Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

KULTUR JARINGAN TANAMAN PADA UMBI


JALAR

DI

SUSU

N: O

Nama : Ahmad wasil


Nim: 1905901020039

DOSEN PENGAMPU : DEWI JUNITA SP.M.Si

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar
Belakang

Kultur jaringan adalah teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi


bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian
tersebut dalammedia buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur
tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman
dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Prinsip
utamanya adalah perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif
tanaman,menggunakan media buatan yang dilakukan ditempat steril.teknik kultur
jaringan pada saat ini telah berkembang menjadi teknik perkembangbiakan
tanaman yang sangat penting pada berbagai spesies tanamn.

Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara


vegetative. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara
mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan
bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptic yang kaya nutrisi dan
zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian
tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap.

Melalui kultur jaringan tanaman dapat diperbanyak setiap waktu sesuai


kebutuhan karena faktor perbanyakannya yang tinggi. Bibit dari varietas unggul
yangjumlahnyasangatsedikitdapatsegeradikembangkanmelaluikulturjaringan.
Pada tanaman perbanyakan melalui kultur jaringan, bila berhasil dapat lebih
menguntungkan karena sifatnya akan sama dengan induknya (seragam) dan
dalam waktu yang singkat bibit dapat diproduksi dalam jumlah banyak dan bebas
penyakit.

Prinsiputamadariteknikkulturjaringanadalahperbanyakantanamandengan
menggunakan bagian vegetative tanaman menggunakan media buatanyang
dilakukan di tempat steril. Faktor penting dalam kultur jaringan adalah bagian
tanaman yang dikulturkan dan medianya. Jaringan tanaman yang sering
digunakan dalam teknik kultur jaringan adalah kalus, sel, dan protoplasma, dan
organ tanaman meliputi, pucuk, bunga, daun, batang, dan akar.

Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman,


khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangkan secara generative. Dengan
perbanyakan tanaman secara kultu jaringan ini, diharapkan benih yang akan
dihasilkan terjamin mutunya maupun kesehatan benih itu sendiri.

Umbi jalar (Solanum tuberosum L) adalah tanaman sayuran dataran tinggi


yang termasuk family Solanaceae yang merupakan salah satu pangan utama
dunia setelah padi, gandum dan jagung karena kelebihannya dalam mensuplai
kurang lebih 12 vitamin esensial, mineral, protein, karbohidrat, dan zat besi serta
didukung dengan rasanya yang enak.

Tanaman umbi jalar merupakan tanaman dikotil yang menghasilkan umbi.


Tanaman kentang yang dibudidayakan di seluruh dunia dapat digolongkan ke dalam
dua kelompok sub spesies yaitu S.Tuberosumsusp. Tujuan dari perbanyakan kultur
jaringan pada kentang adalah untuk memproduksi sejumlah besar bahan tanaman
dengan gen identik, produksi sesuai dengan induknya.
BABB II
TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman umbi jalar (Solanum tuberosum L.) merupakan tanaman yang


berasal dari Amerika Selatan (Peru, Chili, Bolivia dan Argentina) serta beberapa
daerah Amerika Tengah (Hawkes, 1990 dalam Nurmayulis, 2005). Penyebaran
umbi jalarg ke Asia (India, Cina, dan Jepang), sebagian ke Afrika dan Kepulauan
Hindia Barat pada akhir abad ke-17 dan di daerah-daerah tersebut kentang ditanam
secara luas pada pertengahan abad ke-18 (Hawkes, 1992 dalam Nurmayulis, 2005).

Umbi jalar merupakan tanaman herba dikotil dan bersifat semusim atau
annual (Nonnecke, 1989). Tanaman kentang termasuk dalam famili Solanaceae
dengan genus Solanum dan spesies Solanum tuberosum L., berasal dari benua
Amerika
Selatan.BeberapaspesieskentangliarterdapatdiwilayahpegununganAndesmulai dari
Kolombia sampai Chilli, tanaman ini menyebar ke seluruh dunia melalui Eropa
danmenjadisalahsatubahanpanganpentingdunia(Smith,1986).

Nonnecke (1989) mengemukakan bahwa pada fase perkembangan tanaman


kentang, bentuk batang tegak lurus tetapi dengan bertambahnya umur tanaman,
batang menjadi kurang kokoh. Pada mulanya batang lunak dan padat, tetapi
kemudian berkembang menjadi bersegi (angular) dan berongga. Permadi et al.,
(1989) menyatakan bahwa batang tanaman kentang berongga dan tidak berkayu
kecuali pada tanaman yang sudah tua, bagian bawah batang dapat berkayu. Daun-
daun pertama tanaman kentang berupa daun tunggal, kemudian 5 daun-daun
berikutnya muncul berupa daun-daun majemuk dengan anak daun primer dan anak
daun sekunder. Daun menyirip majemuk dengan lembar daun bertangkai memiliki
ukuran, bentuk dan tekstur yang beragam (Rubatzky & Yamaguchi, 1998).

