Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
PENDAHULUAN
dan tidak memperhatikan teknik budidaya yang baik, teknologi juga masih
kurang diterapkan oleh petani, sehingga kualitas dan kuantitas produksi yang
dihasilkan masih tergolong rendah. Selain itu, dewasa ini perkembangan industri
semakin maju pesat, sehingga banyak menggeser lahan pertanian, terlebih di
daerah sekitar perkotaan (BPS, 2010).
Mengatasi hal tersebut ditempuh berbagai cara untuk meningkatkan
produktivitas tanaman sawi dengan harapan dari lahan yang sempit dapat
dihasilkan produksi yang banyak, salah satunya dengan sistem hidroponik. Tidak
seperti budidaya tanaman yang dilakukan dengan media tanah, budidaya tanaman
secara hidroponik dilakukan tanpa tanah, tetapi menggunakan larutan nutrisi
sebagai sumber utama pasokan nutrisi tanaman (Steinberg dkk, 2000).
Ada beberapa macam desain hidroponik, antara lain adalah desain genangan
(Floating Hydroponic), desain aeroponik, desain hidroponik tetes (Drip System),
desain hidroponik NFT (Nutrient Film Technique) dan desain hidroponik wick
system (Roberto, 2003). Di antara berbagai jenis sistem hidroponik tersebut, jenis
yang paling sederhana adalah Wick sistem atau lebih dikenal sebagai sistem
sumbu. Pemberian nutrisi pada sistem ini adalah menggunakan sumbu yang
digunakan sebagai reservoir yang melewati media tanam.
Faktor terpenting yang harus dipenuhi dalam menunjang keberhasilan
hidroponik adalah perawatan, terutama pemberian air dan nutrisi serta
penggunaan media tanam hidroponik (Steinberg dkk, 2000). Pada budidaya
tanaman secara hidroponik, tanaman memperoleh unsur hara dari larutan nutrisi
yang dialirkan melalui media tanam. Azizah (2009) dalam penelitiannya
menyimpulkan bahwa perlakuan jenis pupuk berpengaruh sangat nyata terhadap
semua variabel pertumbuhan dan perkembangan tanaman tomat. Menurut hasil
penelitian Mas’ud (2009) pemberian dosis nutrisi yang berbeda memberikan hasil
yang berbeda nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada. Nutrisi yang
diperlukan tanaman meliputi unsure hara makro dan mikro. Setiap nutrisi
hidroponik memiliki komposisi yang berbeda. Oleh karena itu, diperlukan suatu
studi untuk mengetahui dosis optimal yang diberikan pada teknik hidroponik
sistem sumbu terhadap pertumbuhan tanaman sawi.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
berwarna kuning cerah, empat helai benangsari, dan satu buah putik yang
berongga dua.
Penyerbukan bunga sawi dengan bantuan serangga lebah, hasil penyerbukan
ini terbentuk buah yang berisi biji. Buah sawi termasuk buah polong, yakni
berbentuk memanjang dan berongga. Tiap buah (polong) berisi 2-8 butir biji. Biji-
biji sawi bentuknya bulat kecil berwarna coklat atau coklat kehitam-hitaman.
Sistem perakaran tanaman sawi memiliki akar tunggang (radix primaria) dan
cabang-cabang akar yang bentuknya bulat panjang (silindris) menyebar ke semua
arah pada kedalaman antara 30-50 cm. Akar-akar ini berfungsi antara lain
menghisap air dan zat makanan dari dalam tanah, serta menguatkan berdirinya
batang tanaman (Rukmana, 1994).
tanaman sawi tidak hanya cocok ditanam di dataran rendah, tetapi juga di dataran
tinggi (Rukmana, 1994).
yang terjadi adalah imbibisi, yakni proses masuknya air kedalam biji. Tanpa
didahului oleh proses imbibisi, tahap-tahap selanjudnya dalam proses
perkecambahan biji tidak akan dapat berlangsung (Sinabela, 2009)
Menurut penelitian Idrus (2007) pada lahan irigasi sederhana kebutuhan air
untuk tanaman sawi adalah 0,275 liter/tanaman/hari atau 1,1 liter/4 tanaman/hari.
Pada fase awal pertumbuhan kebutuhan air bagi tanaman sawi banyak diperlukan,
sehingga penyiraman dilakukan secara rutin yaitu 1-2 kali sehari, terutama bila
keadaan tanah cepat kering dan di musim kemarau. Setelah itu pengairan untuk
tanaman sawi berangsur-angsur dikurangi, tetapi keadaan tanahnya tidak boleh
dalam kondisi kering.
