Anda di halaman 1dari 6

LEMBAR JAWABAN TIPE A

UJIAN TERTULIS KOMPREHENSIF


LATSAR GOLONGAN III ANGKATAN I
KOTA SUKABUMI TAHUN 2019

I. JAWABAN BENAR – SALAH

1 B - S 21 B - S
2 B - S 22 B - S
3 B - S 23 B - S
4 B - S 24 B - S
5 B - S 25 B - S
6 B - S 26 B - S
7 B - S 27 B - S
8 B - S 28 B - S
9 B - S 29 B - S
10 B - S 30 B - S
11 B - S 31 B - S
12 B - S 32 B - S
13 B - S 33 B - S
14 B - S 34 B - S
15 B - S 35 B - S
16 B - S 36 B - S
17 B - S 37 B - S
18 B - S 38 B - S
19 B - S 39 B - S
20 B - S 40 B - S

Ujian Komprehensif Latsar Golongan III Kota Sukabumi 2019


II. JAWABAN PILIHAN BERGANDA

1 a b c d 26 a b c d
2 a b c d 27 a b c d
3 a b c d 28 a b c d
4 a b c d 29 a b c d
5 a b c d 30 a b c d
6 a b c d 31 a b c d
7 a b c d 32 a b c d
8 a b c d 33 a b c d
9 a b c d 34 a b c d
10 a b c d 35 a b c d
11 a b c d 36 a b c d
12 a b c d 37 a b c d
13 a b c d 38 a b c d
14 a b c d 39 a b c d
15 a b c d 40 a b c d
16 a b c d 41 a b c d
17 a b c d 42 a b c d
18 a b c d 43 a b c d
19 a b c d 44 a b c d
20 a b c d 45 a b c d
21 a b c d 46 a b c d
22 a b c d 47 a b c d
23 a b c d 48 a b c d
24 a b c d 49 a b c d
25 a b c d 50 a b c d

III. JAWABAN ESSAY

1. FAKTOR FAKTOR YANG BERPENGARUH ADALAH,


1) integritaspribadi.
2) pengawasan oleh pimpinanlangsung .
3) kepemimpinandalamorganisasi.
4)pembinaan dan pengembangansdmdan penanaman nilai2 aneka
5) transparansidalammanajemen .
6) system dan procedure kerja yang sederhana dan transparan
7. Reward and punishment yanadil.

Ujian Komprehensif Latsar Golongan III Kota Sukabumi 2019


8) penegakkan hokum yang baik dan adil

2.. a)Melakukan pembinaan dan penanaman nilai nilai dasar yang baik sesuai dgn nilai nilai
akuntabilitas, nasionalisme, etika public , komimen mutu dan anti korupsi
b) menerapkan transparansi manajemen sepenuhnya
c) penempatan dan promosi pegawai

3. Sebutkan paling sedikit 5 hal yang merongrong pancasila!


a. Terorisme
b. Narkoba
c. Disintegrasi
d. Primodialisme
e. Radikalisme
f. Komunisme
g. Materialisme
4. Bagaimana pendapat anda tentang wawasan kebangsaan?
Wawasankebangsaan, yaknipikiran-pikiran yang
bersifatnasionaldimanasuatubangsamemilikicita-citakehidupan dan tujuannasional yang
jelas. Berdasarkan rasa dan
pahamkebangsaanitu,timbulsemangatkebangsaanatausemangatpatriotisme.
Wawasan kebangsaan adalah
sudutpandangataucaramemandangygmengandungkemampuanseseorangataukelompok
orang, untukmemahamikeberadaanjatidirinyasebagaisuatubangsa, juga
dalammemandangdirinya dan
bertingkahlakusesuaidenganfalsafahhidupbangsanyabaikdalamlingkungan internal
maupuneksternal.

5. PENGERTIAN “Norma-normasebagaipedomansikap, tingkahlaku dan perbuatan PNS yang


diharapkan dan
dipertangungjawabkandalammelaksanakantugaspengabdiannyakepadabangsa, negara dan
masyarakat dan tugas-tugaskedinasan, organisasinyasertapergaulanhidupsehari-harisesama
PNS dan individu-individu di dalammasyarakat”.

6. Prinsif-prinsif etika pelayanan yang baik yaitu :


a) Kepentingan umum
b) Kepastian hukum
c) Kesamaan hak
d) Keseimbangan hak dan kewajiban
e) Profesionalisme
f) Partisipasi,
g) Persamaan perlakuan
h) Keterbukaan
i) Fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan
j) Tepat waktu dan cepat, mudah dan terjangkau.

