KELOMPOK I :
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam pergaulan, kita mampu
menilai perilaku seseorang, apakah itu baik atau buruk. Hal tersebut dapat
terlihat dari cara bertutur kata dan bertingkah laku. Akhlak, moral, dan etika
masing-masing individu berbeda-beda, hal tersebut dipengaruhi oleh
lingkungan internal dan eksternal tiap-tiap individu.
Di era kemajuan IPTEK seperti saat ini, sangat berpengaruh terhadap
perkembangan akhlak, moral, dan etika seseorang. Kita amati perkembangan
perilaku seseorang pada saat ini sudah jauh dari ajaran Islam, sehingga
banyak kejadian masyarakat saat ini yang cenderung mengarah pada perilaku
yang kurang baik.
Tasawuf adalah salah satu cabang islam yang menekankan dimensi atau
aspek spritual dalam islam. Tasawuf sendiri lebih menekankan kehidupan
akhirat ketimbang kehidupan dunia yang sifatnya sementara. Dalam hal ini
norma dasar-dasar islam perlu diterapkan dan diterapkan dan diamalkan
dalam kehidupan sehari-hari. Melalui pembentukan karakter akhlak islami,
sehingga tercemin akhlak islami sehinggga tercemin akhlak mulia dan dekat
dengan Allah swt.
Dalam makalah ini, penulis makalah akan mencoba membahas tentang
konsep tentang tasawuf akhlaki, objek kajian akhlak, norma dasar & tolak
ukur akhlak dan karakter akhlak islami.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep tasawuf akhlaki?
2. Apa saja objek kajian/ruang lingkup akhlak?
3. Apa norma dasar dan tolak ukur sebuah akhlak?
4. Sebutkan karakter akhlak islami?
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
M. Amin Syukur, Tasawuf Sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004) hlm. 3, 21 September 2016, 13.40
WIB
2
https://syahdotme1.files.wordpress.com/2012/03/akhlak-etika-moral-tasawuf-dan-mahabbah.pdf, 15
September 2016, 21.35 WIB
2
3
juga orang beribadah (sholat, zakat, haji dan lain-lain) ada adab/etiketnya.
Semua adab tersebut adalah tatakrama, aturan atau norma-norma dari masing-
masing unit perbuatan yang semuanya sudah diatur oleh Islam, berdasarkan
Al-Qur’an dan sunnah rasul. 3
Berdasarkan pada uraian pembahasan akhlak tersebut, maka menjadi
jelas bahwa matra (cakupan isi) akhlak Islam itu amat luas, bahkan dapat
berkembang terus berdasarkan hasil ijtihad akhlaki (mungkin ingin
meminjam istilah fikih, yaitu ijtihad hukum Islam/fikih) seiring dengan
dinamika perbuatan manusia itu sendiri. Akan tetapi, dalam kerangka studi
dan pengembangan matra dan dalam kerangka mengetahui objeknya, maka
akhlak dapat dikategorikan ke ruang lingkup dan juga matra akhlak, terlebih
dahulu harus ditegaskan bahwa secara aplikatif, akhlak adalah berpusat pada
manusia. Artinya, manusialah yang menjadi subjek akhlak. Walaupun, pada
sisi yang lain, manusia juga menjadi objek atau sasaran akhlak tersebut. 4
Dengan kata lain, sasaran perbuatan akhlak atau muara akhlak adalah
ruang lingkup pelaksanaan akhlak, yaitu tujuan dimanifestasikannya
perbuatan akhlak. Secara kategoris, ruang llingkup atau muara pelaksanaan
perbuatan akhlak Islam itu ada 4 (empat): (1) akhlak terhadap Allah, (2)
akhlak terhadap sesama manusia, (3) akhlak terhadap diri sendiri, (4) akhlak
terhadap lingkungan (alam binatang, tumbuhan, dan benda-benda yang lain).
