Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH KASUS PEMICU KE-V

LAPORAN PENDAHULUAN MASALAH PEMBERIAN


ASI
disusun guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan
Neonatus Bayi Balita dan Anak Prasekolah
Dosen Pembimbing : Linda Ika Puspita Arianti, M.Keb

Disusun Oleh :

Amelia Zisca Devy (NIM. 200550002)


Firda Izzatul Wahidah (NIM. 200550005)
Sella Anggraini Septia Wulandari (NIM. 200550013)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


AKADEMI KEBIDANAN JEMBER
YAYASAN PENDIDIKAN TENAGA KESEHATAN JEMBER

2021
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah berjudul:

Laporan Pendahuluan Masalah Pemberian ASI

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi,
Balita dan Anak Pra Sekolah
Telah diketahui dan disetujui oleh:

Dosen Pembimbing Dosen PJMK

Linda Ika Puspita Arianti, M.Keb Linda Ika Puspita Arianti, M.Keb
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena penulisan makalah
ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini membahas tentang Laporan
Pendahuluan Masalah Pemberian ASI, diharapkan dapat memberi pengetahuan
serta menambah wawasan bagi siapapun yang membaca makalah ini.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis
mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun. Atas dukungan moral
dan materil yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada:
1. Ibu dr Nurul Aini, M.Kes selaku Direktur Akademi Kebidanan Jember.
2. Ibu Linda Ika P, M.Keb. selaku Ka Prodi Akademi Kebidanan Jember.
3. Ibu Linda Ika P, M.Keb selaku pengajar mata kuliah Asuhan Kebidanan
Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah Akademi Kebidanan Jember.
4. Teman-teman tingkat 2 Akademi Kebidanan Jember.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca, terutama bagi
penulis sendiri untuk mempermudah pemahaman dan peningkatan pengetahuan.

Jember, Oktober 2021

Tim Penulis,

ii
DAFTAR ISI
Halaman pengesahan .............................................................................................. i
Kata pengantar ....................................................................................................... ii
Daftar isi ................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang........................................................................................ ..1
1.2. Tujuan ....................................................................................................... 2
1.2.1 Tujuan Umum ............................................................................. 2
1.2.2 Tujuan Khusus ............................................................................ 2
1.3. Manfaat .................................................................................................... 2
1.3.1 Bagi Institusi ................................................................................. 2
1.3.2 Bagi Lahan .................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teori ........................................................................................... 3
2.1.1 Pengerian ASI Ekslusif ................................................................. 3
2.1.2 Mekanisme Menyusui .................................................................. 5
2.1.3 Perubahan Fisiologi Menyusui .................................................... 6
2.1.4 Perubahan Psikologi Menyusui ................................................... 7
2.1.5 Rencana Asuhan Fisiologi Menyusui.......................................... 8
2.1.6 Menyusui pada Masa Pandemic Covid-19 .................................. 10
2.2.6 MTBM Pemberian ASI ............................................................... 10
2.2. Manajemen Asuhan Kebidanan Varney .................................................. 12
2.2.1 Data Dasar (Subyektif dan Obyektif) ......................................... 12
2.2.2 Interpretasi Data Dasar (Diagnosa dan Masalah Aktual) ............ 12
2.2.3 Diagnosa dan Masalah Potensia................................................... 18
2.2.4 Kebutuhan yang memerlukan pertolongan segera ....................... 18
2.2.5 Intervensi...................................................................................... 18
2.2.6 Implementasi ................................................................................ 19
2.2.7 Evaluasi ....................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menyusui suatu proses yang alami dimana tahapan memberikan makanan
pada bayi berupa air susu ibu (ASI) langsung dari payudara ibu (Depkes RI, 2011)
bukan hal baru yang akan dilalui oleh seorang perempuan setelah melahirkan.
Pengetahuan dan latihan yang tepat sangat diperlukan untuk
mengoptimalkanproses menyusui (Riskani, 2012).
Hasil penelitian Coca, Gamba, Silva, Freitas, dan Abrão (2011) ditemukan
masalah yang sering dialami ibu menyusui yaitu puting susu lecet. Jumlahnya
57,4% ibu yang menyusui mengalami puting lecet/nyeri. Masalah putting susu
lecet sekitar 95% dan terjadi pada ibu yang menyusui bayinya dalam posisi yang
tidak benar . Ketika ada kesalahan dalam teknik menyusui dikarenakan posisi bayi
saat menyusu tidak tepat areola dan hanya sampai di putting susu. Kesalahan
lainnya karena disebabkan ketika ibu berhenti menyusui dan kurang hati-hati.
Berdasarkan Survei Kesehatan dan Demografi Indonesia (SKDI) tahun
2012, menyatakan memberikan ASI eksklusif untuk bayi dibawah usia 2 bulan
sekitar 50,8 % seiring bertambahnya usia bayi. Presentase tersebut semakin
menurun, yaitu bayi 2-3 bulan sekitar 48,9 % dan bayi 4-5 bulan hanya 27 %.
Yang lebih memprihatinkan adalah ada sekitar 12,5 % bayi dibawah usia 6 bulan
yang tidak disusui sama sekali. Banyak faktor memengaruhi kegagalan ASI yang
pertama adalah faktor pendidikan yang kurang tentang ASI Eksklusif (32%)
karena produksi ASI yang menurun. Kedua disebabkan karena kesibukan ibu
(28%), yaitu banyak ibu yang menghentikan memberi ASI Eksklusif karena ibu
harus bekerja. Ketiga disebabkan karena banyak yang mengiklankan promosi susu
formula (16%), ibu yang menghentikan memberi ASI karena tertarik iklan susu
formula. Selain itu, juga dipengaruhi faktor sosial dan budaya (24%) yang
meliputi nilai dan kebiasaan yang ada di masyarakat yang menghambat ibu
memberi ASI Eksklusif (Amin, 2014).
Secara nasional pemberian ASI eksklusif untuk bayi usia ≤ 6 bulan hanya
55,7% (Depkes RI, 2015). Prevalansi ASI eksklusif di dunia masih rendah 39%

