertumbuhan mikroba. Temperatur hangat, kelembaban dan lingkungan
yang kaya akan nutrisi dapat meningkatkan pertumbuhan
mikroorganisme. Sebaliknya aliran saliva dan pergerakan lidah dapat
mencegah dan mengeluarkan mikroorganisme dari dalam rongga mulut.
Selain hal di atas, pH, faktor genetik dan kebersihan rongga mulut juga
berpengaruh pada pertumbuhan mikroba ( Komariah 2012).
Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya
masalah kesehatan gigi dan mulut. Plak gigi adalah lengketan yang
berisi bakteri dan produk - produknya yang terbentuk pada permukaan
gigi. Bakteri yang berperan penting dalam pembentukan plak gigi adalah
Streptococcus mutans. Bakteri ini dapat membentuk koloni yang

1
melekat erat pada permukaan gigi dan mempunyai kemampuan untuk
memfermentasikan sukrosa menjadi asam, menurunkan pH permukaan gigi
dan menyebabkan mineralisasi gigi ( Anastasia & Tandah 2017).
Upaya meningkatkan pengetahuan tentang pemeliharaan kesehatan gigi
dan mulut dapat dilakukan antara lain melalui dental health education
(Pendidikan kesehatan gigi dan mulut). Pendidikan kesehatan gigi dan mulut
merupakan suatu usaha atau aktivitas yang dapat mempengaruhi individu
untuk memiliki perilaku kesehatan gigi dan mulut yang baik. Tujuan akhir
pendidikan kesehatan gigi dan mulut yakni terjadinya perubahan perilaku
yang meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan yang mengarah kepada upaya
hidup sehat ( Tandilangi dkk. 2016)
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimanakah anatomi gigi?
1.2.2 Bagaimanakah kelainan yang terjadi pada gigi?
1.2.3 Bagaimanakah tahapan dental health education?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk meningkatkan pengetahuan tentang anatomi gigi
1.3.2 Untuk meningkatkan pengetahuan tentang kelainan yang terjadi pada gigi
1.3.3 Untuk meningkatkan pengetahuan tentang tahapan dental health education
1.4 Manfaat
1.4.1 Memberikan informasi yang mampu memotivasi masyarakat untuk
menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan cara yang baik dan benar.
1.4.2 Untuk merubah sikap dan perilaku masyarakat dalam menjaga kesehatan
gigi dan mulut sehingga mampu berprilaku sesuai dengan pola kesehatan
yang diharapkan.
1.4.3 Mengurangi prevalensi dan mencegah terjadinya penyakit pada rongga
mulut.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Gigi

Gigi merupakan salah satu organ pengunyah yang terdiri dari gigi-

gigi pada rahang atas dan rahang bawah. Gigi terdiri atas mahkota (korona),

leher gigi (kolum), dan akar gigi (radiks). Bagian-bagian lain tertutup oleh

gusi dan tertanam di dalam tulang rahang. Bagian-bagian dari gigi dapat

diuraikan sebagai berikut (Itjiningsih 1995):

1. Email atau enamel, yaitu: jaringan keras gigi yang paling keras, paling

kuat dan merupakan pelindung gigi yang paling kuat terhadap rangsangan-

rangsangan pada waktu pengunyahan.

2. Dentin, yaitu: jaringan keras gigi yang strukturnya lebih lunak daripada

email dan mengandung pembuluh-pembuluh yang sangat halus disebut

tubula dentin.

3. Sementum, yaitu: bagian dari jaringan gigi dan termasuk juga bagian dari

jaringan periodonsium karena menghubungkan gigi dengan tulang rahang

dengan jaringan yang terdapat di selaput periodontal.

4. Pulpa, yaitu: jaringan lunak gigi yang terdapat dalam rongga pulpa sampai

foramen apikal, umumnya mengandung bahan dasar (ground substance),

bahan perekat, sel-sel saraf, jaringan limfe dan pembuluh darah. Pulpa

terdiri atas :

a) Tanduk pulpa yaitu ujung ruang pulpa.

b) Ruang pulpa yaitu ruang pulpa didalam mahkota gigi.

