Anda di halaman 1dari 47

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sawi (Brassica juncea L.) termasuk tanaman dari keluarga Cruciferae yang
mempunyai nilai ekonomi tinggi setelah kubis-krop, kubis bunga broccoli. Kedua
jenis tanaman ini berkembang pesat didaerah subtropis maupun tropis. Daerah
asal tanaman sawi diduga dari Tiangkok (Cina) dan Asia Timur, konon didaareah
Cina, tanaman ini telah dibudidayakan sejak 2.500 tahun yang lalu, kemudian
menyebar luas ke Filifina dan Taiwan (Rukmana, 1994).
Masuknya sawi ke wilayah Indonesia diduga pada abad XIX. Bersamaan
dengan lintas perdaganagn jenis sayuran sub-tropis lainnya, terutama kelompok
kubis-kubisan. Daerah pusat penyebaran sawi antara lain Cipanas (Bogor),
Lembang, Pengalengan, Malang, dan Tosari. Terutama daerah yang mempunyai
ketinggian diatas 1.000 meter dari permukaan laut (Rukmana, 1994).
Tanaman sawi ini banyak dikonsumsi orang karena dapat memperbaiki dan
memperlancar pencernaan, sehingga permintaannya meningkat. Untuk
pemenuhan permintaan sawi tersebut dapat dilakukan dengan penigkatan
produktifitas per luas lahan. Peningkatan produksi dapat ditempuh dengan cara
perbaikan teknik bercocok tanam, seperti budidaya hidroponik yaitu bercocok
tanam tanpa menggunakan media.
Sawi hijau merupakan salah satu komoditas sayuran yang penting di
Indonesia. Walaupun sawi bukan merupakan tanaman asli Indonesia, namun
pengembangan komoditas tanaman berpola agribisnis dan agroindustri ini dapat
dikategorikan sebagai salah satu sumber pendapatan dalam sektor pertanian di
Indonesia. Namun hingga saat ini, produksi sawi belum mampu memenuhi
kebutuhan pasar. Hal ini diakibatkan karena rata-rata produksi sawi nasional
masih sangat rendah. Potensi hasil sawi dapat mencapai 40 ton/ha, sedangkan
rata-rata hasil sawi di Indonesia hanya 9 ton/ha (BPS, 2010).
Rendahnya produksi sawi di Indonesia dapat disebabkan karena beberapa
alasan, seperti penerapan teknologi budidaya yang masih sederhana, ataupun
karena lahan untuk bercocok tanam semakin berkurang. Kebanyakan budidaya
sawi yang dilakukan para petani di Sulawesi Selatan, masih bersifat konvensional
2

dan tidak memperhatikan teknik budidaya yang baik, teknologi juga masih
kurang diterapkan oleh petani, sehingga kualitas dan kuantitas produksi yang
dihasilkan masih tergolong rendah. Selain itu, dewasa ini perkembangan industri
semakin maju pesat, sehingga banyak menggeser lahan pertanian, terlebih di
daerah sekitar perkotaan (BPS, 2010).
Mengatasi hal tersebut ditempuh berbagai cara untuk meningkatkan
produktivitas tanaman sawi dengan harapan dari lahan yang sempit dapat
dihasilkan produksi yang banyak, salah satunya dengan sistem hidroponik. Tidak
seperti budidaya tanaman yang dilakukan dengan media tanah, budidaya tanaman
secara hidroponik dilakukan tanpa tanah, tetapi menggunakan larutan nutrisi
sebagai sumber utama pasokan nutrisi tanaman (Steinberg dkk, 2000).
Ada beberapa macam desain hidroponik, antara lain adalah desain genangan
(Floating Hydroponic), desain aeroponik, desain hidroponik tetes (Drip System),
desain hidroponik NFT (Nutrient Film Technique) dan desain hidroponik wick
system (Roberto, 2003). Di antara berbagai jenis sistem hidroponik tersebut, jenis
yang paling sederhana adalah Wick sistem atau lebih dikenal sebagai sistem
sumbu. Pemberian nutrisi pada sistem ini adalah menggunakan sumbu yang
digunakan sebagai reservoir yang melewati media tanam.
Faktor terpenting yang harus dipenuhi dalam menunjang keberhasilan
hidroponik adalah perawatan, terutama pemberian air dan nutrisi serta
penggunaan media tanam hidroponik (Steinberg dkk, 2000). Pada budidaya
tanaman secara hidroponik, tanaman memperoleh unsur hara dari larutan nutrisi
yang dialirkan melalui media tanam. Azizah (2009) dalam penelitiannya
menyimpulkan bahwa perlakuan jenis pupuk berpengaruh sangat nyata terhadap
semua variabel pertumbuhan dan perkembangan tanaman tomat. Menurut hasil
penelitian Mas’ud (2009) pemberian dosis nutrisi yang berbeda memberikan hasil
yang berbeda nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada. Nutrisi yang
diperlukan tanaman meliputi unsure hara makro dan mikro. Setiap nutrisi
hidroponik memiliki komposisi yang berbeda. Oleh karena itu, diperlukan suatu
studi untuk mengetahui dosis optimal yang diberikan pada teknik hidroponik
sistem sumbu terhadap pertumbuhan tanaman sawi.
3

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam proposal penelitian ini adalah :
1. Adakah pengaruh antara pemberian berbagai dosis nutrisi AB Mix dan
penggunaan media arang sekam terhadap pertumbuhan dan perkembangan
tanaman sawi dengan teknik hidroponik sistem sumbu ?
2. Berapakah dosis pemberian nutrisi AB Mix yang paling efektif terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tanaman sawi dengan teknik hidroponik
sistem sumbu ?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengamati pengaruh antara pemberian berbagai dosis nutrisi AB Mix dan
penggunaan media arang skam terhadap pertumbuhan dan perkembangan
tanaman sawi dengen teknik hidroponik sistem sumbu.
2. Mengetahui berapa pemberian dosis nurtisi AB Mix yang paling efektif
dan penggunaan media arang sekam terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman sawi dengan teknik hidroponik sistem sumbu.

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Memberikan informasi tentang pentingnya pemberian nutrisi dan
penggunaan media tanam hidroponik terhadap tanaman yang
dibudidayakan dengan teknik hidroponik sistem sumbu.
2. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai dosis nutrisi AB Mix
yang terbaik dan penggunaan media arang sekam terhadap pertumbuhan
dan perkembangan tanaman sawi dengan teknik hidroponik sistem sumbu.
3. Menambah wawasan kita tentang pemanfaatan lahan sempit ataupun lahan
pekarangan untuk tempat bertanam dengan teknik hidroponik sistem
sumbu.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Sawi


Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang dimanfaatkan
daun atau bunganya sebagai bahan pangan (sayuran), baik segar maupun diolah.
Sawi mencakup beberapa spesies Brassica yang kadang-kadang mirip satu sama
lain. Manfaat sawi sangat baik untuk menghilangkan rasa gatal di tenggorokan
pada penderita batuk. Penyembuh penyakit kepala, bahan pembersih darah,
memperbaiki fungsi ginjal, serta memperbaiki dan memperlancar pencernaan
(Sugiyanto, 2008).
Produksi utama dari sawi adalah daun-daunnya. Sawi hijau ini kurang banyak
dikonsumsi sebagai bahan sayur segar karena rasanya agak pahit. Namun rasa
pahit yang ada pada daun sawi ini dapat dihilangkan dengan cara pengasinan.
Masyarakat umumnya mengolahnya terlebih dahulu menjadi sawi asin sebelum
digunakan untuk campuran aneka penganan. Selain enak rasanya sawi asin juga
lebih mahal harganya di pasaran. Sawi asin yang sudah jadi biasanya diikat dan
berwarna hijau cokelat kebasahan (Rukmana, 1994).
Tanaman ini berukuran lebih kecil daripada sawi putih. Daun sawi jenis ini
juga lebar seperti daun sawi putih tetapi warnanya lebih hijau tua. Sawi jenis ini
batangnya sangat pendek tetapi tegap. Tangkal daunnya agak pipih, sedikit
berliku, tetapi kuat. Varietas sawi hijau ini banyak dibudidayakan di lahan yang
kering tetapi cukup pengairannya (Haryanto, dkk, 1996).
Tanaman sawi hijau (Brassica juncea L.) merupakan sayuran yang tumbuh
lebih cepat dan tahan terhadap suhu rendah. Tanaman sawi hijau cocok ditanam di
wilayah tropika dataran tinggi yang bersuhu dingin. Sayuran sawi hijau (Brassica
juncea L.) merupakan sayuran yang bernilai tinggi dengan kandungan vitamin A
dan vitamin C-nya yang tinggi. Sayuran sawi hijau dengan suhu pertumbuhan
berkisar antara 12oC-22oC sedangkan suhu lebih dari 25oC dapat menunda
pertumbuhan dan menurunkan kualitas tanaman. Intensitas cahaya yang tinggi
dapat meningkatkan perkembangan daun yang lebar sedangkan suhu tinggi dapat
meningkatkan perkembangan tangkai bunga. Tanaman sawi hijau berakar serabut
yang tumbuh dan berkembang secara menyebar ke semua arah disekitar
5

permukaan tanah, perakarannya sangat dangkal pada kedalaman sekitar 5 cm


(Cahyono, 2003).
Daerah penanaman yang cocok untuk sawi hijau adalah mulai dari ketinggian
5 m sampai dengan 1.200 m di atas permukaan laut. Namun biasanya
dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 m sampai 500 mdpl.
Tanaman sawi tahan terhadap air hujan, sehingga dapat ditanam sepanjang tahun.
Pada musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah penyiraman secara teratur.
Dengan demikian, tanaman ini cocok bila ditanam pada akhir musim penghujan.
Tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah gembur, banyak mengandung
humus, subur, serta pembuangan airnya baik. Derajat keasaman tanah yang
optimal untuk pertumbuhannya adalah antara pH 6-pH 7. Sawi dapat ditanam
secara monokultur maupun tumpang sari (Margiyanto, 2007)

2.2 Klasifikasi Tanaman Sawi


Menurut Haryanto dkk (1995) klasifikasi dari tanaman sawi hijau (Brassica
juncea L.) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rhoeadales (Brassicales)
Famili : Cruciferae (Brassicaceae)
Genus : Brassica
Spesies : Brassica juncea L.

