Oleh :
XI MIPA 6
KELOMPOK 3
1. Adine Alimah M (01)
2. Affan Fauzi (02)
3. Alif M Farras (04)
4. Alysha Zahra Maulida (06)
5. Audy Rachma (10)
6. Bagas Satria (11)
7. Della Fitrisia (13)
8. Muhammad ariq faqih (25)
9. Savitri Kumala Dewi (33)
Tahun 2019
KATA PENGANTAR
Puji dan rasa syukur yang tak terhingga besarnya penyusun panjatkan kepada Allah
SWT. atas segala rahmat-Nya. Kemurahan dan kemudahan yang telah dianugerahkan-Nya
sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas laporan dan praktik muamalah yang berjudul
"Perekonomian di Indonesia Berdasarkan Hukum dalam Islam".
Adapun maksud dan tujuan dari laporan muamalah ini adalah untuk memenuhi tugas
di mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, sekaligus untuk mengetahui praktik muamalah
yang benar menurut syariat Islam.
1. Kedua orang tua yang telah memberikan dorongan serta motivasi baik secara spiritual
ataupun finansial dalam penyelesaian laporan dan praktik muamalah ini.
2. Bapak Nur Fajri Alnajakhi, S.Pd.I. M.Pd. selaku guru mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam yang telah memberikan masukan dan bimbingan dalam penyelesaian
laporan muamalah ini.
3. Teman-teman yang telah mendukung penyusunan laporan muamalah ini sehingga
dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
4. Pihak yang telah bersedia diwawancarai oleh penyusun sehingga melancarkan
penyusun untuk menyusun laporan muamalahnya.
Penyusun menyadari bahwa laporan muamalah ini masih jauh dari sempurna dan perlu
pendalaman lebih lanjut. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca. Penyusun berharap semoga tulisan dalam laporan muamalah ini
bisa bermanfaat bagi para pembacanya.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………………..
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………….
C. Tujuan Penelitian………………………………………………………………..
D. Manfaat Penelitian………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN
A. Kajian Teori……………………………………………………………………..
B. Hasil Penelitian…………………………………………………………………..
C. Hasil Pembahasan……………………………………………………………….
A. Kesimpulan……………………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
A. Dokumen Penelitian…………………………………………………………….
B. Foto Penelitian…………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Muamalah adalah sebuah hubungan manusia dalam interaksi sosial sesuai syariatkarena
manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup berdiri sendiri. Dalam
hubungan dengan manusia lainnya, manusia dibatasi oleh syariat tersebut, yang terdiri dari
hak dan kewajiban. Lebih jauh lagi interaksi antara manusia tersebut akan membutuhkan
kesepakatan demi kemaslahatan bersama. Dalam arti luas muamalah merupakan aturan
Allah untuk manusia untuk bergaul dengan manusia lainnya dalam berinteraksi. Sedangkan
dalam arti khusus muamalah adalah aturan dari Allah dengan manusia lain dalam hal
mengambangan harta benda.
Ekonomi Islam telah lahir sejak Rasulullah Saw menyebarkan ajaran agama
Islam,kemudian dilanjutkan oleh para sahabat hingga memiliki kemajuan yang begitu pesat
padamasa Dinasti Abbasiyah dan pada akhirnya masih juga dilakukan sampai zaman
sekarang,walaupun saat ini masih banyak campur aduk ekonomi barat dalam aktifitas
perekonomian masyarakat khususnya umat Islam. Kemunculan ekonomi Islam bukan
karena ekonomi ortodok, melainkan karena sejarah membuktikan bahwa kemunculan
ekonomi Islam sejak Rasulullah Saw hidup.
Ekonomi Islam merupakan bagian integral ajaran Islam, bukan dampak dari
sebuahkeadaan yang memaksa kemunculannya, jadi bukan karena ekonomi ortodok yang
memaksa kehadiran ekonomi Islam. Ekonomi Islam juga memiliki tujuan yang sangat
penting yaitu menciptakan kesejahteraan umat manusia khususnya terpenuhinya kebutuhan
setiap individu dengan cara yang disahkan oleh Undang-Undang Pemerintah maupun
hukum syariat (agama).
Perekonomian Islam yang terjadi di negara Indonesia, masih belum sesuai dengan
syariat islam. Macam-macam perekonomian yang ada di Indonesia seperti bank, jual beli,
syirkah, koperasi, dan pegadaian, masih belum menerapkan prinsip syariat perekonomian
dalam islam, hal tersebut dikarenakan masih ada lembaga ekonomi yang ada di Indonesia
masih menggunakan praktik riba. Praktik riba di perekonomian islam hukumnya haram
sesuai dengan dalil
B. Rumusan Masalah
1. Apakah perekonomian di Indonesia sudah sesuai dengan perekonomian dalam
islam?
2. Apa saja macam-macam perekonomian dalam Islam?
C. Tujuan Peneltian
1. Mengetahui kesesuaian perekonomian di Indonesia dengan perekonomian dalam
islam.
2. Mengetahui macam- macam perekonomian dalam Islam.
D. Manfaat Penlitian
Adapun manfaat diadakannya penlitian ini adalah sebagai berikut.
a. Diharapkan hasil penilitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi
perkembangan ilmu pengetahuan muamalah pada umumnya.
b. Diharapkan hasil penelitian ini digunakan sebagai referensi dalam bidang karya
ilmiah serta bahan masukan untuk penelitian sejenis di masa mendatang.
c. Diharapkan dalam penelitiaan ini dapat bermanfaat bagi lembaga ekonomi yang
ada di Indonesia agar sesuai dengan prinsip syariat perekonomian islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kajian Teori
1. Bank
Perbankan syariah atau perbankan Islam(al-mashrafiyah al-islamiyah) adalah
suatu sistem perbankan yang pelaksanaannya berdasarkan hukum islam (syariah).
Bank Islam atau bank syariah ialah bank yang menjalankan operasinya menurut
syariat islam. Istilah bunga yang ada pada bank konvensional tidak ada dalam bank
Islam. Bank Konvensional ialah bank yang fungsi utamanya menghimpun dana untuk
disalurkan kepada yang memerlukan, baik perorangan maupun badan usaha, guna
mengembangkan usahanya dengan menggunakan sistem bunga.
Prinsip-prinsip Dasar Syariah
Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan Prinsip-Prinsip
Syariah.Implementasi prinsip syariah inilah yang menjadi pembeda utama dengan
bank konvensional. Pada intinya prinsip syariah tersebut mengacu kepada syariah
Islam yang berpedoman utama kepada Al Quran dan Hadist.Islam sebagai agama
merupakan konsep yang mengatur kehidupan manusia secara komprehensif dan
universal baik dalam hubungan dengan Sang Pencipta(HabluminAllah) maupun
dalam hubungan sesama manusia (Hablumminannas).
Ada tiga pilar pokok dalam ajaran Islam yaitu :
Aqidah : komponen ajaran Islam yang mengatur tentang keyakinan atas
keberadaan dan kekuasaan Allah sehingga harus menjadi keimanan seorang muslim
manakala melakukan berbagai aktivitas dimuka bumi semata-mata untuk
mendapatkan keridlaan Allah sebagai khalifah yang mendapat amanah dari Allah.
Syariah : komponen ajaran Islam yang mengatur tentang kehidupan seorang
muslim baik dalam bidang ibadah (habluminAllah) maupun dalam bidang
muamalah (hablumminannas) yang merupakan aktualisasi dari akidah yang menjadi
keyakinannya.