3
c) Saluran pulpa yaitu saluran di akar gigi, kadang-kadang bercabang

dan ada saluran tambahan.

d) Foramen apikal yaitu lubang di ujung akar gigi tempat masuknya

jaringan pulpa ke rongga pulpa.

Gambar 1. Anatomi Gigi Geligi

2.2 Fungsi Gigi

Fungsi gigi menurut R.,Yulianti (2014) Gigi merupakan stuktur putih kecil
yang ada di dalam mulut manusia dan menjadi salah satu organ yang sangat
penting dalam proses pencernaan dalam tubuh. Gigi digunakan untuk mengoyak ,
mengikis, memotong dan mengunyah makanan. Untuk itu perlunya kita
mengetahui beberapa fungsi gigi-geligi antara lain:

a. Pengunyahan
Gigi memiliki peran pentig untuk menghaluskan makanan agar lebih
mudah ditelan serta meringkankan kerja proses pengunyahan didalam
rongga mulut maka makanan yang ada di proses menjadi lebih halus dan
mempermudah proses penelanan.
b. Berbicara
Gigi sangat diperlukan untuk mengeluarkan bunyi ataupun huruf-huruf
tertentu seperi huruf T,V,D,S dan S. Tanpa gigi maka maka akan kesulitan
dalam berbicara alias ngomong dan tidak akan terdengar sempurna.

4
c. Estetika
Gigi dan rahang dapat mempengarhui senyum seseorang, dengan adanya
gigi yang rapid an bersih maka senyum ssesorang akan terlihat lebih
menarik dibandingkan dengan seseorang yang memiliki gigi yang tidak
beraturan. Selain itu bentuk rahang juga akan mempengaruhi bentuk wajah
seseorang.

2.3 Kelainan Gigi

2.3.1 Karies Gigi

Karies gigi merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh


demineralisasi email dan dentin yang erat hubungannya dengan konsumsi
makanan yang kariogenik. Terjadinya karies gigi akibat peran dari bakteri
penyebab karies yang terdapat pada golongan Streptokokus mulut yang
secara kolektif disebut Streptokokus mutans. Faktor – faktor tersebut
digolongkan menjadi tiga faktor utama yaitu gigi, saliva, mikroorganisme
dan substrat serta faktor tambahan yaitu waktu (Suwelo, 1992 ). Hubungan
dari faktor-faktor tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Proses terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plak di


permukaan gigi, sukrosa (gula) dari sisa makanan dan bakteri berproses
menempel pada waktu tertentu yang berubah menjadi asam laktat yang
akan menurunkan pH mulut menjadi kritis (5,5) yang akan menyebabkan
demineralisasi email berlanjut menjadi karies gigi. Secara perlahan-lahan
demineralisasi akan menyerang ke arah dentin tetapi belum sampai terjadi

5
pembentukan lubang (kavitas). Kavitasi baru timbul bila dentin terlibat
dalam proses tersebut.

2.3.2 Penyakit Periodontal

Permulaan terjadinya kerusakan biasanya timbul pada saat plak


bakterial terbentuk pada mahkota gigi, meluas disekitarnya dan menerobos
sulkus gingiva yang nantinya akan merusak gingiva disekitarnya. Plak
menghasilkan sejumlah zat yang secara langsung atau tidak langsung
terlibat dalam perkembangan penyakit periodontal. Peradangan pada
gingiva dan perkembangannya pada bagian tepi permukaan gigi terjadi
ketika koloni mikroorganisme berkembang.

