Anda di halaman 1dari 15

PENETAPAN Pb SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN

ATOM (SSA)

1. SEJARAH
Sejarah singkat tentang serapan atom pertama kali diamati oleh
Frounhofer, yang pada saat itu menelaah garis-garis hitam pada
spectrum matahari. Sedangkan yang memanfaatkan prinsip serapan atom
pada bidang analisis adalah seorang Australia bernamaAlan Walshdi tahun
1995. Sebelumnya ahli kimia banyak tergantung pada cara-cara
spektrofotometrik atau metode spektrografik. Beberapa cara ini dianggap
sulit dan memakan banyak waktu, kemudian kedua metode tersebut segera
diagantikan dengan Spektrometri Serapan Atom (SSA).Spektrometri Serapan
Atom (SSA) adalah suatu alat yang digunakan pada metode analisis
untuk penentuan unsur-unsur logam dan metalloid yang pengukurannya
berdasarkan penyerapan cahaya dengan panjang gelombang tertentu oleh
atom logam dalam keadaan bebas (Skooget al., 2000).
Metode ini sangat tepat untuk analisis zat pada konsentrasi rendah.
Teknik ini mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan metode
spektroskopi emisi konvensional. Memang selain dengan metode serapan
atom, unsur-unsur dengan energi eksitasi rendah dapat juga dianalisis
dengan fotometri nyala, akan tetapi fotometri nyala tidak cocok untuk unsur-
unsur dengan energy eksitasi tinggi. Fotometri nyala memiliki range ukur
optimum pada panjang gelombang 400-800 nm, sedangkan AAS memiliki
range ukur optimum pada panjang gelombang 200-300 nm (Skoog et al., 2000).
Untuk analisis kualitatif, metode fotometri nyala lebih disukai dari AAS,
karena AAS memerlukan lampu katoda spesifik (hallow cathode).
Kemonokromatisan dalam AAS merupakan syarat utama. Suatu perubahan
temperature nyala akan mengganggu dari fotometri nyala
berfilter. Dapat dikatakan bahwa metode fotometri nyala dan AAS
merupakan komplementer satu sama lainnya.Metode AAS berprinsip pada
absorbsi cahaya oleh atom, atom-atom menyerap cahaya tersebut pada
panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Misalkan
Natrium menyerap pada 589 nm, uranium pada 358,5 nm sedangkan kalium
pada 766,5 nm. Cahaya pada gelombang ini mempunyai cukup
energiuntukmengubah tingkat energy elektronik suatuatom. Dengan absorpsi
energy, berarti memperoleh lebih banyak energy, suatu atom pada keadaan
dasar dinaikkan tingkat energinya ke tingkat eksitasi. Tingkat-tingkat
eksitasinya pun bermacam- macam. Misalnya unsur Na dengan noor atom
11 mempunyai konfigurasi electron 1s12s22p63s1, tingkat dasar untuk
electron valensi 3s, artinya tidak memiliki kelebihan energy. Elektronini
dapat tereksitasi ketingkat 3p dengan energy 2,2 eV ataupun ketingkat 4p
dengan energy 3,6 eV, masing-masing sesuai dengan panjang gelombang
sebesar 589 nm dan 330 nm. Kita dapat memilih diantara panjang
gelombang ini yang menghasilkan garis spectrum yang tajam dan
dengan intensitas maksimum, yangdikenal dengan garis resonansi. Garis-garis
lain yang bukan garis resonansi dapat berupa pita-pita lebar ataupun garis
tidak berasal dari eksitasi tingkat dasar yang disebabkan proses
atomisasinya.Apabila cahaya dengan panjang gelombang tertentu dilewatkan
pada suatu sel yang mengandung atom-atom bebas yang bersangkutan maka
sebagian cahaya tersebut akan diserap dan intensitas penyerapan akan
berbanding lurus dengan banyaknya atom bebas logam yang berada pada
sel.