7. Beberapa metode sederhana yang paling banyak digunakan bagi setiap organisasi penyedia
layanan baik organisasi pemerintah maupun swasta untuk melakukan perbaikan secara
terus menerus (continous improvement):
Metode Plan Do Check Act (PDCA)

Ujian Komprehensif Latsar Golongan III Kota Sukabumi 2019


Metode ini diperkenalkan Edward Deming tahun 1950 (Tague: 2004; 15) pada saat ia
memberikan kuliah di Jepang. Biasa dikenal juga dengan istilah lain yaitu Plan Do Study Act
(PDSA), metode ini digunakan untuk membantu organisasi dalam melakukan perbaikan
secara terus menerus. Metode ini terdiri empat langkah yaitu:
1) Plan atau perencanaan.
Pada tahap ini dilakukan identifikasi berbagai permasalahan yang dihadapi, penyebabnya
dan solusinya. Secara lebih rinci tahap perencanaan meliputi kegiatan-kegiatan berikut:
 mengidentifikasi dan menetap kan prioritas peluang perbaikan kualitas dari
permasalahan yang sedang dihadapi.
 menetapkan sasaran yang hendak dicapai (target group pengguna layanan, jenis
perbaikan yang akan dilakukan, ukuran keberhasilan yang hendak dicapai).
 menggambarkan proses kerja yang berjalan.
 mengumpulkan data data terkait dengan proses kerja saat ini.
 mengidentifikasi sumber penyebab masalah muncul.
 mengembangkan rencana aksi (action plan).
2) Do (melaksanakan).
Dalam tahap ini rencana aksi yang sudah disusun harus dijalankan secara konsisten oleh
semua orang. Tahap pelaksanaan ini perlu didukung dengan dokumentasi yang baik
sehingga memudahkan dalam melaksanakan tahap berikut nya yaitu Check.
3) Check (pemeriksaan).
Tahap ini dilakukan pemeriksaan apakah rencana aksi yang sudah dilakukan telah
berjalan dengan semestinya, apakah target dan ukuran ke berhasilan yang telah
ditetapkan dapat dicapai? Jika belum tercapai apa saja yang menjadi kendala atau sumber
permasalahannya.
4) Act yaitu melakukan tindakan atau keputusan yang perlu diambil sebagai tindaklanjut
dari tahap Check. Ada tiga tindakan/keputusan terhadap hasil pemeriksaan.
 Adopt (adopsi). Jika hasil dari pelaksanaan rencana aksi terbukti mampu mencapai
hasil yang direncanakan maka solusi yang sudah dilakukan perlu kemudian diadopsi.
 Adapt (melakukan adaptasi). Jika hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa solusi untuk
memecahkan masalah kurang berjalan dengan baik maka perlu dilakukan adaptasi
dengan melakukan beberapa penyesuaian terhadap kegiatan yang sudah
direncanakan.
 Abandon (membatalkan). Jika ternyata solusi yang dilakukan ternyata tidak
menghasilkan perbaikan yang diharapkan maka organisasi dapat membatalkan solusi
tersebut.

8. Nilai-Nilai Dasar Orientasi Mutu


Sejalan dengan pandangan Zulian Yamit (2010: 74) dapat disimpulkan bahwa sasaran
strategis institusi penyelenggara pemerintahan adalah kepuasan masyarakat. Masyarakat
yang merasa puas atas layanan aparatur termotivasi untuk berpartisipasi aktif
menyukseskan berbagai program pemerintah. Partisipasi aktif masyarakat akan membuka
peluang terciptanya langkah kreatif dalam menghadapi perubahan yang mungkin terjadi di
tengah ketatnya persaingan yang semakin ketat, dengan melahirkan karya-karya inovatif
untuk menyongsong kemajuan masa depan yang lebih baik. Zeithmalh, dkk (1990: 23)
menyatakan bahwa terdapat sepuluh ukuran dalam menilai mutu pelayanan, yaitu :
(1) Tangible (nyata/berwujud),
(2) Reliability (kehandal an),
(3) Responsiveness (Cepat tanggap),
(4) Competence (kompetensi),
(5) Access (kemudahan),
(6) Courtesy (keramahan),
(7) Communication (komunikasi),
(8) Credibility (kepercayaan),
(9) Security (keamanan),

Ujian Komprehensif Latsar Golongan III Kota Sukabumi 2019


(10) Understanding the Customer (Pemahaman pelanggan).