1
(Nkala,2011). Sedangkan rumah sakit sayang ibu dan bayi untuk keberhasilan
dalam menyusui sekitar 40% rumah sakit (Kurniawan, 2013). Berdasarkan data
dan informasi Pusat Data Kementerian Kesehatan Indonesia (2014) menyatakan
cakupan pemberian ASI untuk bayi di negara Indonesia hanya berkisar 54,3%.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan laporan ini adalah agar mahasiswa mampu
mengingat kembali mengenai konsep asuhan kebidanan neonatus agar dapat
diimplementasikan kepada pasien dengan benar dan sesuai prosedur yang ada.
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan laporan ini adalah agar mahasiswa lebih
memahami tentang :
a. Pengertian ASI Ekslusif
b. Mekanisme Menyusui
c. Perubahan Fisiologi Menyusui
d. Perubahan Psikologi Menyusui
e. Rencana Asuhan Fisiologi Menyusui
f. Menyusui Pada Masa Pandemic Covid-19

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Institusi
Penulisan laporan ini dapat digunakan sebagai tambahan pembelajaran
dan informasi tentang asuhan kebidanan neonatus, bayi, balita dan anak pra
sekolah tentang masalah Pemberian ASI
1.3.2 Bagi Lahan Praktik
Hasil penulisan ini dapat memberikan masukan terhadap petugas tenaga
kesehatan untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan untuk masyarakatdan
selalu menjaga mutu pelayanan kesehatan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori


2.1.1 Definisi ASI Ekslusif
Air Susu Eksklusif yang selanjutnya disebut ASI Eksklusif adalah air susu
ibu yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa
menambahkan dan atau mengganti dengan makanan atau minuman lain (Perbup
Sleman no. 38 tentang IMD dan ASI Eksklusif, 2015).
Pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan memiliki banyak manfaat bagi
bayi dan ibu.Manfaat bagi bayi diantaranya adalah perlindungan terhadap infeksi
gastrointestinal baik di Negara berkembang dan di Negara industri.Meyusui
meningkatkan kecerdasan, kehadiran di sekolah, dan dikaitkan dengan pendapatan
yang lebih tinggi ketika kehidupan dewasa (Kementerian Kesehatan RI, 2018).
Menyusui memiliki banyak manfaat yang dapat ditinjau dari beberapa
aspek. Apabila dilihat dari komposisinya, ASI mengandung kolostrum yang
merupakan cairan pelindung bayi yang kaya akan zat anti-infeksi,protein tinggi
dan garam anorganik.Kolostrum ini merupakan air susu pertama yang keluar 1-2
hari setelah ibu melahirkan dan berwarna kekuningan. ASI pun mengandung
taurin yang berfungsi sebagai neuro transmiter serta berperan dalam proses
maturasi sel otak, susunan saraf serta pertumbuhan retina (Utami, Roesli, 2008 &
Nurbaeti, Irma dkk, 2013).

2.1.2 Mekanisme Menyusui


Manajemen laktasi sejak masa kehamilan hingga persalinan. Berikut
sejumlah hal penting dalam manajemen laktasi agar dapat terus berjalan lancar:
1. Frekuensi pemberian ASI
Frekuensi pemberian ASI yang baik adalah sekitar 8-12 kali dalam 24
jam dengan rata-rata durasi menyusu adalah 15-20 menit untuk tiap
payudara. Penting untuk memperhatikan frekuensi pemberian ASI agar
kebutuhan nutrisi bayi tercukupi sekaligus menjaga produksi ASI tetap
banyak.

