Perspektif Pendidikan Layanan Pendidikan Siswa SD
Perspektif Pendidikan Layanan Pendidikan Siswa SD
Kegiatan Belajar 1:
Prinsip-prinsip bimbingan di SD
Dalam pendidikan sekolah dasar, bimbingan diartikan sebagai proses pemberian
bantuan kepada siswa sebagai individu dan makhluk sosial. Bantuan ini diberikan dengan
memperhatikan perbedaan individu yang berdasarkan pada pemahaman tentang
kebutuhan dan karakteristik siswa. Dengan demikian, diharapkan siswa akan dapat
memecahkan masalahnya sendiri untuk mencapai perkembangan yang optimal. Bimibingan
juga merupakan salah satu kegiatan terpadu dalam keseluruhan upaya pendidikan di
sekolah, sehingga bimbingan dapat diartikan juga sebagai salah satu tugas yang harus
dilakukan oleh tenaga kependidikan yang bertugas di sekolah, terutama adalah oleh guru.
Tujuan bimibingan di SD adalah memberikan kemudahan belajar kepada para siswa.
Belajar percaya diri, menyadari kekurang dan kelebihan yang ada di dirinya, dan berinteraksi
secara baik dengan lingkunganya. Selain itu dengan adanya bimbingan siswa SD diharapkan
dapat memiliki perasaan positif, mampu memahami dan mengembangkan potensi dan
ketrampilan yang dimilikinya. Selain itu siswa diharapkan dapat bertanggungjawab dengan
apa yang dilakukan.
Sedangkan fungsi bimbingan pada siswa sekolah dasar terbagi menjadi:
1. Fungsi pengungkapan, yaitu untuk mengetahui keadaan siswa dengan cara pendekatan
kepada siswa;
2. Fungsi penyaluran, yaitu untuk membantu mengarahkan siswa pada kegiatan yang
dapat menunjang perkembanganya.
3. Fungsi penyesuaian, yaitu membantu siswa dalam menyesuaikan diri dengan
lingkunganya. Selain itu siswa juga mampu menyesuaikan keadaanya dalam mengikuti
suatu program atau kegiatan.
4. Fungsi pencegahan, yaitu membantu siswa mencegah adanya hambatan dan gangguan
dengnan cara membangkitkan dan menyadarkan siswa akan kekuatan/potensi yang
dimiliki.
5. Fungsi perkembangan, yaitu memaksimalkan perkembangan potensi siswa.
6. Fungsi perbaikan, yaitu memberikan bantuan agar siswa mampu memperbaiki sekaligus
meningkatkan perilaku yang masih kurang bagus.
Untuk dapat mencapai tujuan dan fungsi dari bimbingan pada siswa SD, maka kita
harus mengetaui prinsip-prinsip apa saja yang digunakan dalam bimbingan. Prinsip-prinsip
tersebut adalah:
1. Bimbingan untuk semua, dimana semua siswa mempunyai hak untuk mendapatkan
bimbingan,
2. Bimbingan dilakukan oleh semua Guru
3. Bimbingan diarahkan untuk perkembangan kognitif dan afektif siswa, dimana penekanan
bimbingan pada pengembangan aspek kognitif dan afektif siswa.
4. Bimbingan diberikan secara insidental dan informal,
5. Bimbingan ditekankan pada tujuan dan kebermaknaan belajar.
6. Bimbingan berfokus pada aset.
7. Bimbingan terhadap proses pendewasaan.
8. Bimbingan dilaksanakn secara bersama.
Dalam proses pemberian layahan bimbingan kepada siswa SD guru mempunyai
peranan penting. Guru seharusnya mampu menjalin hubungan kepada siswa, karena
dengan kedekatan guru dan siswa maka siswa akan terbuka terhadap gurunya. Guru kelas di
SD harus mampu memberikan layanan yang tepat, karena pemberian layanan kepada siswa
SD dilaksanakan oleh guru bersamaan dengan kegiatan pembelajaran.