Hidroponik
Istilah hidroponik pertama kali diperkenalkan oleh W.A Setchle sehubungan
dengan keberhasilan Gerickle dalam pengembangan teknk bercocok tanam
menggunakan air sebagai media tanam. Hidroponik adalah istilah yang digunakan
untuk menjelaskan beberapa cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah
sebagai tempat tumbuhnya tanaman. Istilah ini dikalangan umum lebih popular
dengan sebutan bercocok tanam tanpa tanah termasuk menggunakan pot atau
13
wadah lain yang menggunakan air atau bahan porous lainnya seperti kerikil, pasir,
arang sekam maupun pecahan genting sebagai media tanam (Lingga, 1992).
Beberapa kelebihan yang terdapat pada budidaya tanaman secara
hidroponik diantaranya adalah tidak menggunakan media tanah untuk
bercocok tanam, dapat dilakukan di lahan sempit karena jarak antar tanaman
dapat lebih dekat tanpa harus mengurangi ketersediaan hara untuk tanaman,
mengurangi risiko serangan pathogen yang biasanya terdapat dalam tanah,
mencegah tumbuhnya gulma yang dapat mengurangi jatah tanaman akan hara
dan pemakaian pupuk yang dibutuhkan dapat dihitung lebih cermat sebanyak
yang benar-benar dibutuhkan oleh tanaman (Soeseno, 1991). Selain itu, hasil
tanaman yang dibudidayakan secara hidroponik secara kuantitas dan kualitas
lebih baik dibandingkan tanaman yang ditanam di tanah (Resh, 1985), sehingga
merupakan peluang bagi petani untuk meningkatkan penghasilannya dengan
menanam tanaman (tanaman hias, buah-buahan dan sayuran) yang mempunyai
nilai ekonomis tinggi.
Berdasarkan media tanam yang digunakan, maka hidroponik dapat
dilakukan dalam tiga sistem, yaitu sistem kultur air, sistem kultur pasir dan
sistem kultur bahan porous (kerikil, pecahangenting, gabus putih dan lain-lain
(Lingga,1992). Sistem kultur air adalah hiroponik sesungguhnya. Air yang
mengandung nutrisi diberikan melalui pancaran di daerah perakaran tanaman
tanpa bahan penahan air. Sedangkan sistem kultur pasir dan bahan porous
adalah pengembangan dari kultur air. Pada dasarnya sistem kultur pasir dan
kultur bahan porous adalah sama, karena pada prinsipnya fungsi media tanam
ini adalah sebagai bahan penopang berdirinya tanaman sekaligus mengalirkan
makanan dalam jumlah yang dibutuhkan. Berdasarkan cara pengairan, ada
beberapa system hidroponik yang dikenal yaitu hidroponik sistem sumbu, Aqua
kultur, Ebb dan Aliran, tetes (Drip irigation), Film Teknik Hara (Nutrient
Film Technique/NFT), dan aerophonik.
Dalam budidaya hidroponik sistem yang paling sederhana yaitu system
sumbu. Sistem sumbu adalah metode hidroponik yang menggunakan perantara
sumbu sebagai penyalur larutan nutrisi bagi tanaman dalam media tanam
(Soeseno, 1985). Sistem ini bersifat pasif, karena tidak ada bagian-bagian yang
14
bergerak. Pada sistem ini digunakan dua pot. Pot pertama sebagai tempat
media tanaman, diletakkan di atas pot kedua yang lebih besar sebagai tempat
air/nutrisi. Pot pertama dan pot kedua dihubungkan oleh sumbu yang
dipasang melengkung, dengan lengkungan berada di dalam pot pertama,
sedangkan ujung pangkalnya dibiarkan melambai di luar pot/pot kedua. Hal ini
memungkinkan air terangkat lebih tinggi, dibandingkan apabila diletakkan
datar saja di dalam pot. Larutan hara yang naik secara kapiler dapat langsung
mengisi ruang berpori dalam media tanam, akibat adanya daya tegangan muka
pori kapiler yang lebih besar dari gaya berat (Resh, 1987; Soetedjo, 1983).
secara fabrikasi, sehingga sangat sulit untuk memenuhi kebutuhan dalam jumlah
besar. Rockwool harganya masih mahal karena masih impor, dan hanya bisa
dipakai sekali, tetapi rockwool memiliki kelebihan yang dapat menyerap air lebih
tinggi sehingga memudahkan tanaman untuk menyerap unsure hara.
Jenis media tanam yang digunakan sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Media yang baik membuat unsur hara
tetap tersedia, kelembaban terjamin serta drainase lancar. Media tanam yang
digunakan tidak boleh mengandung racun (toksit). Menurut penelitian
(Perwtasari, dkk (2012) penggunaan media arang sekam memperoleh hasil terbaik.