2.3 Morfologi Tanaman Sawi


Menurut Margiyanto (2007) sawi (Brassica juncea L.) mempunyai batang
pendek dan beruas-ruas, sehingga hampir tidak kelihatan. Batang sawi dapat
berfungsi sebagai alat pembentuk dan penopang daun, sedangkan daun sawi
bertangkai panjang dan bentuknya pipih. Tanaman sawi umumnya mudah
berbunga dan berbiji secara alami. Struktur bunga sawi tersusun dalam tangkai
bunga yang tumbuh memanjang dan bercabang banyak. Setiap kuntum bunga
sawi terdiri atas empat helai daun kelopak, empat helai daun mahkota, bunga
6

berwarna kuning cerah, empat helai benangsari, dan satu buah putik yang
berongga dua.
Penyerbukan bunga sawi dengan bantuan serangga lebah, hasil penyerbukan
ini terbentuk buah yang berisi biji. Buah sawi termasuk buah polong, yakni
berbentuk memanjang dan berongga. Tiap buah (polong) berisi 2-8 butir biji. Biji-
biji sawi bentuknya bulat kecil berwarna coklat atau coklat kehitam-hitaman.
Sistem perakaran tanaman sawi memiliki akar tunggang (radix primaria) dan
cabang-cabang akar yang bentuknya bulat panjang (silindris) menyebar ke semua
arah pada kedalaman antara 30-50 cm. Akar-akar ini berfungsi antara lain
menghisap air dan zat makanan dari dalam tanah, serta menguatkan berdirinya
batang tanaman (Rukmana, 1994).

2.4 Varietas Tanaman Sawi


Menurut Rukmana (1994) varietas sawi yang terdapat di Indonesia adalah:
1. Sawi putih atau Sawi jabung (Brassica juncea L. var. rugosa Roxb. & Prain),
jenis ini memiliki ciri-ciri batangnya pendek, tegap dan daun-daunnya lebar
berwarna hijau-tua, tangkai daun panjang dan bersayap melengkung ke bawah.
Daunnya agak halus dan tidak berbulu. Tulang daunnya lebar, berwarna hijau
keputih-putihan, bertangkai pendek, dan bersayap. Sayap tersebut melengkung
ke bawah.
2. Sawi hijau (Brassica juncea L.). yang memiliki ciri-ciri batangnya pendek, dan
daun-daunnya berwarna hijau keputih-putihan. Sawi jenis ini memiliki batang
pendek dan tegak. Daunnya lebar berwarna hijau tua, bertangkai pipih, kecil
dan berbulu halus.
3. Sawi huma, yakni sawi yang tipe batangnya kecil panjang dan langsing, daun-
daunnya panjang sempit berwarna hijau keputih-putihan, serta tangkai daunnya
panjang bersayap. Batang sawi ini panjang, kecil, dan langsing. Daunnya
panjang sempit, berwarna hijau keputih-putihan, bertangkai panjang dan
berbulu halus.
Tanaman sawi pada umumnya banyak ditanam di dataran rendah. Tanaman
ini selain tahan terhadap suhu panas (tinggi), juga mudah berbunga dan
menghasilkan biji secara alami pada kondisi iklim tropis Indonesia. Disamping itu
7

tanaman sawi tidak hanya cocok ditanam di dataran rendah, tetapi juga di dataran
tinggi (Rukmana, 1994).

2.5 Syarat Tumbuh Tanaman Sawi


Menurut Margiyanto (2007) sawi (Brassica juncea L.) bukanlah tanaman asli
Indonesia, namun berasal dari benua Asia, karena Indonesia mempunyai iklim,
cuaca dan tanah yang sesuai untuk tanaman sawi maka sawi dapat dibudidayakan.
Tanaman sawi dapat tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi, namun
mempunyai hasil yang lebih baik jika ditanam pada dataran tinggi. Daerah
penanaman yang cocok mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan 1.200 meter
di atas permukaan laut dan biasanya dibudidayakan pada daerah yang mempunyai
ketinggian 100 meter sampai 500 meter. Tanaman sawi tahan terhadap air hujan,
sehingga dapat di tanam sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu
diperhatikan adalah penyiraman secara teratur. Pada masa pertumbuhan tanaman
sawi membutuhkan hawa yang sejuk, dan lebih cepat tumbuh apabila di tanam
dalam suasana lembab, akan tetapi tanaman ini juga tidak cocok pada air yang
menggenang. dengan demikian, tanaman ini cocok bila di tanam pada akhir
musim penghujan.
1. Iklim
Khususnya tanaman sawi pada umumnya banyak ditanam di dataran rendah.
Tanaman ini selain tahan terhadap suhu panas (tinggi), juga mudah berbunga dan
menghasilkan biji secara alami pada kondisi iklim tropis Indonesia,sehingga tidak
harus mengandalkan benih impor. Begitu juga sebaliknya tanaman sawi tidak
hanya cocok di tanam di dataran rendah tapi juga di dataran tinggi (Rukmana,
1994).
2. Suhu
Menurut Cahyono (2003), pertumbuhan sawi yang baik membutuhkan suhu
udara yang berkisar antara 19ºC - 21ºC. Keadaan suhu suatu daerah atau wilayah
berkaitan erat dengan ketinggian tempat dari permukaan laut (dpl). Daerah yang
memiliki suhu berkisar antara 19ºC - 21ºC adalah daerah yang ketingiannya 1000-
1200 m di atas permukaan laut, semakin tinggi letak suatu daerah dari permukaan
laut, suhu udaranya semakin rendah, sementara itu pertumbuhan tanaman
8

dipengaruhi oleh suhu udara. Misalnya proses perkecambahan, pertunasan,


pertumbuhan dan lain sebagainya.
3. Kelembaban Udara
Kelembaban yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman sawi yang optimal
menurut Cahyono (2003), berkisar antara 80% sampai dengan 90%. Kelembaban
yang tinggi dan lebih dari 90% berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan
tanaman. Tanaman tumbuh tidak sempurna, tanaman tidak subur, kualitas daun
jelek, dan bila penanaman bertujuan untuk pembenihan maka kualitas biji yang
dihasilkan jelek. Kelembaban udara juga berpengaruh terhadap proses penyerapan
unsur hara oleh tanaman yang diikuti dengan meningkatnya pertumbuhan
tanaman.
4. Penyinaran Cahaya Matahari
Tanaman dapat melakukan fotosintesis serta memerlukan energi yang cukup.
Cahaya matahari merupakan energi yang diperlukan untuk tanaman dalam
melakukan fotosintesis. Energi kinetik matahari yang optimal yang diperlukan
tanaman untuk pertumbuhan dan produksi berkisar antara 350 cal/cm 2-400 cal/cm2
setiap hari (Cahyono, 2003). Lebih lanjut dinyatakan bahwa tanaman sawi untuk
mendapatkan intensitas cahaya matahari yang cukup memerlukan panjang
penyinaran matahari (fotoperiodisitas) 12-16 jam setiap hari.
5. Tanah
Sawi dapat ditanam pada berbagai jenis tanah, namun paling baik adalah jenis
tanah lempung berpasir, seperti tanah andosol. Pada tanah-tanah yang
mengandung liat perlu pengelolaan lahan secara sempurna, antara lain
pengelolaan tanah yang cukup dalam, penambahan pasir dan pupuk organik dalam
jumlah (dosis) tinggi. Syarat tanah yang ideal untuk tanaman sawi adalah : subur,
gembur, banyak mengandung bahan organik atau humus, tidak menggenang
(becek), tata udara dalam tanah berjalan dengan baik, dan pH tanah antara 6-7.
Sawi di dataran rendah, umumnya ditanam pada jenis tanah latosol dengan pH 6
serta dosis pupuk kandang minimum 20 ton/ hektar (Rukmana, 1994).
6. Kebutuhan Air
Ketersediaan air menentukan keberhasilan pertumbuhan tanaman, baik secara
vegetatif maupun generatif. Dalam proses perkencambahan biji, tahap paling awal
9

yang terjadi adalah imbibisi, yakni proses masuknya air kedalam biji. Tanpa
didahului oleh proses imbibisi, tahap-tahap selanjudnya dalam proses
perkecambahan biji tidak akan dapat berlangsung (Sinabela, 2009)
Menurut penelitian Idrus (2007) pada lahan irigasi sederhana kebutuhan air
untuk tanaman sawi adalah 0,275 liter/tanaman/hari atau 1,1 liter/4 tanaman/hari.
Pada fase awal pertumbuhan kebutuhan air bagi tanaman sawi banyak diperlukan,
sehingga penyiraman dilakukan secara rutin yaitu 1-2 kali sehari, terutama bila
keadaan tanah cepat kering dan di musim kemarau. Setelah itu pengairan untuk
tanaman sawi berangsur-angsur dikurangi, tetapi keadaan tanahnya tidak boleh
dalam kondisi kering.

2.6 Hama dan Penyakit Tanama Sawi


Hama dan penyakit sama-sama merugikan bagi petani karena dapat
menurunkan produksi sawi. Hama merupakan binatang yang merusak tanaman
dan berukuran cukup besar sehingga dapat dilihat oleh mata telanjang. Adapun
penyakit merupakan keadaan tanaman yang terganggu pertumbuhanya dan
penyebabnya bukanlah binatang yang mudah tampak oleh mata. Penyebab
penyakit dapat berupa bakteri, virus, jamur, maupun gangguan fisiologis yang
mungkin terjadi. Berikut ini hama dan penyakit yang menyerang tanaman sawi
dan selada beserta cara pengendalianya menurut Haryanto dkk (1995).
1. Hama
Hama tanaman sawi yang cukup penting diantaranya adalah ulat
Crocidolomia binotalis, ulat tritip, siput, ulat Thepa javanica, dan cacing bulu.
a. Ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis Zell.)
Gejala serangan dari ulat titik tumbuh ini di tandai dengan daun bagian dalam
yang terlindungi oleh daun bagian luar rusak dan kelihatan bekas gigitan. Tadak
heran bila dari luar tanaman masih kelihatan baik tetapi setelah diperiksa ternyata
bagian dalamnya sudah rusak. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara
preventil, yaitu menyemprot tanamn sebelum muncul serangga dan pengendalian
secara kuratif atau setelah terjadi serangan dapat juga dilakukan dengan
menggunakan insektisida yang sama.
10

b. Ulat tritip (Plutella maculipennis)


Gejala serangannya yaitu daun tampak seperti bercak-bercak putih, jika lebih
diperhatikan ternyata bercak-bercak tersebut adalah kulit ari daun yang tersisa
setelah dagingnya dimakan hama. Selanjutnya daun menjadi berlubang karena
kulit aridaun tersebutmengering dan sobek. Serangan berat menyebabkan seluruh
daging daun habis termakan, sehingga yang tertinggal hanyalah tulang-tulang
daunnya.Cara sederhana untuk pengendalian hama ini adalah dengan
menggunakan obor atau lampu penarik serangga karena hama ini tertarik akan
cahaya. Pada malam hari obor diletakkan di beberapa penjuru lahan.
c. Ulat Thepa javanica
Gejala serangan dari ulat ini yaitu daun banyak berlubang dengan jarak antara
lubang sangat dekat dan menggerombol. Hama jenis ini daat dikendalikan dengan
menggunakan insektisida Metapar 99 WP dengan dosis 0,5-1 g /l air.
2. Penyakit
Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain
penyakit akar pekuk, bercak daun alemaria, busuk basah, embun tepung, rebah
semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik.
a. Bercak daun alternaria
Gejala serangannya yaitu pada daun terdapat bercak berwarna kelabu gelap
yang meluas dengan cepat. Sehingga menjadi bercak bulat dengan garis tengah
mencapai 1 cm. Penyakit ini lebih banyak terdapat pada daun tua, jika terdapat
banyak bercak daun akan cepat mati. Pencegahan penyakit ini dilakukan dengan
cara merendam benih yang akan ditanam dalam air hangat bersuhu 50oC selama
30 menit, dan melakukan penyemprotan dengan fungsida Difolatan 4 F (kaptapol)
dengan dosis 2-3 cc/l air.
b. Busuk basah (Soft root)
Pada bagian yang terinfeksi mula-mula bercak kebasahan. Bercak membesar
dan bentuknya tidak teratur. Jaringan yang membusuk mulanya tidak berbau,
tetapi dengan adanya serangan bakteri sekunder jaringan tersebut menjadi berbau
khas menyolok hidung. Serangan dapat terjadi tidak hanya di lahan, namun juga
dalam tempat penyimpanan dan pengangkutan sebagai penyakit pasca panen.
Pengendalian penyakit ini sebagai berikut :
11

1) Jarak antar tanaman jangan terlalu rapat.