3
2. Asupan makanan ibu
Ibu menyusui perlu membatasi konsumsi makanan dan minuman yang
mengandung kafein dan alkohol karena dapat memengaruhi kandungan
gizi dalam produksi ASI.
3. Masalah menyusui
Beragam masalah dapat timbul saat menyusui, antara lain nyeri payudara,
luka pada puting, hingga penyumbatan air susu. Segera periksakan diri ke
dokter jika ada keluhan agar tidak menganggu proses menyusui.
4. Tanda kecukupan ASI
Pahami tanda bayi sudah cukup ASI. Jika asupan ASI tercukupi, air seni
bayi akan berwarna kuning jernih dan berat badan bayi akan mengalami
peningkatan selama tiga bulan pertama usianya. Bayi juga akan terlihat
puas.
5. Kondisi kesehatan Ibu
Proses laktasi bisa berjalan lancar jika ibu memiliki kondisi kesehatan
yang baik. Terapkan pola hidup sehat seperti konsumsi makanan bergizi
seimbang, minum air putih yang cukup, dan cerdas mengelola stres.
Jika ibu sedang sakit, terutama sedang mengalami penyakit menular seperti
flu atau batuk, hindari berada di dekat bayi agar si kecil tidak tertular untuk
sementara waktu. Apabila akan menyusui, gunakan masker secara baik dan benar,
serta rutin cuci tangan sebelum dan sesudah menyusui bayi. Sementara itu, bagi
ibu menyusui yang sedang menjalani pengobatanan khusus, terutama yang
berlangsung jangka panjang seperti kemoterapi, radioterapi, dan sejenisnya,
sebaiknya melakukan konsultasi terlebih dulu dengan dokter untuk mengetahui
efek sampingnya pada bayi. Selain kelima hal di atas, ibu juga perlu
memperhatikan posisi menyusui. Posisi menyusui dan perlekatan bayi pada
payudara yang tepat akan membuat ibu dan bayi lebih nyaman, sehingga proses
menyusui lebih lancar. Ibu dapat mempraktikkan variasi menyusui seperti posisi
duduk maupun berbaring. Jika dalam proses dan penerapannya terdapat sejumlah
masalah, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter atau konsultan laktasi.
Keberhasilan proses menyusui adalah kunci kecukupan gizi dan nutrisi bagi
tumbuh kembang yang baik bagi bayi.

4
2.1.3 Perubahan Fisiologi Menyusui
a. Produksi air susu ibu
Terjadi peningkatan suplai darah yang beredar lewat payudara dan dapat
ektraksi bahan penting untuk pembentukan air susu. Globulin, lemak, dan
molekul-molekul protein dari dasar sel-sel sekretoris akan
membengkakkan acini dan mendorongnya menuju ke tubuli lactifer.
Peningkatan kadar prolaktin akan menghambat ovulasi dan dengan
demikian juga mempunyai fungsi kontrasepsi, tetapi ibu perlu memberikan
air susu 2 sampai 3 kali tiap jam agar pengaruhnya benar-benar efektif.
Kadar prolaktin pa;ong tinggi adalah pada malam hari, dan penghentian
pertama pemberian air susu dilakukan pada malam hari, yang biasanya
memang demikian, maka metode-metode kontrasepsi yang lebih reliabel
harus dipakai apabila ingin menghindari kehamilan.
b. Pengeluaran air susu
Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang beerima akan
menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat didalam gradula pituitaria
posterior. Akibat langsung reflek ini adalah dikeluarkannya oksitosin dari
pituitaria posterior, hal ini akan menyebabkan sel-sel mioepitel (sel
keranjang atau sel laba-laba) disekitar alveoli akan berkontraksi dan
mendorong air susu masuk kedalam pembuluh lactifer, dan dengan
demikian lebih banyak air susu yang mengalir kedalam ampullae. Reflek
ini dapat dihambat oleh adanya rasa sakit, misalnya jahitan perineum.
Dengan demikian penting untuk mendapatkan ibu dengan posisi yang
nyaman, santai, dan bebas dari rasa sakit, terutama pada jam-jam
menyusukan anak. Sekresi oksitosin yang sama juga akan menyebabkan
otot uterus berkontraksi dan membantu involusi uterus selama puerperium
(masa nifas).
c. Pemeliharaan laktasi
Dua faktor penting pemeliharaan laktasi adalah :
1) Rangsangan
Bayi yang minum air susu ibu perlu sering menyusu, terutama pada
hari-hari neonatal awal. Penting bahwa bayi ”di fiksasi” pada payudara

5
dengan posisi yang benar apabila diinginkan untuk meningkatkan
rangsangan yang tepat. Rangsangan gusi bayi sebaiknya berada pada
kulit areola, sehingga tekanan diberikan pada ampulla yang ada
dibawahnya sebagai tempat tersimpannya air susu. Dengan demikian
bayi minum dari payudara, dan bukan dari papilla mammae. Apabila
ibu mengeluh rasa sakit, maka bayi tidak terfiksasi dengan benar.
2) Pengosongan payudara secara sempurna sebelum diberikan payudara
yang lain. Apabila bayi tidak mengosongkan payudara yang kedua,
maka pada pemberian air suus yang berikutnya payudara kedua ini
yang diberikan pertama kali atau bayi mungkin sudah kenyang dengan
satu payudara, maka payudara yang kedua digunakan pada pemberian
air susu berikutnya. Apabila diinginkan agar bayi benar-benar puas
(kenyang), maka bayi perlu diberikan baik air susu pertama maupun air
susu kedua pada saat sekali minum. Hal ini hanya dapat dicapai
dengan pengosongan sempurna pada satu payudara.