Gingivitis bermanifestasi sebagai pembengkakan gusi berwarna


merah dan mudah mengalamai perdarahan. Periodontitis adalah suatu
infeksi bakterial persisten yang menyebabkan inflamasi kronik pada
daerah jaringan periodontal. Penyakit ini biasanya berkembang dari
gingivitis yang telah ada sebelumnya, namun tidak setiap gingivitis
menjadi periodontitis. Perubahan-perubahan dalam komposisi dan
perangai patogenik dari mikroorganisme dibandingkan faktor resistensi
pejamu serta mekanisme jaringan yang berkaitan, merupakan determinan
pada transisi dari gingivitis menjadi periodontitis dan pada proses
perusakan jaringan periodontal selanjutnya. Infeksi periodontal merupakan
kelainan yang prevalen pada manusia dengan parameter risiko yang jelas
berperan terhadap morbiditas penduduk dalam artian hilangnya gigi-geligi
dan fungsi oral yang berkurang. Periodontitis merupakan suatu infeksi
campuran dari kumankuman seperti Porphyromonas gingivalis, Prevotella
intermedia, Bacteroides forsythus, Actinobacillus actinomytemcomitans,
dan kuman-kuman Gram-positif, misalnya Peptostreptococcus micros dan
Streptococcus intermedius.

2.4 Dental Health Education

6
Salah satu tindakan pencegahan karies dan penyakit periodontal
yang paling baik adalah dengan menjaga kebersihan mulut dengan baik,
hal ini dapat mengurangi akumulasi plak yang merupakan penyebab
utamanya. Gigi haruslah dibersihkan dengan disikat sedikitnya dua kali
sehari dan lakukan pembersihan bagian proksimal gigi dengan
menggunakan dental floss setidaknya sekali sehari. Bebarapa hal yang
dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya karies dan penyakit
periodontal adalah sebagai berikut :

2.4.1 Pemilihan Sikat Gigi

Ada beberapa jenis sikat gigi yaitu:

1. Sikat Gigi Manual


Zaman sekarang banyak sikat gigi yang telah beredar dipasaran. Baik
merek, warna, ukuran dan berbagai bentuk. Ada yang memiliki kepala sikat
besar, ada yang berbulu sikat rata dan ada yang berbulu sikat melengkung.
Secara harafiah, para produsen sikat gigi berusaha menciptakan inovasi dan
meningkatkan kualitas sikat gigi tersebut sehingga diminati konsumen.
Sikat gigi manual adalah sikat gigi yang biasa digunakan sehari-hari
dengan kekuatan tangan. Pemilihan sikat gigi tergantung pada kebutuhan
setiap orang, ukurannya disesuaikan dengan besar mulut sehingga dapat
digunakan untuk membersihkan semua bagian mulut, demikian juga
kekerasan bulunya, ada yang lunak, agak keras dan keras bulunya
(Boediharjo, 1985).
2. Sikat Gigi Elektrik
Sikat gigi elektrik merupakan sikat gigi yang di gerakkan dengan kekuatan
listrik. Pada umumnya seseorang yang mempunyai kebiasaan baik untuk
menyikat gigi merasa lebih menyukai untuk memakai sikat gigi elektrik,
karena memudahkan pekerjaan yang harus dilakukan. Semua sikat listrik yang
dapat di terima, memiliki kepala yang kecil, dengan beberapa kelompok
filament (Forrest, 1995).
Sikat gigi elektrik dianjurkan bagi :
- Orang berusia lanjut