2) Pemanenan dilakukan secara hati-hati. Hindari terjadinya lecet pada
tanaman baik saat pemanenan, penyimpanan, maupun saat mengangkutan.
3) Setelah panen tanaman dapat dicuci dengan larutan klorin.
4) Kurangi kelembapan di dalam ruang penyimpanan dan buatlah ventilasi
yang cukup.
c. Penyakit rebah semai (dumping off)
Gejala yang ditimbulkan yaitu sebagian tanaman pada bedeng pembibitan
rebah. Pengamatan lebih dekat menunjukan adanya luka seperti tersiram air panas
pada pangkal batang, dan kadang-kadang rebahan terjadi sesaat sebelum tunas
membuka. Pengendalian penyakit ini dengan cara perbaikan teknik budidaya,
penyiraman bedengan, penyiraman dengan fungsida yang mengandung bahan
aktif seperti thiram, captan, dithiocarbamat, dan tembaga. Dosis yang digunakan
g/l air.
d. Busuk daun
Gejala serangannya yaitu diantara tulang-tulang daun terjadi bercak bersudut
berwarna hijau pucat sampai kuning. Pada permukaan bawah daun dapat
terbentuk kapang berwarna putih. Bagian daun yang terinfeksi saling
berhubungan, lantas berubah warna menjadi cokelat yang membesar. Jika
penyakit timbul pada saat tanaman masih kecil maka tanaman akan tumbuh kerdil.
Infeksi pada tanaman yang sudah besar menyebabkan banyak daun yang harus
dibuang. Penyakit ini dapat berkembang menjadi penyakit pasca panen.
Sebenarnya menghindari penyakit busuk daun cukup mudah, yaitu dengan
menanam sawi di dataran rendah.

2.6 Nilai Gizi dan Manfaat Tanaman Sawi


Sawi dapat dimanfaatkan sebagai sayuran segar atau lalapan (seperti pe-tsai
atau bok choy), dimasak (seperti sawi putih), atau dibuat asinan (seperti chai sin).
Salah satu menu masakan korea, kimchi adalah sawi yang difermentasi dan
direndam didalam larutan garam. Beberapa penelitian menunjukan bahwa
senyawa brassinim yang dikandung oleh sawi dapat membantu mencegah
timbulnya tumor payudara. Apabila ditambah dengan indoles dan isothiocyanate,
sawi dapat bermanfaat mencegah kanker payudara. Sawi juga bermanfaat untuk
12

menyehatkan mata dan mengendalikan kadar kolesterol di dalam darah sehingga


mengkonsumsi sawi dapat menghindari serangan jantung. Semangkuk sayur bok
choy mengandung ± 20 kalori dan 3 g serat, serta 158 mg kalsium (16% dari
kebutuhan kalsium harian) yang sangat bermanfaat untuk mencegah osteoporosis.
Tabel 1. berikut, menyajikan nilai gizi dari setiap 100 g bagian tanaman sawi
yang dapat dimakan Zulkarnain (2013).
Tabel 1. Nilai Gizi Tanaman Sawi
Persen Dari Kebutuhan
Senyawa Kadar Nutrisi Harian
Sumber :
Lemak total (g) 0,20 1,00
Serat (g) 1,00 2,50 USDA
Folat (µg) 66,00 16,00 National
Asam pantotenat (mg) 0,088 2,50
Piridoksin (mg) 0.194 15,00 Nutrient Data
Riboflavin (mg) 0,070 5,00 Base
Tiamin (mg) 0,040 3,50
Vitamin A (IU) 4,468 149,00 (Zulkarnaen,
Vitamin C (mg) 45,00 75,00 2013)
Vitamin K (µg) 45,00 38,00
Natrium (mg) 65,00 4,00
Kalium (mg) 252,00 5,00 2.7 Sistem
Kalsium (mg) 105,00 10,50 Tanam
Besi (mg) 0,80 10,00
Magnesium (mg) 19,00 5,00
Mangan (mg) 0,159 7,00
Fosfor (mg) 37,00 5,00
Seng (mg) 0,19 1,50
ß-karoten (µg) 2,681,00 -
a-karoten (µg) 1,00 -
Lutein-zeasantin (µg) 40,00 -

Hidroponik
Istilah hidroponik pertama kali diperkenalkan oleh W.A Setchle sehubungan
dengan keberhasilan Gerickle dalam pengembangan teknk bercocok tanam
menggunakan air sebagai media tanam. Hidroponik adalah istilah yang digunakan
untuk menjelaskan beberapa cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah
sebagai tempat tumbuhnya tanaman. Istilah ini dikalangan umum lebih popular
dengan sebutan bercocok tanam tanpa tanah termasuk menggunakan pot atau
13

wadah lain yang menggunakan air atau bahan porous lainnya seperti kerikil, pasir,
arang sekam maupun pecahan genting sebagai media tanam (Lingga, 1992).
Beberapa kelebihan yang terdapat pada budidaya tanaman secara
hidroponik diantaranya adalah tidak menggunakan media tanah untuk
bercocok tanam, dapat dilakukan di lahan sempit karena jarak antar tanaman
dapat lebih dekat tanpa harus mengurangi ketersediaan hara untuk tanaman,
mengurangi risiko serangan pathogen yang biasanya terdapat dalam tanah,
mencegah tumbuhnya gulma yang dapat mengurangi jatah tanaman akan hara
dan pemakaian pupuk yang dibutuhkan dapat dihitung lebih cermat sebanyak
yang benar-benar dibutuhkan oleh tanaman (Soeseno, 1991). Selain itu, hasil
tanaman yang dibudidayakan secara hidroponik secara kuantitas dan kualitas
lebih baik dibandingkan tanaman yang ditanam di tanah (Resh, 1985), sehingga
merupakan peluang bagi petani untuk meningkatkan penghasilannya dengan
menanam tanaman (tanaman hias, buah-buahan dan sayuran) yang mempunyai
nilai ekonomis tinggi.
Berdasarkan media tanam yang digunakan, maka hidroponik dapat
dilakukan dalam tiga sistem, yaitu sistem kultur air, sistem kultur pasir dan
sistem kultur bahan porous (kerikil, pecahangenting, gabus putih dan lain-lain
(Lingga,1992). Sistem kultur air adalah hiroponik sesungguhnya. Air yang
mengandung nutrisi diberikan melalui pancaran di daerah perakaran tanaman
tanpa bahan penahan air. Sedangkan sistem kultur pasir dan bahan porous
adalah pengembangan dari kultur air. Pada dasarnya sistem kultur pasir dan
kultur bahan porous adalah sama, karena pada prinsipnya fungsi media tanam
ini adalah sebagai bahan penopang berdirinya tanaman sekaligus mengalirkan
makanan dalam jumlah yang dibutuhkan. Berdasarkan cara pengairan, ada
beberapa system hidroponik yang dikenal yaitu hidroponik sistem sumbu, Aqua
kultur, Ebb dan Aliran, tetes (Drip irigation), Film Teknik Hara (Nutrient
Film Technique/NFT), dan aerophonik.
Dalam budidaya hidroponik sistem yang paling sederhana yaitu system
sumbu. Sistem sumbu adalah metode hidroponik yang menggunakan perantara
sumbu sebagai penyalur larutan nutrisi bagi tanaman dalam media tanam
(Soeseno, 1985). Sistem ini bersifat pasif, karena tidak ada bagian-bagian yang
14

bergerak. Pada sistem ini digunakan dua pot. Pot pertama sebagai tempat
media tanaman, diletakkan di atas pot kedua yang lebih besar sebagai tempat
air/nutrisi. Pot pertama dan pot kedua dihubungkan oleh sumbu yang
dipasang melengkung, dengan lengkungan berada di dalam pot pertama,
sedangkan ujung pangkalnya dibiarkan melambai di luar pot/pot kedua. Hal ini
memungkinkan air terangkat lebih tinggi, dibandingkan apabila diletakkan
datar saja di dalam pot. Larutan hara yang naik secara kapiler dapat langsung
mengisi ruang berpori dalam media tanam, akibat adanya daya tegangan muka
pori kapiler yang lebih besar dari gaya berat (Resh, 1987; Soetedjo, 1983).