Kentang (Solanum tuberosum L.) varietas Granola kembang merupakan


kentang varietas unggul yang tergolong tipe simpangan dari kentang varietas
granola. Pelepasan kentang varietas granola kembang sebagai varietas unggul
diputuskan Apriyantono, (2005) dalam rangka untuk meningkatkan produksi
kentang.Tujuan dari perbanyakan kultur jaringan pada kentang adalah untuk
memproduksi sejumlah besar bahan tanaman dengan gen identik, produksi sesuai
dengan induknya (Wattimena, 1992 dalam Kusumaningrum, 2007).

BAB III
METODE KERJA

1. SterilisasiEksplan
Tahapan sterilisasi eksplan :
 Pengambilan tunas pada tanaman umbi jalar
 Membersihkantunasdengandeterjendiairyangmengalir
 Rendamdalamlarutanantiforminselama15menit
 Kemudian dibersihkan dengan air dandikeringkan.

2. PembuatanMedia
Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah media MS
 Media yang digunakan mengandung unsur hara makro, unsur hara
mikro, iron, vitamin serta 2 mL/L CaP (Calcium Pantotenat ), 10 mg/L
Myolisitol,40g/Lsukrosadan1Lakuades.
 Media diberi zat pengatur tumbuh dari air kelapa sesuai dengan
perlakuan.
 KeasamanmediadiukurdenganmenggunakanpHmeter
 Masukkanagar7g/L,laludipanaskanhinggalarutanmendidih.
 Larutantersebutdituangkedalambotolkulturyangtelahdiberilabel
 ditutup dengan aluminium foil dan plastik kemudian dikencangkan
dengankaret.
 Mediadiautoklafpadasuhu1210Cdengantekanan15psiselama20
menit.
 Mediadisimpandiruangkulturpadasuhu250Csebelumdigunakan.
3. Penanamaneksplan
Cara penanaman eksplan:
 Sebelum melakukan kegiatan penanaman sebaiknya pakai masker
mulut
 Semprotkan alat dan bahan yang akan digunakan dengan alkohol,
kemudian dimasukkan kedalam laminar airflow.
 setiapbotolterdiriatas3eksplanplanletkentang.
 Setelah eksplan dipindahkan ke dalam botol kultur, botol kultur ditutup
dengan menggunakan aluminium foil dan diikat dengan karet. Setelah itu
botol eksplan diinkubasi di dalamruangan.
4. Aklimatisasi
Tahapan aklimatisasi dapat dilakukan sebagai berikut:
 Plantlet dikeluarkan dari botol kultur, kemudian dicuci dengan air
sampai bersih terutama bagianakarnya.
 Pemisahan dilakukan dengan hati-hati agar akar tanaman tidak
putus
 Media tanam berupa campura tanah danseka
 Mediadimasukkankedalampolibagyangtelahdilubangibawahnya
 Penanaman dilakukan dengan memasukkan benih kedalam media
yang telahdisiapkan
 Kemudian disiram dengan air lalu disungkupdengan kantong
plastik bening, dengan tujuan menjagakelembaban.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. InisiasiKultur
Inisiasi adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan
dikulturkan. Bagian tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan kultur jaringan
pada tanaman kentang adalah bagian tunas.Tujuan utama dari propagasi secara in-
vitro tahap ini adalah pembuatan kultur dari eksplan yang bebas mikroorganisme
serta inisiasi pertumbuhan baru (Wetherell, 1976) tahap ini mengusahakan kultur
yang aseptik atau aksenik. Aseptik berarti bebas dari mikroorganisme maupun
penyakit, sedangkan aksenik berarti bebas dari mikroorganisme yang tidak
diinginkan. Dalam tahap ini juga diharapkan bahwa eksplan yang dikulturkan akan
menginisiasi pertumbuhan baru, sehingga akan memungkinkan dilakukannya
pemilihan bagian tanaman yang tumbuhnya paling kuat,untuk perbanyakan
(multiplikasi) pada kultur tahap selanjutnya (Wetherell, 1976).