Sedangkan muamalah sendiri meliputi berbagai bidang kehidupan antara lain
yang menyangkut ekonomi atau harta dan perniagaan disebut muamalah Maliyah
Akhlaq : landasan perilaku dan kepribadian yang akan mencirikan dirinya
sebagai seorang muslim yang taat berdasarkan syariah dan aqidah yang menjadi
pedoman hidupnya sehingga disebut memiliki akhlaqul karimah sebagaimana hadis
1
nabi yang menyatakan “Tidaklah sekiranya Aku diutus kecuali untuk
menjadikanakhlaqul karimah”
Jenis - jenis akad
Akad Murabahah adalah perjanjian jual-beli antara bank dengan nasabah.Bank
syariah membeli barang yang diperlukan nasabah kemudian menjualnya kepada
nasabah yang bersangkutan sebesar harga perolehan ditambah dengan margin
keuntungan yang disepakati antara bank syariah dan nasabah.
Akad Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak di
mana pemilik modal (shahibul amal) mempercayakan sejumlah modal kepada
pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian di awal. Bentuk ini menegaskan
kerja sama dengan kontribusi seratus persen modal dari pemilik modal dan keahlian
dari pengelola.
Pengertian Riba
Riba adalah penetapan bunga atau melebihkan jumlah pinjaman saat
pengembalian berdasarkan persentase tertentu dari jumlah pinjaman pokok yang
dibebankan kepada peminjam.Riba secara bahasa bermakna ziyadah. Dalam
pengertian lain, secara linguistik riba juga berarti tumbuh dan membesar.
Jenis - jenis riba
Secara garis besar riba dikelompokkan menjadi dua, yaitu riba utang-piutang
dan riba jual-beli.Riba utang-piutang terbagi lagi menjadi riba qardh dan riba
jahiliah, sedangkan riba jual-beli terbagi atas riba fadhl dan riba nasi’ah.
Riba Qardh Suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang disyaratkan
terhadap kreditur (muqtaridh).Riba Jahiliyyah Utang dibayar lebih dari pokoknya,
karena kreditur tidak mampu membayar utangnya pada waktu jatuh tempo.Riba
Fadhl Pertukaran antarbarang sejenis dengan kadar atau takaran yang berbeda,
sedangkan barang yang dipertukarkan itu termasuk dalam jenis barang ribawi.Riba
Nasi’ah Penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis barang ribawi yang
dipertukarkan dengan jenis barang ribawi lainnya. Riba dalam nasi’ah muncul
karena adanya perbedaan, perubahan, atau tambahan antara yang diserahkan saat ini
dengan yang diserahkan kemudian.
2. Jual Beli
1
Ike Nofalia, "Mengenal Akad Mudharabah pada Perbankan Syariah", https://www.finansialku.com/mengenal-
akad-mudharabah-pada-perbankan-syariah/ (Diakses pada 25 Maret 2019, pukul 13.15)
Jual-beli berasal dari bahasa arab yang artinya “memiliki” dan “membeli”. Kata ini
aslinya berasal dari kata (al-bai’u)yang masing-masing dari dua orang melakukan akad
untuk mengambil dan memberikan sesuatu. Sedangkan dua orang yang sedang
melakukan proses jual-beli dinamakan al-baiani artinya dua orang yang berjual-beli.
Menurut terminologi jual-beli adalah “proses tukar menukar barang untuk memiliki dan
memberi kepemilikan sesuatu syarat dan hukum tertentu. Jual beli dalam islam
mempunyai ketentuam yaitu tidak boleh mengambil keuntungan lebih dari 30% dalam
penjualan barang tersebut.2
a. Hukum Jual Beli
Hukum melakukan transaksi jual beli sebagaimana pada pengertian jual beli yang
sudah dipaparkan di atas ialah halal. Hukum kehalalan transaksi jual beli ini
berdasarkan dalil-dalil dalam Al-Qur'an Al-Karim sebagai berikut :
Artinya: "Padahal Allah telah mengahalalkan jual beli dan mengharamkan riba..."
(Q.S. Al-Baqarah: 275)
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang
berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu . . . (Q.S. An-Nisa': 29)
Transaksi jual beli hendaknya membawa manfaat bagi kedua belah pihak baik
pihak penjual dan pihak pembeli, oleh sebab itu masing-masing pihak harus menaati
peraturan dan ajaran agama. Salah satu ketentuan agama islam dalam hal transaksi jual
beli adalah hendaknya pihak penjual dan pembeli dalam transaksi jual beli harus sama-
sama suka (tidak ada unsur paksaan). Oleh karena itu, dalil ayat al-Qur'an di atas yaitu
Q.S. An-Nisa' 4:29 menegaskan bahwa transaksi jual beli itu harus atas dasar suka sama
suka antara pihak penjual dan pihak pembeli. Jual beli akan menjadi sah, apabila di
antara kedua pihak sama-sama menyetujuinya.
b. Rukun dan Syarat Jual Beli
Tanpa terpenuhinya rukun dan syarat jual beli maka transaksi jual beli tidaklah sah.
Dalam ajaran islam, rukun dan syarat jual beli yang harus diperhatikan meliputi :
adanya penjual dan pembeli, uang dan barang, serta ikrar jual beli. Keterangan tentang
rukun jual beli dan Kedua belah pihak harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
Kedua belah pihak adalah orang yang berakal sehat agar tidak terkecoh.Jual beli
yang dilakukan oleh orang yang gila atau tidak sehat akalnya hukumnya adalah tidak
sah.
“Antara penjual dan pembeli sama-sama rela, dan tidak terpaksa”
2
Sadi dan Nasikin, Pendidikan agama islam dan Budi Pekerti untuk SMA Kelas XI, (Jakarta: 2014)
(Q.S. An-Nisa'/4: 29)
Orang yang melakukan jual beli baik penjual dan pembeli adalah sudah baligh atau
dewasa, kecuali pada transaksi jual beli barang-barang kecil, makanan-makanan kecil,
dan makanan yang relatif murah.
Adapun syarat uang dan barang dalam jual beli yang sah adalah sebagai berikut:
Barang yang diperjualbelikan suci dari najis. Bangkai dan kulit yang belum
disamak tidak boleh diperjualbelikan, sebagaimana diterangkan dalam dalil hadits Nabi
berikut ini :
Artinya:"Dari Jabir bin Abdulah, bersabda Rasulullah saw., "Sesungguhnya Allah
dan rasul-Nya telah mengharamkan menjual arak dan bangkai, juga babi dan berhala."
Ditanyakan (kala itu), "Bagaimana lemak bangkai, ya Rasulullah?karena lemak itu
berguna untuk cat perahu, minyak kulit, dan minyak lampu." Beliau menjawab, "Tidak
boleh, semua itu haram.Celakalah orang Yahudi tatkala Allah mengharamkan akan
lemak bangkai, mereka hancurkan lemak bangkai itu sampai menjadi minyak, kemudian
mereka jual minyaknya, lalu mereka makan uangnya." (H.R. Al-Bukhari)
Ada manfaat dari jual beli.Jual beli barang yang tidak ada manfaatnya tidak
bolehdilakukan karena termasuk menyia-nyiakan harta (uang).Barang yang dijual oleh
penjual pada jual beli dapat dikuasai oleh pihak pembeli. Oleh sebab itu, tidak sah
apabila penjuak menjual ayam yang belum ditangkap dan menjual burung yang masih
berkeliaran.Barang itu diketahui secara jelas oleh pembeli, baik bentuk ukuran, maupun
sifat-sifatnya.Barang itu milik penjual sendiri atau milik orang lain yang sudah
dikuasakan kepadanya untuk dijual.
