perubahan mental pada lansia yaitu terjadi perubahan kepribadian, memori dan
pekerjaan, kesepian dan kehilangan pekerjaan (Darmojo & Soetojo, 2006 dalam
Sutarmi, 2016).
dijumpai pada lansia. Inkontinensia urine sering kali tidak dilaporkan oleh para
yang memalukan dan tabu untuk diceritakan dan juga karena ketidaktahuan mereka mengenai masalah
inkontinensia urine dan menganggap bahwa kondisi
tersebut merupakan sesuatu yang wajar terjadi pada lansia serta menurut mereka
tidak perlu diobati. Kencing tidak terasa tersebut atau ketidakmampuan untuk
menahan berkemih ini akan mempengaruhi baik fisik maupun psikologis lansia
dan faktor penyebabnya misalnya pada lansia yang mengalami trauma pada syaraf
perifer yang menyebabkan hilangnya tonus otot kandung kemih, penyakit diabetes
dapat bersifat sepintas atau reversibel, namun demikian sebelum terapi yang tepat
pembedahan dilakukan apabila terapi non bedah tidak berhasil pada tipe
inkontinensia stress dan inkontinensia urgensi. Untuk tipe inkontinensia total
banyak kasus yang tidak dilaporkan. Lebih dari 12 juta orang diperkirakan
mengalami inkontinensia urin di Amerika, hal ini dapat dialami pada semua usia
baik pria maupun wanita dari semua status sosial. Sedangkan di 11 Negara Asia
urin di malam hari (Suharyanto & Majid, 2009 dalam Pamungkas, 2015). Secara
umum inkontinesia urin disebabkan oleh perubahan pada anatomi dan fungsi
organ kemih lansia, obesitas, menopause, usia lanjut, penambahan berat badan.
regangan otot dan jaringan penunjang serta robekan jalan lahir, sehingga dapat
hormon estrogen pada usia menopause akan terjadi penurunan tonus otot vagina
dan otot pintu saluran kemih sehingga menyebabkan terjadinya inkontinesia urin.
mengedan, tertawa, bersin, berlari, serta perasaan ingin kencing yang mendadak,
kencing berulang kali, dan kencing di malam hari (Moa HM, Milwati S, D
Sulasimini, 2017).