2.1.4 Perubahan Psikologi Menyusui


Gangguan pada psikologi ibu yang dapat menghambat dalam pemberian
ASI antara lain perasaan khawatir ASI tidak lancar serta merasa tidak nyaman
ketika menyusui. Ketika ASI tidak keluar banyak pada hari pertama dan kedua
setelah melahirkan ibu langsung memberikan susu formula kepada bayi karena
takut jika hanya mengandalkan ASI saja bayi akan rewel karena kelaparan. Selain
itu ibu merasa takut penampilan berubah karena suami tidak suka ketika berat
badan ibu meningkat dan gemuk.
Kegagalan dalam memberikan ASI eksklusif salah satunya disebabkan oleh
ibu yang tidak siap secara fisik dan mental ketika menyusui sehingga tidak sedikit
ibu memutuskan memberi makanan prelakteal berupa susu formulaketika ASI
tidak lancar pada awal menyusui. Padahal bayi dapat bertahan tanpa makanan atau
minum sampai 2x24 jam sejak lahir (Mufdlilah dkk, 2019).
Keadaan psikologi ibu yang baik akan memotivasi ibu untuk menyusui
bayinya sehingga hormon yang berperan pada produksi ASI akan meningkat.
Kondisi psikologi ibu mempengaruhi reflek prolaktin dan oksitoksin yang

6
mempengaruhi kelancaran laktasi. Rasa khawatir dan sedih akan menghambat
reflek tersebut yang menyebabkan ASI tidak lancar (Maryam, 2014).

2.1.5 Rencana Asuhan Fisiologi Menyusui


a. Sebelum menyusui, pijat payudara dengan lembut, mulailah dari luar
kemudian perlahan-lahan bergerak ke arah puting susu dan lebih berhati-
hati pada area yang mengeras
b. Menyusui sesering mungkin dengan jangka waktu selama mungkin,
susui bayi dengan payudara yang sakit jika ibu kuat menahannya, karena
bayi akan menyusui dengan penuh semangat pada awal sesi menyususi,
sehingga bisa mengeringkannya dengan efektif
c. Lanjutkan dengan mengeluarkan ASI dari payudara itu setiap kali
selesai menyusui jika bayi belum benar-benar menghabiskan isi
payudara yang sakit tersebut
d. Tempelkan handuk halus yang sudah dibasahi dengan air hangat pada
payudara yang sakit beberapa kali dalam sehari (atau mandi dengan air
hangat beberapa kali), lakukan pemijatan dengan lembut di sekitar area
yang mengalami penyumbatan kelenjar susu dan secara perlahan-lahan
turun ke arah puting susu
e. Kompres dingin pada payudara di antara waktu menyusui
f. Pakai bra yang dapat menyangga payudara Ibu sudah mengerti dan
berjanji akan melakukannya.
g. Mengajarkan ibu teknik dan posisi menyusui yang baik, yaitu:
1) Usahakan pada saat menyusui ibu dalam keadaan tenang. Hindari
menyusui pada saat keadaan haus dan lapar oleh karena itu
dianjurkan untuk minum segelas air /secukupnya sebelum menyusui
2) Memasukkan semua areola mamae kedalam mulut bayi
3) Ibu dapat menyusui dengan cara duduk atau berbaring dengan santai
dan dapat menggunakan sandaran pada punggung
4) Sebelum menyusui usahakan tangan dan payudara dalam keadaan
bersih

7
5) Payudara dipegang dengan ibu jari di atas, jari yang lain menopang
di bawah (bentuk C) atau dengan menjepit payudara dengan jari
telunjuk dan jari tengah (bentuk gunting) dibelakang areola
6) Berikan ASI pada bayi secara teratur dengan selang waktu 2-3 jam
atau tanpa jadwal (on demand) selama 15 menit. Setelah salah satu
payudara mulai terasa kosong, sebaiknya ganti menyusui pada
payudara yang satunya
7) Setelah selesai menyusui oleskan ASI ke payudara, biarkan kering
sebelum kembali memakai bra, langkah ini berguna untuk mencegah
lecet pada putting
8) Sendawakan bayi tiap kali habis menyusui untuk mengeluarkan
udara dari lambung bayi supaya bayi tidak kembung dan muntah Ibu
sudah mengerti dan berjanji akan melakukannya.

2.1.7 Menyusui pada Masa Pandemic COVID-19


1. Pada ibu hamil suspek, probable, dan terkonfirmasi COVID-19, saat
pelayanan antenatal mulai diberikan KIE mengenai pilihan IMD, rawat
gabung, dan menyusui agar pada saat persalinan sudah memiliki
pemahaman dan keputusan untuk perawatan bayinya (Kirana.2020).
2. Tenaga kesehatan harus melakukan konseling terlebih dahulu mengenai
bahaya dan risiko penularan COVID-19 dari ibu ke bayi, manfaat IMD,
serta manfaat menyusui (dilakukan pada saat antenatal atau menjelang
persalinan). (Kirana.2020).
3. Perawatan harus memenuhi protokol kesehatan ketat, yaitu jarak antara
ibu dengan bayi minimal 2 meter saat tidak menyusui. Bayi dapat
ditempatkan di inkubator atau tempat tidur bayi (cots) yang dipisahkan
dengan tirai. (Kirana.2020).
4. Ibu rutin dan disiplin mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang
dan menyusui bayi. (Kirana.2020).
Manajemen laktasi masa covid (Kirana.2020).