Ikrar jual beli terdiri atas ijab dan kabul. Ijab merupakan ikrar penjual dan kabul
merupakan ikrar pembeli. Contoh ikrar jual beli misalnya: Penjual berkata, "Saya jual
sepeda motor ini kepadamu dengan harga empat juta." Pembeli menjawab, "Saya terima
sepeda motor ini dengan harga tersebut."
Dari pengertian di atas, jual beli merupakan transaksi antara satu orang dengan
orang yang lain berupa tukar menukar barang yang tidak bisa kita lepaskan dalam
kehidupan kita dan hukum jual beli adalah diperbolehkan. Agar jual beli yang kita
lakukan sah harus memenuhi syarat dan rukun dari jual beli.3
3. Syirkah
3
Zulfikar, "Pengertian Jual Beli Hukum Syariat dan Rukunnya yang Sah", https://islamwki.blogspot.com//
( diakses pada 17 Maret 2019, pukul 14.50).
Menurut bahasa kata syirkah (perseroan) berarti mencampurkan dua bagian atau
lebih hingga tidak dapat dibedakan antara bagian satu dengan yang lainnya. Menurut
istilah, syirkah adalah suatu akad yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih yang telah
bersepakat untuk melukan suatu usaha dengan tujuan memperoleh keuntungan.
Landasan hukum syirkah terdapat di dalam al-Qur’an surat 38 ayat 24 yang artinya
“ Sesungguhnya kebanyakan orang-orang yang berserikat itu sebagian dari mereka itu
berbuat zalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan
beramal shaleh, dan amat sedikitlah mereka ini.”
Dan dalam sabda Rasulullah yang artinya “ Aku ini ketiga dari dua orang yang
berserikat, selama salah seorang mereka tidak mengkhianati temannya. Apabila salah
seorang telah berkhianat terhadap temannya, aku keluar dari antara mereka.”
a. Syarat dan Rukun Syirkah
1. Dua belah pihak yang berakad (‘aqidani). Syarat orang yang melakukan akad
adalah harus mempunyai kecakapan atau ahliyah, melakukan tasharruf
(pengelolaan harta).
2. Objek akad (ma’qud ‘alaihi) terdiri atas pekerjaan atau modal.Syarat pekerjaan
atau benda yang boleh dikelola dalam syirkah adalah harus halal dan
diperbolehkan dalam agama dan pengelolaannya dapat diwakilkan.
3. Akad (shigat). Syarat sah akad harus berupa tasharruf adalah harus adanya
aktivitas pengelolaan.
b. Jenis – Jenis Syirkah
1. Syirkah ‘Inan
Pengertian syirkah ‘inan adalah syirkah antara dua pihak atau lebih yang
masing- masing memberi kontribusi kerja (amal) dan modal (mal). Dalam Islam
syirkah hukumnya boleh berdasarkan dalil sunah dan ijma’ sahabat.
2. Syirkah ‘Abdan
Pengertian syirkah ‘abdan adalah syirkah antara dua pihak atau lebih yang
masing-masing hanya memberikan kontribusi kerja atau amal, tanpa
memberikan kontribusi modal. Syirkah jenis ini disebut juga syirkah ‘amal.
3. Syirkah Wujuh
Pengertian syirkah wujuh adalah syirkah antara dua pihak yang sama-sama
memberikan kontribusi kerja (amal) dengan adanya pihak ketiga yang
memberikan konstribusi modal (mal). Syirkah wujuh pada hakikatnya termasuk
ke dalam syirkah ‘abdan.
4. Syirkah Mufawadhah
Pengertian syirkah mufawadhah adalah syirkah antara dua pihak atau lebih
yang menggabungkan semua jenis syirkah yang ada. Syirkah mufawadhah
dalam hal ini boleh dipraktikan karena setiap jenis syirkah yang sah boleh
digabungkan mejadi satu.
Keuntungan yang diperoleh dri syirkah ini dibagi sesuai dengan
kesepakatan, sedangkan kerugiannya ditanggung sesuai dengan jenis
syirkahnya, yakni ditanggung oleh para pemodal sesuai porsi modal apabila
berupa syirkah ‘inan, atau ditanggung pemodal saja jika berupa mufawadhah,
atau ditanggung oleh mitra-mitra usaha berdasarkan persentase barang
dagangan yang dimiliki jika berupa syirkah wujuh.4
4. Koperasi
Koperasi syariah adalah badan usaha koperasi dengan menggunakan prinsip-prinsip
syariah, memiliki aturan sama dengan koperasi umum. Namun dibedakan dengan
produk-produk yang ada dikoperasi umum diganti dan disesuaikan nama dan sistemnya
dengan tuntutan dan ajaran agama islam. 5
Koperasi syariah indonesia merupakan koperasi sekunder yang beranggotakan
koperasi syariah primer yang tersebar diseluruh indonesia, koperasi syariah merupakan
sebuah konversi dari konvensional melalui pendekatan yang sesuai dengan
peneladanan ekonomi yang dilakukan rasulullah dan para sahabatnya.
Koperasi mempunyai kesamaan pengertian dalam kegiatan usahanya bergerak
dibidang pembiayaan, investasi, dan simpanan sesuai pola bagi hasil (syariah), atau
lebih dikenal dengan koperasi jasa keuangan syariah.
Koperasi syariah tidak diperkenankan berusaha dalam bidang-bidang yang
didalamnya terdapat unsur-unsur riba, maysir dan gharar. Disamping itu, koperasi
syariah juga tidak diperkenankan melakukan transaksi-transaksi derivatif sebagaimana
lembaga keuangan syariah lainnya juga.
Didalam koperasi juga menganut system jual beli yaitu:
1.Bai' Al-Murabahah,
Adalah penyaluran dana dalam bentuk jual beli. Koperasiakan membelikan
barang yang dibutuhkan pengguna jasa kemudian menjualnya kembali ke pengguna
jasa dengan harga yang dinaikkan sesuai margin keuntungan yang ditetapkan bank,
dan pengguna jasa dapat mengangsur barang tersebut. Besarnya angsuran flat sesuai
4
Nasikin, Hm. 2014 Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk SMA Kelas XI
5
Maxronme, “Pengertian Koperasi, Tujuan, Fungsi dan Jenis Koperasi”
https://www.maxmanroe.com/vid/bisnis/pengertian-koperasi.html (Diakses 17 Maret, pukul 10.00)
akad diawal dan besarnya angsuran=harga pokok ditambah margin yang disepakati.
Contoh: Harga rumah 500 juta, margin bank/keuntungan bank 100 juta, maka yang
dibayar atau diangsur nasabah peminjam ialah 600 juta dan diangsur selama waktu
yang disepakati diawal antara pihak koperasi dan nasabah.
2.Bai' As-Salam
Bank akan membelikan barang yang dibutuhkan di kemudian hari, sedangkan
pembayaran dilakukan di muka. Barang yang dibeli harus diukur danditimbang
secara jelas dan spesifik, dan penetapan harga beli berdasarkan keridhaan yang utuh
antara kedua belah pihak. Contoh:Pembiayaan bagi petani dalam jangka waktu yang
pendek (2-6 bulan). Karena barang yang dibeli (misalnya padi, jagung, cabai) tidak
dimaksudkan sebagai inventori, maka bank melakukan akad bai' as-salam kepada
pembeli kedua (misalnya Bulog, pedagang pasar induk, grosir). Contoh lain misalnya
pada produk garmen, yaitu antara penjual, bank, dan rekanan yang direkomendasikan
penjual.
