Anda di halaman 1dari 7

KONSEP PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Dra. Hj. Suhartiningsih, M.Pd.

A. Definisi Pengambilan Keputusan


Kehidupan manajer dipenuhi dengan serangkaian pembuatan keputusan. Kegiatan
ini memainkan peranan penting, karena kualitas keputusan – keputusan manajer akan
menentukan efektifitas rencana yang disusun. Secara umum, pengertian pengambilan
keputusan telah dikemukakan oleh banyak ahli, diantaranya adalah :
1. Menurut George R. Terry
Pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku (kelakuan)
tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada.
2. Menurut S.P. Siagian
Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap
hakikat alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan
merupakan tindakan yang paling tepat.
3. Menurut James A.F. Stoner
Pengambilan keputusan adalah proses yang digunakan untuk memilih suatu
tindakan sebagai cara pemecahan masalah.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan itu adalah
suatu cara yang digunakan untuk memberikan suatu pendapat yang dapat menyelesaikan
suatu masalah dengan cara / teknik tertentu agar dapat lebih diterima oleh semua pihak.

B. Gaya Pengambilan Keputusan


Secara teoritis ada 4 gaya pengambilan keputusan yang biasanya dilakukan oleh seorang
pemimpin. Keempat gaya tersebut adalah:
1. Gaya Direktif
-Cenderung bersifat efisien, logis, pragmatis, dan sistematis dalam memecahkan masalah
-Berfokus pada fakta dan penyelesaian masalah secara lebih cepat
-Cenderung berfokus jangka pendek

1
-Gemar menggunakan kekuasaan, ingin mengontrol, secara umum menggambarkan
kekeuasaan yang otokratik
2. Gaya Analitik
-Hasil keputusan didasarkan atas inputan hasil analisis
-Lebih banyak mempertimbangkan beragam informasi dan alternetif dibandingkan
gaya direktif
-Pengambilan keputusan diambil dalam jangka waktu agak lama
-Menggambarkan pemimpin yang otokratik
3. Gaya Konseptual
-Memecahkan masalah dengan pandangan yang luas
-Suka mempertimbangkan banyak pilihan dan kemungkinan masa depan
-Melibatkan banyak orang untuk memperoleh beragam informasi dan banyak
menggunakan intuisi dalam peng keputusan
-Berani mengambil resiko dan seringkali menemukan solusi yang kreatif
-Ketidakpastian dalam pengambilan keputusan
4. Gaya Perilaku
-Cenderung bekerja dengan orang lain dan terbuka dalam pertukaran pendapat
-Cenderung menerima saran, sportif dan bersahabat
-Suka informasi yang verbal dan menghindari konflik serta peduli pada kebahagiaan
org lain
-Terkadang, keputusannya tidak tegas dan sulit mengatakan tidak jika keputusan
tersebut akan berdampak kerugian pada orang lain.

C. Tahap -Tahap Pengambilan Keputusan


Tahap-tahap pengambilan keputusan yaitu:
a. Mendefinisikan masalah tersebut secara jelas dan gamblang, atau mudah untuk
dimengerti.
b. membuat daftar masalah yang akan dimunculkan, dan menyusunnya secara prioritas
dengan maksud agar adanya sistematika yang lebih terarah dan terkendali.
c. Melakukan identifikasi dari setiap masalah tersebut dengan tujuan untuk lebih
memberikan gambaran secara lebih tajam dan terarah secara lebih spesifik.

2
d. Memetakan setiap masalah tersebut berdasarkan kelompoknya masing-masing yang
kemudian selanjutnya dibarengi dengan menggunakan model atau alat uji yang akan
dipakai.
e. Memastikan kembali bahwa alat ujian dipergunakan tersebut telah sesuai dengan
prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah yang berlaku pada umumnya.

Simon (1960) mengatakan, pengambilan keputusan berlangsung melalui empat tahap


yaitu intelligence, design, choice, dan implementation. Intelligence adalah proses
pengumpulan informasi yang bertujuan mengidentifikasi permasalahan. Design adalah tahap
perancangan solusi terhadap masalah. Choice adalah tahap mengkaji kelebihan dan
kekurangan dari berbagai macam alternatif yang ada dan memilih yang terbaik.
Implementation adalah tahap pengambilan keputusan dan melaksanakannya.

D. Proses Pengambilan Keputusan


Menurut Stephen Robbins dan Mary Coulter proses pengambilan keputusan
merupakan serangkaian tahap yang terdiri dari 8 langkah yang meliputi mengidentifikasi
masalah, mengidentifikasi kriteria keputusan, memberi bobot pada kriteria, mengembangkan
alternatif-alternatif, menganalisis alternatif, memilih satu alternatif, melaksanakan alternatif
tersebut, dan mengevaluasi efektivitas keputusan.

E. Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan


1. Internal organisasi seperti ketersediaan dana, SDM, kelengkapan peralatan, teknologi,
dan sebagainya. Biasanya faktor ini berada di dalam suatu organisasi itu sendiri untuk
terciptanya suatu keputusan dalam organisasi.
2. Eksternal organisasi seperti keadaan sosial politik, hukum, dan sebagainya. Faktor ini
berasal dari luar yang terkait dalam organisasi.
3. Ketersediaan informasi yang diperlukan. Seberapa banyaknya informasi yang ada
atau seberapa lengkap dan akuratnya informasi yang didapatkan untuk menjadi
pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang tepat.
4. Kepribadian dan kecakapan pengambil keputusan. Dalam faktor ini dibutuhkan
kebijaksanaan dan ketegasan dalam mengambil keputusan dengan tidak bersifat
merugikan.

3
5. Pengalaman
Pengalaman seorang pembuat keputusan adalah hal yang sangat penting, karena
banyaknya pengalaman orang tersebut maka ia akan berani dalam menentukan
keputusan. Hal ini juga berkaitan terhadap keahlian yang dimiliki oleh pemimpin atau
anggota karena pengalaman yang pernah dialaminya. Pengalaman juga dapat
dijadikan suatu pelajaran dalam mengambil keputusan yang tepat bagi organisasi.

F. Perubahan dalam Keputusan


Dampak perubahan keputusan dikelompokkan menjadi dua kelompok perubahan yaitu:
a. Incremental change
Incremental change merupakan dampak perubahan keputusan yang dapat
diperkirakan berapa presentase perubahan yang akan terjadi kedepannya berdasarkan
data-data yang terjadi di masa lalu (historis).

b. Turbulence change
Turbulence change merupakan pengambilan keputusan dalam kondisi perubahan
yang sulit untuk diperkirakan. Contohnya bencana alam, perubahan kondisi politik, dan
sebagainya. Walaupun data-data tersebut ada namun kejadian seperti itu belum tentu
memiliki kesamaan kondisi dan situasi seperti dulu. Contohnya seperti jatuh dan
bergantinya presiden di Irak baik sebelum Saddam Hussein maupun pada saat Saddam
Hussein ditangkap atau diturunkan posisinya dari presiden Irak secara paksa oleh tentara
Amerika dan sekutunya.
Data keputusan yang terlalu lama sulit untuk dijadikan sebagai data prediksi ke
depan dan jika ke depan terlalu jauh untuk diprediksi maka ketepatan prediksi juga
menjadi bagian yang dilakukan hasilnya.

G. Kualitas Keputusan
Kualitas merupakan mutu dari pekerjaan atau hasil yang telah dicapai dengan
proses yang dilakukan. Kualitas keputusan merupakan mutu yang dihasilkan dari hasil
keputusan yang telah diaplikasikan secara maksimal dan terlihat hasilnya secara
maksimal serta dinilai secara maksimal juga. Jika keputusan tersebut adalah dipakai
untuk bidang ilmu ekonomi, teknik, kedokteran, dan sosiologi maka itu harus

4
berlandaskan pada asas dan aturan-aturan pada bidang ilmu yang bersangkutan dengan
maksud nantinya selalu saja keputusan tersebut berpatokan dan tetap berada pada koridor
ilmu yang bersangkutan. Ini ditujukan dengan maksud guna menghindari terjadinya
tumpang tindih atau kekacauan dalam aplikasi keputusan itu nantinya.
Kekacauan yang sering timbul adalah pada saat setiap bidang tersebut tidak
bergerak atau juga tidak diberikan keleluasaan bergerak secara independen sesuai dengan
garisnya. Dan ini berdampak pada pembentukan keputusan yang tidak berlangsung secara
profesionalisme.

H. Pengambilan Keputusan dalam Berbagai Kondisi


Secara umum informasi yang masuk kadangkala terjadi dalam berbagai kondisi,
seperti kondisi pasti, kondisi tidak pasti, dan kondisi konflik. dalam kondisi pasti proses
pengambilan keputusan yang dilakukan adalah berlangsung tanpa ada banyak alternatif,
keputusan yang diambil sudah jelas pada fokus yang dituju. Teknik yang bisa
dipergunakan yaitu menggunakan program linier atau secara aljabar linear, dan analisis
jaringan kerja (secara critical path method/CPM dan Project evaluation and review
technique/PERT).
Pada kondisi tidak pasti proses lahirnya keputusan lebih sulit atau lebih komplek
dalam artian keputusan yang dibuat belum diketahui nilai probabilitas atau hasil yang
mungkin diperoleh. Untuk menghindari timbulnya masalah sebaiknya melakukan riset
terlebih dahulu mencari informasi sebanyak mungkin dan mempergunakan beberapa
metode pengambilan keputusan yang paling sesuai dengan setiap kondisi masalah yang
mungkin timbul, seperti metode laplace (proses pengambilan keputusan dengan asumsi
bahwa probabilitas terjadinya berbagai kondisi adalah sama besarnya), metode maximax
(proses pengambilan keputusan dengan hanya mengutamakan hasil yang paling
optimistis dengan mengabaikan sisi lain yang mungkin terjadi), metode maximin (proses
pengambilan keputusan dengan memilih alternatif yang minimalnya paling besar),
metode regret (proses pengambilan keputusan dengan didasari pada hasil keputusan yang
maksimal berdasarkan data pada masa lalu sebagai bahan perbandingannya), metode
realisme (proses pengambilan keputusan dengan menggabungkan metode maximax dan
maximin).