Masing-masing dari lingkup akhlak tersebut memiliki matra sendiri-sendiri
yang mesti dicermati. Matra akhlak adalah isi dari masing-masing lingkup
akhlak yang berisi satuan-satuan perbuatan akhlak. Sebagai contoh, lingkup
akhlak terhadap Allah adalah terdiri dari (matra) satuan-satuan etiket
(tatakrama), dan disebut sebagai adab beribadah (berinteraksi atau
berkomunikasi pengabdian) kepada Allah. Misalnya tatakrama beribadah, tata
krama berdoa atau bermunajat kepada Allah dan lain-lain. 5
3
Abd. Haris, Pengantar Etika Islam (Sidoarjo: Alafkar Press, 2007), hlm 83-84,21 September 2016, 19.30 WIB
4
Mansur Ali Rajab, Ta’ammulat fi falsafah al-Akhlaq (Kairo: Maktabah al-Anjalu al-Misriyyah, 1961), hlm 30-
32, 21 September 2016, 19.35 WIB
5
Amril,. Akhlak Tasawuf : Merentas Jalan Menuju Akhlak Mulia. (Bandung: Refika Aditama, 2015), 20
September 2016, 13.00 WIB
4
Artinya :
“Maka apabila aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah
meniupkan ruh (ciptaan) Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan
bersujud.” Q.S. Al-Hijr [15] : 29.
6
Hamzah Tualeka, Akhlak Tasawuf, (Surabaya : IAIN SA Press), 2011, 16 September 2016, 14.00 September
2016, 21.35 WIB
5
ِ َك قَ َال النَّىِب صلَّى اهلل علَي ِه وسلَّم َتر ْكت فِي ُكم اَمري ِن لَن ت
ضلُّ ْوا َما ٍ ِس اب ِن مال
ْ ْ َْ ْ ْ ُ َ َ َ َ ْ َ ُ َ ُ َ ْ ٍ ََع ْن اَن
اهلل َو ُسنَّةَ َر ُس ْولِِه
ِ مَتَسكْتُم هِبِما كِتَاب.
َ َ ْ َ
Artinya:
“Dari Anas bin Malik berkata: Bersabda Nabi SAW: telah ku
tinggalkan atas kamu sekalian dua perkara yang apabila kamu berpegang
pada keduanya maka tidak akan tersesat yaitu kitab Allah dan sunnah
RosulNya”.
ِ َّ ِ ِ ِِ ِِِ
َ ين َآمنُوا أَن خَتْ َش َع ُقلُوبُ ُه ْم لذ ْك ِر اللَّه َو َما َنَز َل م َن احْلَ ِّق َواَل يَ ُكونُوا َكالذ
ين َ أَمَلْ يَأْن للَّذ
ِ َأُوتُوا الْ ِكتَاب ِمن َقبل فَطَ َال علَي ِهم اأْل َم ُد َف َقست ُقلُوبهم و َكثِري ِّمْنهم ف
: اس ُقو َن (احلديد ْ ُ ٌ َ ْ ُُ ْ َ َ ُ َْ ُْ َ
)16
Artinya:
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk
tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah
turun (kepada mereka). Dan janganlah mereka seperti orang-orang yang
sebelumnya diturunkan Al-Kitab kepadaNya, kemudian berlalulah masa
yang panjang atas mareka, lalu hati mareka menjadi keras. Dan
kebanyakan diantara mareka adalah orang-orang yang fasik” (Q.S. Al-
Hadida [57]:16). 7
tebal yang membatasi manusia dengan tuhannya. Oleh karena itu, untuk
dapat mendalami tasawuf seseorang harus mampu melepaskan diri dari
sifat tercela dan mengisinya dengan akhlak-akhlak terpuji untuk dapat
memperoleh kebahagiaan yang hakiki.
b. Tahalli
Tahalli adalah upaya mengisi atau menghiasi diri dengan jalan
membiasakan diri dengan sikap, perilaku, dan akhlak terpuji. Tahapan
tahalli ini dilakukan setelah jiwa dikosongkan dari akhlak-akhlak.
Ada beberapa cara untuk menghiasi diri kita untuk memdekatkan diri
pada Allah diantaranya: qona’ah, shabar, tawakkal hatinya, ridho,
syukur, masuk dalam kategori kriteria jiwa atau mental yang sehat.
c. Tajalli
Tajalli dapat dikatakan terungkapnya nur ghaib untuk hati.