3. Bai' Al-Istishna'
Merupakan bentuk As-Salam khusus di mana harga barang bisa dibayar saat
kontrak, dibayar secara angsuran, atau dibayar di kemudian hari. Bank mengikat
masing-masing kepada pembeli dan penjual secara terpisah, tidak seperti As-Salam
di mana semua pihak diikat secara bersama sejak semula. Dengan demikian, bank
sebagai pihak yang mengadakan barang bertanggung-jawab kepada nasabah atas
kesalahan pelaksanaan pekerjaan dan jaminan yang timbul dari transaksi tersebut.
Nilai-nilai syariah dalam bisnis yaitu :
1. Shiddiq yang mencerminkan kejujuran, akurasi dan akuntabilitas.
2. Istiqamah yang mencerminkan konsistensi, komitmen dan loyalitas.
3. Tabligh yang mencerminkan transparansi, kontrol, edukatif, dan komunikatif
4.Amanah yang mencerminkan kepercayaan, integritas, reputasi, dan kredibelitas
5. Fathanah yang mencerminkan etos profesional, kompeten, kreatif, inovatif
6. Ri’ayah yang mencerminkan semangat solidaritas, empati, kepedulian, awareness
7. Mas’uliyah yang mencerminkan responsibilitas.
Tujuan dan Landasan Koperasi syariah
a. Tujuan Koperasi Syariah :
Untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya dan kesejahteraan masyarakat
dan ikut serta dalam membangun perekonomian Indonesia berdasarkan prinsip-
prinsip islam.
b. Landasan koperasi Syariah :
1. Koperasi Syariah berlandaskan syariah islam yaitu Al-Quran dan As-Sunnah
dengan saling tolong menolong dan saling menguatkan.
2.Koperasi Syariah berlandaskan pancasila dan Undang-undang Dasar Tahun 1945.
3.Koperasi Syariah berazaskan kekeluargaan.
Fungsi dan Peran Koperasi Syariah:
1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan anggota pada
khususnya,dan masyarakat pada umumnya guna meningkatkan kesejahteraan sosial
ekonominya.
2.Memperkuat kualiatas sumber daya insani anggota, agar menjadi lebih
amanah,professional, konsisten dan konsekuen di dalam menerapkan prinsip-prinsip
ekonomi islam dan prinsip-prinsip syariah islam.
3.Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang
merupakan usaha bersama berdsarkan azas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi
4.Mengembangkan dan memperluas kesempatan kerja.6
5. Pegadaian Syariah
Pegadaian adalah suatu badan yang melaksanakan kegiatan keuangan dalam hal
gadai.Perum pegadaian merupakan lembaga resmi yang mempunyai izin dalam
pengelolaan keuangan gadai yang dasar hukumnya terdapat dalam Undang-undang
Hukum Perdata Pasal 1150.Perum pegadaian melaksanakan usaha gadai, dimana suatu
barang atau surat berharga dapat digunakan sebagai jaminan untuk meminjam sejumlah
uang.
Definisi Pegadaian Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 10 Tahun 1990
Pegadaian merupakan kegiatan menjaminkan barang-barang berharga kepada pihak
tertentu, guna mendapatkan sejumlah uang senilai barang yang dijaminkan yang akan
ditebus sesuai dengan kesepakatan antara nasabah dengan lembaga gadai.
Definisi Pegadaian Berdasarkan Undang-Undang Hukum Perdata (KUHP) Pasal 1150
Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang yang berpiutang atas suatu barang
bergerak yang diserahkan kepadanya oleh seorang yang memiliki utang atau seorang lain
atas namanya dan memberikan kekuasaan kepada orang yang berpiutang itu untuk
mengambil pelunasan dari barang tersebut diprioritaskan daripada orang yang berpiutang
6
Lutfi Ramadhan, “Banyaknyanya Keuntungan Bersyariah dalam Berkoperasi” http://lutfiramadhan-
upee.blogspot.com/2013/10/banyaknya-keuntungan-bersyariah-di.html (Dikutip pada 19 Maret 2019
pukul 21.00)
lainnya, dengan pengecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah
dikeluarkan untuk menyelamatkan setelah barang itu digadaikan.
a. Pengertian Pegadaian
Dalam istilah bahasa Arab, gadai diistilahkan dengan rahn dan dapat juga
dinamai al-habsu. Secara etimologis, arti rahn adalah tetap dan lama, sedangkan al-
habsu berarti penahanan terhadap suatu barang dengan hak sehingga dapat
dijadikan sebagai pembayaran dari barang tersebut. Pengertian ini didasarkan pada
praktek bahwa apabila seseorang ingin berhutang kepada orang lain, ia menjadikan
barang miliknya baik berupa barang begerak ataupun barang tak bergerak berada
dibawah penguasaan pemberi pinjaman sampai penerima pinjaman melunasi
hutangnya (Antonio, 2001:159).
Sedangkan Gadai menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgenlijk
Wetboek) Buku II Bab XX Pasal 1150, adalah suatu hak yang diperoleh seseorang
berpiutang atas suatu barang bergera, yang diserahkan kepadanya oleh seseorang
yang berhutang atau oleh orang lain atas namanya dan yang memberikan kekuasaan
kepada si berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari pada orang-orang yang
berpiutang lainnya, dengan pengecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan
biaya-biaya mana yang harus didahulukan.
Selain berbeda dengan KUH Perdata, pengertian gadai menurut s oishiyariat
Islam juga berbeda dengan pengertian gadai menurut hukum adat yang mana dalam
ketentuan hukum adat pengertian gadai yaitu menyerahkan tanah untuk menerima
pembayaran sejumlah uang secara tunai, dengan ketentuan si penjual (penggadai)
tetap berhak atas pengembalian tanahnya dengan jalan menebusnya kembali
(Antonio, 2001:159).
Menurut Subagyo, (1999 : 88) menyatakan bahwa pegadaian adalah suatu
lembaga keuangan bukan bank yang memberikan kredit kepada masyarakat dengan
corak khusus yaitu secara hukum gadai. Sigit Triandaru (2000 : 179) menyatakan
bahwa pegadaian adalah satusatunya badan usaha di Indonesia yang secara resmi
mempunyai izin untuk melaksanakan kegiatan lembaga keuangan berupa
pembayaran dalam bentuk penyaluran dana ke masyarakat atas dasar hukum gadai.
b. Jenis – Jenis Pegadaian
1. Pegadaian konvensional
Pada kesempatan ini penulis tidak memfokuskan penulisan kepegadaian
konvesional, disini penulis hanya memberikan sedikit gambaran mengenai
pegadain konvensional. Pegadaian menurut Susilo (1999) adalah suatu hak yang
diperoleh oleh seorang yang mempunyai piutang atas suatu barang bergerak. PT
Pegadaian adalah suatu badan usaha di Indonesia yang secara resmi mempunyai
ijin untuk melaksanakan kegiatan lembaga keuangan berupa pembiayaan dalam
bentuk penyaluran dana masyarakat atas dasar hukum gadai.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pegadaian adalah suatu hak
yang diperoleh oleh orang yang orang yang berpiutang atas suatu barang yang
bergerak yang diserahkan oleh orang yang berpiutang sebagai jaminan utangnya
dan barang tersebut dapat dijual oleh yang berpiutang bila yang berutang tidak
dapat melunasi kewajibannya pada saat jatuh tempo.
