1 B - S 21 B - S
2 B - S 22 B - S
3 B - S 23 B - S
4 B - S 24 B - S
5 B - S 25 B - S
6 B - S 26 B - S
7 B - S 27 B - S
8 B - S 28 B - S
9 B - S 29 B - S
10 B - S 30 B - S
11 B - S 31 B - S
12 B - S 32 B - S
13 B - S 33 B - S
14 B - S 34 B - S
15 B - S 35 B - S
16 B - S 36 B - S
17 B - S 37 B - S
18 B - S 38 B - S
19 B - S 39 B - S
20 B - S 40 B - S
1 a b c d 26 a b c d
2 a b c d 27 a b c d
3 a b c d 28 a b c d
4 a b c d 29 a b c d
5 a b c d 30 a b c d
6 a b c d 31 a b c d
7 a b c d 32 a b c d
8 a b c d 33 a b c d
9 a b c d 34 a b c d
10 a b c d 35 a b c d
11 a b c d 36 a b c d
12 a b c d 37 a b c d
13 a b c d 38 a b c d
14 a b c d 39 a b c d
15 a b c d 40 a b c d
16 a b c d 41 a b c d
17 a b c d 42 a b c d
18 a b c d 43 a b c d
19 a b c d 44 a b c d
20 a b c d 45 a b c d
21 a b c d 46 a b c d
22 a b c d 47 a b c d
23 a b c d 48 a b c d
24 a b c d 49 a b c d
25 a b c d 50 a b c d
2.. a)Melakukan pembinaan dan penanaman nilai nilai dasar yang baik sesuai dgn nilai nilai
akuntabilitas, nasionalisme, etika public , komimen mutu dan anti korupsi
b) menerapkan transparansi manajemen sepenuhnya
c) penempatan dan promosi pegawai
7. Beberapa metode sederhana yang paling banyak digunakan bagi setiap organisasi penyedia
layanan baik organisasi pemerintah maupun swasta untuk melakukan perbaikan secara
terus menerus (continous improvement):
Metode Plan Do Check Act (PDCA)
Berry dan Pasuraman dalam Zulian Yamit (2010: 11) mengemukakan lima dimensi
karakteristik mutu pelayanan sebagai berikut:
“Lima dimensi karakteristik yang diguna kan pelanggan dalam mengevaluasi kualitas
pelayanan, yaitu:
(1) tangibles (bukti langsung), yaitu meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai, dan
sarana komunikasi;
(2) reliability (kehandalan), yaitu kemampuan dalam memberikan pelayanan dengan segera
dan memuaskan serta sesuai dengan yang telah dijanjukan;
(3) responsiveness (daya tangkap), yaitu keinginan para staf untuk membantu para
pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap;
(4) assurance (jaminan), yaitu mencakup kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya
yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, resiko ataupun keragu-raguan;
(5) empaty, yaitu meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik,
dan perhatian dengan tulus terhadap kebutuhan pelanggan.
Merujuk ketiga pandangan di atas dapat dirumuskan bahwa nilai-nilai dasar orientasi mutu
dalam memberikan layanan prima sekurang-kurangnya akan mencakup hal-hal berikut:
mengedepankan komitmen terhadap kepuasan customers/clients;
memberikan layanan yang menyentuh hati, untuk menjaga dan memelihara agar
customers/clients tetap setia;
menghasilkan produk/jasa yang berkualitas tinggi: tanpa cacat, tanpa kesalahan, dan
tidak ada pemborosan;
beradaptasi dengan perubahan yang terjadi, baik berkaitan dengan pergeseran tuntutan
kebutuhan customers/clients maupun perkembangan teknologi;
menggunakan pendekatan ilmiah dan inovatif dalam pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan;
melakukan upaya perbaikan secara berkelanjutan melalui berbagai cara, antara lain:
pendidikan, pelatihan, pengembangan ide kreatif, kolaborasi, dan benchmark.
Secara lebih operasional, Djamaludin Ancok dkk (2014) memberi ilustrasi bahwa perilaku
yang semestinya ditampilkan untuk memberikan layanan prima adalah:
Menyapa dan memberi salam.
Ramah dan senyum manis.
Cepat dan tepat waktu.
Mendengar dengan sabar dan aktif.
Penampilan yang rapi dan bangga akan penampilan
Terangkan apa yang Saudara lakukan.
Jangan lupa mengucapkan terima kasih.
Perlakukan teman sekerja seperti pelanggan.
Mengingat nama pelanggan.
9. Proses perubahan sikap dan perilaku dalam penanaman nilai dan integritas sebagai suatu
proses sosial yang ditujukan untuk mengatasi korupsi di Indonesia, dengan demikian salah
satu upaya perubahannya dapat dilakukan melalui tiga proses perubahan
a. Kesediaan
Kesediaan terhadap integritas (Integrity Compliance) adalah ketika individu bersedia
menerima pengaruh untuk berintegritas dari orang lain atau dari kelompok lain,
dikarenakan ia berharap untuk memperoleh reaksi atau tanggapan positif dari pihak lain
tersebut.
b. Identifikasi
Identifikasi integritas terjadi apabila individu meniru integritas seseorang atau kelompok
lain dikarenakan integritas sudah sesuai dengan apa yang dianggapnya sebagai bentuk
hubungan yang menyenangkan antara dia dengan yang memberika pengaruh terkait
integritas.
10. Dasar Hukumnya yaitu Pasal 12B UU No. 31 tahun 1999 Jo UU No. 20 Tahun 2001
Bunyi :
Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap pemberian
suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan berlawanan dengan kewajiban
tugasnya.
Sanksi :
Pidana penjara seumur hidup atau paling singkat 4 tahun dan paling lama 20 tahun dan
pidana denda paling sedikit Rp 200 Juta dan paling banyak Rp 1 Milyar.
Rekomendasi/Solusi
a. Masyarakat harus semakin terbuka dan melek secara politik untuk menentukan mana
yang layak menjadi Kepala Daerah
b. Masyarakat tidak terpancing oleh sikap permisif dari para bakal calon Bupati (Kepala
Daerah)
c. Peraturan sementara tertuang di dalam UU No 1 Tahun 2015 tentang larangan
pencalonan Kepala Daerah yang memiliki keterkaitan keluarga dengan Kepala daerah
yang masih menjabat/eksis tetapi masih harus disosialisasikan dan ditindaklanjuti
dengan peraturan yang implementatif.