Berry dan Pasuraman dalam Zulian Yamit (2010: 11) mengemukakan lima dimensi
karakteristik mutu pelayanan sebagai berikut:
“Lima dimensi karakteristik yang diguna kan pelanggan dalam mengevaluasi kualitas
pelayanan, yaitu:
(1) tangibles (bukti langsung), yaitu meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai, dan
sarana komunikasi;
(2) reliability (kehandalan), yaitu kemampuan dalam memberikan pelayanan dengan segera
dan memuaskan serta sesuai dengan yang telah dijanjukan;
(3) responsiveness (daya tangkap), yaitu keinginan para staf untuk membantu para
pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap;
(4) assurance (jaminan), yaitu mencakup kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya
yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, resiko ataupun keragu-raguan;
(5) empaty, yaitu meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik,
dan perhatian dengan tulus terhadap kebutuhan pelanggan.

Merujuk ketiga pandangan di atas dapat dirumuskan bahwa nilai-nilai dasar orientasi mutu
dalam memberikan layanan prima sekurang-kurangnya akan mencakup hal-hal berikut:
 mengedepankan komitmen terhadap kepuasan customers/clients;
 memberikan layanan yang menyentuh hati, untuk menjaga dan memelihara agar
customers/clients tetap setia;
 menghasilkan produk/jasa yang berkualitas tinggi: tanpa cacat, tanpa kesalahan, dan
tidak ada pemborosan;
 beradaptasi dengan perubahan yang terjadi, baik berkaitan dengan pergeseran tuntutan
kebutuhan customers/clients maupun perkembangan teknologi;
 menggunakan pendekatan ilmiah dan inovatif dalam pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan;
 melakukan upaya perbaikan secara berkelanjutan melalui berbagai cara, antara lain:
pendidikan, pelatihan, pengembangan ide kreatif, kolaborasi, dan benchmark.

Secara lebih operasional, Djamaludin Ancok dkk (2014) memberi ilustrasi bahwa perilaku
yang semestinya ditampilkan untuk memberikan layanan prima adalah:
 Menyapa dan memberi salam.
 Ramah dan senyum manis.
 Cepat dan tepat waktu.
 Mendengar dengan sabar dan aktif.
 Penampilan yang rapi dan bangga akan penampilan
 Terangkan apa yang Saudara lakukan.
 Jangan lupa mengucapkan terima kasih.
 Perlakukan teman sekerja seperti pelanggan.
 Mengingat nama pelanggan.
9. Proses perubahan sikap dan perilaku dalam penanaman nilai dan integritas sebagai suatu
proses sosial yang ditujukan untuk mengatasi korupsi di Indonesia, dengan demikian salah
satu upaya perubahannya dapat dilakukan melalui tiga proses perubahan
a. Kesediaan
Kesediaan terhadap integritas (Integrity Compliance) adalah ketika individu bersedia
menerima pengaruh untuk berintegritas dari orang lain atau dari kelompok lain,
dikarenakan ia berharap untuk memperoleh reaksi atau tanggapan positif dari pihak lain
tersebut.
b. Identifikasi
Identifikasi integritas terjadi apabila individu meniru integritas seseorang atau kelompok
lain dikarenakan integritas sudah sesuai dengan apa yang dianggapnya sebagai bentuk
hubungan yang menyenangkan antara dia dengan yang memberika pengaruh terkait
integritas.

Ujian Komprehensif Latsar Golongan III Kota Sukabumi 2019


c. Internalisasi
Internalisasi integritas terjadi apabila individu menerima pengaruh dan bersedia bersikap
dan berperilaku dengan penuh integritas dikarenakan integritas tersebut sesuai dengan
apa yang ia percayai dan sesuai dengan sistem nilai yang dianutnya.

10. Dasar Hukumnya yaitu Pasal 12B UU No. 31 tahun 1999 Jo UU No. 20 Tahun 2001
Bunyi :
Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap pemberian
suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan berlawanan dengan kewajiban
tugasnya.

Sanksi :
Pidana penjara seumur hidup atau paling singkat 4 tahun dan paling lama 20 tahun dan
pidana denda paling sedikit Rp 200 Juta dan paling banyak Rp 1 Milyar.
Rekomendasi/Solusi

a. Masyarakat harus semakin terbuka dan melek secara politik untuk menentukan mana
yang layak menjadi Kepala Daerah
b. Masyarakat tidak terpancing oleh sikap permisif dari para bakal calon Bupati (Kepala
Daerah)
c. Peraturan sementara tertuang di dalam UU No 1 Tahun 2015 tentang larangan
pencalonan Kepala Daerah yang memiliki keterkaitan keluarga dengan Kepala daerah
yang masih menjabat/eksis tetapi masih harus disosialisasikan dan ditindaklanjuti
dengan peraturan yang implementatif.

Ujian Komprehensif Latsar Golongan III Kota Sukabumi 2019

Anda mungkin juga menyukai