Skripsi 2
Skripsi 2
SKRIPSI
OLEH
MISIS NURHAYATI
NPM. 94110044
Katakanlah : tiadalah akan menimpa kami, kecuali apa yang telah dituliskan Allah
bagi kami, dan kepada Allah hendaklah bertawakal orang-orang yang beriman
Berusahalah sebaik mungkin untuk menuju kesuksesan dan persiapan diri untuk
menerima kegagalan dari yang kita harapkan
Penulis
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang atas rahmatnya
yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Bengkulu.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam tulisan ini masih banyak terdapat
kelemahan dan kekurangan. Untuk itu saran dan kritik akan menjadi masukan
kasih kepada semua pihak yang telah bersedia membantu penulis baik selama
3. Bapak Sunoto, SE, M.Si, dan bapak Mintargo, SE, ME selaku anggota dewan
penguji
Penulis
DAFTAR ISI
Hal
Halaman Judul……………………….…………………….……………………. i
Halaman Pengesahan…………………..……………………………………….. ii
Daftar Isi………………………………………….……………….……………. iv
Daftar Tabel……………………………………………………………….
…………… v
Abstraksi…………………………………………………………….…………. vi
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang……………………………………………………… 1
1.2. Permasalahan………………………………………………………..
………………………4
1.4. Kegunaan
Penelitian…………………………………………………4
2.7. Hipotesis…………………………………………………………. 12
6.2. Saran…………………………………………………………… 43
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Kecamatan Padang Jaya Kabupaten Bengkulu Utara”. Kegiatan usaha tani nilam
memberikan andil yang cukup besar dalam meningkatkan penerimaan petani dan
mempunyai prospek yang baik. Kebutuhan minyak nilam dunia mencapai 1000
ton per tahun, akan tetapi baru dapat dipenuhi sekitar 80% atau 700 sampai 800
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : (1) untuk mengetahui berapa
besar penerimaan bersih usaha tani nilam pada luas <0,5,0,5-2 dan >2 Ha. (2)
untuk mengetahui efisiensi ekonomi (R/C ratio). Penelitian ini hanya dilakukan
untuk satu kali musim (petani yang baru selesai panen pada saat penelitian).
pengambilan sampel digunakan metode insidental yaitu sampel yang diambil dari
siapa saja yang kebetulan ada pada waktu penelitian dilaksanakan. Besarnya
sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 10% dari populasi atau 10% dari
700 populasi = 70 sampel. Cara pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
Hasil perhitungan
hipotesis yang ditetapkan atau tidak. Dalam penelitian ini uji t digunakan untuk
membuktikan bahwa penerimaan bersih usaha tani dengan luas lahan diatas 2 Ha
lebih besar dari penerimaan usaha tani nilam pada luas lahan 0,5 – 2 Ha dan < 0,5
Ha.
Dari hasil t hitung penerimaan bersih usaha tani diatas 2 Ha lebih besar
dari penerimaan bersih usaha tani nilam 0,5-2 Ha, hal ini dapat dilihat dari nilai t
Dari hasil t hitung penerimaan bersih usaha tani nilam pada luas lahan
diatas 2 Ha lebih besar dari penerimaan bersih usaha tani < 0,5 Ha, hal ini dapat
dilihat dari hasil t hitung 35,6 lebih besar dari t tabel (0,02 ; 35 = 2,42).
nilam dengan luas lahan 0,5-2 Ha secara ekonomis lebih efisien dari luas lahan
<0,5 dan >2 Ha dengan nilai (R/C ratio) sebesar 3,0, sedangkan (R/C ratio) pada
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ekonomi yang seimbang. Dalam struktur ini kemampuan dan kekuatan sektor
industri didukung oleh kekuatan dan kemampuan sektor pertanian yang tangguh.
komoditi ekspor andalan Indonesia. Setiap tahunnya lebih dari 4% devisa yang
dihasilkan dari minyak atsiri berasal dari minyak nilam (Balitro, 1990).
karena pada usaha tani nilam memerlukan tenaga yang cukup besar. Keadaan ini
dapat dilihat dari penyediaan sarana produksi, seperti kegiatan pengolahan lahan,
Kebutuhan minyak nilam dunia mencapai 1000 ton per tahun akan tetapi
baru dapat dipenuhi 80% saja. Dari jumlah tersebut Indonesia memasok sekitar
700 sampai 800 ton per tahun atau hampir 90% kebutuhan minyak nilam dunia
farmasi, sabun, dan lain-lain. Minyak nilam dalam industri ini dipakai sebagai
fiksari yang sampai saat ini belum dapat diganti fungsinya oleh minyak lain.
Selain itu minyak nilam atsiri yang belum dapat dibuat secara sintetis (Balitro,
1992).
tersebut selain dikarenakan keadaan iklim yang sesuai juga karena lahan yang
tanaman nilam pertama kali diperkenalkan pada tahun 1989/1990 sebagai tanaman
Selatan. Beberapa tahun terakhir ini semakin berkembang dan diminati oleh
pengolahan minyak nilam masih relatif baru di Kabupaten Bengkulu Utara, maka
masih banyak kendala yang dihadapi antara lain harga yang tidak tetap. Untuk itu
tahun 1997/1998 dapat dilihat pada tabel atau lampiran sebaran tanaman nilam.