8
a. Menyusui sangat bermanfaat bagi kesehatan dan kelangsungan hidup
anak. Efek perlindungan ASI sangat kuat dalam melawan infeksi
penyakit melalui peningkatan daya tahan tubuh anak.
b. ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi baru lahir sehat maupun
sakit. Sampai saat ini, penularan COVID-19 melalui ASI masih belum
diketahui secara pasti. Namun, harusdiperhatikan risiko utama saat bayi
menyusu adalah kontak dekat dengan ibu, yang cenderung terjadi
penularan melalui droplet.
c. Apabila ibu dan keluarga menginginkan untuk menyusui dan dapat
patuh melakukan pencegahan penularan COVI-19,maka tenaga
kesehatan akan membantu melaluiedukasi dan pengawasan terhadap
risiko penularan COVID-19. Menyusui langsung dapat dilakukan bila
klinis ibu tidak berat dan bayi sehat.
d. Terkait cara pemberian nutrisi bagi bayi baru lahir dari Ibu Suspek,
Probable, dan Terkonfirmasi COVID-19 ditentukan oleh klinis ibunya
1. Pada kondisi klinis ibu berat sehingga tidak memungkinkan ibu
memerah ASI dan terdapat sarana-prasarana fasilitas pelayanan
kesehatan yang memadai :
a. Keluarga dan tenaga kesehatan memilih mencegah
risiko penularan, dengan melakukan pemisahan
sementara antara ibu dan bayi.
b. Makanan pilihan bagi bayi adalah ASI donor yang layak
(dipasteurisasi) atau susu formula.
2. Pada kondisi klinis ibu ringan/sedang di mana keluarga dan tenaga
kesehatan memilih mengurangi risiko penularan dan mempertahan-
kan kedekatan ibu dan bayi, maka pilihan nutrisinya adalah ASI pe-
rah. (Kirana.2020).
a. Ibu memakai masker medis selama memerah dan harus
mencuci tangan menggunakan air dan sabun selama
minimal 20 detik sebelum memerah. Ibu harus
membersihkan pompa serta semua alat yang
bersentuhan dengan ASI dan wadahnya setiap selesai

9
digunakan. ASI perah diberikan oleh tenaga kesehatan
atau keluarga yang tidak menderita COVID-19
b. Fasilitas kesehatan harus dapat menjamin agar ASI
perah tidak terkontaminasi. Apabila fasilitas kesehatan
tidak dapat menjamin ASI perah tidak terkontaminasi,
maka ASI harus dipasteurisasi terlebih dahulu sebelum
diberikan kepada bayi.
c. Bayi dapat diberikan ASI perah selama ibu tidak
mendapatkan obat – obatan yang dapat keluar dari ASI
dan belum terjamin keamanannya bagi bayi. Untuk tetap
mempertahankan produksi ASI, ibu dapat tetap
memerah namun tidak diberikan kepada bayi.

2.1.8 MTBM Masalah Pemberian ASI


1) Gejala
Terdapat satu atau lebih tanda berikut :
a) Berat badan menurut umur rendah
b) ASI kurang dari 8 kali/hari
c) Mendapat makanan atau minuman lain selain ASI
d) Posisi bayi salah
e) Tidak melekat dengan baik
f) Tidak mengisap dengan efektif
g) Terdapat luka atau bercak putih (thrush) di mulut
h) Terdapat celah bibir / langit-langit
i) Ibu HIV positif
j) Mencampur pemberian ASI dengan makanan lain
2) Klasifikasi
BERAT BADAN RENDAH MENURUT UMUR DAN/ATAU
MASALAH PEMBERIAN ASI BERAT BADAN TIDAK RENDAH
DAN TIDAK MASALAH PEMBERIAN ASI
3) Tindakan/Pengobatan
a) Lakukan asuhan dasar bayi muda