Masalah yang sering dihadapi pada kultur tahap ini adalah terjadinya
pencokelatan atau penghitaman bagian eksplan (browning). Hal ini disebabkan oleh
senyawa fenol yang timbul akibat stress mekanik yang timbul akibat pelukaan pada
waktu proses isolasi eksplan dari tanaman induk. Senyawa fenol tersebut bersifat
toksik, menghambat pertumbuhan atau bahkan dapat mematikan jaringan eksplan.

2. SterilisasiEksplan
Sterilisasi adalah suatu kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di tempat
yang steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga steril.
Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol yang
disemprotkan secara merata pada peralatan yang digunakan. Teknisi yang
melakukan kultur jaringan juga harus steril. Tunas hidup di atas tanah sering banyak
tanah yang melekat perlu dibersihkan hal ini karena pada eksplan tunas khususnya
pada kentang mengandung jamur seperti fusarium.

3. Multiplikasi atau PerbanyakanPropagul


Multiplikasi adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan menanam
eksplan pada media. Kegiatan ini dilakukan di laminar flow untuk menghindari
adanya kontaminasi yang menyebabkan gagalnya pertumbuhan eksplan pada
kentang. Tabung reaksi yang telah ditanami ekplan diletakkan pada rak-rak dan
ditempatkan di tempat yang steril dengan suhu kamar. Tahap ini bertujuan untuk
menggandakan propagul atau bahan tanaman yang diperbanyak seperti tunas atau
embrio, serta memeliharanya dalam keadaan tertentu sehingga sewaktu-waktu bisa
dilanjutkan untuk tahap berikutnya. Pada tahap ini, perbanyakan dapat dilakukan
dengan cara merangsang terjadinya pertumbuhan tunas cabang dan percabangan
aksiler atau merangsang terbentuknya tunas pucuk tanaman secara adventif, baik
secara langsung maupun melalui induksi kalus terlebih dahulu. Seperti halnya
dalam kultur fase inisiasi, di dalam media harus terkandung mineral, gula, vitamin,
dan hormon dengan perbandingan yang dibutuhkan secara tepat (Wetherell, 1976).

Hormon yang digunakan untuk merangsang pembentukan tunas tersebut


berasal dari golongan sitokinin seperti BAP, 2-iP, kinetin, atau thidiadzuron (TDZ).
Kemampuanmemperbanyakdiriyangsesungguhnyadarisuatuperbanyakansecara in-
vitro terletak pada mudah tidaknya suatu materi ditanam ulang selama multiplikasi
(Wetherell, 1976). Eksplan tanaman kentang dalam kondisi bagus dan tidak
terkontaminasi dari tahap inisiasi kultur dipindahkan atau disubkulturkan ke media
yang mengandung sitokinin. Subkultur dapat dilakukan berulang-ulang kali sampai
jumlah tunas yang kita harapkan, namun subkultur yang terlalu banyakdapat
menurunkan mutu dari tunas yang dihasilkan, seperti terjadinya penyimpangan
genetik (aberasi), menimbulkan suatu gejala ketidak normalan (vitrifikasi) dan
frekuensi terjadinya tanaman off-type sangatbesar.
4. PemanjanganTunas,Induksi,danPerkembanganAkar
Pengakaran adalah fase dimana eksplan akan menunjukkan adanya
pertumbuhan akar yang menandai bahwa proses kultur jaringan yang dilakukan
mulai berjalan dengan baik. Pengamatan dilakukan setiap hari untuk melihat
pertumbuhan dan perkembangan akar serta untuk melihat adanya kontaminasi oleh
bakteri ataupun jamur. Eksplan yang terkontaminasi akan menunjukkan gejala
sepertiberwarnaputihataubiru(disebabkanjamur)ataubusuk(disebabkanbakteri).
Tujuan dari tahap ini adalah untuk membentuk akar dan pucuk tanaman yang cukup
kuat untuk dapat bertahan hidup sampai saat dipindahkan dari lingkungan in-vitro ke
lingkungan luar. Dalam tahap ini, kultur tanaman akan memperoleh ketahanannya
terhadap pengaruh lingkungan, sehingga siap untuk diaklimatisasikan (Wetherell,
1976).
Tunas-tunas yang dihasilkan pada tahap multiplikasi di pindahkan ke media
lain untuk pemanjangan tunas. Media untuk pemanjangan tunas mengandung
sitokinin sangat rendah atau tanpa sitokinin. Tunas tersebut dapat dipindahkan
secara individu atau berkelompok. Pemanjangan tunas secara berkelompok lebih
ekonomis daripada secara individu. Setelah tumbuh cukup panjang, tunas tersebut
dapat diakarkan. Pemanjangan tunas dan pengakarannya dapat dilakukan sekaligus
atau secara bertahap, yaitu setelah dipanjangkan baru diakarkan. Pengakaran tunas
in-vitro dapat dilakukan dengan memindahkan tunas ke media pengakaran yang
umumnya memerlukan auksin seperti NAA atau IBA. Keberhasilan tahap ini
tergantung pada tingginya mutu tunas yang dihasilkan pada tahap sebelumnya.