Pada tabel tersebut dapat dilihat sebaran tanaman nilam di Kabupaten
15 lokasi yaitu Muara Santan, Ipuh II/D SP VII, Tanjung Harapan II, Lubuk
Midai, Tanjung Dalam II, Pahardin, Ipuh II/CE SP IV, Ipuh II/C SP VI, Penarik
SP IV, Lubuk Banyau, Kurotidur Unit I, Kurotidur Unit II, Kurotidur Unit III,
Kurotidur Unit Iv, Kurotidur Unit V. Dengan jumlah kepala keluarga sebanyak
4.545 status lokasi yang masih dibina sebanyak 10 lokasi dan yang tidak dibina
sebanyak 5 lokasi. Luas tanam sebanyak 1.786.055 hektar dan hasil produksi
sebanyak 840 Kg. pengolah hasil masih tradisional, pemasaran masih melalui
lokal atau tengkulak, daya tampung tidak tetap. Sedangkan musim tanam tidak
budidaya tanaman yang masih beragam, maka daya tampung tidak diketahui.
rendahnya produktifitas daun nilam per hektar juga disebabkan mutu minyak
nilam masih belum begitu baik, maka tidak mengherankan bila harga minyak
nilam di daerah ini masih rendah dibanding daerah lain. Hal ini dikarenakan
kegiatan pengolahan hasil serta pemasaran minyak nilam dan juga dikarenakan
modal yang kurang dalam pengusahaan nilam tersebut. Hal ini diakibatkan
penerimaan usaha tani nilam didaerah ini masih rendah bila dibandingkan dengan
daerah lain seperti Aceh yang sudah lama dikembangkan sehingga penerimaan
usaha tani nilamnya cukup tinggi, untuk itu perlu dikembangkan sistem
pengolahan, sistem budidaya pemasaran yang baik pada petani agar dapat
memperbaiki yang selama ini belum memuaskan. Sehingga nantinya akan dapat
penerimaan usaha tani nilam di daerah ini yang diharapkan terus meningkat setiap
musim.
B. Rumusan Masalah
Atas dasar latar belakang yang telah diuraikan di atas maka permasalahan
1. Berapa besar penerimaan bersih usaha tani nilam pada luas lahan <0,5, 0,5-2
2. Bagaimana efisiensi ekonomis (R/C ratio) usaha tani nilam pada luas lahan
C. Tujuan Penelitian
untuk :
1. Mengetahui berapa besar penerimaan bersih usaha tani nilam pada luas lahan
2. Mengetahui efisiensi ekonomis (R/C ratio) usaha tani nilam pada luas lahan
D. Kegunaan Penelitian
yang tertarik pada pembicaraan usaha tani nilam terutama usaha tani nilam di
Propinsi Bengkulu.
2. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas
Penelitian ini membahas penerimaan bersih usaha tani nilam pada luas
lahan <0,5, 0,5 – 2, dan >2 Ha. Walaupun banyak variabel yang dapat
mempengaruhi penerimaan bersih usaha tani nilam, namun penelitian ini terbatas
pada bahasan mengenai variabel : (1). Luas lahan <0,5, 0,5 – 2, dan >2 Ha (2).
Jumlah Produksi (3). Harga Bibit (4). Harga Pupuk (5). Harga Pestisida (6). Harga
Minyak Nilam per Kg (7). Tenaga Kerja Luar Keluarga (8). Sistem Pengupahan
(9). Besarnya upah dalam Rupiah (10). Biaya Penyusutan Peralatan (11). Biaya
Penyulingan (12). Jumlah Pupuk yang Dipergunakan (13). Jumlah Bibit yang
Digunakan (14). Jumlah pestisida yang Digunakan (15). Jumlah Hari Kerja yang
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Trisanto 1990, usaha tani adalah organisasi dari alam, tenaga
kerja, modal yang ditujukan pada produksi di lapangan pertanian. Organisasi itu
sekomplotan orang, segolongan sosial, baik yang terikat politik maupun teritorial
sebagai pengelolanya. Dan menurut Tohir (1982), usaha tani di negara kita
khususnya dan dunia umumnya terdiri dari usaha tani keluarga dan hanya
sebagian kecil yang dikelola oleh perusahaan swasta dalam bentuk PT. Istilah
usaha tani mencakup pengertian yang lebih luas dari yang telah diuraikan diatas
Dalam hal yang demikian bayangan kita terhadap usaha tani adalah selalu
kita jumpai lahan baik sebagai tempat tinggal maupun tempat berusaha, adanya
bangunan dan alat-alat yang digunakan (modal), adanya pencurahan tenaga kerja
Indonesia adalah :
1. Faktor Teknis
penyakit perlu diperhatikan karena bila tidak maka akan menurunkan produksi
secara sederhana oleh karena itu belum diperoleh mutu yang stabil, kurangnya
produksi sehingga suply minyak nilam ke negara pengimpor tidak dapat dilakukan
secara berkesinambungan.
nilam di Indonesia. Hal ini dapat menyebabkan petani kurang bergairah menanam
nilam bila harga sedang merosot, dan akhirnya berpindah menanam tanaman lain
yang harganya relatif stabil. Penetapan harga lokal atau dalam negeri untuk
minyak nilam didasarkan pada situasi harga pasar luas negeri sehingga para petani
uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa usaha tani.
ditanggung untuk menyediakan barang agar siap dipakai konsumen. Biaya dalam
produksi dan bahan-bahan penunjang lainnya pada satu musim tanam. Hal ini
menyatakan bahwa peranan biaya dalam usaha tani sama dengan peranan biaya
1. Sarana produksi yang habis dipakai seperti bibit, pupuk, dan lain-lain.
2. Penyusutan alat
5. Biaya peralatan
6. Biaya penyuling.
penerimaan sebagai hasil yang berupa uang yang dicapai dari penggunaan
kekayaan.
produksi baik berupa uang atau berupa barang. Untuk mendefinisikan penerimaan
usaha tani yang menguntungkan maka penerimaan tersebut harus dapat digunakan
total dikurangi total biaya yang dikeluarkan. Biaya dalam kenyataannya dapat
diklasifikasikan menjadi 2, yaitu biaya tetap seperti pajak yang dibayarkan dan
biaya alat-alat pertanian, sedangan biaya tidak tetap (biaya variabel) adalah biaya
usaha tani ini berbentuk hasil penjualan tanaman, ikan, produksi lainnya yang
adalah semua biaya yang dikeluarkan dalam melakukan proses usaha tani
berlangsung.
Tujuan utama dari analisa penerimaan usaha tani yaitu menggambarkan keadaan
yang akan datang dari rencana dan tindakan. Bagi seseorang petani analisis
diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor produksi tenaga kerja, modal
milik sendiri, atau pinjaman, dan pengelolaan di infestasikan ke dalam usaha tani.