2. HUKUM DASAR
Hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi diturunkan
dari:Hukum Lambert: bila suatu sumber sinar monkromatik melewati
medium transparan, maka intensitas sinar yang diteruskan berkurang
dengan bertambahnya ketebalan medium yang mengabsorbsi.Hukum Beer:
Intensitas sinar yang diteruskan berkurang secara eksponensial dengan
bertambahnya konsentrasi spesi yang menyerap sinar tersebut.Dari kedua
hukum tersebut diperoleh suatu persamaan:

It = Io.e-(εbc), atau
A = - Log It/Io = εbc
Dimana: lo = intensitas sumber sinar
lt = intensitas sinar yang diteruskan= absortivitas molar
b = panjang medium
c = konsentrasi atom-atom yang menyerap sinar
A = absorbans
Dari persamaan di atas, dapat disimpulkan bahwa absorbansi
cahaya berbanding lurus dengan konsentrasi atom (Day & Underwood, 1989).
3. PRINSIP KERJA
Spektrofotometri serapan atom sangat sensitif untuk menetapkan kadar
kalsium (Ca) dalam jumlah yang sangat kecil. Prinsip kerja Spektrofotometri
serapan atom yaitu adanya atom-atom yang tereksitasi dalam keadaan dasar dan
mengabsorbsi radiasi dari sumber cahaya dengan panjang gelombang tertentu.
4. BAGIAN- BAGIAN ALAT
a. Sumber radiasi resonansi
Sumber radiasi resonansi yang digunakan adalah lampu katoda
berongga (Hollow Cathode Lamp) atau Electrodeless Tube (EDT).
Elektroda lampu katoda berongga biasanya terdiri dari wolfram dan katoda
berongga dilapisi dengan unsur murni atau campuran dari unsur yang murni
yang dikehendaki.
b. Atomizer
Atomizer terdiri atas Nebulizer (sistem pengabut), spray chamber
danburner (sistem pembakar)i.Nebulizer berfungsi untuk mengubah larutan
menjadi aerosol (butir-butirkabut dengan ukuran partikel 15–20 µm) dengan
cara menarik larutanmelalui kapiler (akibat efek dari aliran udara) dengan
pengisapan gasbahan bakar dan oksidan, disemprotkan ke ruang pengabut.
Partikel-partikel kabut yang halus kemudian bersama-sama alirancampuran
gasbahan bakar, masuk ke dalam nyala, sedangkan titik kabut yang
besardialirkan melalui saluran pembuangan.ii.Spray chamber berfungsi
untuk membuat campuran yang homogen antaragas oksidan, bahan bakar
dan aerosol yang mengandungcontoh sebelummemasuki burner.iii.Burner
merupakan sistem tepat terjadi atomisasi yaitu pengubahankabut/uap garam
unsur yang akan dianalisis menjadi atom-atom normal dalam nyala.
c. Monokromator
Setelah radiasi resonansi dari lampu katoda berongga melalui populasiatom
didalam nyala, energy radiasi ini sebagian diserap dan sebagian
lagiditeruskan.Fraksi radiasi yang diteruskan dipisahkan dari
radiasilainnya.Pemilihan atau pemisahan radiasi tersebut dilakukan
olehmonokromator.Monokromator berfungsi untuk memisahkanradiasi
resonansi yang telahmengalami absorpsi tersebut dari radiasi-radiasi
lainnya.Radiasi lainnya berasaldari lampu katoda berongga, gas pengisi
lampu katoda berongga atau logampengotor dalam lampu katoda berongga.
Monokromator terdiri atas sistem optikyaitu celah, cermin dan kisi.
d. Detektor
Detektor berfungsi mengukur radiasi yang ditransmisikan olehsampel dan
mengukur intensitas radiasi tersebut dalam bentuk energi listrik.
e. Recorder
Sinyal listrik yang keluar dari detektor diterima oleh pirantiyang dapat
menggambarkan secara otomatis kurva absorpsi
f. Lampu Katoda
Lampu katoda merupakan sumber cahaya pada AAS.Lampu katodamemiliki
masa pakai atau umur pemakaian selama 1000 jam. Lampu katodapada setiap
unsur yang akan diuji berbeda-bedatergantung unsur yang akandiuji, seperti
lampu katoda Cu, hanya bisa digunakan untuk pengukuran unsurCu. Lampu
katoda terbagi menjadi dua macam, yaitu : Lampu Katoda Monologam :
Digunakan untuk mengukur 1 unsur Lampu Katoda Multilogam : Digunakan
untuk pengukuran beberapalogam sekaligus, hanya saja harganyalebihmahal.