10
b) Ajarkan ibu untuk memberikan ASI dengan benar
c) Jika menyusu kurang dari 8 kali dalam 24 jam, nasehati ibu untuk
menyusui lebih sering. sesuai keinginan bayi, baik siang maupun
malam
d) Jika memberi ASI dengan menggunakan botol, ajari penggunaan
cangkir
e) Jika posisi salah atau tidak melekat baik atau tidak mengisap
efektif, ajari Ibu memperbaiki posisi / perlekatan
f) Jika ada luka atau bercak putih di mulut, nasihati Ibu untuk
mengobati di rumah
g) Jika ada celah bibir/langit-langit, nasihati tentang alternatif
pemberian minum
h) Nasihati Ibu kapan kembali segera
i) Kunjungan ulang 2 hari untuk masalah pemberian ASI dan thrush.
j) Kunjungan ulang 14 hari untuk masalah berat badan rendah
menurut umur
4) Asuhan Dasar Bayi Muda
MEMBERI ASI SAJA SESERING MUNGKIN
a) Cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi
b) Minta ibu untuk memberi ASI saja sesering mungkin minimal 8
kali sehari, siang ataupun malam.
c) Menyusui dengan payudara kiri dan kanan secara bergantian
d) Berikan ASI dari satu payudara sampai kosong sebelum pindah ke
payudara lainnya
e) Jika bayi telah tidur selama 2 jam, minta ibu untuk
membangunkannya dan langsung disusui
f) Minta ibu untuk meletakkan bayi di dadanya sesering mungkin dan
tidur bersama ibu
g) Ingatkan ibu dan anggota keluarga lain untuk membaca kembali
hal-hal tentang pemberian ASI di Buku KIA
h) Minta ibu untuk menanyakan hal-hal yang kurang dipahami
5) Konseling bagi Ibu/Keluarga

11
MENGAJARIIBU MENYUSUI DENGAN BAIK
a) Tunjukan kepada ibu cara memegang bayinya atau posisi bayi yang
benar
b) Sanggalah seluruh tubuh bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja
c) Kepala dan tubuh bayi lurus
d) Hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan
dengan puting susu
e) Dekatkan badan bayi ke badan ibu
f) Tunjukkan kepada ibu cara melekatkan bayi. Ibu hendaknya :
g) Menyentuhkan puting susu ke bibir bayi
h) Menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar
i) Segera mendekatkan bayi ke arah payudara sedemikian rupa
sehingga bibir bawah bayi terletak di bawah puting susu
j) Cara melekatkan yang benar ditandai dengan :
k) Dagu menempel pada payudara ibu
l) Mulut bayi terbuka lebar
m) Bibir bawah bayi membuka keluar
n) Areola tampak lebih banyak di bagian atas daripada di bagian
bawah
o) Bayi menghisap dengan efektif jika bayi menghisap secara dalam,
teratur yang diselingi istirahat. Pada saat bayi mengisap ASI, hanya
terdengar suara bayi menelan
p) Amati apakah perlekatan dan posisi bayi sudah benar dan bayi
sudah mengisap dengan efektif. Jika belum, cobalah sekali lagi.

2.2 Manajemen Asuhan Kebidanan Varney


2.2.1 Pengkajian Data Subyektif dan Obyektif
a. Data Subjektif
1. Nama Bayi :An. A
Umur : 2 hari
Tanggal & Jam Lahir :19 & 13.00 WIB
Tanggal-Bulan-Tahun :19-November 2021 Pk. 13.00

12
Jenis Kelamin : laki-laki
Anak Ke- :1
2. Orang tua
Nama Ibu :Ny.P Nama bapak :Tn. P
Umur :25 Tahun Umur : 25 Tahun
Agama :Islam Agama : Islam
Suku/ Bangsa : Jawa Suku/ Bangsa : Jawa
Pendidikan : SLTA sederajat Pendidikan : SLTA
sederajat
Pekerjaan :Ibu rumah tangga Pekerjaan :wirasuasta
Penghasilan :Rp. 300.000 Penghasilan :Rp.
1.500.000
Alamat : Jl. Kis mangunsarkoro Alamat : Jl. Kis
no 107 A Rt 05 Rw 02 , mangunsark
Jember jawa timur oro no 107 A
Rt 05 Rw 02
, Jember
,jawa timur
No. Telp. : 08810373987 No. Telp 0881037398
7
B. Keluhan/ Alasan : Ibu mengeluh anak malas minum asi, minum
sebentar kurang dari 8x sehari
C. Riwayat Pranatal : Tidak dikaji
a. Frekuensi ANC : -
b. Keluhan selama ANC : -
c. Status TT ibu(tanggal pemberian) : -
d. Tanda bahaya dan penyulit kehamilan : -
e. Obat yg pernah dan sedang dikonsumsi : -
f. Kebiasaan ibu saat hamil yang mengganggu kesehatan : -
D. Riwayat Natal : Tidak di kaji
a. Jenis Persalinan :-

13
b. Usia Kehamilan :-
c. Penolong persalinan : -
d. Tempat persalinan :-
e. Lama persalinan : (jika lahir di bidan yang bersangkutan
cantumkan lama Kala I, II, III)
f. Ketuban : pecah spontan/amniotomi (warna, bau/tdk, jumlah
cukup/sedikit/banyak)
g. Komplikasi persalinan :-
h. Keadaan bayi baru lahir / Apgar Skor :-
E. Riwayat Postnatal & Imunisasi
a. Pemberian IMD/ ASI : YA
b. Perawatan tali pusat : Baik
c. Imunisasi : HB 0 Dan BCG
d. Eliminasi dalam 24 jam pertama (miksi,mekoneum). Keterangan:
a. Miksi : sudah/ belum Warna :kuning tgl : 19 pkl : 17.00
Wib
b. Mekonium : sudah/belum Warna : hitam kehijauan tgl : 19
pkl : 17.00 WIB
d. Riwayat Keluarga*)
Tidak ada
e. Pola Kebiasaan (> 24 jam) Nutrisi : An. A hanya minum asi.
Eliminasi : BAB 3x/Hari, BAK 6x/Hari
Istirahat : 8 jam
Kebersihan : termasuk di dalamnya perawatan tali pusat

b. Data objektif
A. Pemeriksaan Umum
1. Keadaan Umum : baik
Kesadaran :Composmentis
2. TTV
a. Suhu : 370C