Karena itu analisa penerimaan bersih merupakan keuntungan usaha tani yang
(Soekartawi, 1984).
E. Luas Lahan
usaha pada akhirnya akan mempengaruhi efisien atau tidaknya usaha tani
pertanian, selanjutnya dijelaskan bahwa seringkali dijumpai makin luas lahan
yang digunakan sebagai usaha pertanian akan semakin tidak efisien lahan tersebut,
hal ini didasarkan pemikiran bahwa luasnnya lahan akan mengakibatkan upaya
faktor produksi semakin baik, penggunaan tenaga kerja tercukupi modal juga
tidak terlalu besar, sehingga usaha pertanian seperti ini lebih efisien. Meskipun
demikian luas lahan yang terlalu sempit cenderung menghasilkan usaha yang
produksi. Bila diperhatikan fungsi dan tujuan dari produksi adalah untuk
memenuhi kebutuhan baik sekarang maupun yang akan datang. Akan tetapi perlu
disadari tidak semua faktor produksi dapat ditentukan. Karena setiap individu
menguntungkan.
terpecah-pecah dengan areal yang lebih kecil, dan mengakibatkan tanah tidak
efisien.
F. Kerangka Pemikiran
tenaga kerja maupun produktifitas lahan. Tujuan tersebut dapat dicapai apabila
terjadi penerapan teknis bercocok tanam yang sebaik-baiknya, maka setiap petani
harus cakap, terampil, berdisiplin, bergairah, dan mampu bekerja sama baik
usaha tani nilam. Menurut Surkartawi dkk. (1984). Penerimaan bersih usaha tani
Penerimaan kotor yaitu nilai semua produk yang dijual dinilai dengan harga pasar.
Total biaya adalah nilai semua input yang dikeluarkan tetapi tidak termasuk
tenaga kerja keluarga petani karena tenaga kerja keluarga tidak dinilai dengan
uang (tidak dibayar). Biaya usaha tani dibagi menjadi biaya tetap dan biaya tidak
tetap, biaya tetap adalah biaya penyusutan dan pajak bumi yang dikeluarkan,
kemudian biaya yang tidak tetap yaitu biaya pembelian pupuk, pestisida, biaya
Tenaga kerja yang dihitung dari penelitian ini adalah tenaga kerja yang
dicurahkan dari usaha tani nilam yang diukur dengan tenaga kerja setara pria atau
pada akhirnya akan mempengaruhi efisiensi tidaknya suatu usaha tani. Sering kali
dijumpai semakin luas lahan pertanian akan mengakibatkan semakin tidak efisien
lahan tersebut. Begitu juga pada lahan yang terlalu sempit sering pula
penerimaan usaha tani yang dikelola menurut Hernanto; 1980 luas lahan
lahannya diatas 2 hektar, petani berlahan sedang yaitu petani dengan luas lahan
0,5 – 2 hektar, petani berlahan sempit yaitu petani dengan luas lahan kurang dari
0,5 hektar. Penerimaan usaha tani nilam dipengaruhi oleh biaya bibit, biaya
pupuk, pestisida dan tenaga kerja. Kegiatan mengola lahan dan pengolahan hasil
G. Hipotesis
yang kita amati dalam usaha untuk memahaminya.Dari uraian diatas maka
1. Penerimaan bersih usaha tani nilam pada luas lahan di atas 2 hektar
lebih besar dibanding dengan penerimaan bersih usaha tani nilam pada
luas lahan 0,5 – 2 dan luas lahan kurang dari 0,5 hektar.
2. Usaha tani nilam pada luas lahan diantara 0,5 – 2 hektar secara
ekonomis lebih efisien dibanding dengan usaha tani pada luas lahan
kurang dari 0,5 hektar dan usaha tani pada luas lahan diatas 2 hektar.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Sifat Penelitian
penelitian yang datanya dikumpulkan dari sampel atau populasi untuk mewakili
Utara yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Padang Jaya mengingat daerah
tersebut sebagai salah satu sentral produksi komoditi nilam di Propinsi Bengkulu.
C. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini berasal dari data primer dan data
1. Jumlah produksi
2. Harga benih
3. Harga pupuk
4. Harga pestisida
7. Biaya penyulingan
8. Jumlah pupuk
9. Jumlah benih
Sampel adalah bagian yang menjadi obyek yang sesungguhnya dari suatu
penelitian (Soeratno dan Arsyed 1988). Populasi yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah petani yang telah menanam nilam dan habis panen pada saat penelitian
dilaksanakan (untuk satu kali musim) dan berdomisili di desa terpilih sebagai
penelitian. Teknik pengambilan sampel adalah dengan menggunakan metode
insidental yaitu sampel yang diambil dari siapa saja yang kebetulan ada pada saat
penelitian (Nasution, 1991). Menurut (Teken; 1985) ada beberapa penelitian yang
menyatakan bahwa besarnya sampel tidak boleh kurang dari 10% dari populasi.
Tabel 1. Jumlah sampel dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel ini :
II 0,5 – 2 Ha 330 33
F. Definisi Konsepsional
1. Sarana produksi adalah faktor produksi (tenaga kerja, modal, dan bahan
Sudarman; 1992).
3. Biaya adalah sejumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan
G. Definisi Operasional
1. Penyediaan sarana produksi dalam usaha tani komoditi nilam ialah meliputi
2. Kegiatan usaha tani adalah kegiatan yang dilakukan oleh petani nilam
3. Biaya usaha tani ialah biaya yang dikeluarkan selama kegiatan usaha tani
nilam.