Gambar 1. Hidroponik Sistem Sumbu (sumber: Resh, 1987)


1. Media Tanam
Selain larutan nutrisi, faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman
yaitu media tanam. Fungsi dari media tanam ini sebagai tempat tumbuh dan
tempat penyimpanan unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman.
Jenis media tanam yang digunakan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Media tanam yang biasa digunakan dalam budidaya
hidroponik antara lain pasir, kerikil, pecahan batu bata, arang sekam, spons, dan
sebagainya (Tim Karya Tani Mandiri, 2010). Setiap media tersebut memiliki
kelebihan dan kekurangan.
Media arang sekam memiliki kelebihan dalam hal kemampuan membawa
air, selain steril, sehingga mampu memberikan hasil yang lebih baik (Silvina dan
Syafrina, 2008; Primanthoro dan Indriani, 1995; Perwtasari dkk., 2012). Tetapi
arang sekam tidak bisa digunakan secara berulang. Pasir dan kerikil, walaupun
harganya murah, tidak memiliki kemampuan menyimpan air yang cukup.
Pecahan batu bata harganya murah dan mampu menyimpan air, tetapi tidak dibuat
15

secara fabrikasi, sehingga sangat sulit untuk memenuhi kebutuhan dalam jumlah
besar. Rockwool harganya masih mahal karena masih impor, dan hanya bisa
dipakai sekali, tetapi rockwool memiliki kelebihan yang dapat menyerap air lebih
tinggi sehingga memudahkan tanaman untuk menyerap unsure hara.
Jenis media tanam yang digunakan sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Media yang baik membuat unsur hara
tetap tersedia, kelembaban terjamin serta drainase lancar. Media tanam yang
digunakan tidak boleh mengandung racun (toksit). Menurut penelitian
(Perwtasari, dkk (2012) penggunaan media arang sekam memperoleh hasil terbaik.
Hal ini dibuktikan dengan hasil rata-rata tanaman dengan parameter panjang, luas
daun, bobot basah, dan bobot kering total tanaman pakcoy. Tetapi media tanam
arang sekam memiliki kekurangan yaitu tidak dapat digunakan berulang kali
dalam budidaya serta tidak memiliki nutrisi ataupun unsur hara untuk
pertumbuhan tanaman karena proses pembakaran (Primanthoro dan Indriani,
1995). Selain itu, arang sekam juga tidak memiliki daya topang yang kuat
terhadap tanaman sehingga tanaman akan mudah roboh.

2. Kebutuhan Nutrisi
Selain media tanam yang digunakan, keberhasilan sistem hidroponik juga
ditentukan oleh nutrisi yang diberikan, karena tanaman tidak mendapatkan nutrisi
dari media tanam. Larutan nutrisi yang diberikan setidaknya harus mengandung
16 unsur makro dan mikro yang dibutuhkan tanaman, 13 diantaranya harus ada
dalam larutan nutrisi yang diberikan yaitu N, P, K, S, Ca, Mg, Fe, B, Mn, Cu, Zn,
Mo dan Cl. Nutrisi sangat penting untuk keberhasilan dalam menanam secara
hidroponik, karena tanpa nutrisi tentu saja tidak bisa menanam secara hidroponik.
Nutrisi merupakan hara makro dan mikro yang harus ada untuk pertumbuhan
tanaman. Setiap jenis nutrisi memiliki komposisi yang berbeda-beda (Perwitasari
dkk, 2012).
Bahan-bahan yang digunakan sebagai nutrisi dalam budidaya tanaman
dipilih berdasarkan beberapa faktor sesuai kebutuhan perunit unsur, kelarutannya
dalam air, kemampuan memberikan unsur majemuk, bebas dari kontaminan dan
mudah digunakan. Bahan-bahan tersebut kebanyakan digunakan dalam bentuk
formula nutrisi cair (Hochmutch, 2003).
16

Pembuatan larutan nutrisi AB Mix dilakukan dengan cara melarutkan AB


mix A (83 gram) dan AB mix B (83 gram) masing-masing ke dalam 500 ml air,
selanjutnya kedua larutan tersebut dicampurkan ke dalam 100 liter air
kemudian diaduk hingga tercampur rata, nutrisi ini disimpan dalam ember
plastik.
Hasil penelitian menunjukkan, pertumbuhan dan hasil Mentimun Jepang
paling baik adalah saat pemberian pupuk organik cair super bionic dengan
konsentrasi 3 cc/liter air. Kemudian pada tanaman Sawi hasil tertinggi dicapai
pada pemberian konsentrasi nutrisi AB Mix 5 ml/L. Namun, luas daun, berat
basah, dan berat kering tajuk pada tanaman selada tertinggi dicapai pada
pemberian nutrisi buatan sendiri (Mas’ud, 2009).
Sementara hasil penelitian Hamli Fitriani dkk (2015), menunjukkan bahwa
konsentrasi nutrisi Goodplant 10 ml/L memperlihatkan hasil tanaman lebih tinggi
pada umur 2, 3, dan 4 MST berbeda nyata dengan konsentrasi 6 ml/L dan
konsentrasi 8 ml/L. Kemudian pada jumlah daun menunjukkan bahwa
penggunaan nutrisi Goodplant 10 ml/L menghasilkan jumlah daun lebih banyak
pada umur 2 MST, berbeda nyata dengan 6 ml/L dan tidak berbeda dengan 8
ml/L.

2.8 Kerangka Pikir


Tanaman sawi merupakan tanaman yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan
banyak diminati oleh masyarakat. Akan tetapi ada beberapa kendala dalam
budidaya tanaman sawi, diantaranya produksi rendah, lahan tanam terbatas, dan
teknologi budidaya masih kurang, karena kebanyakan budidaya masik
konvensional. Untuk itu dikembangkan suatu teknologi untuk peningkatan
produksi sawi dengan cara teknologi hidroponik sederhana, salah satunya dengan
menggunakan sistem hidroponik sumbu (Wick system). Sistem sumbu ini dibuat
dengan cara memanfaatkan limbah botol air mineral dan dengan pengaturan
nutrisi berimbang serta dengan penggunaan media tanam arang sekam untuk
pengaruh pertumbuhan tanaman sawi. Limbah botol air mineral dimafaatkan
menjadi desain teknologi hidroponik sistem sumbu untuk budidaya tanaman sawi.
Dengan pengaturan nutrisi yang berimbanh serta penggunaan media tanam arang
sekam untuk budidaya tanaman sawi dengan teknologi hidroponik sistem sumbu
17

ini diharapkan akan memberikan hasil pertumbuhan dan produksi tanaman sawi
menjadi meningkat.

Tanaman Sawi

Produktifitas Lahan Tanam Teknologi Budidaya


Rendah Terbatas Kurang

Teknologi untuk Peningkatan Produksi Sawi

Teknologi Hidroponik Sederhana

Sistem Sumbu (Wick system)

Pemanfaatan Limbah Pengaturan Nutrisi yang Penggunaan Media


Botol Air Mineral Berimbang Arang Sekam

Desain Teknologi Hidroponik Budidaya Tanaman Sawi


Sistem Sumbu dengan Teknik Hidroponik
Sistem Sumbu

Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Sawi
Meningkat

Gambar 2. Kerangka Pikir


18

2.9 Hipotesis
Diduga bahwa terdapat satu atau lebih perlakuan pada pemberian berbagai
dosis nutrisi AB Mix dan penggunaan media tanam arang sekam yang
memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman sawi.
19

BAB III
METODEOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan di Kebun Percobaan Kampu1 II Fakultas
Pertanian Universitas Cokroaminoto Palopo, Jalan Lamaranginang, Kelurahan
Batupasi, Kecamatan Wara Utara, Kota Palopo pada bulan Desember tahun 2016
sampai selesai.

3.2 Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih sawi hijau, nutrisi
Hidroponik AB Mix, arang sekam padi, botol plastik bekas ukuran 1,5 liter,
sumbu atau kain flannel, dan air bersih.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain, ember, pisau ketter,
gunting, hand spray, pulpen, spidol, kertas atau buku catatan, mistar, dan kamera.

3.3 Metode Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK)
dengan 5 perlakuan dan setiap perlakuan di ulanganan sebanyak 5 kali, sehingga
didapat 25 unit tanaman percobaan. Adapun perlakuan yang akan diberikan antara
lain sebagai berikut:
P0 : Media arang sekam tanpa nutrisi (Kontrol)
P1 : Media arang sekam dan nutrisi AB Mix dengan dosis 3 ml
P2 : Media arang sekam dan nutrisi AB Mix dengan dosis 5 ml
P3 : Media arang sekam dan nutrisi AB Mix dengan dosis 8 ml
P4 : Media arang sekam dan nutrisi AB Mix dengan dosis 10 ml

3.4 Analisis Data


Data pengamatan yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan sidik
ragam (Analisis Sidik Ragam), selanjutnya data di uji dengan Beda Nyata Jujur
(BNj) pada taraf 5%.
20

3.5 Pelaksanaan Penelitian


1. Perakitan Hidroponik Sistem Sumbu
Perakitan hidroponik sistem sumbu dibuat dengan menggunakan botol
bekas air mineral yang berukuran 1,5 liter, kemudian botol tersebut dipotong
menjadi dua bagian menggunakan pisau ketter. Setelah dipotong jadi dua,
potongan bagian atas diberi sumbu dari kain flannel yang telah dipotong dengan
ukuran lebar 2 cm dan panjang 20 cm pada bagian potongan botol bagian atas
dengan cara memasukkan kain flannelnya dibagian lubang tempat penutup botol.
Selanjutnya potongan bagian atas yang telah diberi sumbu diletakkan dengan
posisi terbalik pada potongan botol bagian bawah. Potongan botol bagian
bawahnya ini berfungsi sebagai wadah penampung air nutrisi hidroponik untuk
tanaman.
2. Persiapan Media Tanam
Menyiapkan media tanam dengan menggunakan botol aqua ukuran tinggi
1,5 liter yang dipotong menjadi dua bagian. Bagian atas botol sebagai wadah
media tanam pasir dan arang sekam dengan perbandingan 1:2 dan diberi sumbu
dari kain flanel yang berfungsi untuk menyerap larutan nutrisi serta bagian bawah
botol sebagai tempat larutan nutrisi hidroponik.
3. Pembibitan
Pembenihan dilakukan menggunakan wadah dengan ukuran yaitu lebar 20
cm dan panjangnya 30 cm, tinggi 10 cm. Media yang digunakan adalah pasir, lalu
media dibasahi kemudian benih ditabur pada media dan ditutupi pasir setebal 1
cm, penyiraman dilakukan dengan sprayer setiap hari. Setelah berumur 2 minggu
sejak disemaikan atau bibit telah berdaun 3-4 bibit tanaman sawi siap dipindahkan
ke media tanam yang telah disiapkan.
4. Pemindahan Tanaman
Pemindahan bibit sawi dilakukan setelah bibit tanaman telah berumur 2
minggu atau telah berdaun 3-4 helai, dengan cara mencabut bibit sawi dari tempat
persemaian secara hati-hati kemudian ditanam pada media tanam hidroponik yang
sudah dibuat sebelumnya. Bibit yang akan ditanam harus bagus tidak memiliki
cacat dan bebas dari serangan hama dan penyakit.
21

5. Perawatan (Pengendalian Hama Penyakit)


Perawatan yang dilakukan meliputi penggantian larutan nutrisi yang
dilakukan secara periodik (seminggu sekali) untuk menjaga ketersediaan nutrisi
dan kestabilan pH larutan. Untuk tambahan kekurangan unsur hara makro selain
nitrogen dan unsure hara mikro lainnya dilakukan pemberian unsur hara melalui
daun dengan sprayer. Selain itu juga dilakukan pengendalian hama dan penyakit
yang mungkin menyerang.
6. Panen
Pemanenan dapat dilakukan setelah tanaman mencapai pertumbuhan
maksimal yaitu berumur ± 45 hari setelah tanam. Pemanenan dilakukan dengan
cara mencabut seluruh tanaman sampai akarnya dari media tanam.