14
b. Pernafasan : 50X/menit
c. Denyut Jantung = 120x/menit
3. Antropometri
a. Berat badan sekarang : 3000 gr
b. Panjang Badan : 48 cm (48 – 52 cm)
c. Lingkar Kepala : Fronto-oksipito : 34 cm
Mento oksipito : 35 cm
Suboksipito-bregmantika : 32 cm
d. Lingkar Dada : 30-36 cm
e. Lingkar lengan atas : -
B. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
Bentuk normal (mesosefal)
2. Mata
a. Posisi : segaris dengan telinga, hidung di garis tengah,
tanpa struktur miring.
b. Sklera :
c. Kornea : jernih
d. Kelopak mata : Normal
e. Cowong : Tidak
f. Secret : tidak
3. Telinga
a. Posisi : puncak pinna berada pada garis horisontal bersama
bagian luar kantus mata
b. Pinna : lentur
c. Pendengaran: berespon
4. Hidung : Tidak di Kaji
a. Posisi : garis tengah : -
b. Patensi Nasal : -
c. mucus/ lender yang keluar : -
d. pernafasan cuping hidung : -
5. Mulut

15
a. Garis tengah wajah, simetris
b. Membran mukosa : lembap, merah muda
c. Bentuk dan ukuran dagu proporsional dengan wajah
d. Bibir tidak ada celah, berwarna merah muda, lembap
e.Mulut: bersih, tidak ada luka, tidak ada thrush
f.Palatum : tidak membentuk arkus, utuh
g.Lidah : ukuran proporsional
6. Leher
a. Simetris, pendek, gemuk, biasanya dikelilingi oleh lipatan
kulit
b. Tidak ada massa
c. Tiroid : garis tengah
7. Klavikula
a. Rata tanpa “massa” sepanjang tulang
b. Simetris
8. Dada
a. Tarikan dinding dada sedikit terlihat selama inspirasi
b. Terlihat prosesus xifoideus
c. Payudara : jarak antar puting pada garis sejajar tanpa ada puting
tambahan
9. Abdomen
a. Bentuk silindris, simetris
b. Pusat umbilicus putih kebiruan pada saat lahir dengan 2 arteri
dan 1 vena, tidak merah, tidak bernanah
c. Tidak ada gelombang peristaltik yang terlihat
d. Lunak dan tidak nyeri tekan, tanpa massa
e. Bising usus ada
10. Punggung
Spina utuh, tidak ada lubang, massa atau kurva menonjol
11. Laki- laki = Tidak di kaji
a. Penis lurus
b. Meatus urinarius

16
c. Skrotum biasanya besar, edema, pendulus, tertutup dengan
rugea, biasanya pigmentasi lebih gelap pada kulit kelompok
etnik
d. Perineum halus
e. Anus di tengah, paten
f. Testis dapat diraba dalam setiap skrotum 12.Ekstrimitas atas
g. Panjang : proporsional, simetris
h. Fleksi penuh
i. Rentang pergerakan sendi bahu, klavikula, siku normal
j. Telapak tangan biasanya datar
k. 10 jari dan tanpa berselaput, jarak antar jari sama, rentang
gerak penuh
l. Punggung kuku merah muda, dengan sianosis sementara
segera setelah lahir, panjang melebihi bantalan kuku.
12. Ekstrimitas bawah = Tidak dikaji
a. Panjang : proporsional dengan tubuh dan sama di kedua
sisi, kaki lurus.
b. Fleksi penuh
c. 10 jari dan tanpa berselaput, jarak antar jari sama, rentang
gerak penuh
d. Punggung kuku merah muda, dengan sianosis sementara
segera setelah lahir, panjang melebihi bantalan kuku.
13. Kulit
a. Warna Merah muda,
b. ada verniks kaseosa,
c. tidak ada ruam, tidak ada pustule,
d. turgor baik
14. Pemeriksaan Neurologis / Refleks =Tidak di kaji
1. Mata
a. Refleks pupil
b. Refleks berkedip
2. Leher: Tidak di kaji

17
3. Ekstrimitas atas : Tidak di kaji
4. Ekstrimitas bawah : Tidak di kaji
a. Refleks plantar grasp :
b. Refleks Babinski
5. Moro : Tidak di kaji
6. Rooting : Tidak di kaji
D. Pemeriksaan penunjang Laboratorium (jika ada)

1.2.1 Interpretasi data


Diagnosa :
An. A Usia 2 Hari Dengan Hasil Masalah Pemberian Asi

1.2.2 Diagnosa potensial :


Keluhan / penyulit/ komplikasi Diagnosa potensial

Masalah pemberian asi Berat badan rendah, diare,


infeksi.