Hal ini dibuktikan dengan hasil rata-rata tanaman dengan parameter panjang, luas
daun, bobot basah, dan bobot kering total tanaman pakcoy. Tetapi media tanam
arang sekam memiliki kekurangan yaitu tidak dapat digunakan berulang kali
dalam budidaya serta tidak memiliki nutrisi ataupun unsur hara untuk
pertumbuhan tanaman karena proses pembakaran (Primanthoro dan Indriani,
1995). Selain itu, arang sekam juga tidak memiliki daya topang yang kuat
terhadap tanaman sehingga tanaman akan mudah roboh.
2. Kebutuhan Nutrisi
Selain media tanam yang digunakan, keberhasilan sistem hidroponik juga
ditentukan oleh nutrisi yang diberikan, karena tanaman tidak mendapatkan nutrisi
dari media tanam. Larutan nutrisi yang diberikan setidaknya harus mengandung
16 unsur makro dan mikro yang dibutuhkan tanaman, 13 diantaranya harus ada
dalam larutan nutrisi yang diberikan yaitu N, P, K, S, Ca, Mg, Fe, B, Mn, Cu, Zn,
Mo dan Cl. Nutrisi sangat penting untuk keberhasilan dalam menanam secara
hidroponik, karena tanpa nutrisi tentu saja tidak bisa menanam secara hidroponik.
Nutrisi merupakan hara makro dan mikro yang harus ada untuk pertumbuhan
tanaman. Setiap jenis nutrisi memiliki komposisi yang berbeda-beda (Perwitasari
dkk, 2012).
Bahan-bahan yang digunakan sebagai nutrisi dalam budidaya tanaman
dipilih berdasarkan beberapa faktor sesuai kebutuhan perunit unsur, kelarutannya
dalam air, kemampuan memberikan unsur majemuk, bebas dari kontaminan dan
mudah digunakan. Bahan-bahan tersebut kebanyakan digunakan dalam bentuk
formula nutrisi cair (Hochmutch, 2003).
16
ini diharapkan akan memberikan hasil pertumbuhan dan produksi tanaman sawi
menjadi meningkat.
Tanaman Sawi
Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Sawi
Meningkat
2.9 Hipotesis
Diduga bahwa terdapat satu atau lebih perlakuan pada pemberian berbagai
dosis nutrisi AB Mix dan penggunaan media tanam arang sekam yang
memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman sawi.
19
BAB III
METODEOLOGI
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
1. Tinggi Tanaman (cm)
Dari hasil pengamatan dan analisis tinggi tanaman sawi menunjukkan
bahwa pemberian dosis nutrisi AB Mix yang berbeda dan media arang sekam
memberikan hasil berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan perkembangan
tanaman sawi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diangram dibawah ini.
Tinggi Tanaman
25
20
15
22.34 23.06
10 20.12 20.62
5
7.36
0
P0 P1 P2 P3 P4
Gambar 3. Diagram Hasil Rata-Rata Tinggi Tanaman Sawi Terhadap Pengaruh
Dosis Nutrisi AB Mix Dan Media Arang Sekam Terhadap Pertumbuhan
Dan Perkembangan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) Dengan Teknik
Hidroponik System Sumbu (Wick system)
Jumlah Daun
9
8
7
6
5
8.08 8.52 8.72
4 7.36
3
4.64
2
1
0
P0 P1 P2 P3 P4
Gambar 4. Diagram Hasil Rata-Rata Jumlah Daun Tanaman Sawi Terhadap
Pengaruh Dosis Nutrisi AB Mix Dan Media Arang Sekam Terhadap
Pertumbuhan Dan Perkembangan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.)
Dengan Teknik Hidroponik System Sumbu (Wick system)
sangat signifikan dibandingkan dengan perlakuan yang lain, dan pada perlakuan
P0 menunjukkan hasil terendah.
Berat Segar
160
140
120
100
80
146.8
60
105.4
40 87.2
51.4
20
0 0.46
P0 P1 P2 P3 P4
Gambar 5. Diagram Hasil Rata-Rata Berat Segar Tanaman Sawi Terhadap
Pengaruh Dosis Nutrisi AB Mix Dan Media Arang Sekam Terhadap
Pertumbuhan Dan Perkembangan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.)
Dengan Teknik Hidroponik System Sumbu (Wick system)
Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam berat kering tanaman sawi
menunjukkan hasil yang berpengaruh sangat nyata pada pengaruh dosis nutrisi
AB Mix dan media arang sekam. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram
di bawah ini.