3.5 Parameter Pengamatan


1. Tinggi Tanaman (cm), diamati selama pertumbuahan, dengan cara diukur
dari pangkal batang sampai ke ujung daun terpanjang.
2. Jumlah Daun (Helai), dimana seluruh jumlah dun per tanaman dihitung per
helai.
3. Berat segar tanaman (g), ditimbang pada saat panen dengan menimbang
semua bagian tanaman yang meliputi akar, batang dan daun.
4. Berat kering tanaman (g), diperoleh dengan menimbang semua bagian
tanaman yang meliputi akar, batang dan daun, dilakukan pada akhir
penelitian setelah dioven selama 2x24 jam dengan suhu 80°C. Pengamatan
bobot kering tanaman dilakukan pada saat panen.
22

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
1. Tinggi Tanaman (cm)
Dari hasil pengamatan dan analisis tinggi tanaman sawi menunjukkan
bahwa pemberian dosis nutrisi AB Mix yang berbeda dan media arang sekam
memberikan hasil berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan perkembangan
tanaman sawi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diangram dibawah ini.

Tinggi Tanaman
25

20

15
22.34 23.06
10 20.12 20.62

5
7.36

0
P0 P1 P2 P3 P4
Gambar 3. Diagram Hasil Rata-Rata Tinggi Tanaman Sawi Terhadap Pengaruh
Dosis Nutrisi AB Mix Dan Media Arang Sekam Terhadap Pertumbuhan
Dan Perkembangan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) Dengan Teknik
Hidroponik System Sumbu (Wick system)

Berdasarkan hasil diagram di atas dapat dilihat bahwa perlakuan P0


(kontrol) menunjukkan hasil rata-rata 7.36 cm selain itu pada perlakuan P1
(nutrisi AB Mix 3ml) menunjukkan hasil rata-rata 20.12 cm, pada perlakuan P2
(nutrisi AB Mix 5ml) menunjukkan hasil rata-rata 22.34 cm, pada perlakuan P3
(nutrisi AB Mix 8ml) menunjukkan hasil yang menurun dari hasil perlakuan P2
dengan nilai rata-rata 20.62 cm, dan pada perlakuan P4 (nutrisi AB Mix 10ml)
menunjukkan hasil nilai rata-rata 23.06 cm.
Pada diagram diatas perlakuan yang menunjukkan pengaruh pertumbuhan
tinngi tanaman sawi yang terbaik pada perlakuan P4, sedangkan perlakuan yang
23

menunjukkan pertumbuhan tinggi tanaman yang kurang optimal berada pada


perlakuan P0 (kontrol).

2. Jumlah Daun (helai)


Dalam hasil pengamatan dan analisis data sidik ragam jumlah daun tanaman
sawi menunjukkan bahwa pengaruh dosis nutrisi AB Mix dan media arang sekam
memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada diangram di bawah ini.

Jumlah Daun
9
8
7
6
5
8.08 8.52 8.72
4 7.36
3
4.64
2
1
0
P0 P1 P2 P3 P4
Gambar 4. Diagram Hasil Rata-Rata Jumlah Daun Tanaman Sawi Terhadap
Pengaruh Dosis Nutrisi AB Mix Dan Media Arang Sekam Terhadap
Pertumbuhan Dan Perkembangan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.)
Dengan Teknik Hidroponik System Sumbu (Wick system)

Berdasarkan hasil data diagram tersebut dapat dilihat bahwa perlakuan P0


(kontrol) menunjukkan hasil nilai rata-rata 4.64 helai, sedangkan pada perlakuan
P1 (nutrisi AB Mix 3ml) menunjukkan hasil nilai rata-rata 7.36 helai. Selain itu
pada perlakuan selanjutnya P2 (nutrisi AB Mix 5ml) menunjukkan hasil nilai rata-
rata 8.52 helai, lanjut pada perlakuan P3 (nutrisi AB Mix 8ml) menunjukkan hasil
nilai rata-rata 8.08 helai. Hasil rata-rata dari perlakuan P3 ini menurun lebih
rendah dibandingkan hasil nilai rata-rata pada perlakuan P2, dan terakhir pada
perlakuan P4 (nutrisi AB Mix 10ml) menunjukkan hasil nilai rata-rata paling
tinggi yaitu 8.72. jadi dapat diketahui bahwa dari diagram hasil analisis sidik
ragam jumlah daun tanaman sawi pada perlakuan P4 memberikan pengaruh yang
24

sangat signifikan dibandingkan dengan perlakuan yang lain, dan pada perlakuan
P0 menunjukkan hasil terendah.

3. Berat Segar Tanaman (g)


Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam berat segar tanaman sawi
menunjukkan hasil nilai rata-rata yang berpengaruh sangat nyata. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada diagram di bawah ini.

Berat Segar
160
140
120
100
80
146.8
60
105.4
40 87.2
51.4
20
0 0.46
P0 P1 P2 P3 P4
Gambar 5. Diagram Hasil Rata-Rata Berat Segar Tanaman Sawi Terhadap
Pengaruh Dosis Nutrisi AB Mix Dan Media Arang Sekam Terhadap
Pertumbuhan Dan Perkembangan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.)
Dengan Teknik Hidroponik System Sumbu (Wick system)

Diagram pada parameter berat segar menunjukkan bahwa pad perlakuan P0


(kontrol) memperlihatkan hasil nilai rata-rata 0,46 gram, selain itu pada perlakuan
P1 (nutrisi AB Mix 3ml) menunjukkan hasil nilai rata-rata 51.4 gram, selanjutnya
pada perlakuan P2 (nutrisi AB Mix 5ml) menunjukkan hasil nilai rata-rata 87.2
gram, pada perlakuan P3 (nutrisi AB Mix 8ml) menunjukkan hasil nilai rata-rata
105.4 gram, dan terakhir pada perlakuan P4 (nutrisi AB Mix 10ml) menunjukkan
hasil nilai rata-rata 146.8. jadi dari data pada diagram berat segar tanaman sawi
dapat dilihat jelas bahwa pada perlakuan P4 memperlihatkan hasil yang sangat
tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya dengan hasi nilai rata-rata 146.8
gram. Sedangkan pada perlakuan P0 memperlihatkan hasil yang sangat rendah
dengan nilai rata-rata 0.46 gram.
25

4. Berat Kering Tanaman (g)

Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam berat kering tanaman sawi
menunjukkan hasil yang berpengaruh sangat nyata pada pengaruh dosis nutrisi
AB Mix dan media arang sekam. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram
di bawah ini.

Berat Kering
12

10

6 11.2
10
4 8
5
2

0 0.04
P0 P1 P2 P3 P4
Gambar 6. Diagram Hasil Rata-Rata Berat Kering Tanaman Sawi Terhadap
Pengaruh Dosis Nutrisi AB Mix Dan Media Arang Sekam Terhadap
Pertumbuhan Dan Perkembangan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.)
Dengan Teknik Hidroponik System Sumbu (Wick system)

Pada diagram parameter berat kering, menunjukkan perlakuan P0 (kontrol)


memperlihatkan hasil nilai rata-rata 0.036 gram, pada perlakuan P1 (nutrisi AB
Mix 3ml) menunjukkan hasil nilai rata-rata 5 gram, selain itu pada perlakuan P2
(nutrisi AB Mix 5ml) menunjukkan hasil nilai rata-rata 10 gram, sedangkan pada
perlakuan P3 (nutrisi AB Mix 8ml) menunjukkan hasil rata-rata yang menurun
dengan hasil nilai rata-ratanya 8 gram, dan terakhir pada perlakuan P4 (nutrisi AB
Mix 10ml) menunjukkan hasil nilai rata-rata 11.2 gram. Jadi dapat dilihat jelas
bahwa perlakuan P4 memperlihatkan hasil nilai rata-rata yang tertinggi sedangkan
pada perlakuan P0 memperlihatkan hasil yang sangat rendah dibanding dengan
perlakuan lain.
26

4.2 Pembahasan

Pengaruh dosis nutrisi AB Mix dalam perbandingan konsentrasi yang


berbeda-beda dan penggunaan media tanam arang sekam terhadap pertumbuhan
dan perkembangan tanaman sawi (Brassica juncea L.) pada teknik hidroponik
sistem sumbu (Wick system) memberikan pengaruh nyata pada hasil tinggi
tanaman, jumlah daun, berat kering dan berat basah. Ini dapat dikarenakan
beberapa faktor, salah satunya faktor pemilihan media tanam yang tepat, faktor
perawatan, dan faktor lingkungan seperti pencahayaan, ketersediaan air, serta
yang paling terpenting yaitu ketersediaan unsur hara. Hal ini serupa dengan
pernyataan (Steinberg dkk, 2000), yang menyatakan bahwa faktor terpenting yang
harus dipenuhi dalam menunjang keberhasilan hidroponik adalah perawatan,
terutama pemberian air dan nutrisi serta penggunaan media tanam hidroponik.
(Perwitasari dkk, 2012) menyatakan bahwa selain media tanam yang digunakan,
keberhasilan sistem hidroponik juga ditentukan oleh nutrisi yang diberikan,
karena tanaman tidak mendapatkan nutrisi dari media tanam.
Tinggi tanaman sawi (Brassica juncea L.) pada perlakuan P4 (nutrisi AB
Mix 10ml/liter air) memberika hasil tertinggi dibanding perlakuan lainnya dengan
hasil nilai rata-rata 11.2 cm, hal ini disebabkan karena pemberian nutrisi AB Mix
dengan dosis tertinggi 10ml dari perlakuan lainnya. Selain itu hal lain yang
mempengaruhi tinggi tanaman yaitu faktor pencahayaan matahari. Selanjutnya
diikuti pada perlakuan P2 dengan hasil nilai rata-rata 22.34 cm, kemudian disusul
pada perlakuan P3 dengan hasil nilai rata-rata 22.62 cm, dan pada perlakuan P1
dengan hasil nilai rata-rata 20.12 cm. terakhir pada perlakuan P0 yang
menunjukkan hasil terendah dari perlakuan lainnya, hal ini disebabkan karenan
kurangnya unsur hara yang diserap oleh tanaman selain itu disebabkan oleh
etiolasi pada tanaman.
Hasil pengamatan jumlah daun tanaman sawi pada perlakuan P4 dengan
hasil nilai rata-rata 8.72 helai merupakan hasil tertinggi dibanding perlakuan
lainnya. Hal ini dsebabkan karena tersedianya unsure hara yang dibutuhkan oleh
tanaman tersebut. Selain itu penyinaran yang cukup akan mempercepat
munculnya daun baru pada tanaman sawi. Lain dari pada itu ada kemunginan
bahwa jumlah daun ini berkaitan dengan tinggi tanaman, tinggi tanaman akan
27