Gadai menurut Undang – undang Hukum Perdata (Burgenlijk Wetbiek) Buku
II Bab XX pasal 1150, adalah : suatu hak yang diperoleh seorang yang
berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang
berutang atau orang lain atas namanya dan yang memberikan kekuasaan kepada
yang berpiutang itu untuk mengambilpelunasan dari barang tersebut secara
didahulukan dari pada orang – orang berpiutang lainnya, dengan pengecualian
biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk
mennyelamatkannya setelah barang tersebut digadaikan, biaya – biaya mana
harus didahulukan.
2. Pegadaian Syariah
Transaksi hukum gadai dalam ilmu fikih Islam diartikan sebagai rahn yang
merupakan suatu jenis perjanjian untuk menahan suatru barang sebagai
tanggungan utang (Zainuddin, 2008:1). Rahn dalam bahasa Arab adalah al-habsu
yang berarti tetap dan kekal. Kata ini merupakan makna yang bersifat materiil.
Karena itu, secara bahasa kata ar-rahn berarti menjadikan sesuatu barang yang
bersifat materi sebagai pengikat utang (Antonio, 2000:159).
Pengertian gadai (rahn) secara bahasa seperti diungkapkan di atas adalah
tetap. Kekal, dan jaminan. Sedang dalam istilah adalah menyandera sejumlah
harta yang diserahkan sebagai jaminan secara hak, dan dapat diambil kembali
sejumlah harta dimaksud sesudah ditebus. Pengertian gadai dalam hukum Islam
(syara’) adalah: “Menjadikan suatu barang yang mempunyai nilai harta dalam
pandangan syara’ sebagai jaminan utang, yang memungkinkan untuk mengambil
seluruh atau sebagian utang dari barang tersebut”. (Zainuddin, 2008:1-2)
Berdasarkan pengertian gadai diatas yang dikemukakan oleh para ahli
hukum Islam diatas, penulis berpendapat bahwa gadai (rahn) adalah menahan
barang jaminan yang bersifat materi milik si peminjam (rahin) sebagai jaminan
atas pinjaman yang diterimanya, dan barang yang diterima tersebut bernilai
ekonomis, sehingga pihak yang menahan (murtahin) memperoleh jaminan untuk
mengambil kembali seluruh atau sebagian utangnya dari barang gadai dimaksud,
bila pihak yang menggadaikan tidak dapat membayar utang pada waktu yang
telah ditentukan.
Jika memperhatikan pengertian gadai (rahn) di atas, maka tampak bahwa
fungsi dari akad perjanjian antara pihak peminjam dengan pihak yang meminjam
uang adalah untuk memberikan ketenangan bagi pemilik uang dan/atau jaminan
keamanan uang yang dipinjamkan. Karena itu rahn pada prinsipnya merupakan
suatu kegiatan utang piutang yang murni berfungsi sosial, sehingga dalam buku
fiqh mu’amalah akad ini merupakan akad tabarru’ atau akad derma yang tidak
mewajibkan imbalan.
c. Karakteristik Pegadaian Syariah
Pegadaian syariah bukan hanya sekedar lembaga keuangan yang bebas bunga,
tetapi juga memiliki orientasi pencapaian kesejahteraan. Secara fundamental
terdapat beberapa karakteristik pegadaian syariah (Soemitra, 2009:67) sebagai
berikut:
1. Penghapusan riba
2. Pelayanan kepentingan publik dan merealisasikan sasaran sosio-ekonomi Islam.
3. Pegadaian syariah bersifat universal yang merupakan gabungan dari lembaga
keuangan komersil dan lembaga keuangan investasi.
4. Pegadaian syariah akan melakukan evaluasi yang lebih berhati- hati terhadap
permohonan pembiayaan yang berorientasi kepada penyertaan modal, karena
pegadaian syariah menerapkan profit and loss sharing dalam konsinyasi, ventura,
bisnis atau industri.
5. Bagi hasil cenderung mempererat hubungan antara pegadaian syariah dan
nasabah.
6. Kerangka yang dibangun dalam membantu perusahaan mengatasi kesulitan
liquiditasnya dengan memanfaatkan instrumen bank pasar uang antar pegadaian
syariah dan instrumen pegadaian syariah berbasis syariah.
d. Produk – Produk Pegadaian Syariah
Produk dan layanan jasa yang ditawarkan oleh pegadaian syariah kepada
masyarakat berupa:
1. Konsinyasi Emas
Konsinyasi Emas adalah layanan titip-jual emas batangan di Pegadaian
sehingga menjadikan investasi emas milik nasabah lebih aman karena disimpan
di Pegadaian. Keuntungan dari hasil penjualan emas batangan diberikan kepada
Nasabah, oleh sebab itu juga emas yang dimiliki lebih produktif.
2. MULIA (Murabahah Logam Mulia Untuk Investasi Abadi)
Logam mulia atau emas mempunyai berbagai aspek yang menyentuh
kebutuhan manusia disamping memiliki nilai estetis yang tinggi juga merupakan
nilai investasi yang nilainya stabil, likuid dan aman secara riil. Mulia
(Murabahah Logam Mulia Untuk Invstasi Abadi) adalah penjualan logam mulia
oleh pegadaian kepada masyarakat secara tunai, dan agunan dengan jangka
waktu fleksibel. Akad murabahah logam mulia untuk investasi abadi adalah
persetujuan atau kesepakatan yang dibuat bersama antara pegadaian dan nasabah
atas sejumlah pembelian logam mulia disertai keuntungan dan biaya-biaya yang
disepakati.
3. Pembiayaan Ar-Rum
Ar- Rum adalah skim pinjaman berprinsip syariah bagi para pengusaha
mikro dan kecil untuk keperluan pengembangan usaha dengan sistem
pengambilan secara angsuran dan menggunakan jaminan BPKB motor atau
mobil.
Pembiayaan ar-rum haji pada pegadaian syariah adalah layanan yang
memberikan kemudahan pendaftaran dan pembiayaan haji. Jaminan emas
minimal Rp 7 juta plus bukti SA BPIH SPPH & buku tabungan haji,uang
Pinjaman Rp 25 juta dalam bentuk tabungan haji.
4. Amanah
Pembiayaan amanah dari Pegadaian Syariah adalah pembiayaan berprinsip
syariah kepada karyawan tetap maupun pengusaha mikro, untuk memiliki motor
atau mobil dengan cara angsuran.
5. Gadai Syariah
Pembiayaan rahn (gadai syariah) dari Pegadaian Syariah adalah solusi tepat
kebutuhan dana cepat yang sesuai syariah. Prosesnya cepat hanya dalam waktu
15 menit dana cair dan aman penyimpanannya. Jaminan berupa barang
perhiasan, elektronik atau kendaraan bermotor.
e. Operasionalisasi Pegadaian Syariah
Implementasi operasi pegadaian syariah hampir sama dengan pegadaian
konvensional.Seperti halnya pegadaian konvensional, pegadaian syariah juga
menyalurkan uang pinjaman dengan jaminan barang bergerak. Prosedur untuk
memperoleh kredit gadai syariah sangat sederhana, masyarakat hanya menunjukkan
bukti identitas diri dan barang bergerak sebagai jaminan, uang pinjaman dapat
diperoleh dalam waktu yang tidak relatif lama (kurang lebih 15 menit saja).