Berat Kering
12
10
6 11.2
10
4 8
5
2
0 0.04
P0 P1 P2 P3 P4
Gambar 6. Diagram Hasil Rata-Rata Berat Kering Tanaman Sawi Terhadap
Pengaruh Dosis Nutrisi AB Mix Dan Media Arang Sekam Terhadap
Pertumbuhan Dan Perkembangan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.)
Dengan Teknik Hidroponik System Sumbu (Wick system)
4.2 Pembahasan
memperbanyak ruang yang lebih untuk daun agar tumbuh lebih banyak terlebih
tanaman mendapat aplikasi nutrisi AB Mix yang banyak mengandung unsur hara
makro dan mikro yang dibutuhkan oleh tanaman. Pada perlakuan P0 adalah
perlakuan dengan jumlah daun terendah disbanding perlakuan lainnya.
Untuk pengamatan berat segar dan berat kering tanaman sawi pada
perlakuan P4 lebih berat daripada perlakuan lainnya dengan hasil nilai rata-rata
146,8 gram untuk berat segar dan hasil nilai rata-rata 11.2 gram untuk berat kering
tanaman sawi, hal ini disebabkan tanaman pada perlakuan P4 lebih optimal
pertumbuhannya karena pemberian nutrisi yang seimbang, selain itu juga
dipengaruhi oleh penggunaan media tanam arang sekam. Penggunaan media arang
sekam ini memiliki keunggulan menyerap air dan menahan air, jadi lebih
memudahkan tanaman untuk menyerap unsuh hara dalam air melalui sumbu. Hal
ini serupa dengan pernyataan (Silvina dan Syafrina, 2008; Primanthoro dan
Indriani, 1995; Perwtasari dkk., 2012) bahwa media arang sekam memiliki
kelebihan dalam hal kemampuan membawa air, selain steril, sehingga mampu
memberikan hasil yang lebih baik. Akan tetapi media tanam arang sekam
memiliki kekurangan tidak dapat menopang tanaman dengan kuat. (Primanthoro
dan Indriani, 1995) menyatakan bahwa media tanam arang sekam memiliki
kekurangan yaitu tidak dapat digunakan berulang kali dalam budidaya serta tidak
memiliki nutrisi ataupun unsur hara untuk pertumbuhan tanaman karena proses
pembakaran. Selain itu, arang sekam juga tidak memiliki daya topang yang kuat
terhadap tanaman sehingga tanaman akan mudah roboh. Pada perlakuan P0 berat
segar dan berat kering menunjukkan hasil terendah dengan nilai 0.46 gram untuk
berat segar dan 0.036 gram untuk berat keringnya, namun pada perlakuan P3 berat
kering menunjukkan hasil yang menurun dengan nilai rata-rata hanya 8 gram,
sedangkan pada P2 menunjukkan hasil nilai rata-rata 10 gram.
28
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan
bahwa pengaruh dosis nutrisi AB Mix dan media arang sekam terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tanaman sawi dengan teknik hidroponik sistem
sumbu berpengaruh nyata terhadap semua parameter pengamatan. Hasil tertinggi
pengamatan didapat pada perlakuan P4 dari semua parameter pengamatan, mulai
dari parameter tinggi tanaman sawi P4 menunjukkan hasil nilai rata-rata 23.06
cm, kemudian perlakuan dengan hasil sedang yaitu pada perlakuan P2 dengan
nilai rata-rata 22.34 cm, dan nilai terendah pada perlakuan P0 dengan hasil nilai
rata-rata 7.36 cm. Pada parameter jumlah daun perlakuan dengan nilai tertinggi P4
dengan hasil nilai rata-rata 8,72 helai, perlakuan dengan nilai sedang berada pada
pelakuan P2 dengan nilai rata-rata 8,52 helai, dan perlakuan dengan hasil terendah
pada perlakuan P0 dengan nilai rata-rata 4.62 helai. Pada parameter berat segar
hasil tertinggi pada perlakuan P4 yaitu 146.8 gram, perlakuan dengan hasil nilai
rata-rata sedang P3 yaitu 105,4 gram dan hasil terendah pada perlakuan P0 dengn
rata-rata 0.46 gram. parameter terakhir berat kering dengan hasil perlakuan
tertinggi pada P4 dengan nilai rata-rata 11.2 gram, sedangka perlakuan dengan
hasil sedang pada perlakuan P2 dengna hasil nilai rata-rata 10 gram, dan hasil
perlakuan terendah pada perlakuan P0 dengan nilai rata-rata 0.036 gram.
5.2 Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan yaitu untuk bubidaya tanaman sawi
dengan menggunakan teknik hidroponik bahwa pemberian nutrisi dan penggunaan
media tanam sangat berpengaruh besar pada fase pertumbuhan dan perkembangan
tanaman, dan diharapkan juga pada penelitian selanjutnya lebih baik dari
sebelumnya.