memperbanyak ruang yang lebih untuk daun agar tumbuh lebih banyak terlebih
tanaman mendapat aplikasi nutrisi AB Mix yang banyak mengandung unsur hara
makro dan mikro yang dibutuhkan oleh tanaman. Pada perlakuan P0 adalah
perlakuan dengan jumlah daun terendah disbanding perlakuan lainnya.
Untuk pengamatan berat segar dan berat kering tanaman sawi pada
perlakuan P4 lebih berat daripada perlakuan lainnya dengan hasil nilai rata-rata
146,8 gram untuk berat segar dan hasil nilai rata-rata 11.2 gram untuk berat kering
tanaman sawi, hal ini disebabkan tanaman pada perlakuan P4 lebih optimal
pertumbuhannya karena pemberian nutrisi yang seimbang, selain itu juga
dipengaruhi oleh penggunaan media tanam arang sekam. Penggunaan media arang
sekam ini memiliki keunggulan menyerap air dan menahan air, jadi lebih
memudahkan tanaman untuk menyerap unsuh hara dalam air melalui sumbu. Hal
ini serupa dengan pernyataan (Silvina dan Syafrina, 2008; Primanthoro dan
Indriani, 1995; Perwtasari dkk., 2012) bahwa media arang sekam memiliki
kelebihan dalam hal kemampuan membawa air, selain steril, sehingga mampu
memberikan hasil yang lebih baik. Akan tetapi media tanam arang sekam
memiliki kekurangan tidak dapat menopang tanaman dengan kuat. (Primanthoro
dan Indriani, 1995) menyatakan bahwa media tanam arang sekam memiliki
kekurangan yaitu tidak dapat digunakan berulang kali dalam budidaya serta tidak
memiliki nutrisi ataupun unsur hara untuk pertumbuhan tanaman karena proses
pembakaran. Selain itu, arang sekam juga tidak memiliki daya topang yang kuat
terhadap tanaman sehingga tanaman akan mudah roboh. Pada perlakuan P0 berat
segar dan berat kering menunjukkan hasil terendah dengan nilai 0.46 gram untuk
berat segar dan 0.036 gram untuk berat keringnya, namun pada perlakuan P3 berat
kering menunjukkan hasil yang menurun dengan nilai rata-rata hanya 8 gram,
sedangkan pada P2 menunjukkan hasil nilai rata-rata 10 gram.
28

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan
bahwa pengaruh dosis nutrisi AB Mix dan media arang sekam terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tanaman sawi dengan teknik hidroponik sistem
sumbu berpengaruh nyata terhadap semua parameter pengamatan. Hasil tertinggi
pengamatan didapat pada perlakuan P4 dari semua parameter pengamatan, mulai
dari parameter tinggi tanaman sawi P4 menunjukkan hasil nilai rata-rata 23.06
cm, kemudian perlakuan dengan hasil sedang yaitu pada perlakuan P2 dengan
nilai rata-rata 22.34 cm, dan nilai terendah pada perlakuan P0 dengan hasil nilai
rata-rata 7.36 cm. Pada parameter jumlah daun perlakuan dengan nilai tertinggi P4
dengan hasil nilai rata-rata 8,72 helai, perlakuan dengan nilai sedang berada pada
pelakuan P2 dengan nilai rata-rata 8,52 helai, dan perlakuan dengan hasil terendah
pada perlakuan P0 dengan nilai rata-rata 4.62 helai. Pada parameter berat segar
hasil tertinggi pada perlakuan P4 yaitu 146.8 gram, perlakuan dengan hasil nilai
rata-rata sedang P3 yaitu 105,4 gram dan hasil terendah pada perlakuan P0 dengn
rata-rata 0.46 gram. parameter terakhir berat kering dengan hasil perlakuan
tertinggi pada P4 dengan nilai rata-rata 11.2 gram, sedangka perlakuan dengan
hasil sedang pada perlakuan P2 dengna hasil nilai rata-rata 10 gram, dan hasil
perlakuan terendah pada perlakuan P0 dengan nilai rata-rata 0.036 gram.

5.2 Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan yaitu untuk bubidaya tanaman sawi
dengan menggunakan teknik hidroponik bahwa pemberian nutrisi dan penggunaan
media tanam sangat berpengaruh besar pada fase pertumbuhan dan perkembangan
tanaman, dan diharapkan juga pada penelitian selanjutnya lebih baik dari
sebelumnya.
29

DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Umi Nur. 2009. Pengaruh Media Tanam dan Jenis Pupuk Terhadap
Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Tomat (Lycopersicum
esculentum Mill.) dengan Teknik Budidaya Hidroponik. Universitas Islam
Maulana Malik Ibrahim. Malang.

Badan Pusat Statistik Jakarta Pusat. 2010. Statistik Indonesia Tahun 2010. Badan
Pusat Statistik. Jakarta Pusat.

Cahyono, B. 2003. Teknik dan Strategi Sawi Hijau (Pat-Tsai). Yayasan Pustaka
Nusantara. Yogyakarta.

Hamli, F. Iskandar, M. Lapanjang Dan Ramal Yusuf. 2015. Respon Pertumbuhan


Tanaman Sawi (Brassica Juncea L.) Secara Hidroponik Terhadap
Komposisi Media Tanam Dan Konsentrasi Pupuk Organik Cair. e-J.
Agrotekbis 3 (3) : 290-296, Juni 2015. ISSN : 2338-3011

Haryanto, E. Suhartini, T., Rahayu, E. dan Hendro Sunarjono. 1995. Sawi dan
Selada. Penebar Swadaya. Jakarta.

Hochmuth, George. And Hochmuth, Robert. 2003. Nutrient Solution Formulation


for Hydropocic (Perlite, Rockwool, NFT) Tomatoes in Florida. University
of Florida. Institut of Food and Agricultural Sciences. Florida.

Idrus, M.2007. Rancang Bangun Irigasi Tetes Sederhana Untuk Produksi


Sayuran Semusim Di Lahan Kering. Diakses pada tanggal 30 Desember
2008.

Lingga, Pinus. 1992. Hidroponik. Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Penebar


Swadaya. Jakarata. 24 Hal.

Margiyanto. E 2007. Budidaya Tanaman Sawi. http://www.skma.org. di akses


pada tanggal10 Oktober 2008.

Mas’ud, Hidayati. 2009. Sistem Hidroponik Dengan Nutrisi Dan Media


Tanam Berbeda Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Selada. Media
Litbang Sulteng 2 (2): 131–136, Desember 2009. ISSN : 1979 –5971.

Nurwahyuni, Endah. 2006. Pengaruh Komposisi Media dan Konsentrasi Nutrisi


Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Caisin (Brassica juncea) Secara
Hidroponik. Fakultas Pertanian. Jember.

Perwtasari, B., M. Tripatsari, dan C. Wasonosari. 2012. Pengaruh Media Tanam


dan Nutrisi Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Pakcoy (Brassica
juncea L.) Dengan Sistem Hidroponik. Jurnal Agrovigor, Vol. 5 (1):1525.
30

Prihmantoro, H. dan Indriani, Y. H. 1995. Hidroponik sayuran Semusim. Penebar


Swadaya. Jakarta.
Resh, H. M. 1985. Hydroponics Food Production, A Definitive
Guidebook Of Soilles Food Growing Methods. Woodbrigde Press
Publishing Company. Santa Barbara. California. 376 Hal.

. 1987. Hydroponic Food Production. Woodbridge Press. Santa Barbara.


California (USA). 321 Hal.
Roberto, K. 2003. How to Hydroponics. 4th edition. The Future Garden Press,
New York.
Rukmana, R. 1994. Bertanam Petsai dan Sawi. Kanisius. Yogyakarta.

Silvina, Fetmi dan Syafrinal. 2008. Mentimun Jepang (Cucumis Sativus) Secara
Hidroponik. Jurnal SAGU. Maret 2008. Vol. 7. No. 1 : 7-12.
ISSN.1412-4424

Sinambela, J. 2009. Pengaruh Pemberian Pupuk Nitrogen, Fosfor, Kalium dan


Pupuk Supertop Terhadap pertumbuhan dan Produksi Sawi (Brassica
juncea L). Diakses pada tanggal 1 Desember 2009.

Soeseno, S. 1985. Bercocok Tanam Secara Hidroponik. PT. Gramedia. Jakarta.


119 Hal.

. 1991. Bercocok Tanam Secara Hidroponik. Gramedia Pusataka Utama.


Jakarta.

Soetedjo, R. 1969. Ilmu Bercocok Tanam Hidroponik. Penerbit CV. Yasaguna.


Jakarta.

Steinberg, Jaquelin, D, dan Vengers, C. 2000. Efisiensi Penggunaan Air pada


Tiga Teknik Hidroponik untuk Budidaya Bayam Hijau. Skripsi Jurusan
Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas
Indonesia. Depok.

Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Budidaya Secara Hidroponik. CV.
Nuansa Aulia. Bandung.

Zulkarnain, 2013, Budidaya Sayuran Tropis, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta, Hal
85-93.
31

L
A
M
P
I
R
A
N
32

Lampiran 1. Denah Rancangan Acak Kelompok (RAK)

P4U1 P2U2 P2U4 P3U3 P0U5 U

P1U1 P0U2 P0U4 P1U3 P2U5

P3U1 P3U2 P4U4 P4U3 P4U5

P2U1 P1U2 P1U4 P0U3 P3U5


P0U1 P4U2 P3U4 P2U3 P1U5

Gambar 7. Denah Percobaan Rancangan Acak Kelompok (RAK)

Keterangan:
P0 : Media arang sekam tanpa nutrisi (Kontrol)
P1 : Media arang sekam dan nutrisi AB Mix dengan dosis 3 ml
P2 : Media arang sekam dan nutrisi AB Mix dengan dosis 5 ml
P3 : Media arang sekam dan nutrisi AB Mix dengan dosis 8 ml
P4 : Media arang sekam dan nutrisi AB Mix dengan dosis 10 ml
33

Lampiran 2. Data Primer yang Telah Diolah


Tabel 2a. Rata-rata Tinggi Tanaman Sawi (cm) 1 MST Pada Penelitian Pengaruh
Dosis Nutrisi AB Mix dan Media Arang Sekam Terhadap Pertumbuhan
dan Perkembangan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) dengan Teknik
Hidroponik Sistem Sumbu (Wick System)
Perlakua Total Rata-Rata
n  Ulangan     
   1 2  3  4  5 
P0 4.5 4.5 7 4.5 6 26.5 5.3
P1 7 5 8.5 10 9 39.5 7.9
P2 7 9.5 8 9.5 10 44 8.8
P3 5 3.5 10 10 7 35.5 7.1
P4 7.5 4.5 4.5 11 9 36.5 7.3
Total 31 27 38 45 41 182 36.4
Rata-rata 6.2 5.4 7.6 9 8.2 36.4 7.28