1.2.3 Antisipasi penanganan segera :


Keluhan / penyulit/ komplikasi Antisipasi penanganan segera
Masalah pemberian asi 1. Pemeriksaan laboraturium
untuk mengetahui apakah
anak memiliki penyakit
2. Mmeriksa cara ibu menyusui

1.2.4 Intervensi
Keluhan / penyulit/ komplikasi Intervensi
Masalah pemberian asi 1. Melakukan konseling cara
pemberian asi yang benar
2. Beritahu ibu hasil
pemeriksaan
3. Melakukan konseling pada

18
ibu tentang bahaya jika bayi
tidak mau menyusui

1.2.5 Implementasi
Keluhan / penyulit/ komplikasi Implementasi
Masalah pemberian asi 1. Memberitahu ibu cara
pemberian asi yang benar
2. Hasil pemeriksaan
diinformasikan kepada ibu
3. Memberitahu ibu tentang
bahaya jika bayi tidak mau
menyusui

1.2.6 Evaluasi
Keluhan / penyulit/ komplikasi Evaluasi
Masalah pemberian asi 1. Ibu memahami cara
pemberian asi yang benar
2. Ibu mengetahui hasil
pemeriksaan
3. Ibu memahami bahaya jika
bayi tidak mau menyusui.

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.1.1 Air Susu Eksklusif yang selanjutnya disebut ASI Eksklusif adalah air
susu ibu yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam)
bulan, tanpa menambahkan dan atau mengganti dengan makanan atau
minuman lain (Perbup Sleman no. 38 tentang IMD dan ASI Eksklusif,
2015).
3.1.2 Jika ibu sedang sakit, terutama sedang mengalami penyakit menular
seperti flu atau batuk, hindari berada di dekat bayi agar si kecil tidak
tertular untuk sementara waktu. Apabila akan menyusui, gunakan
masker secara baik dan benar, serta rutin cuci tangan sebelum dan
sesudah menyusui bayi. Sementara itu, bagi ibu menyusui yang sedang
menjalani pengobatanan khusus, terutama yang berlangsung jangka
panjang seperti kemoterapi, radioterapi, dan sejenisnya, sebaiknya
melakukan konsultasi terlebih dulu dengan dokter untuk mengetahui
efek sampingnya pada bayi.
3.1.3 Perubahan Fisiologi Menyusui antara lain Produksi air susu ibu,
pengeluaran air susu, Pemeliharaan laktasi.
3.1.4 Gangguan pada psikologi ibu yang dapat menghambat dalam
pemberian ASI antara lain perasaan khawatir ASI tidak lancar serta
merasa tidak nyaman ketika menyusui. Ketika ASI tidak keluar banyak
pada hari pertama dan kedua setelah melahirkan ibu langsung
memberikan susu formula kepada bayi karena takut jika hanya
mengandalkan ASI saja bayi akan rewel karena kelaparan
3.1.5 Sebelum menyusui, pijat payudara dengan lembut, mulailah dari luar
kemudian perlahan-lahan bergerak ke arah puting susu dan lebih
berhati-hati pada area yang mengeras, Menyusui sesering mungkin
dengan jangka waktu selama mungkin, susui bayi dengan payudara
yang sakit jika ibu kuat menahannya, karena bayi akan menyusui
dengan penuh semangat pada awal sesi menyususi, sehingga bisa

20
mengeringkannya dengan efektif, Lanjutkan dengan mengeluarkan
ASI dari payudara itu setiap kali selesai menyusui jika bayi belum
benar-benar menghabiskan isi payudara yang sakit tersebut
3.1.6 Pada ibu hamil suspek, probable, dan terkonfirmasi COVID-19, saat
pelayanan antenatal mulai diberikan KIE mengenai pilihan IMD,
rawat gabung, dan menyusui agar pada saat persalinan sudah memiliki
pemahaman dan keputusan untuk perawatan bayinya
3.1.7 BERAT BADAN RENDAH MENURUT UMUR DAN/ATAU
MASALAH PEMBERIAN ASI BERAT BADAN TIDAK RENDAH
DAN TIDAK MASALAH PEMBERIAN ASI

3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini di harapkan bidan dapat mengetahui salah
satunya masalah pemberian ASI Ekslusif sehingga dapat diterapkan dimasyarakat
untuk pencegahan dan pengobatan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Ester Simanullang, 2017. Modul Askeb Nifas dan Menyusui, Akademi Kebidanan
Mitra, Medan
Mufdlilah, Zilfa, S. Z., & Johan, R. B., 2019. Buku Panduan Ayah ASI.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Maryam, S., 2014. Promosi Kesehatan dalam Pelayanan Kebidanan. Jakarta: EGC

22

Anda mungkin juga menyukai