g. Tabung Gas
Tabung gas pada AAS yang digunakan merupakantabung gas yangberisi gas
asetilen. Gas asetilen pada AAS memiliki kisaran suhu ± 20.000K,dan ada
juga tabung gas yang berisi gas N2O yang lebih panas dari gas
asetilen,dengan kisaran suhu ± 30.000K. Regulator pada tabung gas asetilen
berfungsiuntuk pengaturan banyaknya gas yang akan dikeluarkan, dan gas
yang berada didalam tabung. Spedometer pada bagian kanan regulator
merupakan pengaturtekanan yang berada di dalam tabung.
h. Ducting
Ducting merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap atau sisa
pembakaran pada SSA, yang langsung menuju ke cerobong asap bagian luar
pada atap bangunan, agar asap yang dihasilkan oleh SSA, tidak berbahaya
bagi lingkungan sekitar. Asap yang dihasilkan dari pembakaran pada AAS,
diolah sedemikian rupa di dalam ducting, agar posisi yang dihasilkan tidak
berbahaya. Ducting berfungsi untuk menghisap hasil pembakaran yang terjadi
pada SSA, dan mengeluarkannya melalui cerobong asap yang terhubung
dengan ducting.
i. Kompresor
Kompresor merupakan alat yang terpisah dengan unit utama, karena alat ini
bekerja untuk mensuplai kebutuhan udara yang akan digunakan oleh SSA,
pada waktu pembakaran atom. Kompresor memiliki 3 tombol pengatur
tekanan, dimana pada bagian kotak hitam merupakan tombol On/Off, spedo
pada bagian tengah merupakan besar kecilnya udara yangakan dikeluarkan,
atau berfungsi sebagai pengatur tekanan, sedangkan tombol yang kanan
merupakan tombol pengaturan untuk mengatur banyak/sediikitnya udara dari
luar, agar bersih, posisi ke kanan merupakan posisi terbuka dan posisi ke kiri
merupakan posisi tertutup.
j. Burner
Burner merupakan bagian terpenting di dalam unit utama, karena burner
bekerja sebagai tempat pancampuran gas asetilen, dan aquabides, agar
tercampur merata, dan dapat terbakar pada pemantik api secara baik dan
merata. Lubang yang berada pada burner, merupakan lobang pemantik api,
dimana pada lobang inilah awal dari proses pengatomisasian nyala api.
k. Buangan AAS
Buangan Pada SSA Buangan pada SSA disimpan di dalam drigen dan
diletakkan secara terpisah pada AAS. Bersambung dengan selang buangan
yang dibuat terlihat seperti terlihat, agar sisa buangan sebelumnya tidak naik
lagi ke atas, karena bila hal ini dapat mematikan proses pengatomisasian
nyala api pada saat pengukuran sampel, sehingga kurva yang dihasilkan akan
buruk. Tempat buangan (drigen) ditempatkan pada papan yang juga
dilengkapi dengan lampu indikator. Bila indikator lampu menyala,
menandakan bahwa alat SSA atau api pada proses pengatomisasian menyala,
dan sedangkan berlangsungnya proses pengatomisasian nyala api. Selain itu,
papan tersebut juga berfungsi agar tempat atau wadah buangan tidak
tersenggol kaki. Bila buangan sudah penuh, isi di dalam wadah jangan dibuat
kosong, tapi disisakan sedikit, agar tidak kering.
5. TEHNIK ANALISIS SSA
Dalam metode SSA, sebagaimana dalam metode spektrometri atomik yang
lain, contoh harus diubah ke dalam bentuk uap atom. Proses pengubahan ini
dikenal dengan istilah atomisasi, pada proses ini contoh diuapkan dan
didekomposisi untuk membentuk atom dalam bentuk uap.
Secara umum pembentukan atom bebas dalam keadaan gas melalui tahapan-
tahapan sebagai berikut :
a. Pengisatan pelarut, pada tahap ini pelarut akan teruapkan dan meninggalkan
residu padat.
b. Penguapan zat padat, zat padat ini terdisosiasi menjadi atom-atom
penyusunnya yang mula- mula akan berada dalam keadaan dasar.
c. Beberapa atom akan mengalami eksitasi ke tingkatan energi yang lebih
tinggi dan akan mencapai kondisi dimana atom-atom tersebut mampu
memancarkan energi.