4. Produksi adalah hasil yang diperoleh dari kegiatan usaha tani nilam.
dikeluarkan.
a. Luas lahan, adalah lahan garapan yang diolah petani nilam selama satu
0,5 – 2 hektar.
b. Biaya bibit, dalam penelitian ini ialah batang nilam (Stek). Yang
batang per hektar dan dalam analisis penerimaan dinilai dengan Rupiah.
c. Biaya pupuk, pupuk dalam penelitian ini adalah pupuk yang digunakan
d. Biaya pestisida, pestisida dalam penelitian ini ialah semua bahan kimia
yang diukur dengan satuan kilogram atau literan yang dinilai dengan
Rupiah.
alat-alat pertanian yang digunakan dalam usaha tani nilam dan dinilai
dengan Rupiah.
f. Biaya tenaga kerja, dalam penelitian ini ialah curahan tenaga kerja yang
berasal dari luar keluarga selama satu kali produksi dalam analisis
penerimaan dinilai dengan Rupiah dan diukur dengan hari kerja setara
pria (HKSP).
g. Biaya pajak, meliputi pajak bumi yaitu pajak yang bebannya ttidak
dipengaruhi oleh luas lahan dan luas lahan ini dinilai dengan rupiah.
h. Biaya penyulingan, adalah hasil yang diperoleh petani nilam pada satu
kali musim. Produksi ini berupa minyak nilai yang dinyatakan dalam
j. Nilai produksi adalah sama dengan produksi total tanaman nilam yang
nilam adalah jumlah daun nilam per hektar dalam satuan penerimaan
H. Metode Analisis
Dimana :
Π = penerimaan bersih
π=P y . Y −(P x 1 . X 1+ Px 2 . X 2+ P x 3 . X 3+ P x4 . X 4 + P x5 . X 5+ P x 6 + Px 7 )
Dimana :
Y = Jumlah Produksi
Untuk menguji hipotesis metode yang digunakan yaitu uji t dua arah
penggunaan uji t ini untuk mengetahui penerimaan bersih usaha tani nilam pada
luas lahan diatas 2 Ha lebih besar dibanding dengan penerimaan bersih pada luas
lahan 0,5 – 2 dan < 0,5 Ha. Adapun rumus t hitung yang digunakan adalah sebagai
(x 1−x 2)
T hitung=
1 1
√ sp 2( + )
n1 n2
( n1−1 ) S 12 + ( n 2−1 ) S 22 +(n 3−1) S 32
SP2=
( n 1+n 2+n 3 )−3
n
(x 1− x´1)2
S 12=∑ ❑
t=1 n 1−1
n
2 ( x 2− x´2)2
S 2 =∑ ❑
t=1 n 2−1
n
2 (x 3− x´3)2
S 3 =∑ ❑
t =1 n 3−1
Dimana :
X3 = rata-rata penerimaan bersih petani pada lahan kurang dari 0,5 hektar
n3= jumlah sampel pada usaha tani kurang dari 0,5 hektar
S3= keragaman sampel pada usaha tani kurang dari 0,5 hektar
X1= penerimaan bersih usaha tani dengan luas lahan diatas 2 hektar
X2= penerimaan bersih usaha tani dengan luas lahan 0,5 - 2 hektar
X3= penerimaan bersih usaha tani dengan luas lahan kurang dari 0,5 hektar
Hipotesis yang akan diuji apakah penerimaan bersih petani pada luas lahan
diatas 2 hektar lebih besar dibanding dengan penerimaan bersih usaha tani nilam
pada luas lahan 0,5 – 2 dan lahan kurang dari 0,5 hektar. Dengan tingkat
keputusan untuk menguji hipotesis adalah : bila t hitung lebih besar dari t tabel
maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya penerimaan usaha tani pada luas lahan
diatas 2 hektar lebih besar dari penerimaan usaha tani pada luas lahan 0,5 – 2 dan
kurang dari 0,5 Ha. Bila t hitung lebih kecil dari t tabel, maka Ho diterima dan Ha
ditolak yang berarti penerimaan usaha tani pada luas lahan diatas 2 Ha lebih kecil
dibanding dengan penerimaan pada luas lahan 0,5 – 2 dan kurang dari 0,5 Ha.
Untuk menguji hipotesis usaha tani nilam pada luas lahan 0,5 – 2 Ha lebih
efisien dibanding dengan usaha tani nilam kurang dari 0,5 Ha dan lebih besar dari
Dimana :
Lais, sebelah utara berbatas dengan Kecamatan Ketahun, sebelah barat dengan
1998/1999, luas wilayah 17,835 m2. Kecamatan Padang Jaya terdiri dari 7 desa
yaitu : desa Marga Sakti, desa Tanjung Harapan, desa Padang Jaya, desa Arga
Mulya, desa Sido Mukti, desa Talang Tua, desa Lubuk Banyau.
penggunaan lahan lainnya (40,65) sedangkan lahan yang paling kecil adalah
sawah/alang-alang (0,08).
kelapa, kopi, casivera, nilam. Untuk lebih jelasnya penggunaan lahan perkebunan
2 Kelapa 12,65
3 Kopi 125
4 Casivera 75
5 Nilam 1125
Jumlah 1.352,65
Sumber : monografi Kecamatan
Dari tabel dapat diketahui bahwa luas lahan perkebunan yang terbesar di
penduduk Kecamatan Padang Jaya sampai tahun 1999 adalah 21.845 jiwa dengan
perincian : laki-laki 11.188 jiwa, 10.657 jiwa dengan jumlah kepala keluarga
5.496 kepala keluarga. Secara rinci penggolongan umur dan jenis kelamin
penduduk Kecamatan Padang Jaya pada tahun 1999 dapat dilihat pada tabel umur
produktif dan nonproduktif dalam hal tenaga kerja. Umur non produktif yaitu
kurang dari 15 tahun dan diatas 55 tahun, sedangkan umur produktif antara 15
tahun sampai 55 tahun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.
penelitian
2 1–5 1.734
3 5 -10 1.030
4 10-15 3.456
5 15-20 1.143
6 20-25 1.140
7 25-55 11.558
8 56 keatas 711
Jumlah 21.845
Sumber : data demografi kecamatan
Dari tabel 4 terlihat bahwa penduduk di lokasi penelitian yang termasuk
dalam usia produktif sebanyak 12.998 jiwa atau 55% dari jumlah secara
Jaya
(KK)
1 Petani 4.823
2 Pedagang 800
4 Peternak 3.837
5 Buruh 2.950
Jumlah 13.540
Sumber : monografi kecamatan
penduduk yang bekerja sebagai petani merupakan angkatan kerja yang paling
besar.