Rasulullah Saw. bersabda: “ada saat-saat tiba karunia dari tuhanmu,
maka I siapkanlah dirimu untuk itu. Oleh karena itu, setiap calon sufi
mengadakan latihan jiwa, berusaha untuk membersihkan dirinya dari
sifat-1 sifat tercela, mengosongkan hati dari sifat yang keji ataupun dari
hal-hal duniawi, lalu mengisinya dengan sifat-sifat terpuji seperti:
beribadah, zikir, menghindarkan diri dari hal-hal yang dapat
mengurangi kesucian diri dan seluruh jiwa (hati) semata-mata hanya
untuk memperoleh tajalli yaitu menerima pancaran ilahi”.
Apabila Tuhan telah menembus hati hambanya dengan nurnya, maka
berlimpah ruahlah rahmat dan karunianya. Pada tingkatan ini, hati
hamba akan bercahaya terang-benderang, dadanya terbuka luas, dan
terangkat tabir rahasia alam malakut dengan karunia rahmat Tuhan
tersebut.8
D. Karakter Akhlak Islami
Adapun ciri-ciri tasawuf akhlaki antara lain:
1. Melandaskan diri pada Al-Qur'an dan As-Sunnah. Dalam ajaran-
njarannya, cenderung memakai landasan Qur'ani dan Hadis sebagai
kerangka pendekatannya.
8
Ahmad Bangun Nasution, Akhlak Tasawuf : Pengenalan, Pemahaman, dan Pendalamannya. (Jakarta: Raja
Grifindo Persada 2013), 20 September 2016, 14.43 WIB
7
9
Ahmad Bangun Nasution, Akhlak Tasawuf : Pengenalan, Pemahaman, dan Pendalamannya. (Jakarta: Raja
Grifindo Persada 2013), 20 September 2016, 14.43 WIB
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tasawuf adalah cabang keilmuan atau hasil kebudayaan islam yang lahir
setelah Rasulullah saw. wafat. Ketika beliau hidup, istilah ini belum ada dan
hanya sebutan sahabat bagi orang islam yang hidup pada masa Rasulullah dan
sesudah itu generasi islam disebut tabi’in.
Secara kategoris, ruang lingkup atau muara pelaksanaan perbuatan
akhlak Islam dan tasawuf itu ada 4 (empat): (1) akhlak terhadap Allah, (2)
akhlak terhadap sesama manusia, (3) akhlak terhadap diri sendiri, (4) akhlak
terhadap lingkungan.
Tolak ukur akhlak yang di bagi menjadi 3 tahap yaitu takhalli, tahalli,
dan tajalli. Adapun cirri-ciri tasawuf akhaki adalah melandaskan diri pada Al-
Qur'an dan As-Sunnah, kesinambungan antara hakikat dengan syariat, bersifat
mengajarkan dualisme dalam hubungan antartuhan dan manusia, lebih
terkonsentrasi pada soal pembinaan.
8
DAFTAR PUSTAKA
Amril, 2015. Akhlak Tasawuf : Merentas Jalan Menuju Akhlak Mulia. Bandung:
Refika Aditama.
Haris, Abd. 2007. Pengantar Etika Islam. Sidoarjo: Alafkar Press.
Nasution, Ahmad Bangun. Rayani Hanum Siregar. 2013. Akhlak Tasawuf :
Pengenalan, Pemahaman, dan Pendalamannya. Jakarta: Raja Grifindo
Persada
Rajab, Mansur Ali. 1961. Ta’ammulat fi falsafah al-Akhlaq. Kairo: Maktabah al-
Anjalu al-Misriyyah.
Syukur, M. Amin. 2004. Tasawuf Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tualeka, Hamzah. 2011. Akhlak Tasawuf. Surabaya : IAIN SA Press.
Umi Nurvitasari Al-Rimbany. Surgaditelapakibu.blogspot.co.id.
www.syahdotme1.files.wordpress.com/2012/03/akhlak-etika-moral-tasawuf-
dan-mahabbah.pdf.