29
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, Umi Nur. 2009. Pengaruh Media Tanam dan Jenis Pupuk Terhadap
Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Tomat (Lycopersicum
esculentum Mill.) dengan Teknik Budidaya Hidroponik. Universitas Islam
Maulana Malik Ibrahim. Malang.
Badan Pusat Statistik Jakarta Pusat. 2010. Statistik Indonesia Tahun 2010. Badan
Pusat Statistik. Jakarta Pusat.
Cahyono, B. 2003. Teknik dan Strategi Sawi Hijau (Pat-Tsai). Yayasan Pustaka
Nusantara. Yogyakarta.
Haryanto, E. Suhartini, T., Rahayu, E. dan Hendro Sunarjono. 1995. Sawi dan
Selada. Penebar Swadaya. Jakarta.
Silvina, Fetmi dan Syafrinal. 2008. Mentimun Jepang (Cucumis Sativus) Secara
Hidroponik. Jurnal SAGU. Maret 2008. Vol. 7. No. 1 : 7-12.
ISSN.1412-4424
Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Budidaya Secara Hidroponik. CV.
Nuansa Aulia. Bandung.
Zulkarnain, 2013, Budidaya Sayuran Tropis, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta, Hal
85-93.
31
L
A
M
P
I
R
A
N
32
Keterangan:
P0 : Media arang sekam tanpa nutrisi (Kontrol)
P1 : Media arang sekam dan nutrisi AB Mix dengan dosis 3 ml
P2 : Media arang sekam dan nutrisi AB Mix dengan dosis 5 ml
P3 : Media arang sekam dan nutrisi AB Mix dengan dosis 8 ml
P4 : Media arang sekam dan nutrisi AB Mix dengan dosis 10 ml
33
Tabel 2b. Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman Sawi (cm) 1 MST Pada
Penelitian Pengaruh Dosis Nutrisi AB Mix dan Media Arang Sekam
Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Sawi (Brassica
juncea L.) dengan Teknik Hidroponik Sistem Sumbu (Wick System)
Ftabel
SK db Jk Kt Fhit
5% 1%
*
Ulangan 4 43.04 10.76 3.425388 3.01 4.77
Perlakuan 4 33.24 8.31 2.645444tn 3.01 4.77
Galat 16 50.26 3.14125
Total 24 126.54
KK =0,97%
* = Berbeda nyata
tn = Tidak berbeda nyata
34
Tabel 3a. Rata-rata Tinggi Tanaman Sawi (cm) 2 MST Pada Penelitian Pengaruh
Dosis Nutrisi AB Mix dan Media Arang Sekam Terhadap Pertumbuhan
dan Perkembangan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) dengan Teknik
Hidroponik Sistem Sumbu (Wick System)
Perlakua Ulangan
n Total Rata-Rata
P0 5 6 7 6 6.5 30.5 6.1
P1 12 12 13 15 16.5 68.5 13.7
P2 15 15 11,5 15 15 60 15
P3 12 6 15.5 14.5 11.5 59.5 11.9
P4 12.5 13.5 11 17.5 15 69.5 13.9
Total 56.5 52.5 46.5 68 64.5 288 60.6
11.62
Rata-rata 11.3 10.5 5 13.6 12.9 57.6 12.12
Tabel 3b. Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman Sawi (cm) 2 MST Pada
Penelitian Pengaruh Dosis Nutrisi AB Mix dan Media Arang Sekam
Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Sawi (Brassica
juncea L.) dengan Teknik Hidroponik Sistem Sumbu (Wick System)
Ftabel
SK db Jk Kt fhit
5% 1%
Ulangan 4 61.24 15.31 1.133235tn 3.01 4.77
Perlakuan 4 200.84 50.21 3.716506* 3.01 4.77
Galat 16 216.16 13.51
Total 24 478.24
KK =1.27%
tn =Tidak Berbeda Nyata
* = Beda nyata
Tabel 4a. Rata-rata Tinggi Tanaman Sawi (cm) 3 MST Pada Penelitian Pengaruh
Dosis Nutrisi AB Mix dan Media Arang Sekam Terhadap Pertumbuhan
dan Perkembangan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) dengan Teknik
Hidroponik Sistem Sumbu (Wick System)
Perlakua Total Rata-Rata
n Ulangan