C. Sarana dan Prasarana Perekonomian
sangatlah penting. Dengan adanya sarana penghubung yang baik secara tidak
minyak nilam.
dan prasarana ekonomi. Untuk keperluan sarana pertanian, penduduk Padang Jaya
2 Tokoh/warung 175
Jumlah 180
Sumber : seluruh ketua KUD dan Kepala Desa
Jaya sudah cukup banyak. Petani dapat memperoleh kebutuhan sehari-hari melalui
penelitian meliputi : 1). Pengolahan lahan, 2). Persemaian, 3). Penanaman, 4).
semak belukar dan pohon-pohon muda lalu membakarnya, sisa pembakaran lalu
tanah dari akar-akar rumput dan untuk memperoleh tanah yang gembur, sehingga
Umumnya mereka membeli bibir dari petani yang menyediakan bibit nilam. Cara
mengambil bibit atau stek tersebut dari pohon induk yang telah berumur antara 6
– 12 bulan. Stek dipilih dari cabang yang masih muda tetapi sudah agak berkayu
bebas dari serangan hama dan penyakit. Panjang stek antara 20-30 cm dan
(polyback) berukuran 12 x 15 cm. kantong plastik diisi tanah lebih kurang 1,5 cm
dari pinggir plastik, kemudian disiram dengan air sampai basah. Lalu masing-
masing kantong plastik tersebut di tanam 1 stek dengan cara membenamkan
kelembapan tanah pembibitan. Biasanya petani menyiram bibit sehari 2 kali ( pagi
dan sore) sehingga berumur 1 bulan, setelah itu sehari sekali, pembibitan biasanya
memerlukan waktu 3 sampai 4 minggu, karena pada waktu itu stek sudah keluar
Namun banyak pula petani yang langsung menanam bibit pada lubang
dilakukan pada sore hari di awal musim penghujan di antara pukul 15.00 sampai
18.00 sore, pemilihan waktu ini dimaksudkan agar bibit yang baru dipindahkan
tidak layu. Jarak tanam disesuaikan dengan kesuburan tanah serta letak dan tinggi
tempat.
Jarak tanam yang umumnya ialah 100 x 100 cm, 75 x 75 cm, 50 x 50 cm.
didaerah penelitian umumnya petani belum menggunakan jarak tanam yang tepat
sehingga pertumbuhan tanaman kurang baik serta produksi minyak nilam yang
3). Pemeliharaan
Agar tanaman nilam tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi maka
penyakit. Meskipun sebenarnya tanaman nilam dapat tumbuh secara luas tanpa
dipelihara secara intensif, namun kadar dan mutu minyak yang dihasilkan akan
lebih rendah bila dibandingkan dengan tanaman nilam yang dipelihara secara
intensif oleh petani karena tanaman ini baru dikenal sehingga cara
nilam masih rendah dan kurang baik mutu minyak yang dihasilkan.
Bibit yang tidak tumbuh normal atau mati dilapangan harus diganti dengan
bibit yang sehat. Penyulaman biasanya dilakukan kurang dari 1 bulan setelah bibit
ditanam, kemudian bbibit diganti dari bibit persemaian yang umurnya hampir
sama. Umumnya kematian bibit dilapangan adalah 25-50% sedangkan untuk bibit
Sehingga tidak terjadi persaingan dengan tanaman nilam dalam pengambilan air,
hara, dan sinar matahari. Penyiangan ini biasanya dilakukan 2 atau 3 kali sesuai
Pada setiap panen sebaiknya tidak memotong batang nilam hingga pangkal
karena bisa menyebabkan batang menjadi kering dan akhirnya mati. Petani
permukaan tanah, hal ini dimaksudkan untuk mempercepat tumbuhnya tunas baru.
biasanya tidak dipanen. Cabang-cabang ini biasanya ditimbun dengan tanah pada
setiap tunasnya atau dilakukan pembunuhan. Hal ini penting guna memperbanyak
Pemanenan daun nilam biasanya dilakukan pada pagi hari atau sore hari
siang hari maka sel-sel daun akan bermetabolisme sehingga mengurangi laju
pembentukan minyak, daun menjadi kurang elastis dan mudah robek sehingga
minyak yang hilang akan lebih besar serta adanya transpirasi daun yang lebih
nilam sudah siap dipanen apabila ada beberapa daunnya yang gugur. Kegiatan
menuruti cara-cara yang tepat tanaman masih banyak pula yang melakukan
pemanenan pada siang hari tentu saja dapat menurunkan kanduungan minyak
atsiri. Pasca panen nilam yang dilakukan pada umumnya meliputi kegiatan
penjemuran dan penyulingan. Petani umumnya melakukan penjemuran hasil
panen diatas tanah yang tidak bersih terlebih dahulu. Cara penjemuran ini
sebenarnya kurang baik, karena dapat menyebabkan daun nilam bisa bercampur
dengan kotoran yang terdapat pada tanah. Sebaiknya penjemuran dilakukan pada
lantai yang dibuar dari semen. Penjemuran daun nilam rata-rata 5-6 jam selama 2
hari. Sehingga minyak yang dihasilkan kualitasnya baik dan tidak bercampur
sistem air dan uap. Penyulingan biasanya digunakan alat suling yang terbuat dari
aluminium, pipa besi, kapasitas daun nilam yang dapat disuling maksimal adalah
minyak nilam yang dihasilkan berwarna kuning agak kecokelatan dan mutunya
BAB V
A. Karakteristik Petani
1. Umur Petani
Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap petani dengan luas lahan
kurang dari 0,5 Ha luas lahan diantara 0,5 Ha – 2 Ha, luas lahan diatas 2 Ha
didapat rata-rata umur petani dengan luas lahan kurang dari 0,5 Ha adalah 43
tahun, untuk petani dengan luas lahan diantara 0,5 – 2 Ha rata-rata umur petani
adalah 33 tahun, dan untuk petani dengan luas lahan diatas 2 Ha umur rata-rata
petani adalah 40 tahun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 7.
produktif. Pada petani dengan luas lahan kurang dari 0, 5 Ha kelompok umur
yang terbesar adalah petani dengan kelompok umur 55 tahun keatas yaitu sebesar
26% sedangkan yang terkecil adalah kelompok umur 45-54 tahun sebesar 14%.