 Sel Atom
Terdapat dua tahap utama yang terjadi dalam sel atom pada alat
SSA dengan sistem atomisasi nyala. Pertama, tahap nebulisasi untuk
menghasilkan suatu bentuk aerosol yang halus dari larutan contoh. Kedua,
disosiasi analit menjadi atom-atom bebas dalam keadaan gas.
Berdasarkan sumber panas yang digunakan maka terdapat dua metode
atomisasi yang dapat digunakan dalam spektrometri serapan atom :
a. Atomisasi menggunakan nyala.
b. Atomisasi tanpa nyala (flameless atomization).
Pada atomisasi menggunakan nyala, digunakan gas pembakar untuk
memperoleh energi kalor sehingga didapatkan atom bebas dalam keadaan
gas. Sedangkan pada atomisasi tanpa nyala digunakan energi listrik seperti
pada atomisasi tungku grafit (grafit furnace atomization).
Diperlukan nyala dengan suhu tinggi yang akan menghasilkan atom bebas.
Untuk alat SSA dengan sistem atomisasi nyala digunakan campuran gas
asetilen-udara atau campuran asetilen- N2O. Pemilihan oksidan bergantung
kepada suhu nyala dan komposisi yang diperlukan untuk pembentukan atom
bebas.
 Sumber Cahaya
Sumber cahaya yang digunakan dalam alat AAS ialah lampu katoda
berongga (hollow cathode lamp). Lampu ini terdiri dari suatu katoda dan
anoda yang terletak dalam suatu silinder gelas berongga yang terbuat
dari kwarsa. Katoda terbuat dari logam yang akan dianalisis. Silinder
gelas berisi suatu gas lembam pada tekanan rendah. Ketika diberikan
potensial listrik maka muatan positif ion gas akan menumbuk katoda
sehingga tejadi pemancaran spektrum garis logam yang bersangkutan.
 Monokromator dan Sistem Optik
Berkas cahaya dari lampu katoda berongga akan dilewatkan melalui celah
sempit dan difokuskan menggunakan cermin menuju monokromator.
Monokromator dalam alat SSA akan memisahkan, mengisolasi dan
mengontrol intensitas energi yang diteruskan ke detektor.
Monokromator yang biasa digunakan ialah monokromator difraksi grating.
 Detektor dan Sistem Elektronik
Energi yang diteruskan dari sel atom harus diubah ke dalam bentuk sinyal
listrik untuk kemudian diperkuat dan diukur oleh suatu sistem pemproses
data. Proses pengubahan ini dalam alat SSA dilakukan oleh detektor.
Detektor yang biasa digunakan ialah tabung pengganda foton
(photomultiplier tube), terdiri dari katoda yang dilapisi senyawa yang
bersifat peka cahaya dan suatu anoda yang mampu mengumpulkan elektron.
Ketika foton menumbuk katoda maka elektron akan dipancarkan, dan
bergerak menuju anoda. Antara katoda dan anoda terdapat dinoda-dinoda
yang mampu menggandakan elektron. Sehingga intensitas elektron yang
sampai menuju anoda besar dan akhirnya dapat dibaca sebagai sinyal
listrik. Untuk menambah kinerja alat maka digunakan suatu
mikroprosesor, baik pada instrumen utama maupun pada alat bantu lain
seperti autosampler.
6. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
a. Kelebihan metoda AAS adalah:
 Spesifik
 Batas (limit) deteksi rendah
 Dari satu larutan yang sama, beberapa unsur berlainan dapat diukur
 Pengukuran dapat langsung dilakukan terhadap larutan contoh (preparasi
contoh sebelum pengukuran lebih sederhana, kecuali bila ada zat
pengganggu)
 Dapat diaplikasikan kepada banyak jenis unsur dalam banyak jenis contoh.
 Batas kadar-kadar yang dapat ditentukan adalah amat luas (mg/L
hinggapersen)
b. kelemahan metoda AAS adalah:
 Kurang sempurnanya preparasi sampel, seperti:-Proses destruksi yang
kurangsempurna- Tingkat keasaman sampel dan blanko tidak sama
 Kesalahan matriks, hal ini disebabkan adanya perbedaan matriks
sampeldanmatriks standar
 Aliran sampel pada burner tidak sama kecepatannya atau ada
penyumbatan padajalannya aliran sampel.
 Gangguan kimia berupa:
Disosiasi tidak sempurna
Ionisasi
Terbentuknya senyawa refraktori

Anda mungkin juga menyukai