Tabel 2b. Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman Sawi (cm) 1 MST Pada
Penelitian Pengaruh Dosis Nutrisi AB Mix dan Media Arang Sekam
Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Sawi (Brassica
juncea L.) dengan Teknik Hidroponik Sistem Sumbu (Wick System)
Ftabel
SK db Jk Kt Fhit
5% 1%
*
Ulangan 4 43.04 10.76 3.425388 3.01 4.77
Perlakuan 4 33.24 8.31 2.645444tn 3.01 4.77
Galat 16 50.26 3.14125      
Total 24 126.54    
KK =0,97%
* = Berbeda nyata
tn = Tidak berbeda nyata
34

Tabel 3a. Rata-rata Tinggi Tanaman Sawi (cm) 2 MST Pada Penelitian Pengaruh
Dosis Nutrisi AB Mix dan Media Arang Sekam Terhadap Pertumbuhan
dan Perkembangan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) dengan Teknik
Hidroponik Sistem Sumbu (Wick System)
Perlakua  Ulangan
n Total Rata-Rata
               
P0 5 6 7 6 6.5 30.5 6.1
P1 12 12 13 15 16.5 68.5 13.7
P2 15 15 11,5 15 15 60 15
P3 12 6 15.5 14.5 11.5 59.5 11.9
P4 12.5 13.5 11 17.5 15 69.5 13.9
Total 56.5 52.5 46.5 68 64.5 288 60.6
11.62
Rata-rata 11.3 10.5 5 13.6 12.9 57.6 12.12

Tabel 3b. Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman Sawi (cm) 2 MST Pada
Penelitian Pengaruh Dosis Nutrisi AB Mix dan Media Arang Sekam
Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Sawi (Brassica
juncea L.) dengan Teknik Hidroponik Sistem Sumbu (Wick System)
Ftabel
SK db Jk Kt fhit 
5% 1%
Ulangan 4 61.24 15.31 1.133235tn 3.01 4.77
Perlakuan 4 200.84 50.21 3.716506* 3.01 4.77
Galat 16 216.16 13.51      
Total 24 478.24    
KK =1.27%
tn =Tidak Berbeda Nyata
* = Beda nyata

Tabel 4a. Rata-rata Tinggi Tanaman Sawi (cm) 3 MST Pada Penelitian Pengaruh
Dosis Nutrisi AB Mix dan Media Arang Sekam Terhadap Pertumbuhan
dan Perkembangan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) dengan Teknik
Hidroponik Sistem Sumbu (Wick System)
Perlakua Total Rata-Rata
n Ulangan    
   1  2  3  4  5
P0 6 6.5 7.5 6 7.5 33.5 6.7
P1 18 18 17.5 23.5 20.5 97.5 19.5
P2 25 26.5 21.5 20.5 22.5 116 23.2
P3 21 12.5 27.5 25 16 102 20.4
P4 21.5 24 19 27 24.5 116 23.2
Total 91.5 87.5 93 102 91 465 93
35

Rata-rata 18.3 17.5 18.6 20.4 18.2 93 18.6


Tabel 4b. Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman Sawi (cm) 3 MST Pada
Penelitian Pengaruh Dosis Nutrisi AB Mix dan Media Arang Sekam
Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Sawi (Brassica
juncea L.) dengan Teknik Hidroponik Sistem Sumbu (Wick System)

SK db Jk Kt fhit  ftabel 
5% 1%
Ulangan 4 23.5 5.875 0.427079tn 3.01 4.77
Perlakuan 4 939.9 234.975 17.08133** 3.01 4.77
Galat 16 220.1 13.75625      
Total 24 1183.5
KK = 0.79%
tn =Tidak berbeda nyata
** = Berbeda sangat nyata

Tabel 5a. Rata-rata Tinggi Tanaman Sawi (cm) 4 MST Pada Penelitian Pengaruh
Dosis Nutrisi AB Mix dan Media Arang Sekam Terhadap Pertumbuhan
dan Perkembangan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) dengan Teknik
Hidroponik Sistem Sumbu (Wick System)
Perlakua Total Rata-Rata
n  Ulangan      
  1   2  3  4  5
P0 10 8 7.5 5.5 10 41 8.2
P1 28 25.5 25 31.5 24 134 26.8
P2 31 33 29.5 27.5 30 151 30.2
P3 30 24 35 31.5 24.5 145 29
P4 27.5 32.5 30 34.5 33.4 157.9 31.58
Total 126.5 123 127 130.5 121.9 628.9 125.78
Rata-rata 25.3 24.6 25.4 26.1 24.38 125.78 25.156

Tabel 5b. Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman Sawi (cm) 4 MST Pada
Penelitian Pengaruh Dosis Nutrisi AB Mix dan Media Arang Sekam
Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Sawi (Brassica
juncea L.) dengan Teknik Hidroponik Sistem Sumbu (Wick System)
ftabel 
SK db jk Kt fhit 
5% 1%
tn
Ulangan 4 9.4136 2.3534 0.211762 3.01 4.77
**
Perlakuan 4 1858.4736 464.6184 41.80704 3.01 4.77
Galat 16 177.8144 11.1134      
Total 24 2045.7016
KK = 0.53%
tn =Tidak berbeda nyata
36

** =Berbeda sangat nyata


Tabel 6a. Rata-rata Tinggi Tanaman Sawi (cm) 5 MST Pada Penelitian Pengaruh
Dosis Nutrisi AB Mix dan Media Arang Sekam Terhadap Pertumbuhan
dan Perkembangan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) dengan Teknik
Hidroponik Sistem Sumbu (Wick System)
Perlakua Total Rata-Rata
n Ulangan    
   1  2  3  4  5
P0 13 10.5 12 6 11 52.5 10.5
P1 36 30.5 29.5 37.5 30 163.5 32.7
P2 38 35 32.5 35.5 35 176 35.2
P3 36.5 31.5 38 38 29.5 173.5 34.7
P4 36 42.5 38 45 35 196.5 39.3
Total 159.5 150 150 162 140.5 762 152.4
Rata-rata 31.9 30 30 32.4 28.1 152.4 30.48

Tabel 6b. Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman Sawi (cm) 5 MST Pada
Penelitian Pengaruh Dosis Nutrisi AB Mix dan Media Arang Sekam
Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Sawi (Brassica
juncea L.) dengan Teknik Hidroponik Sistem Sumbu (Wick System)
Ftabel
SK db jk Kt Fhit
5% 1%
tn
Ulangan 4 59.14 14.785 1.332282 3.01 4.77
Perlakuan 4 2610.04 652.51 58.79793** 3.01 4.77
Galat 16 177.56 11.0975      
Total 24 2846.74
KK = 0.43%
tn =Tidak berbeda nyata
** =Berbeda sangat nyata

Tabel 6c. Hasail Uji Lanjut BNJ Taraf 5% Tinggi Tanaman Sawi Pengaruh Dosis
Nutrisi AB Mix Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman
Sawi (Brassica juncea L.) dengan Teknik Hidroponik Sistem Sumbu
(Wick system).
BNJ
Perlakuan Rata-rata Notasi
5%
P4 (10ml) 23.060 b
P2 (5ml) 22.620 b
P3 (8ml) 20.620 b 4.87
P1 (3ml) 20,120 b
P0 (kontrol) 7.360 a
37

Keterangan: Angka-angka Yang Diikuti Oleh Huruf Yang Sama Berbeda Tidak
Nyata Pada Taraf Uji BNJ 0,05
Tabel 7a. Rata-rata Jumlah Daun Sawi (helai) 1 MST Pada Penelitian Pengaruh
Dosis Nutrisi AB Mix dan Media Arang Sekam Terhadap Pertumbuhan
dan Perkembangan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) dengan Teknik
Hidroponik Sistem Sumbu (Wick System)
Perlakua Ulangan
n Total Rata-Rata
   1 2   3  4  5  
P0 4 4 3 4 3 18 3.6
P1 4 4 5 5 5 23 4.6
P2 5 5 5 5 5 25 5
P3 4 4 5 5 4 22 4.4
P4 5 4 4 6 5 24 4.8
Total 22 21 22 25 22 112 22.4
Rata-rata 4.4 4.2 4.4 5 4.4 22.4 4.48
Tabel 7b. Analisis Sidik Ragam Jumlah Daun Sawi (helai) 1 MST Pada Penelitian
Pengaruh Dosis Nutrisi AB Mix dan Media Arang Sekam Terhadap
Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.)
dengan Teknik Hidroponik Sistem Sumbu (Wick System)
Ftabel
SK db jk Kt fhit 
5% 1%
tn
Ulangan 4 1.84 0.46 1.614035 3.01 4.77
Perlakuan 4 5.84 1.46 5.122807** 3.01 4.77
Galat 16 4.56 0.285      
Total 24 12.24  
KK = 0.47%
tn =Tidak berbeda nyata
** =Berbeda sangat nyata

Tabel 8a. Rata-rata Jumlah Daun Sawi (helai) 2 MST Pada Penelitian Pengaruh
Dosis Nutrisi AB Mix dan Media Arang Sekam Terhadap Pertumbuhan
dan Perkembangan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) dengan Teknik
Hidroponik Sistem Sumbu (Wick System)
Perlakua Total Rata-Rata
n Ulangan    
   1  2  3  4  5
P0 4 4 4 4 4 20 4
P1 6 6 6 8 7 33 6.6
P2 7 8 5 7 7 34 6.8
P3 7 5 8 8 6 34 6.8
P4 8 6 5 8 7 34 6.8
Total 32 29 28 35 31 155 31
38

Rata-rata 6.4 5.8 5.6 7 6.2 31 6.2

Tabel 8b. Analisis Sidik Ragam Jumlah Daun Sawi (helai) 2 MST Pada Penelitian
Pengaruh Dosis Nutrisi AB Mix dan Media Arang Sekam Terhadap
Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.)
dengan Teknik Hidroponik Sistem Sumbu (Wick System)
Ftabel
SK db jk Kt Fhit
5% 1%
tn
Ulangan 4 6 1.5 1.538462 3.01 4.77
**
Perlakuan 4 30.4 7.6 7.794872 3.01 4.77
Galat 16 15.6 0.975      
Total 24 52
KK = 0.63%
tn =Tidak Berbeda nyata
** =Berbeda sangat nyata

Tabel 9a. Rata-rata Jumlah Daun Sawi (helai) 3 MST Pada Penelitian Pengaruh
Dosis Nutrisi AB Mix dan Media Arang Sekam Terhadap Pertumbuhan
dan Perkembangan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) dengan Teknik
Hidroponik Sistem Sumbu (Wick System)
Perlakua Total Rata-Rata
n Ulangan    
           
P0 4 5 5 4 5 23 4.6
P1 7 7 8 9 8 39 7.8
P2 8 10 9 10 8 45 9
P3 10 6 10 10 6 42 8.4
P4 10 8 6 9 11 44 8.8
Total 39 36 38 42 38 193 38.6
Rata-rata 7.8 7.2 7.6 8.4 7.6 38.6 7.72

Tabel 9b. Analisis Sidik Ragam Jumlah Daun Sawi (helai) 3 MST Pada Penelitian
Pengaruh Dosis Nutrisi AB Mix dan Media Arang Sekam Terhadap
Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.)
dengan Teknik Hidroponik Sistem Sumbu (Wick System)
Fhit ftabel 
SK db jk Kt
  5% 1%
tn
Ulangan 4 3.84 0.96 0.402516 3.01 4.77
**
Perlakuan 4 65.04 16.26 6.81761 3.01 4.77
Galat 16 38.16 2.385      
Total 24 107.04
KK = 0.80%
tn =Tidak Berbeda nyata
39

** =Berbeda sangat nyata


Tabel 10a. Rata-rata Jumlah Daun Sawi (helai) 4 MST Pada Penelitian Pengaruh
Dosis Nutrisi AB Mix dan Media Arang Sekam Terhadap Pertumbuhan
dan Perkembangan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) dengan Teknik
Hidroponik Sistem Sumbu (Wick System)
Perlakua Total Rata-Rata
n Ulangan     
   1  2  3  4  5
P0 5 6 7 4 5 27 5.4
P1 8 7 8 9 10 42 8.4
P2 9 10 11 11 9 50 10
P3 10 8 10 12 7 47 9.4
P4 11 9 9 12 14 55 11
Total 43 40 45 48 45 221 44.2
Rata-rata 8.6 8 9 9.6 9 44.2 8.84

Tabel 10b. Analisis Sidik Ragam Jumlah Daun Sawi (helai) 4 MST Pada
Penelitian Pengaruh Dosis Nutrisi AB Mix dan Media Arang Sekam
Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Sawi (Brassica
juncea L.) dengan Teknik Hidroponik Sistem Sumbu (Wick System)
Ftabel
SK db jk Kt Fhit
5% 1%
tn
Ulangan 4 6.96 1.74 0.685039 3.01 4.77
Perlakuan 4 91.76 22.94 9.031496** 3.01 4.77
Galat 16 40.64 2.54      
Total 24 139.36
KK = 0.72%
tn =Tidak Berbeda nyata
** =Berbeda sangat nyata

Tabel 11a. Rata-rata Jumlah Daun Sawi (helai) 5 MST Pada Penelitian Pengaruh
Dosis Nutrisi AB Mix dan Media Arang Sekam Terhadap Pertumbuhan
dan Perkembangan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) dengan Teknik
Hidroponik Sistem Sumbu (Wick System)
Perlakua Total Rata-Rata
n Ulangan    
   1  2  3  4  5
P0 5 6 7 5 5 28 5.6
P1 8 9 8 12 10 47 9.4
P2 11 12 14 12 10 59 11.8
P3 12 9 13 14 9 57 11.4
P4 14 10 9 14 15 62 12.4
Total 50 46 51 57 49 253 50.6
40

Rata-rata 10 9.2 10.2 11.4 9.8 50.6 10.12


Tabel 11b. Analisis Sidik Ragam Jumlah Daun Sawi (helai) 5 MST Pada
Penelitian Pengaruh Dosis Nutrisi AB Mix dan Media Arang Sekam
Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Sawi (Brassica
juncea L.) dengan Teknik Hidroponik Sistem Sumbu (Wick System)
ftabel 
SK db Jk Kt fhit 
5% 1%
Ulangan 4 13.04 3.26 0.861295tn 3.01 4.77
Perlakuan 4 153.04 38.26 10.10832** 3.01 4.77
Galat 16 60.56 3.785      
Total 24 226.64
KK = 0.76%
tn =Tidak Berbeda nyata
** =Berbeda sangat nyata

Tabel 11c. Hasail Uji Lanjut BNJ Taraf 5% Jumlah Daun Pengaruh Dosis Nutrisi
AB Mix Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Sawi
(Brassica juncea L.) dengan Teknik Hidroponik Sistem Sumbu (Wick
system).
BNJ
Perlakuan Rata-rata Notasi
5%
P4 (10ml) 8,720 b
P2 (5ml) 8.520 b
P3 (8ml) 8.080 b 2.27
P1 (3ml) 7.360 b
P0 (kontrol) 4.640 a
Keterangan: Angka-angka Yang Diikuti Oleh Huruf Yang Sama Berbeda Tidak
Nyata Pada Taraf Uji BNJ 0,05

Tabel 12a. Rata-rata Berat Segar Tanaman Sawi (g) Pada Penelitian Pengaruh
Dosis Nutrisi AB Mix dan Media Arang Sekam Terhadap Pertumbuhan
dan Perkembangan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) dengan Teknik
Hidroponik Sistem Sumbu (Wick System)
Perlakua Total Rata-Rata
n  Ulangan    
   1  2 3   4  5
P0 0.1 1 1 0.1 0.1 2.3 0.46
P1 50 52 43 57 55 257 51.4
P2 115 102 82 80 117 496 99.2
P3 146 54 144 42 141 527 105.4
P4 180 182 117 114 141 734 146.8
Total 491.1 391 387 293.1 454.1 2016.3 403.26
41

Rata-rata 98.22 78.2 77.4 58.62 90.82 403.26 80.652


Tabel 12b. Analisis Sidik Ragam Berat Segar Tanaman Sawi (g) Pada Penelitian
Pengaruh Dosis Nutrisi AB Mix dan Media Arang Sekam Terhadap
Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.)
dengan Teknik Hidroponik Sistem Sumbu (Wick System)
Ftabel
SK db Jk Kt fhit 
5% 1%
Ulangan 4 4570.0984 1142.525 1.499269tn 3.01 4.77
Perlakuan 4 63092.4304 15773.11 20.69813** 3.01 4.77
Galat 16 12192.8736 762.0546      
Total 24 79855.4024    
KK = 1.36%
tn =Tidak Berbeda nyata
** =Berbeda sangat nyata

Tabel 12c. Hasail Uji Lanjut BNJ Taraf 5% Berat Segar Pengaruh Dosis Nutrisi
AB Mix Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Sawi
(Brassica juncea L.) dengan Teknik Hidroponik Sistem Sumbu (Wick
system).
BNJ
Perlakuan Rata-rata Notasi
5%
P4 (10ml) 0.46 c
P2 (5ml) 51.4 b
P3 (8ml) 99.2 b-c 53.45
P1 (3ml) 105.4 a-b
P0 (kontrol) 146.8 a
Keterangan: Angka-angka Yang Diikuti Oleh Huruf Yang Sama Berbeda Tidak
Nyata Pada Taraf Uji BNJ 0,05

Tabel 13a. Rata-rata Berat Kering Tanaman Sawi (g) Pada Penelitian Pengaruh
Dosis Nutrisi AB Mix dan Media Arang Sekam Terhadap Pertumbuhan
dan Perkembangan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) dengan Teknik
Hidroponik Sistem Sumbu (Wick System)
Perlakua Total Rata-Rata
n Ulangan    
   1  2  3  4  5
P0 0.02 0.05 0.05 0.03 0.03 0.18 0.036
P1 4 5 4 5 7 25 5
P2 12 11 8 8 11 50 10
P3 11 3 13 3 10 40 8
P4 12 12 8 12 12 56 11.2
28.0
Total 39.02 31.05 33.05 3 40.03 171.18 34.236
42

5.60
Rata-rata 7.804 6.21 6.61 6 8.006 34.236 6.8472
Tabel 13b. Analisis Sidik Ragam Berat Kering Tanaman Sawi (g) Pada Penelitian
Pengaruh Dosis Nutrisi AB Mix dan Media Arang Sekam Terhadap
Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.)
dengan Teknik Hidroponik Sistem Sumbu (Wick System)
Ftabel
SK Db Jk Kt Fhit
5% 1%
tn
Ulangan 4 21.305744 5.326436 0.856556 3.01 4.77
**
Perlakuan 4 400.102784 100.0257 16.08535 3.01 4.77
Galat 16 99.494976 6.218436      
Total 24 520.903504  
KK =1.45%
tn =Tidak Berbeda nyata
** =Berbeda sangat nyata

Tabel 13c. Hasail Uji Lanjut BNJ Taraf 5% Berat Kering Pengaruh Dosis Nutrisi
AB Mix Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Sawi
(Brassica juncea L.) dengan Teknik Hidroponik Sistem Sumbu (Wick
system).
BNJ
Perlakuan Rata-rata Notasi
5%
P4 (10ml) 0.036 c
P2 (5ml) 5 c
P3 (8ml) 10 b-c 4.82
P1 (3ml) 8 b
P0 (kontrol) 11.2 a
Keterangan: Angka-angka Yang Diikuti Oleh Huruf Yang Sama Berbeda Tidak
Nyata Pada Taraf Uji BNJ 0,05
43

Lampiran 3. Dokumentasi Kegiatan Penelitian

Gambar 8. Persiapan Pembuatan Media Untuk Pembibitan Pada Penelitian


Pengaruh Dosis Nutrisi AB Mix Terhadap Pertumbuhan dan
Perkembangan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) Dengan Teknik
Hidroponik Sistem Sumbu (Wick system).

Gambar 9. Penyemaian Bibit Tanaman Sawi


Gambar 10 perawatan tanaman ditempat persemaian
Gambar 11. Penanaman
44

Gambar 12. Perawatan (Pengantian Air dan Nutrisi) Pada Penelitian Pengaruh
Dosis Nutrisi AB Mix Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan
Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) Dengan Teknik Hidroponik
Sistem Sumbu (Wick system).

Gambar 13. Pengamatan (Tinggi dan Jumlah Daun Tanaman) Pada Penelitian
Pengaruh Dosis Nutrisi AB Mix Terhadap Pertumbuhan dan
Perkembangan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) Dengan Teknik
Hidroponik Sistem Sumbu (Wick system).
45

Gambar 14.Pemanenan Tanaman Pada Penelitian Pengaruh Dosis Nutrisi AB Mix


Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Sawi (Brassica
juncea L.) Dengan Teknik Hidroponik Sistem Sumbu (Wick system).
46

Gambar 15.Penimbangan Berat Segar Pada Penelitian Pengaruh Dosis Nutrisi AB


Mix Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Sawi
(Brassica juncea L.) Dengan Teknik Hidroponik Sistem Sumbu
(Wick system).

Gambar 16.Penimbangan Berat Kering Pada Penelitian Pengaruh Dosis Nutrisi


AB Mix Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Sawi
47

(Brassica juncea L.) Dengan Teknik Hidroponik Sistem Sumbu


(Wick system).

Anda mungkin juga menyukai