Petani dengan luas lahan diantara 0,5-2 Ha kelompok umur yang terbesar adalah
15-24 tahun yaitu 30%, sedangkan yang paling kecil adalah kelompok 55 tahun
keatas yaitu sebesar 3%. Petani dengan luas lahan diatas 2 Ha kelompok umur
yang terbesar adalah 25-34 tahun yaitu sebesar 31% dan yang paling kecil adalah
kelompok umur 15-24 tahun dan kelompok umur 35-44 tahun yaitu sebesar 13%.
Dilihat dengan keadaan umur petani didaerah penelitian sebagian besar
petani termasuk dalam umur yang produktif (15-54 tahun), yaitu sebanyak 15
petani (100%) pada luas lahan kurang dari 0,5 Ha, 33 petani (100%), pada luas
lahan 0,5-2 Ha, 22 petani (100%) pada luas lahan diatas 2 Ha. Pada tingkat umur
yang produktif ini petani mempunyai kemampuan yang optimal dalam berpikir
dan bertindak.
yang dilakukan didaerah penelitian tentu dapat memberikan hasil yang baik bagi
kegiatan usaha taninya. Mubyarto (1984) menyatakan bahwa seorang petani yang
berusaha pada umur produktif akan memberikan hasil yang maksimal jika
dibandingkan dengan umur dibawah usia produktif dan diatas usia produktif.
Lebih lanjut Hernanto (1988) menyatakan bahwa kemampuan tenaga kerja dalam
berpendidikan SD dan SMP. Secara rinci tingkat pendidikan petani dapat dilihat
pada tabel 8.
Pada tabel 8 terlihat bahwa dari 15 petani pada usaha tani nilam dengan
luas lahan kurang dari 0,5 Ha terdiri dari 8 petani berpendidikan tidak tamat SD, 3
petani tamat SD, 2 petani tamat SMP, 2 petani tamat SMA. Untuk petani dengan
luas lahan diantara 0,5-2 Ha dari 33 petani terdapat 23 petani berpendidikan tamat
berpendidikan D3.
relatif sudah memiliki dasar ataupun kemampuan yang cukup untuk mengadopsi
belum bisa dikatakan bahwa tingkat pendidikan mereka sudah cukup baik,
walaupun umumnya petani tidak lagi golongan buta huruf. Pendidikan formal
yang relatif masih rendah ini perlu ditingkatkan dengan pendidikan non-formal
yaitu melalui penyuluhan yang diberikan melalui kelompok tani, dengan peran
bertujuan untuk membangun pertanian yang ada di pedesaan, selain itu pendidikan
petani sangat menentukan kemampuan petani dalam mengambil keputusan yang
dalam proses produksi. Biaya tersebut dapat dibedakan menjadi biaya tidak tetap
dan biaya tetap. Biaya tidak tetap seperti ; biaya tenaga kerja, biaya pupuk, biaya
bibit, biaya pestisida, biaya penyusutan alat, biaya penyulingan. Dan biaya tetap
Analisa biaya-biaya yang telah dikeluarkan dalam usaha tani nilam pada
luas lahan kurang dari 0,5 Ha, luas lahan diantara 0,5-2 Ha, dan diatas 2 Ha
sebagai berikut :
a. Biaya bibit
Dari hasil penelitian, petani pada umunya memperoleh bibit dari petani
bibit dengan cara membeli dari petani yang habis panen. Bibit yang dibeli
Pada usaha tani nilam dengan luas lahan kurang dari 0,5 Ha, rata-rata
penggunaan bibit adalah 3.336,6 batang, dengan biaya rata-rata Rp.40 per batang.
Pada luas lahan diantara 0,5-2 Ha penggunaan bibit rata-rata adalah 9212 batang,
dengan biaya rata-rata Rp.31 per batang, sedangkan pada luas lahan diatas 2 Ha
penggunaan bibit rata-rata adalah 220.318 batang dengan biaya rata-rata Rp.32,4
per batang.
terendah Rp.15 dan tertinggi Rp.80 per batang. Secara rinci jumlah bibit dan biaya
b. Biaya pupuk
Pupuk yang digunakan oleh petani pada umumnya terdiri dari pupuk
kimia dan pupuk kandang. Pupuk kimia terdiri dari urea, TSP, KCL, ataupun
pupuk lengkap NPK. Penggunaan pupuk selain untuk meningkatkan hasil juga
umumnya petani menggunakan pupuk urea dan KCL, yang sangat dibutuhkan
oleh tanaman. Selain itu petani didaerah penelitian biasanya mengikuti rekan-
pupuk untuk luas lahan kurang dari 0,5 Ha sebesar 151,2 Kg dengan biaya rata-
pupuk sebesar 269,3 Kg dengan biaya rata-rata sebesar Rp. 170.606 dan untuk
luas lahan diatas 2 Ha rata-rata penggunaan pupuk 1.145,4 Kg dengan biaya rata-
rata Rp.2.863.636 untuk lebih jelasnya lihat lampiran 1, lampiran 4 dan lampiran
7.
c. Biaya pestisida
lahan kurang dari 0,5 Ha adalah sebesar 0,63 liter dengan biaya rata-rata
Rp.15.903,3. Untuk luas lahan 0,5-2 Ha penggunaan pestisida rata-rata sebesar 2,0
liter dengan biaya rata-rata sebesar Rp.46.400 dan untuk luas lahan diatas 2 Ha
penggunaan pestisida rata-rata sebesar 8,86 liter dengan biaya rata-rata sebesar
Rp. 271.840,9 untuk lebih jelasnya lihat lampiran 1, lampiran 4 dan lampiran 7.