Begitupun untuk melunasi pinjaman, nasabah cukup dengan menyerahkan sejumlah
uang dan surat bukti rahn saja dengan waktu proses yang juga singkat.
Di samping beberapa kemiripan dari beberapa segi, jika ditinjau dari aspek
landasan konsep, teknik transaksi dan pendanaan. Pegadaian syariah memilki ciri
tersendiri yang implementasinya sangat berbeda dengan pegadaian konvensional.
Lebih jauh tentang ketiga aspek tersebut, dipaparkan dalam uraian berikut.
f. Landasan Konsep
Sebagaimana halnya institusi yang berlabel syariah, maka landasan konsep
pegadaiansyariah juga mengacu kepada syariah Islam yang bersumber dari Al
-Quran dan Hadist Nabi SAW. Adapun landasan yang dipakai adalah :
a. Al-Quran Surat Al Baqarah : 283
”Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang
kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang
tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian
kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklahyang dipercayai itu
menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah
Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan
barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang
yang berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”
b. Hadist
”Aisyah berkata bahwa Rasul bersabda : Rasulullah membeli makanan dari
seorang yahudi dan meminjamkan kepadanya baju besi”. HR Bukhari dan
Muslim.
”Dari Abu Hurairah r.a. Nabi SAW bersabda : Tidak terlepas kepemilikan
barang gadai dari pemilik yang menggadaikannya. Ia memperoleh manfaat dan
menanggung risikonya”. HR Asy’Syafii, al Daraquthni dan Ibnu Majah.
“Nabi Bersabda : Tunggangan ( kendaraan) yang digadaikan boleh dinaiki
dengan menanggung biayanya dan bintanag ternak yang digadaikan dapat
diperah susunya dengan menanggung biayanya. Bagi yang menggunakan
kendaraan dan memerah susu wajib menyediakan biaya perawatan dan
pemeliharaan”. HR Jamaah.
Landasan ini kemudian diperkuat dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional no
25/DSN-MUI/III/2002 tanggal 26 Juni 2002 yang menyatakan bahwa pinjaman
dengan menggadaikan barang sebagai jaminan utang dalam bentuk rahn
diperbolehkan dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Ketentuan Umum
Murtahin (penerima barang) mempunya hak untuk menahan Marhun
(barang) sampai semua utang rahin (yang menyerahkan barang)
dilunasi.Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik Rahin. Pada prinsipnya
marhun tidak boleh dimanfaatkan oleh murtahin kecuali seizin Rahin, dengan
tidak mengurangi nilai marhun dan pemanfaatannya itu sekedar pengganti
biaya pemeliharaan perawatannya.
Pemeliharaan dan penyimpanan marhun pada dasarnya menjadi kewajiban
rahin, namun dapat dilakukan juga oleh murtahin, sedangkan biaya dan
pemeliharaan penyimpanan tetap menjadi kewajiban rahin.Besar biaya
administrasi dan penyimpanan marhun tidak boleh ditentukan berdasarkan
jumlah pinjaman.
2. Ketentuan Penutup
Jika salah satu pihak tidak dapat menunaikan kewajibannya atau jika
terjadi perselisihan diantara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya
dilakukan melalui Badan Arbritase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan
melalui musyawarah.
Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di
kemudian hari terdapat kekeliruan akan diubah dan disempurnakan sebagai
mana mestinya.7
B. Hasil Penelitian
1. Audy Rachma (10)
7
http://makalahkuliahstai.blogspot.com/2016/03/makalah-pegadaian-syariah.html
c. Narasumber : Pak Anwar (Kepala BJB Syariah)
d. Hasil penelitian :
Berdasarkan hasil wawancara saya kepada Bapak Anwar, Bank Bjb syariah
merupakan bank yang hukum, prinsip, dan sistem pelaksanaannya sesuai dengan Al-
Qur'an, hadist, dan fatwa ulama. Berbeda dengan bank konventional yang hanya
berlandaskan hukum perdata dan pidana yang berlaku di indonesia. Di bank Bjb
syariah ini tidak mengenal kata bunga, untuk pembagian keuntungan sesuai dengan
akad yang telah disepakati sejak awal oleh kedua belah pihak, yaitu akad mudharabah.
Akad mudharabah adalah sebuah perjanjian yang ditentukan diawal antara nasabah
dan pihak pengelola (bank syariah), dimana dalam perjanjian ini menjelaskan bahwa
nasabah adalah pemilik 100% uang atau modal, sedangkan bank bertindak sebagai
pengelola uang/modal tersebut untuk jenis usaha/bisnis yang halal.
Selanjutnya, jika sebuah usaha yang dikelola dari modal nasabah tersebut memberikan
hasil (keuntungan) maka akan dibagi diantara keduanya berdasarkan kesepakatan yang
telah dibuat dalam kontrak awal perjanjian.
Di BJB Syariah terdapat program tabungan haji dan mitra emas.Tabungan haji ini
merupakan tabungan khusus untuk persiapan biaya ibadah haji, yang dikelola secara
profesional dan aman, sesuai syariah yang memungkinkan seseorang mendapatkan
kepastian keberangkatan dari departemen agama setelah saldo tabungan haji
seseorang telah memenuhi nominal persyaratan. Mitra emas iB maslahah merupakan
produk qardh beragun emas dimana bank memberikan fasilitas pembiayaan kepada
nasabah dengan agunan berupa emas perhiasan, emas batangan/lantakan (logam
mulia) atau koin emas dari nasabah yang bersangkutan dengan mengikuti prinsip
qardh dan rahn. Barang emas ditempatkan dalam penguasaan dan pemeliharaan Bank
dan atas pemeliharaan tersebut Bank mengenakan biaya perawatan sebesar 3500
rupiah atas dasar prinsip ijarah.
a. Materi : Bank Syariah
b. Tempat : Universitas 17 Agustus 1945 Cirebon
c. Narasumber : Ibu Ida Zulkaida (Kepala Biro Keuangan UNTAG)
d. Hasil penelitian :
Berdasarkan wawancara yang telah saya lakukan kepada Ibu Ida Zulkaida sebagai
nasabah bank Bjb Syariah, dapat disimpulkan bahwa beliau lebih tertarik menabung di
bank syariah. Karena selain lebih aman untuk menyimpan uang, di bank syariah ini
beliau tidak akan terkena bunga yang mengakibatkan terjadinya riba sehingga bisa
membuatnya berdosa. Hal ini membuktikan bahwa sistem pelaksanaan yang
diterapkan di Bank Bjb Syariah sesuai dengan hukum islam. Beliau pun lebih memilih
Bank Bjb Syariah karena sistem yang diterapkan dalam bank ini sesuai dengan prinsip
dan praktik ekonomi islam. Menurut beliau, bank Bjb Syariah ini berbeda dengan
bank konvensional yang menerapkan sistem bunga yang mengakibatkan terjadinya
riba, sehingga bertentangan dengan hukum dan syariah islam.
Selain itu, beliau merasakan manfaat dari menabung di bank Bjb Syariah. Dengan
adanya tabungan haji dan mitra emas (tabungan emas) beliau bisa menabung untuk
menunaikan ibadah haji dan investasi untuk masa depan. Beliau pun merasa beruntung
dengan adanya tabungan haji di bank bjb syariah ini, beliau bisa berangkat haji dengan
menabung sebesar 25juta dan tidak perlu takut akan adanya penipuan. Saat menabung
pun beliau tidak bisa mengambil uang yang telah beliau tabung untuk tabungan haji,
jadi beliau bisa dengan mudah menunaikan ibadah haji.