7
- Anak- anak kecil yang cacat dan pasien rumah sakit
- Seseorang yang menggunakan alat gigi (Srigupta, 2004).
2.4.2 Cara Menyikat Gigi
Cara menyikat gigi (Abdul Ghofur, 2012)
a. Gerakan vertical
Arah gerakan menggosok gigi ke atas kebawah dalam keadaan
rahang atas dan bawah tertutup. Gerakan ini digunakan untuk
permukaan gigi yang menghadap ke pipi, sedangkan untuk permukaan
yang menghadap lidah atau langit langit, gerakan menggosok gigi
keatas kebawah dalam keadaan mulut terbuka.
b. Gerakan Horizontal
Arah gerakan menggosok gigi ke depan dan belakang dari
permukaan bukal dan lingual. Gerakan menggosok pada bidang
kunyah dikenal dengan scrub brush, dengan menggunakan cara yang
dilakukan dan sesuai dengan bentuk anatomi permukaan kunyah.
c. Gerakan roll/modifikasi stillman
Gerakannya dimulai dengan meletakkan bulu sikat pada permukaan
gingiva, jauh dari permukaan bidang kunyah ujung bulu sikat
mengarah ke ujung akar perlahan melewati permukaan gigi sehingga
bagian belakang kepala sikat ebrgekan dalam lengkungan
d. Teknik Charter
Bulu-bulu sikat mengarah ke permukaan oklusal membentuk sudut
45o, sikat ditekan sehingga serabut-serabutnya melengkung dengan
ujung ditekan diantara kedua gigi kemudian dengan gerakan memutar
pada gagangnya, ujung sikat dipertahankan pada posisi ini. Tehnik ini
dianjurkan untuk pendertia dengan daerah interdental yang terbuka.
2.4.3 Pemakaian Sikat Gigi Efektif

Berdasarkan data Nielsen tahun 2014, rata-rata orang Indonesia


mengganti sikat gigi yang dipakainya satu kali dalam 10 bulan. Peneliti dari
University of Manchester menemukan lebih dari 200 juta bakteri pada bulu
sikat gigi, termasuk bakteri E.coli dan staphylocci. "Bakteri sangat mudah dan
cepat berkembang biak terutama pada sikat gigi karena kondisinya lembap,

8
terutama yang tidak terawat dan terlalu lama digunakan. Bakteri juga mudah
berpindah dari sikat gigi ke tubuh manusia melalui rongga mulut dan
kemudian menyebabkan timbulnya penyakit," jelas Prof. Mel. Berdasarkan
pada hal tersebut, ADA (American Dental Association) menganjurkan agar
sikat gigi digunakan kurang dari tiga bulan.

2.4.4 Waktu dan Frekuensi Menyikat Gigi


Menyikat gigi dua kali sehari cukup baik pada jaringan periodontium
yang sehat, tetapi pada jaringan periodontium yang tidak sehat di anjurkan
menyikat gigi tiga kali sehari. Waktu menyikat gigi seharusnya pagi setelah
serapan pagi paling lambat 10 menit sesudah makan. Dan malam sebelum
tidur karena sangat besar manfaatnya untuk mencegah timbulnya karies gigi.
Lamanya seseorang menyikat gigi di anjurkan minimal 5 menit, tetapi
umumnya orang menyikat gigi maksimum selama 2-3 menit. Bila menyikat
gigi dilakukan dalam waktu yang singkat, maka hasilnya tidak begitu baik dari
pada bila menyikat gigi dilakukan dalam waktu yang lebih lama, mengingat
banyaknya permukaan gigi yang harus dibersihkan. Tetapi hal ini tidak dapat
diambil sebagai patokan berhasil atau tidaknya seseorang menyikat gigi, sebab
hal ini masih tergantung pada cara-cara menyikat gigi.
2.4.5 Pembersihan Interdental
Cara pemakaian benang gigi (flossing) yang benar, yaitu : (Pratiwi, 2007).
a. Gunakan floss yang unwaxed (tidak dilapisi lilin). Floss yang
waxed dapat meninggalkan lapisan wax pada permukaan gigi.
b. Ambil benang gigi secukupnya (kira-kira 10-15 cm).
c. Lingkarkan ujungnya pada jari-jari tengah.
d. Lewatkan benang perlahan melalui titik kontak dengan
menggerakan benang dari arah depan ke belakang. Hindari
penekanan yang berlebihan karena dapat mengiritasi daerah gusi di
antara gigi.
e. Gerakkan benang dari arah gusi ke gigi (jangan sebaliknya) dengan
penekanan ke arah gigi supaya dapat mengangkat sisa-sisa kotoran
dengan sempurna.
2.4.6 Berkumur