modal utama dari pengusahaan nilam di Indonesia adalah berupa tenaga kerja,
mulai dari pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan, panen dan pasca panen,
(Putri,1991). Tenaga kerja yang digunakan umumnya berasal dari dalam keluarga.
merupakan suatu usaha yang besar, sedangkan tenaga kerja dalam keluarga tidak
mencukupi. Tenaga kerja luar keluarga dapat digunakan oleh petani berlahan
sempit bila tenaga kerja dalam keluarga memang belum mampu atau bekerja
1. Pengolahan lahan
kerja luar keluarga pada kegiatan pengolahan lahan rata-rata sebanyak 2,13 orang
dan lamanya mereka bekerja rata-rata 0,73 hari dengan biaya rata-rata Rp.15.500
dan untuk luas lahan diantara 0,5-2 Ha penggunaan tenaga kerja luar keluarga
pada kegiatan pengolahan lahan rata-rata sebanyak 1,63 orang dan lamanya
mereka bekerja rata-rata selama 1,18 hari dan biaya rata-rata sebesar Rp.19.200.
untuk lahan diatas 2 Ha rata-rata penggunaan tenaga kerja luar keluarga adalah 1,9
orang dan lamanya mereka bekerja rata-rata 11, 18 hari dengan biaya rata-rata
Rp.212.400.
2. Pembibitan
kerja luar keluarga karena para petani tidak mengadakan pembibitan. Mereka
memperoleh bibit dengan jalan membeli ke petani yang habis panen dan petani itu
pun bersedia membeli bibit. Dalam kegiatan membawa bibit ke lokasi penanaman
mereka tidak memperkerjakan tenaga kerja luar keluarga tetapi dilakukan sendiri
3. Penanaman
dari 0,5 Ha adalah rata-rata sebanyak 0,93 orang dan lamanya mereka bekerja
rata-rata 0,46 hari. Dan biaya rata-rata Rp.3.360, dan untuk lahan diantara 0,5-2
Ha penggunaan tenaga kerja luar keluarga rata-rata sebanyak 1,24 orang dan
lamanya mereka bekerja rata-rata 2,24 hari dengan biaya rata-rata Rp.21.600
untuk lahan diatas 2 Ha penggunaan tenaga kerja diluar keluarga adalah rata-rata
sebanyak 13,2 orang dan lamanya mereka bekerja rata-rata 3,7 hari dengan biaya
4. Penyiangan
Penggunaan tenaga kerja diluar keluarga pada kegiatan penyiangan
untuk lahan kurang dari 0,5 Ha adalah sebanyak rata-rata 3,9 hari dan lamanya
mereka bekerja rata-rata 0,8 hari dengan biaya rata-rata Rp.24.960. untuk lahan
diantara 0,5-2 Ha adalah rata-rata sebanyak 2,3 orang dan lamanya mereka
bekerja rata-rata 1,2 hari dan biaya rata-rata sebesar Rp. 22.080. dan untuk lahan
diatas 2 Ha rata-rata sebanyak 4,8 orang dan lamanya rata-rata 6,0 hari dengan
5. Panen
untuk lahan kurang dari 0,5 Ha adalah rata-rata 14 orang dan lamanya mereka
bekerja 0,6 hari dengan biaya rata-rata sebesar Rp. 67.200 untuk lahan diantara
0,5-2 Ha adalah rata-rata sebanyak 1,4 orang dan lamanya mereka bekerja rata-
rata 1,5 hari dengan biaya rata-rata Rp.16.800 dan untuk lahan diatas 2 Ha adalah
rata-rata sebanyak 10,6 orang. Dan lamanya mereka bekerja rata-rata 3,8 hari
dengan biaya rata-rata sebesar Rp. 322.240. untuk lebih jelasnya lihat lampiran 2,
e. Biaya penyulingan
untuk lahan diantara 0,5-2 Ha dengan biaya rata-rata Rp. 191.818. dan untuk
lahan diatas 2 Ha dengan biaya rata-rata Rp.437.727,2 untuk lebih jelasnya lihat
f. Biaya transportasi
Untuk kegiatan pengangkutan daun nilam ke tempat penjemuran dan
penyulingan untuk lahan kurang dari 0,5 Ha dengan biaya rata-rata sebesar Rp.
14.333,3 dan untuk lahan diantara 0,5-2 Ha dengan biaya rata-rata Rp. Sebesar
Rp. 28.078,7. Dan untuk lahan diatas 2 Ha dengan biaya rata-rata sebesar Rp.
Peralatan yang digunakan dalam usaha tani nilam biayanya tidak habis
dipakai dalam satu kali musim tanam. Alat-alat yang digunakan antara lain,
cangkul, parang, gunting okulasi, karung, alat sabit. Untuk biaya peralatan yang
dikeluarkan pada usaha tani yang dihitung adalah biaya penyusutannya. Pada
usaha tani nilam dengan luas lahan kurang dari 0,5 Ha rata-rata penyusutan adalah
sebesar Rp. 8.500 per musim tanam, dan untuk lahan diantara 0,5-2 Ha rata-rata
penyusutan sebesar Rp. 21.000 untuk lahan diatas 2 Ha penyusutan adalah sebesar
Rp. 40.900 untuk lebih jelasnya lihat lampiran 1, lampiran 4, dan lampiran 7.
h. Biaya pajak
bumi yang dibayar adalah tetap besarnya pada setiap tahun yaitu Rp.
8000 untuk setiap lahan 2 Ha pada usaha tani nilam dengan luas lahan
kurang dari 0,5 Ha adalah rata-rata Rp.1000 dan luas lahan diantara
Tabel 9. Rata-rata biaya pada usaha tani nilam untuk luas lahan <0,5 Ha, 0,5-2
Dari tabel 9 terlihat bahwa pada luas lahan kurang dari 0,5 Ha biaya
sebesar yang dikeluarkan petani adalah biaya pupuk, biaya bibit, biaya
pajak. Pada luas lahan 0,5 sampai 2 Ha biaya terbesar adalah biaya pupuk, biaya
Sedangkan pada luas lahan diatas 2 Ha biaya terbesar adalah biaya pupuk, biaya
biaya pajak. Untuk lebih jelasnya lihat lampiran 1, lampiran 4 dan lampiran 7.