1 2 3 4 5
P0 6 6.5 7.5 6 7.5 33.5 6.7
P1 18 18 17.5 23.5 20.5 97.5 19.5
P2 25 26.5 21.5 20.5 22.5 116 23.2
P3 21 12.5 27.5 25 16 102 20.4
P4 21.5 24 19 27 24.5 116 23.2
Total 91.5 87.5 93 102 91 465 93
35
SK db Jk Kt fhit ftabel
5% 1%
Ulangan 4 23.5 5.875 0.427079tn 3.01 4.77
Perlakuan 4 939.9 234.975 17.08133** 3.01 4.77
Galat 16 220.1 13.75625
Total 24 1183.5
KK = 0.79%
tn =Tidak berbeda nyata
** = Berbeda sangat nyata
Tabel 5a. Rata-rata Tinggi Tanaman Sawi (cm) 4 MST Pada Penelitian Pengaruh
Dosis Nutrisi AB Mix dan Media Arang Sekam Terhadap Pertumbuhan
dan Perkembangan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) dengan Teknik
Hidroponik Sistem Sumbu (Wick System)
Perlakua Total Rata-Rata
n Ulangan
1 2 3 4 5
P0 10 8 7.5 5.5 10 41 8.2
P1 28 25.5 25 31.5 24 134 26.8
P2 31 33 29.5 27.5 30 151 30.2
P3 30 24 35 31.5 24.5 145 29
P4 27.5 32.5 30 34.5 33.4 157.9 31.58
Total 126.5 123 127 130.5 121.9 628.9 125.78
Rata-rata 25.3 24.6 25.4 26.1 24.38 125.78 25.156
Tabel 5b. Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman Sawi (cm) 4 MST Pada
Penelitian Pengaruh Dosis Nutrisi AB Mix dan Media Arang Sekam
Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Sawi (Brassica
juncea L.) dengan Teknik Hidroponik Sistem Sumbu (Wick System)
ftabel
SK db jk Kt fhit
5% 1%
tn
Ulangan 4 9.4136 2.3534 0.211762 3.01 4.77
**
Perlakuan 4 1858.4736 464.6184 41.80704 3.01 4.77
Galat 16 177.8144 11.1134
Total 24 2045.7016
KK = 0.53%
tn =Tidak berbeda nyata
36
Tabel 6b. Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman Sawi (cm) 5 MST Pada
Penelitian Pengaruh Dosis Nutrisi AB Mix dan Media Arang Sekam
Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Sawi (Brassica
juncea L.) dengan Teknik Hidroponik Sistem Sumbu (Wick System)
Ftabel
SK db jk Kt Fhit
5% 1%
tn
Ulangan 4 59.14 14.785 1.332282 3.01 4.77
Perlakuan 4 2610.04 652.51 58.79793** 3.01 4.77
Galat 16 177.56 11.0975
Total 24 2846.74
KK = 0.43%
tn =Tidak berbeda nyata
** =Berbeda sangat nyata
Tabel 6c. Hasail Uji Lanjut BNJ Taraf 5% Tinggi Tanaman Sawi Pengaruh Dosis
Nutrisi AB Mix Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman
Sawi (Brassica juncea L.) dengan Teknik Hidroponik Sistem Sumbu
(Wick system).
BNJ
Perlakuan Rata-rata Notasi
5%
P4 (10ml) 23.060 b
P2 (5ml) 22.620 b
P3 (8ml) 20.620 b 4.87
P1 (3ml) 20,120 b
P0 (kontrol) 7.360 a
37
Keterangan: Angka-angka Yang Diikuti Oleh Huruf Yang Sama Berbeda Tidak
Nyata Pada Taraf Uji BNJ 0,05
Tabel 7a. Rata-rata Jumlah Daun Sawi (helai) 1 MST Pada Penelitian Pengaruh
Dosis Nutrisi AB Mix dan Media Arang Sekam Terhadap Pertumbuhan
dan Perkembangan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) dengan Teknik
Hidroponik Sistem Sumbu (Wick System)
Perlakua Ulangan
n Total Rata-Rata
1 2 3 4 5
P0 4 4 3 4 3 18 3.6
P1 4 4 5 5 5 23 4.6
P2 5 5 5 5 5 25 5
P3 4 4 5 5 4 22 4.4
P4 5 4 4 6 5 24 4.8
Total 22 21 22 25 22 112 22.4
Rata-rata 4.4 4.2 4.4 5 4.4 22.4 4.48
Tabel 7b. Analisis Sidik Ragam Jumlah Daun Sawi (helai) 1 MST Pada Penelitian
Pengaruh Dosis Nutrisi AB Mix dan Media Arang Sekam Terhadap
Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.)