Beliau mengetahui dalam mitra emas terdapat biaya untuk perawatan emas sebesar
3500 rupiah, menurut beliau biaya perawatan emas bukanlah riba, karena emas juga
perlu dirawat agar nantinya saat kita ingin mengambilnya, emas tersebut tidaklah
rusak, kotor, berkarat atau apapun yang bisa membuat harga emas itu turun jika dijual.
2. Savitri Kumala Dewi (29)
a. Materi : Bank Syariah
b. Tempat : BJB Syariah
c. Narasumber : Harris (Customer Service) Mia Pramudianti (Nasabah)
d. Hasil penelitian :
Berdasarkan hasil wawancara yang telah saya lakukan dengan customer service
BJB Syariah, BJB Syariah adalah salah satu bank syariah yang melayani perhimpunan
dana dan pembiayaan, yang meliputi tabungan, tabungan haji, dan mitra emas. Pada
pelaksanaannya, BJB Syariah ini menggunakan sistem akad, yaitu akad mudharabah
yang merupakan kerja sama yang dilakukan oleh pemilik dana (nasabah) dan
pengelola dana (bank) dengan membagikan keuntungan usaha sesuai dengan
kesepakatan pada akad tersebut dan akad murabahah yang merupakan bentuk transaksi
jual beli dengan tujuan berbagi keuntungan antara pembeli (nasabah) dan penjual
(bank). Akad mudharabah biasanya dilakukan oleh nasabah yang mengikuti program
perhimpunan dana yaitu tabungan dan tabunan haji. Sementara akad murabahah biasa
dilakukan oleh nasabah yang mengikuti program pembiayaan seperti mitra emas yaitu
jual beli dan gadai emas serta pembiayaan lainnya.
BJB Syariah tidak menggunakan sistem bunga pada pelaksanaannya melainkan
menggunakan sistem bagi hasil yang telah disepakati dengan nasabah.Sehingga, BJB
Syariah ini berbeda dengan bank konvensional.
Pada perhimpunan dana tabungan haji, terdapat ketentuan yaitu, nasabah dilarang
mengambil atau menarik uang yang telah ditabung hingga jumlah uang dalam
tabungan tersebut dapat digunakan untuk mendaftarkan keberangkatan haji. Sementara
pada program mitra emas, yaitu gadai emas, nasabah yang menggadaikan emasnya
diharuskan membayar biaya perawatan tempat sebesar Rp.3500,00 per gramnya.
Setelah saya melakukan wawancara dengan salah satu nasabah BJB Syariah,nasabah
mengikuti program perhimpunan dana yaitu tabungan. Pada saat awal pembuatan
rekening bank, nasabah dan pihak bank melakukan akad mudharabah, maka
keuntungan yang didapat nantinya akan dibagi dua antara nasabah dengan bank.
Nasabah juga difasilitasi kartu ATM, sms banking, internet banking, dan kemudahan
transaksi lainnya. Nasabah juga merasa mendapat keuntungan dengan mengikuti
program perhimpunan dana tersebut.
C. Hasil Pembahasan
1. Adine Alimah Maheswari (01)
Berdasarkan penelitian yang saya lakukan jual beli yang dilakukan di toko
Lestari Collection yang bertempat di Pasar Kanoman sudah sesuai dengan
ketentuan syariat islam, ditoko tersebut kedua belah pihak baik penjual maupun
pembeli sama-sama berakal sehat, tidak terpaksa dalam melakukan perjual belian
tersebut dan kedua belah pihak sudah baligh. Dan antara penjual maupun pembeli
telah melaksanakan ikrar jual beli. Barang yang diperjual belikan halal. Dan jual
beli dalam toko tersebut mengambil untung sebanyak 30% dan tidak lebih,berarti
toko tersebut sudah benar dalam menjual barang yaitu sesuai dengan ketentuan
syariat islam, rukun dan sah perekonomian dalam islam.
2. Alif Muhammad Farras (04)
Menurut hasil penelitian yang saya lakukan di toko Buti fashion Grage Mall
kurang sesuai dengan hukum jual beli dalam islam, karena di toko tersebut
mengambil untung lebih dari 30% yang dalam islam hal tersebut disebut Riba.
Tetapi toko tersebut baik penjual maupun pembeli sama-sama berakal sehat, saling
sukarela, dan sudah baligh, antara penjual dan pembeli juga telah melakukan ikrar
Jual beli, serta barangnya suci dalam bentuk fisik tetapi sedikit menyimpang dari
hukum jual beli dalam agama Islam.
3. Alysha Zahra Maulida (06)
Berdasarkan dari hasil penelitian diatas, bahwa di koperasi sejahtera bersama
ini dalam akadnya sudah sesuai dengan syariah islam yaitu menggunakan akad
murabaha dimana penyaluran dana nya dalam bentuk jual beli. Jadi keuntungan
yang diambil oleh pihak koperasi itu sudah disepakati oleh kedua belah pihak.
Didalam koperasi ini juga pihak koperasi masih mendapatkan keuntungan
namun memang keuntungan tersebut tidak sebesar seperti yang diambil oleh bank
konvensional. Visi dan misi yang diterapkan dalam koperasi sejahtera bersama ini
juga sudah mengarah pada tujuan dan landasan koperasi yaitu untuk
mensejahterkan para anggotanya dan berdasarkan asas kekeluargaan.
Kemudian para nasabah atau anggota dari koperasi ini juga merasa untung
karena bunga yang diambil oleh pihak koperasi adalah hanya uang jasa yaitu
sebesar 2%. Sebenarnya didalam koperasi syariah itu tidaak ada riba tetapi
didalam koperasi ini hanya menggunakan uang jasa.
Berdasarkan hasil penelitian diatas, BJB Syariah ini dalam akadnya telah
sesuai dengan syariat islam, yaitu mudharabah dimana keuntungan yang diperoleh
oleh kedua belah pihak sesuai dengan kesepakatan pada akad tersebut dan
murabahah yang dituangkan dalam bentuk jual beli.
Dalam praktik gadai emas, biaya perawatan yang ditanggung oleh nasabah
setiap bulannya sudah sesuai dengan fatwa DSN, NO : 26/DSN-MUI/III/2002 yang
menyatakan bahwa ongkos dan biaya penyimpanan barang (marhun) ditanggung
oleh penggadai (rahin). Orngkos yang dimaskdu adalah yang besarnya didasarkan
pada pengeluaran yang nyata-nyata diperlukan.
8.Affan Fauzi (02)
Pegadaian Syariah Indramayu merupakan pegadaian yang terletak di
Karanganyar, Kec Indramayu, sama seperti pegadaian syariah lainnya. Pegadaian
syariah ini adalah sebuah lembaga keuangan / devisi dari bentuk pegadaian dengan
memberikan uang pinjaman sesuai dengan prinsip-prinsip syariat Islam.
Terdapat beberapa produk di dalam pegadian syariah ini, yaitu Arrum Haji
( Nasabah bisa memperoleh tabungan haji yang langsung dapat digunakan untuk
memperoleh nomor porsi haji.), Arrum BPKB ( Untuk mendapat modal usaha
mikro ), Amanah ( Penyicilan pembelian barang ), Gadai Syariah ( Peminjaman
dana ), Tabungan Emas, dan lainnya.