9
Obat kumur biasanya bersifat antiseptik yang dapat membunuh kuman
sebagai timbulnya plak, radang gusi dan bau mulut. Namun, tindakan
berkumur tidak mengeliminir perlunya penyikatan gigi. Obat kumur juga
dapat menjadi penyegar mulut atau mengurangi bau mulut seusai makan.
Penggunaan obat kumur biasanya 20 ml setiap habis bersikat gigi dua kali
sehari. Obat kumur dikulum dalam mulut selama 30 detik kemudian
dikeluarkan. Bahan aktif yang terkandung dalam obat kumur antara lain timol,
eukaliptol, metal salisilat, mentol, klorheksidin glukonat, hidrogen peroksida
dan terkadang mengandung enzim dan kalsium. Bahan lain yang juga
terkandung adalah air, pemanis seperti sorbitol dan sodium sakarin dan
alkohol 20 % (Pratiwi, 2007).
2.4.7 Kontrol Periodik
Kunjungan ke dokter gigi setiap enam bulan sekali untuk mengetahui
kelainan dan penyakit gigi dan mulut yang mungkin terjadi secara dini.

10
BAB III

SIMPULAN DAN SARAN

3.1 Simpulan

Karies gigi merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh


demineralisasi email dan dentin yang erat hubungannya dengan konsumsi
makanan yang kariogenik. Etiologi karies bersifat multifaktorial, sehingga
memerlukan faktor-faktor penting seperti host, agent, mikroorganisme,
substrat dan waktu. Plak menghasilkan sejumlah zat yang secara langsung
atau tidak langsung terlibat dalam perkembangan penyakit periodontal.
Adanya Dental Health Education (DHE) untuk memberikan informasi
mengenai cara menjaga kesehatan gigi dan mulut kepada masyarakat
sehingga diharapkan prevelensi karies dan juga penyakit jaringan
penyangga gigi menurun.

3.2 Saran

Melalui program DHE diharapkan ada peran serta masyarakat


dalam meningkatkan kesehatan gigi dan mulutnya sehingga dengan
adanya peran serta ini tujuan dari DHE akan tercapai yaitu menambah
pengetahuan masyarakat tentang kesehatan gigi dan mulut,
mempengaruhi sikap dan merubah tingkah laku serta kebiasaan buruk,
serta memberikan keterampilan mengenai kesehatan gigi dan mulut
mencapai kesehatan gigi dan mulut masyarakat yang optimal.

11
DAFTAR PUSTAKA

Anatasia A., Tandah M.R., 2017, “Formulasi Sediaan Mouthwash Pencegah Plak

Gigi Ekstrak Biji Kakao (Theobroma cacao L) dan Uji Efektivitas


Pada Bakteri Streptococcus mutans”, Galenika Journal of
Pharmacy: 3(1): 85

Boediharjo., 1985. Pemeliharaan Kesehatan Gigi Dan Keluarga, Airlangga

University

Forrest., 1995. Winston Goom, Gump & Co Gramedia

Itjinningsih, 1995, Anatomi Gigi, Buku Kedokteran, Jakarta.

Komariah, Ridhawati Sjam,2012, “Kolonisasi Candida dalam Rongga Mulut”,

Majalah Kedokteran FK UKI: 28(1): 42

Pratiwi, D., 2007, Gigi Sehat merawat Gigi Sehari – hari, Penerbit Buku Kompas,
Jakarta.
Srigupta., 2004. Patologi Gigi Geligi. A.H.B Schuurs. 1993

Tandilangi M., Mintjelungan C., Wowor VNS., 2016, “Efektivitas Dental Health

Education dengan Media Animasi Kartun terhadap Perubahan


Perilaku Kesehatan Gigi dan Mulut Siswa SD Advent 02 Sario
Manado”, Jurnal e-GIGI: 4(2):107

Worotitjan I.,Mintjelungan CN.,Gunawan P., 2013, “Pengalaman Karies Gigi


Serta

Pola Makan dan Minum Pada Anak Sekolah Dasar di Desa Kiawa
Kecamatan Kawangkoan Utara,Jurnal e-Gigi: 1(1): 60

12
13

Anda mungkin juga menyukai