Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ari Wiranata

NIM : 043731111

Program Studi : Matematika S1 Fakultas Sains dan Teknologi

Mata Kuliah : Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (MKDU4109)

Diskusi Inisiasi 5

Indonesia adalah negara yang kaya akan manusia memiliki keterbatasan untuk
budaya. Setiap suku di Indonesia memiliki mengeksplor dirinya karena budaya yang
nilai-nilai mereka masing-masing, bahkan berkembang dalam masyarakat belum
untuk setiap kelompok masyarakat memiliki nilai yang ingin dia capai.
memiliki nilai yang berbeda. Dalam Contohnya ketika seseorang ingin menjadi
falsafah Jawa dikatakan "Desa mawa seorang wanita yang bekerja, ketika dia
cara", setiap masyarakat memiliki adat, berada dalam masyarakat yang
kebiasaan, aturan, nilai-nilai mereka menjunjung tinggi budaya bahwa seorang
masing-masing.Kebutuhan mencari wanita hanya dapat berada di rumah
identitas diri dicari oleh setiap orang, maka dia tidak dapat memenuhi keinginan
dalam hal ini bisa dikatakan sebagai hak tersebut. 
individu. Manusia mencari nilai yang akan
Pertanyaan: 
dia pegang, pandangan hidup, dan hal-hal
yang menurut mereka merepresentasikan Bagaimana dalam pandangan sosial
jati diri mereka.  budaya melihat permasalahan pencarian
identitas individu yang berbenturan
Namun tak jarang, kebutuhan mencari
dengan nilai dan budaya dalam
identitas ini berbenturan dengan nilai dan
masyarakat?
budaya dalam masyarakat. Terkadang

Jawab :

Seorang manusia selain dipandang sebagai makhluk individu juga dipandang sebagai
makhluk sosial pada waktu yang sama. Seorang individu dalam proses pencarian identitas
akan terikat pula dengan hal-hal yang berhubungan dengan masyarakat , seperti nilai dan
budaya masyarakat. Erikson (dalam Miftahul Jannah, dan Yohana Wuri Satwika,2021: 52)
menyatakan bahwa proses terbentuknya identitas seseorang memiliki sifat sosial, maka dari
itu suatu interaksi seseorang dengan lingkungan sekitarnya sangat mempengaruhi
terbentuknya identitas”.
Individu yang berperilaku berbeda dari masyarakat dalam hal nilai dan budaya maka akan
dianggap menyimpang. Menurut Paul B Horton (dalam Mulyadi,2008:25) “ penyimpangan
adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma
kelompok atau masyarakat”. perilaku menyimpang tidak selalu negatif, sebab
penyimpangan bisa bersifat positif sebagaimana ungkapan Tjipto Subadi (2008: 44)
“Penyimpangan bersifat positif adalah penyimpangan yang mempunyai dampak positif
terhadap sistem sosial karena mengandung unsur-unsur inovatif, kreatif, dan memperkaya
wawasan seseorang. Penyimpangan seperti ini biasanya diterima masyarakat karena sesuai
perkembangan zaman. Misalnya emansipasi wanita dalam kehidupan masyarakat yang
memunculkan wanita karir.”

Dalam perspektif sosial budaya, individu yang berbenturan nilai dan budaya dengan
masyarakat dalam proses pencarian identitas tersebut bisa mempertimbangkan paham
multikulturalisme. Multikulturalisme adalah sebuah ideologi yang mengakui dan
mengagungkan perbedaan, yang mencakup perbedaan-perbedaan individual dan
perbedaan secara budaya. Multikulturalisme menjadi acuan keyakinan untuk terwujudnya
pluralisme budaya, dan terutama memperjuangkan kesamaan hak golongan minoritas
secara hukum maupun sosial ( Daisy Indira Yasmine,2016:5.21). Dalam konteks yang lebih
spesifik apabila individu-individu tersebut tidak hanya satu individu, tetapi membentuk
entitas yang lebih besar, maka ada kemungkinan terbentuknya pluralitas dalam
masyakarakat. Dalam skala yang luas individu yang menemukan identitas diri tersebut
memperjuangkan hak politik, dan pengakuan atas eksistensi mereka yang lebih luas.

Selain mempertimbangkan multikulturalisme, individu yang dalam pencarian identitas


tersebut harus juga perlu memahami potensi konflik akibat perbedaan budaya. Samuel
Hutington (dalam Hertati Suandi, Daisy Indira Yasmine, Dyatika Widya P, Mira Indiwara,
2016: 5.2) menyatakan “ Masa Pasca Perang Dingin, perbedaan yang paling penting antara
umat manusia bukan ideologi, politik, atau ekonomi, melainkan perbedaan budaya”. Hal
tersebut membawa pengaruh pada bentuk konflik yang berbahaya yang terjadi antarumat
manusia bukan antara kelas sosial, melainkan antara kelompok-kelompok budaya. Potensi
konflik tersebut harus diidentifikasi dan dianalisis agar tidak memunculkan hal-hal yang
buruk yang mengarah pada pemaksaan kehendak atau dalam kasus yang lebih ekstrim
berupa pertumpahan darah dan genocide cleansing.

Akhirnya, pencarian identitas individu yang berbenturan dengan nilai dan budaya dalam
masyarakat perlu mempertimbangkan multukulturalisme. Multukulturalisme yang dimaksud
adalah sebagaimana ungkapan Hertati Suandi et al (2016:5.33) yaitu multukulturalisme
yang perlu mencari keseimbangan antara keseragaman dalam bentuk kebijakan publik
untuk menuju identitas nasional tanpa ada penyeragaman budaya atau asimilasi secara
paksa.

Referensi :

1. Suandi, Hertati , Daisy Indira Yasmine, Dyatika Widya P, Mira Indiwara, 2016. Ilmu
Sosial dan Budaya Dasar (MKDU4109 Edisi 2). Tangerang Selatan : Universitas
Terbuka

2. Jannah, Miftahul, Yohana WS.2021. Pengalaman Krisis Identitas pada Remaja yang
Mendapatkan Kekerasan dari Orangtuanya. Jurnal Vol 8 no 2. Surabaya : Universitas
Negeri Surabaya

3. Subadi, Tjipto. 2008. Sosilogi (BP FKIP-UMS). Surakarta : Universitas Muhammadiyah


Surakarta

4. Mulyadi. 2008. Tingkah Laku Menyimpang Remaja dan Permasalahannya. Padang :


UIN Imam Bonjol Padang

Anda mungkin juga menyukai