Dengan adanya pegadian ini, masyarakat Indramayu semakin mudah mencoba
dan berusaha untuk bekerja, selain cepat dan mudah, di pegadaian ini tidak ada
bunga. Bunga diganti biaya pemeliharaan barang yaitu berkisar 0,9% .Banyak
sekali keuntungan yang diperoleh dari adanya pegadaian syariah ini, yaitu
menggunakan sebuah sistem bagi hasil yang sesuai syariat dan prinsip-prinsip
Islam, tarif jasa simpanan uang tidak terlalu besar dan biaya administrasinya yang
sangat kecil, namun hanya saja dalam pencatatan masih meggunakan sistem
manual.
9.Bagas Wibowo(11)
Berdasarkan dari hasil penelitian diatas, bahwa di koperasi BMT ini dalam
akadnya sudah sesuai dengan syariah islam yaitu menggunakan akad murabaha
dimana penyaluran dana nya dalam bentuk jual beli. Jadi keuntungan yang
diambil oleh pihak koperasi itu sudah disepakati oleh kedua belah pihak.jadi
angsuran nya fleksibel dan tidak akan berubah selama periode angsuran yang
disepakati. Didalam koperasi ini juga masih mendapatkan keuntungan tapi
keuntungan tersebut tidak besar seperti Bank-Bank pada umumnya. Visi dan misi
yang diterapkan dalam koperasi BMT ini juga memegang pada landasan koperasi
yaitu untuk mensejahterkan para anggotanya dan berdasarkan asas
kekeluargaan,karena itu disini tidak ada keuntungan sepihak.
Kemudian para nasabah atau anggota dari koperasi ini juga merasa untung
karena bunga yang diambil oleh pihak koperasi adalah hanya uang jasa yaitu
sebesar 2%. Sebenarnya didalam koperasi syariah itu tidak ada riba tapi dalam
koperasi ini hanya menggunakan uang jasa.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Adine Alimah Maheswari (01)
Saya dapat menyimpulkan dari kegiatan jual beli ini, dalam proses
perekonomian jual beli tentu ada hukum- hukum tertentu dan dalam proses jual
beli yang dilakukan di toko tersebut semuanya sudah sesuai dengan hukum-hukum
dalam islam dimana penjual maupun pembeli sudah baligh, berakal sehat, dan
dilakukan secara sukarela, tidak ada riba di dalamnya serta antara penjual dan
pembeli saling melakukan ijab qabul yang menjadi syarat sah dalam jual beli,
barang yang diperjual belikan juga barang yang suci dan memiliki manfaat.
2. Alif Muhammad Farras (04)
Menurut hasil wawancara yang telah saya lakukan harga gamis di Buti Fashion
Grage Mall terbilang cukup mahal karena banyak sekali pengeluaran yang harus
ditutupi oleh keuntungan. Menurut pembeli, barang yang di tawarkan memiliki
kulitas yang baik sehingga pembeli tidak merasa khawatir dengan harga yang di
jual oleh Buti fashion. Namun keuntungan yang diperoleh sedikit menyimpang
dari ajaran Islam.
3. Alysha Zahra Maulida (06)
Jadi dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa koperasi Sejahtera
Bersama ini tidak menggunakan bunga dalam pembiayaan nya, melainkan hanya
menggunakan biaya jasa sebesar 2%. Dengan hanya ada biaya jasa itu sangat
menguntungkan bagi para calon anggota karena mereka tidak akan rugi dan tidak
akan keberatan dengan pokok bunga
Koperasi Sejahtera Bersama juga termasuk koperasi syariah karena akad nya
menggunakan akad jual beli dan prinsipnya menggunakan prinsip murabaha.
Didalam koperasi ini juga visi misinya sesuai dengan tujuan, manfaat, dan
landasan dari koperasi.
Jadi dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa koperasi BMT al-
falah tidak mengambil keuntungan seperti bank pada umumnya(konvesional)
hanya menggunakan biaya jasa sebesar 2%.Dengan biaya jasa menguntungkan
bagi calon anggota karena tidak keberatan dan tidak rugi dengan pokok bunga
nya.
Koperasi BMT yang menggunakan prinsip murabaha dan juga berlandaskan dari
koperasi yang mengutamakan kekeluargaan.
Menurut saya, dalam perjanjiannya harus lebih adil lagi, karena pa Aji
berkerja jauh lebih banyak dibandingkan bapak Dodon.
Menurut saya, Koperasi BMT al-falah ini harus bisa lebih menurunkan
presentase dari biaya jasa yang digunakan. Karena itu cukup tinggi bagi sebagian
orang.jika biaya tersebut bisa di ubah agar menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.finansialku.com/mengenal-akad-mudharabah-pada-perbankan-syariah/
https://www.syariahbank.com/mengenal-akad-murabahah/
https://konsultasisyariah.com/10580-gadai-emas-syariah-penuh-dengan-riba.html
(www.pegadaiansyariah.co.id)
http://lutfiramadhan-upee.blogspot.com/2013/10/banyaknya-keuntungan-bersyariah-di.html
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwiXr62LipvhA
hXSe30KHcdTCVgQFjAAegQIAhAB&url=https%3A%2F%2Fksusb.co.id%2Fksp-sb
%2F&usg=AOvVaw0hJwqnZT41XlEXt9Glz8vN
http://makalahkuliahstai.blogspot.com/2016/03/makalah-pegadaian-syariah.html
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Murabahah
https://www.syariahmandiri.co.id/news-update/edukasi-syariah/prinsip-dan-konsep-dasar-
perbankan-syariah
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Mudharabah
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Riba
LAMPIRAN – LAMPIRAN
A. Dokumentasi Penelitian
1. Adine Alimah Maheswari (01)
1.) Berapa harga pembelian baju gamis di toko ini?
Jawaban: Harga baju beli nya mulai dari 80-200k
2.) Berapa harga penjualan baju gamis di toko ini?
Jawaban: Mengambil untung 30% dari setiap baju gamis yang dijual
3.) Faktor apa yang menyebabkan ibu menjual baju gamis dengan harga segitu?
Jawaban: Ongkos transportasi, menyewa toko, membayar karyawan, pajak pasar
dan iuran pasar.
4.) Berapa pajak di pasar ini?
Jawaban: Rp. 5000
5.) Kenapa ibu lebih memilih berjualan di pasar di banding di mall?
Jawaban: karena untuk pembayaran pajak di mall harganya lebih mahal di banding
di pasar.
6.) Berapa keuntungan yang bisa ibu dapatkan dalam sehari?
Jawaban : tidak menentu
7.) Apakah ada bunga nya?
Jawaban : tidak ada
8.) Bagaimana sistem penjualan nya?
Jawaban: sistemnya cash
9.) Berapa biaya sewa toko per tahun?
Jawaban : Rp. 15000000
10.) Berapa untung bersihnya untuk setiap penjualan bau gamis tersebut?
Jawaban : hanya 10%
11.) berapa biaya iuaran pasar?
Jawaban : Rp. 5000
Jawaban : VISI
“Menjadi Koperasi Syariah Yang Terpercaya dan Berkah”
MISI
- Menerapkan prinsip-prinsip syariah dalam kegiatan muamalah.
- Meningkatkan kesejahteraan Anggota.
- Membangun tata kelola usaha profesional.
- Membina kepedulian aghnia kepada dhuafa secara terpola dan
berkesinambungan.
- Menumbuhkan budaya kekeluargaan dengan mengedepankan akhlakul
karimah.
- Berperan aktif dalam komunitas BMT dan komunitas gerakan ekonomi
syariah.