dengan Teknik Hidroponik Sistem Sumbu (Wick System)
Ftabel
SK db jk Kt fhit
5% 1%
tn
Ulangan 4 1.84 0.46 1.614035 3.01 4.77
Perlakuan 4 5.84 1.46 5.122807** 3.01 4.77
Galat 16 4.56 0.285
Total 24 12.24
KK = 0.47%
tn =Tidak berbeda nyata
** =Berbeda sangat nyata
Tabel 8a. Rata-rata Jumlah Daun Sawi (helai) 2 MST Pada Penelitian Pengaruh
Dosis Nutrisi AB Mix dan Media Arang Sekam Terhadap Pertumbuhan
dan Perkembangan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) dengan Teknik
Hidroponik Sistem Sumbu (Wick System)
Perlakua Total Rata-Rata
n Ulangan
1 2 3 4 5
P0 4 4 4 4 4 20 4
P1 6 6 6 8 7 33 6.6
P2 7 8 5 7 7 34 6.8
P3 7 5 8 8 6 34 6.8
P4 8 6 5 8 7 34 6.8
Total 32 29 28 35 31 155 31
38
Tabel 8b. Analisis Sidik Ragam Jumlah Daun Sawi (helai) 2 MST Pada Penelitian
Pengaruh Dosis Nutrisi AB Mix dan Media Arang Sekam Terhadap
Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.)
dengan Teknik Hidroponik Sistem Sumbu (Wick System)
Ftabel
SK db jk Kt Fhit
5% 1%
tn
Ulangan 4 6 1.5 1.538462 3.01 4.77
**
Perlakuan 4 30.4 7.6 7.794872 3.01 4.77
Galat 16 15.6 0.975
Total 24 52
KK = 0.63%
tn =Tidak Berbeda nyata
** =Berbeda sangat nyata
Tabel 9a. Rata-rata Jumlah Daun Sawi (helai) 3 MST Pada Penelitian Pengaruh
Dosis Nutrisi AB Mix dan Media Arang Sekam Terhadap Pertumbuhan
dan Perkembangan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) dengan Teknik
Hidroponik Sistem Sumbu (Wick System)
Perlakua Total Rata-Rata
n Ulangan
P0 4 5 5 4 5 23 4.6
P1 7 7 8 9 8 39 7.8
P2 8 10 9 10 8 45 9
P3 10 6 10 10 6 42 8.4
P4 10 8 6 9 11 44 8.8
Total 39 36 38 42 38 193 38.6
Rata-rata 7.8 7.2 7.6 8.4 7.6 38.6 7.72
Tabel 9b. Analisis Sidik Ragam Jumlah Daun Sawi (helai) 3 MST Pada Penelitian
Pengaruh Dosis Nutrisi AB Mix dan Media Arang Sekam Terhadap
Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.)
dengan Teknik Hidroponik Sistem Sumbu (Wick System)
Fhit ftabel
SK db jk Kt
5% 1%
tn
Ulangan 4 3.84 0.96 0.402516 3.01 4.77
**
Perlakuan 4 65.04 16.26 6.81761 3.01 4.77
Galat 16 38.16 2.385
Total 24 107.04
KK = 0.80%
tn =Tidak Berbeda nyata
39
Tabel 10b. Analisis Sidik Ragam Jumlah Daun Sawi (helai) 4 MST Pada
Penelitian Pengaruh Dosis Nutrisi AB Mix dan Media Arang Sekam
Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Sawi (Brassica
juncea L.) dengan Teknik Hidroponik Sistem Sumbu (Wick System)
Ftabel
SK db jk Kt Fhit
5% 1%
tn
Ulangan 4 6.96 1.74 0.685039 3.01 4.77
Perlakuan 4 91.76 22.94 9.031496** 3.01 4.77
Galat 16 40.64 2.54
Total 24 139.36
KK = 0.72%
tn =Tidak Berbeda nyata
** =Berbeda sangat nyata
Tabel 11a. Rata-rata Jumlah Daun Sawi (helai) 5 MST Pada Penelitian Pengaruh
Dosis Nutrisi AB Mix dan Media Arang Sekam Terhadap Pertumbuhan
dan Perkembangan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) dengan Teknik
Hidroponik Sistem Sumbu (Wick System)
Perlakua Total Rata-Rata
n Ulangan
1 2 3 4 5
P0 5 6 7 5 5 28 5.6
P1 8 9 8 12 10 47 9.4
P2 11 12 14 12 10 59 11.8
P3 12 9 13 14 9 57 11.4
P4 14 10 9 14 15 62 12.4
Total 50 46 51 57 49 253 50.6
40
Tabel 11c. Hasail Uji Lanjut BNJ Taraf 5% Jumlah Daun Pengaruh Dosis Nutrisi
AB Mix Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Sawi
(Brassica juncea L.) dengan Teknik Hidroponik Sistem Sumbu (Wick
system).