Secara keseluruhan terlihat bahwa biaya yang terbesar adalah biaya pupuk.
Hal ini disebabkan oleh karena tanahnya sudah gersang dan juga karena harga
1. Analisa penerimaan
(minyak nilam) yang dihasilkan dikalikan dengan harga jual. Rata-rata produksi
dan penerimaan tiap-tiap luas lahan yang diteliti disajikan pada tabel 10.
Tabel 10. Rata-rata produksi dan penerimaan usaha tani nilam pada luas lahan
(Rp)
1 <0,5 7,2 163.000 1.173.600
2 0,5-2 19,3 162.000 3.126.600
3 >2 46 162.000 7.452.000
Sumber : data diolah
Dari tabel 10 terlihat bahwa petani dengan luas lahan kurang dari 0,5
1.173.600. Petani dengan luas lahan diantara 0,5 sampai 2 Ha dengan produksi
luas lahan diatas 2 Ha produksi rata-rata sebesar 46 Kg, dengan penerimaan rata-
rata Rp. 7.452.000. untuk lebih jelasnya lihat lampiran 3, lampiran 6, dan
lampiran 9.
penerimaan dikurangi total biaya rata-rata penerimaan bersih pada tiap-tiap luas
lahan yang diteliti disajikan pada tabel 11. Untuk lebih jelasnya lihat lampiran.
Tabel 11. Rata-rata penerimaan bersih pada usaha tani nilam dengan luas lahan
<0,5, 0,5-2,>2 Ha
(Ha)
1 <0,5 1.173.600 473.850,1 699.749,8 2,47
2 0,5-2 3.126.600 1.036.873 2.091.229 3,0
3 >2 7.452.000 4.028.842,9 3.423.175,1 1,87
Sumber : data diolah
Pembuktian Hipotesis
luas lahan diatas 2 Ha lebih besar dari usaha tani nilam dengan luas lahan 0,5-2
dan lahan kurang dari 0,5 Ha dalam hal ini digunakan uji t dua arah untuk menguji
hipotesis dengan tingkat kepercayaan 98% (0,02) dan derajat bebas (db=n1+n2-2).
Kriteria : pengujian
Penerimaan bersih usaha tani nilam pada luas lahan diatas 2 Ha lebih besar
dibandingkan dengan penerimaan usaha tani dengan luas lahan 0,5-2 Ha dari hasil
perhitungan uji t dapat dilihat (t hitung = 6,5 lebih besar dari t tabel 0,02.53 =
2,39). Oleh karena nilai t hitung lebih besar dari t tabel maka Ha diterima dan Ho
ditolak hal ini berarti bahwa penerimaan usaha tani nilam pada luas lahan diatas 2
Ha lebih besar dibanding dengan penerimaan usaha tani pada luas lahan kurang
dari 0,5-2.
Penerimaan bersih usaha tani nilam pada luas lahan diatas 2 Ha lebih besar
dibanding dengan penerimaan bersih usaha tani kurang dari 0,5 Ha. Dan hasil
perhitungan yang diperoleh dari uji t nilai (t-hitung = 35.6 lebih besar dari t-tabel
= 0,02,35 =2,42) oleh karena nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel maka, Ha
diterima dan Ho ditolak. Hal ini berarti penerimaan bersih usaha tani nilam pada
luas lahan diatas 2 Ha lebih besar dari penerimaan bersih usaha tani kurang dari
0,5 Ha pembuktian hipotesis yang menyatakan bahwa usaha tani nilam pada luas
lahan 0,5-2 Ha secara ekonomi lebih efisien dari luas lahan < 0,5 dan >2 Ha
00
2 0,5-2 3.126.600 1.035.371 3,0
3 >2 7.425.000 4.028.824,9 1,87
Sumber : data diolah
Secara ekonomis luas lahan 0,5-2 Ha lebih efisien dari usaha tani <0,5 dan
A. Kesimpulan
sebagai berikut :
1. Penerimaan rata-rata usaha tani nilam pada luas lahan <0,5 Ha adalah sebesar
Rp. 685.502,2, penerimaan rata-rata pada usaha tani nilam pada luas lahan 0,5-
2. Berdasarkan uji t penerimaan bersih usaha tani nilam pada luas lahan diatas 2
dengan luas lahan 0,5-2 Ha (t hitung = 6,5 lebih besar dari t tabel 0,02 ; 53 =
2,39) penerimaan bersih usaha tani nilam pada luas lahan diatas 2 Ha lebih
besar dari penerimaan bersih pada luas lahan kurang dari 0,5 Ha ( t hitung 35,6
3. Usaha tani nilam pada luas lahan 0,5-2 (R/C =3,0) Ha secara ekonomi lebih
efisien dan menguntungkan dibanding dengan usaha tani nilam pada luas lahan
1. Untuk petani yang memiliki modal yang terbatas sebaiknya dalam usaha tani
nilam dianjurkan untuk mengolah usaha tani pada luas lahan diantara 0,5-2 Ha
harga minyak nilam, sebab kalau seperti sekarang harga pupuk melonjak
tinggi, sedangkan harga minyak nilam turun secara drastis sehingga hasil yang
Denni Safarina 1997. Analisis Efisiensi Usaha Tani Jahe Berdasarkan Status
Nilam
Jakarta.
Kadariah, Lieh. Karlena dan Clive Gray, Pengantar Evaluasi Proyek. LPFE
UI.Jakarta
Syarwin Afriadi, 1996. Pengaruh Penundaan Waktu Tanam dan Jumlah Buku
Taken, I.G.B dan S. Asmawi. 1997. Teori Ekonomi Mikro. Departemen Ilmu
Toher K.A. 1982. Seuntai Pengetahuan Tentang Usaha Tani Indonesia. PT. Bina
Aksara. Jakarta
Trisantoso, 1990. Analisis Penerimaan dan Biaya Usaha Tani Kedelai antara