Kegiatan Belajar 2:
Berbagai Layanan Pendidikan untuk Anak SD
Bimbingan kepada siswa SD diberikan sesuai dengan kebutuhan masing-masing
siswa. Karakteristik tersebut antara lain kemampuan siswa, kelainan fisik, kelainan mental,
dan lainya. Perbedaan karakteristik siswa akan membutuhkan pelayanan khusus agar
potensi yang dimiliki dapat berkembang optimal.
Layanan untuk siswa SD yang berbakat diberikan sesuai dengan bakat siswa. Siswa
berbakat merupakan siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa.
Kecerdasan yang dimaksud disini meliputi: kemampuan intelektual umum dan akademik
khusus; berpikir kreatif-produktif, psikososial; kinestik; dan psikomotorik.
Layanan Untuk Siswa Berbakat
Layanan yang diberikan untuk siswa berbakat dimulai dari mengidentifikasi bakat
anak yang dapat dilihat dari kelancaran (kemampuan menjawab pertanyaan), kelenturan
(Kemampuan memberikan jawaban yang beragam), dan kemurnian (kemampuan
memberikan respon). Setelah itu siswa dapat diberikan layanan dengan sesuai dengan
kebutuhan anak sehinggga akan mewujudkan potensinya. Layanan tersebut dapat berupa
adaptasi lingkungan, dan atau adaptasi program.
Layanan adaptasi lingkungan dapat dilakukan dengan cara memberikan kelas
pengayaan, guru bertindak sebagai konsultan, menjadikan ruangan sebagai sumber belajar,
melakukan studi mandiri, dan ditempatkan pada kelas khusus. Sedangkan adaptasi program
adalah layanan kepada siswa berbakat dengan melalui akselerasi, pengayaan, pencanggihan
materi, pembaruan, dan memodifikasi alternatif kurikulum.
Strategi pembelajaran yang dilakukan untuk memberikan layanan kepada siswa
berbakat harus diwarnai dengan kecepatan da kompleksitas yang sesuai dengan
kemampuanya. Pembelajaran tidak hanya mengembangkan kecerdasan intelektual, tetapi
juga pengembangan emosional anak. Pembelajaran anak berbakat juga harus berorientasi
pada modifikasi proses, isi dan out-put yang diharapkan. Sedangkan model layanan untuk
anak berbakat meliputi layanan perkembangan kognitif, nilai, moral, kreativitas, dan bidang
khusus.
Layanan perkembangan kreaifitas anak berbakat terbagi dalam tiga tingkatan.
Adapun tingkat pertama ditandai dengan fleksibilitas, originalitas, serta keterbukaan dan
keberanian mengambi resiko. Tingkat kedua, adanya pemetaan masalah dalam pemecahan
masalah. Tingkat ketiga dengan mengadakan perumusan masalah berdasarkan asumsi
tertentu.
Dalam memberikan layanan kepada anak berbakat, anak juga diberikan simulasi
imajinasi dan proses inkubasi. Simulasi imajinasi dapat dilakukand engan mengembangkan
fungsi otak koro dan faktor khusus anak, hal ini bertujuan agar anak melalui proses mental
manusiawi untuk menjadi sumber kekuatan berprestasi untuk menstimulasi dan memberika
energi pada tindakan kreatif. Selanjutnya anak akan mengikuti Proses inkubasi, yaitu berfikir
kreatif dalam mengatasi masalah.
Layanan bimbingan untuk anak berbakat juga memerlukan desain pembelajaran.
Desain tersebut diesuaikan dengan potensi dari anak. Desain pembelajaran tersebut
meliputi pengemasan materi, teknik pembelajaran, dan pelaksanaan model pembelajaran.
Selanjutnya anak akan mengikuti proses evaluasi yang juga telah disesuaikan dengan
kemampuan anak.