BNJ
Perlakuan Rata-rata Notasi
5%
P4 (10ml) 8,720 b
P2 (5ml) 8.520 b
P3 (8ml) 8.080 b 2.27
P1 (3ml) 7.360 b
P0 (kontrol) 4.640 a
Keterangan: Angka-angka Yang Diikuti Oleh Huruf Yang Sama Berbeda Tidak
Nyata Pada Taraf Uji BNJ 0,05
Tabel 12a. Rata-rata Berat Segar Tanaman Sawi (g) Pada Penelitian Pengaruh
Dosis Nutrisi AB Mix dan Media Arang Sekam Terhadap Pertumbuhan
dan Perkembangan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) dengan Teknik
Hidroponik Sistem Sumbu (Wick System)
Perlakua Total Rata-Rata
n Ulangan
1 2 3 4 5
P0 0.1 1 1 0.1 0.1 2.3 0.46
P1 50 52 43 57 55 257 51.4
P2 115 102 82 80 117 496 99.2
P3 146 54 144 42 141 527 105.4
P4 180 182 117 114 141 734 146.8
Total 491.1 391 387 293.1 454.1 2016.3 403.26
41
Tabel 12c. Hasail Uji Lanjut BNJ Taraf 5% Berat Segar Pengaruh Dosis Nutrisi
AB Mix Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Sawi
(Brassica juncea L.) dengan Teknik Hidroponik Sistem Sumbu (Wick
system).
BNJ
Perlakuan Rata-rata Notasi
5%
P4 (10ml) 0.46 c
P2 (5ml) 51.4 b
P3 (8ml) 99.2 b-c 53.45
P1 (3ml) 105.4 a-b
P0 (kontrol) 146.8 a
Keterangan: Angka-angka Yang Diikuti Oleh Huruf Yang Sama Berbeda Tidak
Nyata Pada Taraf Uji BNJ 0,05
Tabel 13a. Rata-rata Berat Kering Tanaman Sawi (g) Pada Penelitian Pengaruh
Dosis Nutrisi AB Mix dan Media Arang Sekam Terhadap Pertumbuhan
dan Perkembangan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) dengan Teknik
Hidroponik Sistem Sumbu (Wick System)
Perlakua Total Rata-Rata
n Ulangan
1 2 3 4 5
P0 0.02 0.05 0.05 0.03 0.03 0.18 0.036
P1 4 5 4 5 7 25 5
P2 12 11 8 8 11 50 10
P3 11 3 13 3 10 40 8
P4 12 12 8 12 12 56 11.2
28.0
Total 39.02 31.05 33.05 3 40.03 171.18 34.236
42
5.60
Rata-rata 7.804 6.21 6.61 6 8.006 34.236 6.8472
Tabel 13b. Analisis Sidik Ragam Berat Kering Tanaman Sawi (g) Pada Penelitian
Pengaruh Dosis Nutrisi AB Mix dan Media Arang Sekam Terhadap
Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.)
dengan Teknik Hidroponik Sistem Sumbu (Wick System)
Ftabel
SK Db Jk Kt Fhit
5% 1%
tn
Ulangan 4 21.305744 5.326436 0.856556 3.01 4.77
**
Perlakuan 4 400.102784 100.0257 16.08535 3.01 4.77
Galat 16 99.494976 6.218436
Total 24 520.903504
KK =1.45%
tn =Tidak Berbeda nyata
** =Berbeda sangat nyata
Tabel 13c. Hasail Uji Lanjut BNJ Taraf 5% Berat Kering Pengaruh Dosis Nutrisi
AB Mix Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Sawi
(Brassica juncea L.) dengan Teknik Hidroponik Sistem Sumbu (Wick
system).
BNJ
Perlakuan Rata-rata Notasi
5%
P4 (10ml) 0.036 c
P2 (5ml) 5 c
P3 (8ml) 10 b-c 4.82
P1 (3ml) 8 b
P0 (kontrol) 11.2 a
Keterangan: Angka-angka Yang Diikuti Oleh Huruf Yang Sama Berbeda Tidak
Nyata Pada Taraf Uji BNJ 0,05
43
Gambar 12. Perawatan (Pengantian Air dan Nutrisi) Pada Penelitian Pengaruh
Dosis Nutrisi AB Mix Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan
Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) Dengan Teknik Hidroponik
Sistem Sumbu (Wick system).
Gambar 13. Pengamatan (Tinggi dan Jumlah Daun Tanaman) Pada Penelitian
Pengaruh Dosis Nutrisi AB Mix Terhadap Pertumbuhan dan
Perkembangan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) Dengan Teknik
Hidroponik Sistem Sumbu (Wick system).
45