5
Pada kondisi konflik maka pengambilan keputusan yang dilakukan akan
menimbulkan dampak yang mungkin saja bisa merugikan salah satu pihak. Untuk
menyelesaikan masalah biasanya dilakukan pendekatan secara teori permainan dalam
dunia bisnis teraplikasi dalam bentuk tawar-menawar harga dan hingga terealisasinya
suatu kontrak atau kesepakatan.

I. Risiko Keputusan
Pengambilan keputusan yang beresiko adalah dihasilkannya suatu keputusan yang
mengandung lebih dari satu kemungkinan hasil berdasarkan beberapa alternatif
keputusan yang diambil, dan karena terdapat beberapa alternatif maka otomatis terdapat
pula beberapa peluang yang sama besarnya. Untuk mengatasi resiko dalam suatu
organisasi baik yang bersifat profit maupun yang non profit adalah dengan menerapkan
manajemen resiko. Dalam manajemen risiko ini dibahas Bagaimana mengelola resiko
agar bisa memberikan keuntungan bukan sebaliknya, bahwa jika resiko itu bisa dikelola
secara sistematis maka ia akan memberikan keuntungan yang sistematis juga begitu juga
sebaliknya.

J. Karakteristik Pengambil Keputusan dan Pengaruhnya bagi Perusahaan


Dalam pengambilan keputusan ada faktor yang turut mempengaruhi yaitu
karakteristik sang pengambil keputusan. Karakteristik tersebut secara umum dapat dibagi
menjadi tiga yaitu:
a. Takut pada Risiko
Karakteristik seperti ini adalah dimana sang decision maker sangat hati-hati
terhadap keputusan yang diambilnya bahkan ia cenderung begitu tinggi melakukan
tindakan yang sifatnya menghindari resiko yang akan timbul Jika keputusan
diaplikasikan. Secara umum pebisnis yang berkarakter seperti ini cenderung melakukan
tindakan yang biasanya disebut dengan safety player. Maka mereka penganut risk avoider
cenderung sulit menjadi pemimpin dan lebih banyak menjadi follower bukan seorang
innovator. Namun yang harus kita pahami bahwa hampir semua investor adalah bertipe
penghindaran risiko, dalam artian mereka tidak ingin menanggung resiko yang akan
timbul dalam bentuk kerugian yang akan timbul di kemudian hari.

6
b. Hati-Hati pada Risiko
Karakteristik seperti ini adalah dimana sang decision maker sangat hati-hati atau
begitu menghitung terhadap segala dampak yang akan terjadi jika keputusan tersebut
dilakukan. Namun bagi mereka yang menganut karakteristik seperti ini dengan
kecenderungan kehati-hatian yang begitu tinggi maka biasanya setelah keputusan tersebut
diambil ia tidak akan mengubahnya begitu saja. Bagi kalangan bisnis mereka menyebut
orang dengan karakter seperti ini secara ekstrem sebagai tipe peragu.

c. Suka pada Risiko


Karakteristik seperti ini adalah tipe yang begitu suka pada resiko. Karena bagi dia
semakin tinggi resiko maka semakin tinggi pula tingkat keuntungan yang akan
diperolehnya. Prinsip seperti ini cenderung begitu menonjol dan mempengaruhi besar
terhadap setiap keputusan yang ia ambil, mereka terbiasa dengan spekulasi dan itu pula
yang membuat mereka karakteristik ini selalu saja ingin menjadi pemimpin dan
cenderung tidak ingin menjadi pekerja. Mental risk seeker atau juga risk lover adalah
mental yang dimiliki oleh pebisnis besar yang umumnya dimiliki oleh para pemberontak
dimana mereka mau besusah-payah dengan keyakinan akan memperoleh kenikmatan
setelah itu yaitu berupa kemenangan.
Dari ketiga karakteristik mungkin karakter risk seeker adalah yang paling begitu
mendominasi Jika dilihat dari segi kedekatannya dengan risiko, tapi jika dikaitkan dengan
ruang lingkup aktivitas bisnis maka mereka dengan latar belakang mental risk seeker
cenderung lebih berani dan tegas daripada yang lain, tentunya tidak terlepas dari muatan
keputusan yang dihasilkan yaitu fokus pada sasaran atau penuh perhitungan bukan hanya
sekedar spekulasi saja.

Anda mungkin juga menyukai