5. Aklimatisasi
Dalam proses perbanyakan tanaman kentang secara kultur jaringan, tahap
aklimatisasi planlet merupakan salah satu tahap kritis yang sering menjadi kendala
dalam produksi bibit secara masal. Pada tahap ini, planlet atau tunas mikro
dipindahkan ke lingkungan di luar botol seperti rumah kaca , rumah plastik, atau
screen house (rumah kaca kedap serangga). Proses ini disebut aklimatisasi.
Aklimatisasi adalah proses pengkondisian planlet atau tunas mikro (jika pengakaran
dilakukan secara ex-vitro) di lingkungan baru yang aseptik di luar botol, dengan
media tanah, atau pakis sehingga planlet dapat bertahan dan terus menjadi bibit
yang siap ditanam di lapangan.
Prosedur pembiakan dengan kultur jaringan baru bisa dikatakan berhasil jika
planlet dapat diaklimatisasi ke kondisi eksternal dengan keberhasilan yang
tinggi.Tahap ini merupakan tahap kritis karena kondisi iklim mikro di rumah kaca,
rumah plastik, rumah bibit, dan lapangan sangatlah jauh berbeda dengan kondisi
iklim mikro di dalam botol. Kondisi di luar botol bekelembaban nisbi jauh lebih
rendah, tidak aseptik, dan tingkat intensitas cahayanya jauh lebih tinggi daripada
kondisi dalam botol. Planlet atau tunas mikro lebih bersifat heterotrofik karena
sudah terbiasa tumbuh dalam kondisi berkelembaban sangat tinggi, aseptik, serta
suplaiharamineraldansumberenergiberkecukupan.

Disamping itu tanaman kentang tersebut memperlihatkan beberapagejala


ketidak normalan, seperti bersifat sukulen, lapisan kutikula tipis, dan jaringan
vaskulernyatidakberkembangsempurna,morfologidaunabnormaldengantidak
berfungsinyastomatasebagaimanamestinya.Struturmesofilberubah,danaktifitas
fotosintesis sangat rendah. Dengan karakteristik seperti itu, palanlet atau tunas
mikromudahmenjadilayuataukeringjikadipindahkankekondisieksternlsecara tiba-
tiba. Karena itu, planlet atau tunas mikro tersebut diadaptasikan ke kondisi
lngkungan yang baru yang lebih keras. Dengan kata lain planlet atau tunasmikro
perludiaklimatisasikan.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kultur jaringan merupakan salah satu penerapan dari bioteknologi modern


yang di gunakan untuk memperbanyak suatu tanaman dengan cara mengisolasi
bagian dari suatu tanaman kemudian menumbuhkannya dalam kondisi
aseptik.Tujuan dari kultur jaringan adalah untuk menciptakan tanaman baru dalam
jumlah yang banyak secara cepat dan dalam waktu yang singkat serta untuk
mendapatkan bibit yang bebas dari hama dan penyakit.
Salah satu penerapan dari teknik kultur jaringan adalah pada tanaman
kentang.Tanaman kentang di pilih karena tanaman ini bisa di perbanyak
melalui proses kultur jaringan.Salah satu syarat dari kultur jaringan ini adalah
dengan
penggunaaneksplan,denganeksplanyangbaikakandidapatkanbibityangbaik pula.

B. Saran
Apabila ingin mengkulturkan tanaman sebaiknya dilakukan didalam ruangan
yang steril agar tidak terkontaminasi, dan memdapatkan hasil benih kultur yang
bagus.

DAFTAR PUSTAKA

1. ULFA

MASYITAhttp://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/6166/130805020.p
df?sequence=13diaksespadatanggal13juni2021.
2. MAHFUDHOH SITIhttps://blog.ub.ac.id/andylaw/2012/06/04/kultur-jaringan-

tanaman-kentang/&isAllowed=y.diaksespadatanggal13jini2021.
3. Kusumaningrum, I.S. 2007. Evaluasi Pertumbuhan
In Vitro dan Produksi Umbi Mikro Beberapa
Klon Kentang (Solanumtuberosum
L.) Hasil Persilangan Kultivar AtlantikdanGranola.Skripsi.
Program Studi Hortikultura Fakultas Pertanian Bogor di aksespada tanggal 14
juni2021.
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai