Anda di halaman 1dari 19

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN E-LEARNING DENGAN

MODEL INKUIRI TERBIMBING UNTUK MELATIH LITERASI ICT DAN


MENGUKUR HASIL BELAJAR MATERI SISTEM REPRODUKSI MANUSIA
SISWA SMA NEGERI 5 MALANG

ARTIKEL SKRIPSI

OLEH
DLIYA AMALIYA
NIM 160341606104

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BIOLOGI
NOVEMBER 2021

1
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN E-LEARNING DENGAN
MODEL INKUIRI TERBIMBING UNTUK MELATIH LITERASI ICT DAN
MENGUKUR HASIL BELAJAR PADA MATERI SISTEM REPRODUKSI
MANUSIA SISWA SMA NEGERI 5 MALANG
1) 2) 3)
,
Dliya Amaliya, Sunarmi Amy Tenzer

Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang No. 5 Malang, Jawa Timur, Indonesia

Abstrak
Literasi ICT merupakan sistem pembelajaran berbasis multimedia (teknologi yang
melibatkan teks, gambar, suara dan video) mampu membuat penyajian suatu topik bahasan
menjadi menarik, tidak monoton dan mudah untuk dicerna. Untuk melatih keterampilan
literasi ICT setidaknya ada 4 kategori yang harus dimiliki generasi abad 21,salah satunya
memiliki kemampuan mejalani kehidupan di abad 21 (living in the world) yang segala aspek
dapat menggunakan ICT (Prayitno, 2013). Penggunaaan e-learning dapat mendukung Perhatikan
literasi spasi!!
ICT siswa dan meningkatkan hasil belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan
perangkat pembelajaran e-learning dengan model inkuiri terbimbing untuk melatih literasi
ICT dan mengukur hasil belajar pada materi reproduksi manusia. Indikator ICT yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu pencarian dan proses (search and process),
menghasilkan (produce), komunikasi (communication), dan penilaian digital (Digital
Judgment). Jenis penelitian yaitu pengembangan dengan menggunakan model ADDIE
(Branch, 2009). Subjek uji coba adalah siswa kelas XI MIA D4 SMAN 5 Malang dengan
jumlah 35 orang dan praktisi pendidikan. Hasil uji validasi produk oleh ahli perangkat
sebesar 100 % (sangat valid), ahli materi 100 % (sangat valid) dan praktisi pendidikan
sebesar100 %. Hasil uji kepraktisan oleh praktisi pendidikan sebersar87,09 % (sangat
praktis), uji coba perorangan 90,93 %, uji coba kelompok kecil 91,04%, uji coba kelompok
besar 86,14 %. Berdasarkan hasil yang dperoleh dapat disimpulkan bahwa perangkat
pembelajaran e-learning yang dikembangkan sangat valid dan sangat praktis digunakan Abstract  mana?
dalam pembelajaran untuk melatih literasi ICT dan mengukur hasil belajar siswa kelas XI.
Kata kunci : Perangkat Pembelajaran E-learning, Literasi ICT, Hasil Belajar.

PENDAHULUAN
Literasi ICT merupakan sistem pembelajaran berbasis multimedia (teknologi yang
melibatkan teks, gambar, suara dan video) mampu membuat penyajian suatu topik bahasan
menjadi menarik, tidak monoton dan mudah untuk dicerna. Peran yang sangat penting dan
strategis ini sebagai pusat belajar, pusat budaya, dan pusat peradaban menuntut lembaga-
lembaga pendidikan untuk dapat me-ngembangkan aktivitas pembelajaran yang jelas dan
daya jangkau luas. Literasi ICT dan pembelajaran seakan menjadi 2 hal yang tidak dapat
dipisahkan. Maka dari itu, guru perlu mengintegrasikan teknologi dalam mengembangkan
perangkat pebelajaran yang dikembangkan (Niess, 2005). Pengintegrasian teknologi di kelas
harus diiringi dengan melatih literasi ICT sehingga berguna dalam proses belajar. Menurut
Ivanova (2016), ICT dalam pendidikan dapat memberi peluang siswa menjadi lebih kreatif,

2
dapat mencari berbagai alasan yang logis dari berbagai sumber, berpikir kritis dan
penyelesaian masalah, membuat keputusan, networking dan lainnya.
Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin pesat dapat
menunjang dunia pendidikan berbagai negara termasuk Indonesia. Pada kerangka Kurikulum
2013 pelaksanan pembelajaran Biologi bertujuan agar siswa dapat menguasai konsep, prinsip,
dan memiliki berbagai keterampilan dalam mengembangkan pengetahuan dan sikap percaya
diri yang dapat menjadi bekal bagi siswa dalam melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih
tinggi, serta siswa diharapkan mampu membantu dalam mengembangkan ilmu pengetahuan
dan teknologi (Kemdikbud, 2014). Maka dari itu, guru harus memfasilitasi siswa untuk
mengembangkan konsep, prinsip, keterampilan, pengetahuan dan teknologi. Salah satu
keterampilan abad 21 yang perlu siswa kembangkan dan pelajari dalam setiap pembelajaran
adalah literasi ICT.
Melatih keterampilan literasi ICT (Information and Communication Technology)
sejalan dengan kebutuhan keterampilan abad 21 (The Partnership for 21st Century Skills,
2009). Setidaknya ada 4 kategori yang harus dimiliki oleh generasi abad 21dalam
mengorganisasikan keterampilan,pengetahuan, sikap,nilai, dan etika menurut Prayitno
(2013), yaitu : kemampuan berpikir, kemampuan bekerja, kemampuan mengelola teknologi,
dan kemampuan menjalani kehidupan. Kemampuan berpikir menekankan diantaranya
berpikir kreatif, berpikir kritis, pemecahan masalah. Kemampuan bekerja yaitu kemampuan
bagaimana mereka harus bekerja dengan dunia global dan digital, kemampuan yang harus
dikuasai yaitu communication dan collaboration. Kemampuan tersebut dapat memanfaatkan
berbagai cara, metode dan strategi berbasi ICT. Kemampuan mengelola teknologi yaitu harus
memiliki dan menguasai alat untuk bekerja, penguasaan terhadap ICT merupakan sebuah
keharusan. Kemampuan menjalani kehidupan yaitu kemampuan untuk menjalani kehidupan
di abad 21 yang segala aspek dapat menggunakan ICT.
Siswa SMAsebagian besar cenderung selalu aktif, artinya mereka selalu memiliki
akses komunikasi melalui perangkat digital (Oblinger, 2004). Faktanya, siswa di sekolah saat
ini telah menjalani kehidupannya dengan teknologi, termasuk internet, komputer, ponsel,
tablet, smartphone, dan gadget elektronik lainnya. Mengingat teknologi digital ada di mana-
mana, menjadikan generasi muda disebut memiliki "kehidupan digital" (Green & Hannon,
2007), dan mereka telah diberi label sebagai "digital natives" (Boyd, 2014). Para ahli telah
menekankan bahwa menjadi digital native tidak secara otomatis diterjemahkan menjadi
melek ICT atau kompeten secara digital (Helsper & Eynon, 2010; Selwyn, 2009).

3
Berdasarkan jawaban angket siswa kelas XI MIA D4 (Jurusan Matematika dan Ilmu
Alam) di SMAN 5 Malang pada tanggal 8 dan 9 Pebruari 2021, sumber belajar belum
bervariasi karena mereka hanya mendapatkan buku paket dari pemerintah, belum ada
link/website yang diberikan oleh guru sebagai sumber belajar yang valid. Sebanyak 15 %
siswa belum dapat membaca hyper-text dan informasi sederhana, 13 % siswa belum dapat
menggunakan navigasi berbasis gambar dan ikon, 11 % siswa belum dapat melakukan
pencarian digital sederhana dan membaca informasi dari digital, 10 % siswa belum dapat
menggunakan daya dan alat digital sederhana untuk pemrosesan dan pembelajaran infor-
masi. Siswa dominan menggunakan handphone untuk hiburan.
Sebanyak 26 % siswa belum mampu dalam memilih dan menggunakan strategi
pencarian dan menilai informasi dari sumber digital, 21 % siswa belum mampu
menggunakan alat dan sumber daya digital yang berbeda untuk pembela-jaran informasi, 25
% siswa belum mampu memfilter, mengubah, dan menyusun informasi dari sumber digital,
19 % siswa kurang menggunakan alat pencarian yang relevan dan trategi pencarian dalam
tugas berhubungan dengan subyek, 26,1 % siswa belum mampu menemukan, mengatur, dan
memperbaharui informasi digital, 22,6% siswa belum menggunakan strategi pencarian dan
sumber lanjutan dalam pekerjaan yang berhubungan dengan subjek.
Sebanyak 12,6% siswa dapat menulis teks sederhana menggunakan keyboard dan
menghasilkan teks komposit sederhana, 25,2 % siswa mengetahui penggunaan digital
sederhana dari sumber dan aturan hak cipta, 30,1 % siswa dapat memanfaatkan sumber
digital secara sederhana, mengamati aturan hak cipta, juga dalam penggunaan ulang dan
pengembangan lebih lanjut, 24 % siswa dapat membuat teks komposit digital dengan konten
yang ditautkan, 22 % siswa dapat memahami dan menggunakan persyaratan formal digital
dalam teksnya sendiri.
Sebanyak 21 % siswa belum dapat merujuk ke sumber digital dan menerapkan aturan
hak cipta, 21% siswa dapat menghasilkan dan mengedit teks digital yang kompleks, 25 %
siswa dapat merujuk dan menilai sumber digital dalam situasi terkait subjek yang relevan, 27
% siswa dapat memilih dan menggunakan alat digital yang relevan dengan kelompok sasaran
dan persyaratan formal digital, 40% siswa dapat mengelola aturan hak cipta untuk produk
digital milik sendiri dan menguasai referensi sumber digital.
Sebanyak 25 % siswabisa penggunaan alat dan media digital sederhana untuk
presentasi dan komunikasi, 29 % bisa menggunakan pilihan alat dan media digital untuk
presentasi dan komunikasi, 30% siswa dapat memanfaatkan berbagai alat dan media digital
untuk menyampaikan pesan baik secara tatap muka maupun kelompok komunikasi, 30 %

4
siswa dapat menggunakan media digital dan alat untuk menyampaikan pesan yang jelas dan
detail untuk komunikasi dan dokumen-tasi, 30% siswa belum dapat memilih, menilai, dan
menerapkan alat komunikasi digital sesuai dengan kebutuhan terkait mata pelajaran yang
berbeda.
Sebanyak 25% siswa belum dapat mengikuti aturan dasar untuk interaksi digital dan
untuk perlindungan privasi pribadi di internet, 30 % siswa belum dapat menerapkan netiket
(etika komunikasi lewat internet) dasar dan mengetahui ten-tang aturan untuk perlindungan
integritas pribadi di Internet, 29 % siswa belum dapat menerapkan netiket (etika komunikasi
lewat internet) dan mengikuti aturan untuk perlindungan integritas pribadi di Internet dan
media sosial, 28 % siswa belum dapat menggunakan internet dan media sosial secara efisien
dan tepat, 28 % siswa belum dapat merefleksikan secara baik dan dapat menilai Internet dan
media sosial sebagai saluran komunikasi dan informasi. Dari hasil analisis tersebut dapat
dikatakan bahwa dalam pengetahuan ICT siswa SMAN 5 Malang masih kurang.
Hasil dari analisis kebutuhan yang telah dilakukan pada Senin tanggal 8 Februari
2021 melalui wawancara online dan mengkaji dokumen perangkat pembelajaran kepada guru
biologi dan siswa kelas XI MIA D4 di SMAN 5 Malang menggunakan angket analisis
kebutuhan untuk melihat kemampuan literasi ICT. Perangkat pembela-jaran seperti silabus,
RPP, dan bahan ajar disusun melalui MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) yang belum
dikembangkan dan diperbaharui lebih lanjut oleh guru. Guru menggunakan perangkat
pembelajaran seperti silabus, RPP, LKPD dan penilaian yang sudah ada sebelumnya. Materi
pokok yang terdapat pada PROMES (Program Semester) tidak sesuai dengan materi sistem
reproduksi karena pada promes materi yang tercantum adalah sistem gerak. Alokasi waktu
sesuai masa pandemi menggunakan daring yaitu 10x 30 menit sedangkan pada promes
tertulis 10x45 menit.
Guru melakukan pembelajaran secara online. Guru lebih sering menyampaikan materi
menggunakan metode Jigsaw dan diskusi in-formasi dengan PPT melalui zoom. Penggunaan
aplikasi dalam mendukung pro-ses pembelajaran hanya menggunakan whatsapp dan zoom,
guru belum dapat menggunakan aplikasi selain aplikasi tersebut. Guru hanya mengetahui
literasi ICT dapat digunakan hanya menggunakan internet dan alat komunikasi seperti HP,
laptop. Guru masih belum memahami instrumen yang spesifik mengenai literasi ICT.
Bahan ajar yang digunakan oleh siswa sebagian besar berupa buku paket yang
disediakan oleh pemerintah dan internet. Bahan ajar tidak menggunakan LKPD/UKBM,
siswa hanya ditugaskan untuk membuat mind map, presentasi, dan artikel. Akhirnya guru
kesulitan untuk memunculkan sintaks/langkah pembela-jaran baik pada RPP dan bahan ajar.

5
Sumber belajar siswa diperoleh dari buku pegangan sekolah dan internet. Siswa banyak yang
pasif dalam mengikuti proses pembelajaran diantaranya dikarenakan pembelajaran kurang
menarik. Penilaian yang telah dilakukan meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan ketrampilan
masih belum menilai seluruh aspek yang akan dinilai. Penilaian tersebut tampak pada
instrumen dan rubrik penilaian yang dikembangkan berupa lembar observasi saat tanya-jawab
oleh guru dan unjuk kerja oleh guru.
Penilaian yang pasti diterapkan yaitu ulangan akhir pembelajaran dengan bentuk soal
pilihan ganda yang di infomasikan dan dikumpulkan melalui group-whatsapp. Guru kesulitan
dalam membuat soal dengan tingkatan C4-C6 yaitu menganalisis, mengevaluasi, dan
mencipta. Penilaian sikap dan psikomotorik hanya sebatas observasi oleh guru.
SMAN 5 Malang merupakan salah satu sekolah yang sudah memberikan fasilitas
kepada siswa untuk menunjang kebutuhan abad 21. Hal ini dibuktikan dari sarana dan
prasarana yang disediakan di sekolah, diantaranya komputer di perpustakaan dan sambungan
wifi sehingga siswa mudah mencari informasi dan sumber belajar atau mengerjakan tugas.
Hasil wawanacara dengan guru biologi menyatakan bahwa fasilitas yang diberikan dari
sekolah tidak sebanding dengan hasil belajar siswa, ada sekitar 20% siswa yang hanya
mendapatkan nilai minimal KKM yang sudah ditetapkan oleh sekolah.
Hasil observasi pada tanggal 15 Pebruari 2021 menunjukkan bahwa siswa di kelas XI
MIA D4 mengalami kesulitan dalam dalam menghafal dan isi materi tersebut masih dianggap
tabu. Siswa yang kurang mendapat informasi mengenai pendidikan seks dan rendahnya
pemahaman siswa juga disebabkan karena mudahnya mengakses informasi melalui internet
yang informasinya tidak dapat disaring dan dominan bersifat negatif, dikhawatirkan dapat
menjadikan siswa acuh terhadap kesehatan reproduksi (Hayati, 2019). Peran guru biologi
sangat diperlukan dalam pengetahuan tentang pendidikan seks, maka dilakukan pendekatan
informasi yang menggunakan bahasa ilmiah dan bimbingan guru dalam ngontrol siswa dalam
mengakses informasi melalui internet.
Berdasarkan latar belakang masalah, diperlukan pengembangan perangkat
pembelajaran Biologi dengan penerapan model pembelajaran yang berfokus untuk melatih
literasi ICT dan mengukur hasil belajar siswa yang didukung bahan ajar dan media teknologi.
Model pembelajaran yang digunakan disesuaikan dengan tujuan pendidikan dan
perkembangan siswa. Hmelo-Silver, dkk (2007) menjelas-kan bahwa Problem Based
Learning (PBL) dan Inquiry Learning, keduanya merupakan model pembelajaran yang
mengarahkan kepada penyelesaian masalah atau investigasi fenomena secara kompleks. Akan
tetapi model pembelajaran inkuiri lebih fleksibel digunakan dalam aktivitas pembelajaran dan

6
dalam penga-turan tugas guru. Guru bertugas sebagai fasilitator dan penyedia informasi,
maka dalam pengembangan perangkat ini digunakan model inkuiri.
Model inquiry learnig merupakan salah satu yang disarankan dalam Kurikulum 2013
untuk digunakan dalam mendukung pembelajaran active learning (Putri & Jumadi, 2017).
Penggunaan E-learning dapat mendukung Literasi ICT dalam bentuk LMS Moodle (Shurygn
& Sabirova, 2017). Aryawan (2008) menyatakan bahwa E-learning meningkatkan
kemampuan komputer dan komunikasi karena pembelajaran e-learning bersiifat praktikal dan
aktif seperti forum (group), chat rooms, dan tidak terbatas pada jadwal dan buku yang telah
dibutuhkan. Kemampuan belajar terasah dengan baik melalui e-learning. Dalam penelitian
Muazizah, dkk (2016) yaitu penggunaan e-learning berbasis moodle berpendekatan guided
inquiry terhadap hasil belajar siswa memperoleh rata-rata hasil belajar kogntif yang lebih
baik daripada kelas kontrol, begitu pula dengan nilai efektif dan psikomotornya.
Penelitian Hayong&Putra (2020) tentang pengembangan lembar kegiatan siswa
(LKPD) yang berbasis inkuiri terbimbing pada materi sistem reproduksi, bahwa LKPD
berbasis inkuiri yang dikembangkan layak digunakan menurut para ahli sebagai bahan ajar
untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.Fungsi LKPD dalam
pembelajaran yaitu untuk membantu siswa dengan terarah, sehingga LKPD dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan keaktifan siswa dan memperbaiki minat siswa (Bakirei
dkk., 2011).
Kurangnya literasi ICT dapat membuat siswa tertinggal dalam mengumpulkan
berbagai informasi penting dan pemanfaatannya. Kurnianingsih, dkk (2017) menjelaskan
bahwa kurangnya tingkat literasi ICT dapat berdampak pada mudahnya siswa dalam
melakukan plagiasi (penjiplakan). Dengan demikian, penting bagi siswa untuk melatih
penguasaan ICT dan mengembangkan literasi ICT agar berhasil berpartisipasi dalam
pendidikan, pekerjaan, dan masyarakat di abad ke-21 (Griffin, McGaw, & Care, 2012).
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dilakukan penelitian dengan judul
“Pengembangan Perangkat Pembelajaran E-learning model Inkuiri Terbimbing untuk
Melatih Literasi ICT dan Mengukur Hasil Belajar pada Materi Sistem Reproduksi Manusia
Siswa SMAN 5 Malang”.
METODE
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian pengembangan dengan menggunakan
model ADDIE (Branch, 2009) sebagai dasar pengembangan perangkat pembelajaran e-
learning dan hasil belajar siswa untuk melatih literasi ICT kelas XI di SMA Negeri 5 malang.
Tahapan pengembangan ADDIE terdiri dari analyze (menganalisis), design (merancang),

7
develop (mengembangkan), implement (mengimplementasi), dan evaluate (mengevaluasi)
seperti pada gambar 1. Pada penelitian ini mengembangkan perangkat pembelajaran berupa
silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), unit kegiatan belajar mandiri (UKBM),
media e-learning dan instrumen penilaian. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 8 februari
2021 sampai 20 Juli 2021 di kelas XI MIA D4 SMAN 5 Malang Jawa Timur Jalan Tanimbar
No.24 Kasin Kota Malang.

Gambar 1. Tahapan Penelitian Pengemabangan ADDIE (Branch, 2009)


Validator dalam penelitian ini terdiri dari validator ahli materi yaitu Prof. Dr. Abdul
Gofur, M.Si., dosen Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Malang, validator ahli perangkat pembelajaran yaitu Drs. H. Triastono,
M.Pd. dosen Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Negeri Malang, dan praktisi pendidikan yaitu Drs. Indro Bayuwono, M.Pd. yaitu guru
Biologi kelas XI SMAN 1 Tuban Kabupaten Tuban Jawa Timur. Responden dalam penelitian
ini adalah siswa kelas XI MIA D4 SMAN 5 Malang dengan jumlah 35 orang dan praktisi
pendidikan yaitu Drs. Tjatur Imbang Sasono, M.Pd. selaku guru Biologi kelas XI MIA D4
SMAN 5 Malang Jawa Timur.
Materi yang akan diteliti yaitu KD 3.12;4.12 dengan materi tentang hubungan antara
struktur jaringan penyusun organ reproduksi dengan fungsinya dalam sistem reproduksi yang
kaitannya dengan dampak pergaulan bebas, penyakit dan kelaian pada struktur dan fungsi
organ yang menyebakan gangguan sistem reproduksi manusia serta teknologi sistem
reproduksi.
Pengujian produk dilakukan dengan menggunakan instrumen pengumpulan data
berupa lembar validasi dan lembar angket respon untuk menguji kepraktisan. Pengujian
produk sebelum diuji coba oleh praktisi lapangan dan siswa dilakukan validitas oleh
validator.
Teknik Analisis Data
Pengujian perangkat pembelajaran e-learning dilakukan dengan uji kevalidan dan uji
kepraktisan. Untuk menentukan kepraktisan dan kevalidan produk yang dikembangkan

8
dengan menggunakanskla likert 1-5 dengan rubrik pedoman penskoran setiap pernyataan
dalam angket
Tabel 2. Aturan Penskoran Skala Likert
Kriteria Skor
Sangat setuju/sangat baik 5
Setuju/baik 4
Cukup setuju/cukup baik 3
Kurang setuju/kurang baik 2
Tidak setuju/tidak baik 1

Data uji kevalidan perangkat pembelajaran e-learning yang dikembangkan diperoleh


skor angket validasi ahli perangkat pembelajaran, ahli materi, dan praktisi pendidikan.
Analisis kevalidan dilakukan untuk mengetahui kelayakan perangkat pembelajaran e-learning
untuk digunakan. Rumus untuk menganalisis kevalidan sebagai berikut.
Total Skor Validitas
V= x 100%
Total skor maksimal
Data uji kepraktisan perangkat pembelajaran e-learning yang dikembangkan diperoleh
skor angket respon oleh praktisi pendidikan dan siswa yang telah menempuh materi sistem
reproduksi. Analisis kevalidan dilakukan untuk mengetahui kelayakan perangkat
pembelajaran e-learning untuk digunakan. Rumus untuk menganalisis kepraktisan sebagai
berikut.
Total Skor
V= x 100%
Total skor maksimal
HASIL PENELITIAN
Penilitian dan pengembangan ini menghasilkan produk berupa media pembelajaran e-
learning, silabus, RPP, LKPD, instumen penilaian dengan model inkuiri terbimbing untuk
melatih literasi ICT dan mengukur hasil belajar siswa kelas XI menggunakan materi Sistem
Reproduksi untuk Manusia berdasarkan Kompetensi Dasar 3.12 dan 4.12. untuk kelas XI
SMA yang tercantum pada kurikulum 2013. Proses pengembangan pada semua perangkat
pembelajaran telah melalui beberapa tahapan yaitu uji kelayakan yang dilakukan oleh ahli
materi, ahli perangkat, dan praktisi pendidikan, dan uji coba produk dilakukan dengan uji
coba perorangan, uji coba kelompok kecil, dan uji coba kelompok besar oleh siswa kelas XI
MIA D4 SMAN 5 Malang.
Hasil Validasi Ahli
Validasi ahli dalam penelitian ini melibatkan tiga validator ahli perangkat
pembelajaran, ahli materi dan praktisi pendidikan. Rata-rata hasil validasi disajikan dalam

9
Gambar 2. Hasil Validasi perangkat pembelajaran yang ditunjukan pada Gambar 2 memiliki
kriteria valid. Berdasarkan hasil tersebut perangkat pembelajaran e-learning yang
dikembangkan dapat digunakan namun dengan revisi kecil sebelum dilakukan uji coba.

100
100
100
100
100
100
90
80
70
Silabus
60
Nilai (%)

RPP
50 LKPD
40 Media E-learning
Instrumen Penilaian
30
20
10
0

Gambar 2. Hasil Validasi Ahli


HASIL KEPRAKTISAN PRODUK
Perangkat pembelajaran e-learning yang telah direvisi berdasarkan validator selanjutnya
diuji coba keprktisan. Validasi kepraktisan dalam penelitian ini melibatkan praktisi
pendidikan dan responden (siswa). Pada responden yaitu siswa uji coba kepraktisan
dilakukan perorangan, setelah itu diujicobakan kelompok kecil dan terakhir diuji cobakan
pada kelompok besar. Rata-rata hasil kepraktisan disajikan dalam Gambar 3. Hasil
kepraktisan perangkat pembelajaran e-learning yang ditunjukan pada Gambar 2 memiliki
kriteria praktis. Berdasarkan hasil tersebut perangkat pembelajaran e-learning yang
dikembangkan dapat digunakan namun dengan revisi kecil sebelum dilakukan uji coba.

Chart Title
100
91.04
90.93
87.09 86.14
80
Praktisi Pendidikan
Perorangan
60
Nilai (%)

Kelompok Kecil
Kelompok Besar
40

20

Gambar 3. Hasil Kepraktisan Praktisi Pendidikan dan Responden (siswa)

10
PEMBAHASAN
Penelitian pengembangan ini merupakan penelitian yang dilakukan untuk
menghasilkan perangkat pembelajaran untuk melatih literasi ICT dan mengukur hasil belajar
pada materi Sistem Reproduksi pada Manusia kelas XI SMAN 5 Malang. Materi Sistem
Reproduksi Manusia merupakan materi yang abstrak dan dianggap tabu. Siswa yang kurang
mendapat informasi mengenai pendidikan seks dan rendahnya pemahaman siswa juga
disebabkan karena mudahnya mengakses informasi melalui internet yang informasinya tidak
dapat disaring dan dominan bersifat negatif, dikhawatirkan dapat menjadikan siswa acuh
terhadap kesehatan reproduksi (Hayati, 2019). Peran guru biologi sangat diperlukan
pendekatan informasi yang menggunakan bahasa ilmiah dan bimbingan guru dalam
mengontrol siswa dalam mengakses informasi melalui internet. Pengembangan perangkat
pembelajaran e-learning menghasilkan produk berupa silabus, RPP, LKPD, media
pembelajaran e-learning dan instrumen penilaian.
Indikator kompetensi pada Kompetensi Dasar 3.12 dan 4.12 yaitu (3.12.1)
Mengidentifikasi struktur dan fungsi alat reproduksi pada laki-laki dan wanita, (3.12.2)
Menjelaskan proses pembentukan sperma dan sel telur, (3.12.3) Menjelaskan proses ovulasi
dan hormone yang mempengaruhinya, (3.12.4) Menjelaskan proses fertilisasi, (3.12.5)
Menjelaskan proses menstruasi pada wanita, (3.12.6) Mempresentasikan video gangguan
system reproduksi manusia.
Hasil dari uji coba perorangan oleh 3 siswa dari kelas XI MIA D4 SMAN 5 Malang
pada tanggal 21 Juli 2021 pada hasil produk perangkat pembelajaran e-learning memperoleh
nilai rata-rata sebesar 90,93 % yang termasuk dalam kriteria sangat praktis. Kemudian
dilakukan uji coba kelompok kecil oleh 10 siswa pada tanggal 21 Juli 2021 memperoleh nilai
rata-rata sebesar 91,04% yang termasuk ke dalam kriteria sangat praktis. Hasil uji coba yang
terakhir yaitu uji coba kelompok besar oleh 22 siswa pada 22 Juli 2021 memperoleh rata-rata
sebesar 86,14 % yang termasuk ke dalam kriteria sangat praktis. Berdasarkan kriteria tingkat
kepraktisan (Hestari,2016) skor 86-100% dinyatakan sangat praktis. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran e-learning yang dikembangkan berupa silabus,
RPP, LKPD, media e-learning dan istrumen penilaian sangat layak dan sangat praktis
digunakan dalam pembelajaran.
a. Silabus
Silabus merupakan garis besar dalam pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi
lingkungan belajar daerah atau satuan pendidikan setempat (Akbar,2013). Berdasarkan hasil

11
uji coba penelitian ini, perangkat pembelajaran diantaranya silabus yang dikembangkan
layak dan praktis untuk melatih literasi ICT dan mengukur hasil belajar siswa.
Silabus dikembangkan sesuai dengan Permendikbud no. 22 tahun 2016 tentang
Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Format
penyusunan berisi identitas mata pelajaran yakni biologi, identitas sekolah yakni SMAN 5
Malang kelas XI, kompetensi inti dan kompetensi dasar 3.12 dan 4.12 berdasarkan
kurikulum 2013 yakni materi sistem reeproduksi manusia, materi pembelajaran sistem
reproduksi manusia, kegiatan pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing dan literasi
ICT, penilaian yakni pada kognitif, afektif, dan psikomotorik, alokasi waktu 12 JP dan
sumber belajar menggunakan buku biologi kelas XI dari sekolah, media e-learning, dan
internet.
Kegiatan pembelajaran pada silabus yang telah dikembangkan menggunakan
pendekatan saintifik dengan model inkuiri terbimbing, yaitu mengidentifikasi masalah,
rumusan masalah, membuat hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat
kesimpulan. Melalui pengamatan, merencanakan pembelajaran, menganalisis, dan membuat
kesimpulan dapat menjadikan siswa aktif dalam pembelajaran sehingga proses belajar
menjadi bermakna, karena siswa mampu mengasimilasi pengetahuan yang telah dimilikinya
dengan pengetahuan baru (Masitoh, dkk.2017). Kegiatan pembelajaran yang
mengintegrasikan literasi ICT dapat meningkatkan mutu belajar siswa (Rahmatina, 2018).
b. RPP
Berdasarkan hasil uji coba penelitian ini, perangkat pembelajaran diantaranya RPP
yang dikembangkan layak dan praktis untuk melatih literasi ICT dan mengukur hasil belajar
siswa. RPP dikembangkan berdasarkan pada Kurikulum 2013 dengan materi sistem
reproduksi manusia. Pengembangan indikator dan tujuan pembelajaran dirumuskan untuk
melatih literasi ICT dan mengukur hasil belajar. Kegiatan pembelajaran didesain untuk
membantu siswa dalam literasi ICT dan mengukur hasil belajar.
Model pembelajaran yang digunakan adalah inkuiri terbimbing. Berdasarkan
Permendikbud No.22 Tahun 2016, inkuiri merupakan salah satu model pembelajaran yang
harus diterapkan agar siswa mampu mencapai 3 ranah kompetensi yaitu afektif,
psikomotorik dan kognitif. Menurut Prasajo (2016) pembelajaran yang berbasis inkuiri
terbimbing akan memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik. Pelaksanaan
identifikasi masalah, merumuskan masalah memberikan kesempatan kepada siswa dalam
mengidentifikasi apa yang diketahui dari permasalahan dan apa yang perlu diselesikan dari
masalah tersebut. Selanjutnya kegiatan hipotesis membantu siswa merencanakan

12
penyelesaian. Hasil dari tahapan pengumpulan data dan menguji membantu siswa agar dapat
menyelesaikan masalah dan tahapan kesimpulan memantau siswa agar mampu melakukan
pengecekan kembali terhadap apa yang telah dikerjakan.
Penilaian dilakukan terhadap keterampilan masalah dan lietasi ICT siswa melalui tes
uraian. Keberhasilan literasi ICT dalam kegiatan belajar mengajar menurut Buabeng (2015)
sangat tergantung pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Rencana pelaksanaan
pembelajaran yang terintegrasi ICT yang baik adalah harus mengutamakan program
pembelajaran yang menggunakan teknologi seperti komputer, mengintegrasikan ICT dalam
kegiatan belajar mengajar, menyiapkan materi dengan mencari diinternet, membuat media
seperti powerpoint (Triyoso, 2016).
c. LKPD
Berdasarkan hasil uji coba penelitian ini, perangkat pembelajaran diantaranya LKPD
yang dikembangkan layak dan praktis untuk melatih literasi ICT dan mengukur hasil belajar
siswa. Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) berbasis inkuiri terbimbing dapat membatu
siswa dengan terarah sehingga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan keaftifan siswa dan
memperbaiki minat siswa (Bakirei dkk., 2011). Penelitian Hayong&Putra (2020) tentang
pengembangan lembar kegiatan siswa (LKPD) yang berbasis inkuiri terbimbing pada materi
sistem reproduksi, bahwa LKPD berbasis inkuiri yang dikembangkan layak digunakan
menurut para ahli sebagai bahan ajar untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran.
Kemendikbud (2013) menyatakan bahwa kegiatan yang ada pada LKPD dapat
mendorong dan menginspirasi siswa untuk dapat memahami, menerapkan dan
mengembangkan pola pikir yang rasional dan obyektif dalam merespon subtansi atau materi
pembelajaran. Penyusunan LKPD menggambarkan kegiatan yang ada pada RPP, yaitu
menggunakan model inkuiri terbimbing dan literasi ICT. LKPD yang dikembangkan sesuai
sintaks inkuiri terbimbing yang melibatkan siswa untuk mengidentifikasi masalah, rumusan
masalah, membuat hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat
kesimpulan. Selain itu LKPD juga dikembangkan sesuai indikator literasi ICT yang
melibatkan siswa dalam pencarian dan proses (search and process), menghasilkan
(produce), komunikasi (communication), dan penilaian digital (Digital Judgment), sehingga
dapat melatih literasi ICT siswa.
d. Media E-learning
Berdasarkan hasil uji coba penelitian ini, perangkat pembelajaran diantaranya media
e-learning yang dikembangkan layak dan praktis untuk melatih literasi ICT dan mengukur

13
hasil belajar siswa. Media pembelajaran yang dikembangkan berupa e-learning dengan
penyedia platform berupa moodle, media didesain sesuai kebutuhan RPP dan diterapkan
dalam pelaksanaan pembelajaran dapat melatih literasi ICT siswa SMAN 5 Malang. Hal ini
sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Amandu dkk (2013) yang menjelaskan platform e-
learning moodle dapat meningkatkan partisipasi siswa dan motivasi belajar.
Menurut penelitian Haviluddin (2010) media e-learning telah terbukti menjadi
alternatif bagi kalangan pendidikan dalam berinteraksi dalam proses pembelajarann active
larning. Media teknologi informasi juga telah dianggap berhasal dalam meningkatkan
motivasi dan minta belajar bagi para siswa. Media pembelajaran e-learning ini dapat diakses
melalui gadged berupa handphone dan laptop. Siswa tidak perlu mendownload aplikasi, dan
cukup mengakses alamat e-learning yang diberikan guru. Media pembelajaran e-learning
dapat mendukung inkuiri terbimbing berbantuan e-learning diharapkan dapat melatih literasi
ICT dan mengukur hasil belajar siswa. E-learning yang dilengkapi dengan teknologi internet
menjadikan media mampu menyajikan kepada guru dan siswa banyak sumber belajar untuk
mendukung pembelajaran, memberikan kesempatan untuk belajar lebih baik, lebih fleksibel
dan dapat disediakan dalam berbagai desain (Uzum,2012).
e. Instrumen Penilaian

Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan


pencapaian hasil belajar peserta didik (Daryanto & Aris, 2014). Proses penilaian
membutuhkan suatu perangkat untuk mengakses kompetensi yang dicapai siswa, yaitu
instrumen penilaian. Menurut Permendikbud No.23 Tahun 2016 siswa harus memiliki
kompetensi psikomotorik, afektif, dan kognitif. Kompetensi tersebut dapat mengukur hasil
belajar siswa. Instrumen penilaian afektif atau sikap disusun dalam bentuk lembar observasi
yang terdiri dari beberpa sikap yang diamati oleh guru selama proses pembelajaran.
Instrumen penilaian aspek psikomotorik berkenaan dengan keterampilan siswa, diantaranya
keterampilan literasi ICT. Instrumen penilaian aspek kognitif berkenaan dengan hasil belajar
siswa berupa tes essai dengan indikator ICT.Siswa yang menggunakan instrumen penilaian
hasil belajar siswa berbasis ICT pada saat ujian dapat dijadikan sebagai sarana dalam
membelajarkan bersikap jujur dan sportif dalam melakukan tes, dapat juga mengukur
kompetisi dan kemampuan pribadi yang sesungguhnya (Hamid, 2016). Instrumen penilaian
hasil belajar siswa berbasis ICT yang baikmenurut Arifin (2012) mampu mengukur
kompetensi siswa yang sesungguhnya secara akurat, praktis digunakan untuk mempermudah

14
pelaksanan tes hasil belajar siswa, deskriminatif dalam mengungkap perbedaan kemampuan
kognitif siswa dan porposional antara soal dengan tingkat kesulitan.
KESIMPULAN
Perangkat pembelajaran e-learning berupa silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP), unit kegiatan belajar mandiri (UKBM), media e-learning dan instrumen
penilaiandengan model inkuiri terbimbing pada materi sistem reproduksi sangat valid dan
sangat praktis digunakan untuk melatih literasi ICT dan mengukur hasil belajar siswa kelas
XI SMAN 5 Malang
UCAPAN TERIMA KASIH
penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak akan terseselaikan tanpa bantuan, dorongan,
dan bimbingan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung. Pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya :
1. Ibu Dra Sunarmi, M.Pd. dan Ibu Dra. Amy Tenzer, M.Si., selaku dosen pembimbing
yang selalu memberi dukungan, bimbingan, dan ilmu yang sangat bermanfaat selama
penyusunan penelitian ini.
2. Ibu Prof. Hera selaku Dosen Penguji saat Ujian Skripsi yang telah memeberikan kritik
dan saran untuk menyempurnakan artikel ini.
3. Ibu, ayah dan adik-adik tercinta yang salama ini memberikan kasih sayang, semangat,
dan doa yang tak henti-hentinya mengalir demi kelancaran dan kesuksesan peneliti
dalam menyelesaikan penelitian ini.
DAFTAR RUJUKAN
Akbar, S.2017. Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
Bakirei, H., Bilgin, A. K., and Simsek, A. 2011.”The Effects of simulation Technique and
Worksheets on Formal Operational Stage in Science and Technology Lessons.
Trabzon. Karadeniz Technical University”. Journal of Procedia Sosial and
Behavioral Sciences. Vol (15): 1462–1469
Boyd, D. 2014. It’s complicated: The social lives of networked teens. New Haven, CT: Yale
University Press.
Branch, R.M. 2009. Instructional Design The ADDIE Approach. New York: Spinger. DOI
10.1007/978-0-387-09606-6.
Chand, L. 1994. A Psychometric Evaluation of 4-Point and 6-Point Likert-Type Scales in
Relation to Reliability and Validity. Applied Psychological Measurement. 18 (3):
205-215. Dari https://conservancy.umn.edu/handle/11299/114834.

15
Daniel J. 2012. ICT dan Pembelajaran (Kurikulum untuk Sekolah dan Program
Pengembangan Guru), terjemahan dari Information and Communication
Technology in Education (A Curriculum for Schoolsand Programme of Teacher
Development). Jakarta.
Daryanto & Aris, D.2014. Pengembangan Perangkat Pembelajaran. Yogyakarta: Gava
Media.
Green, H., & Hannon, C. 2007. Young people are spending their time in a space which adults
find difficult to supervise or understand. Their space education for a digital
generation.
diakseshttp://dera.ioe.ac.uk/23215/1/Their%20space%20-%20web.pdf
Griffin, P., McGaw, B., & Care, E. 2012. Assessment and teaching of 21st-century skills.
Melbourne, Australia: Springer. doi:10.1007/978-94-007-2324-5
Hayati. 2019. Analisis Pemahaman Siswa tentang Pendidikan Seks dalam membentuk
Karakter Peduli Kesehatan Pada Pembelajaran Biologi. Jurnal Pelita Pendidikan.
Volume 7 Nomor 2 (2019) 087-093.
Hayong, Mariana.S.W., Putra,Sukarman.H.J. 2020. Pengembangan Lembar Kerja Peserta
Didik (LKPD) Berbasis Inkuiri pada Materi Sistem Reproduksi Manusia Kelas XI
SMA. Spizaetus: Jurnal Biologi dan Pendidikan Biologi. P-ISSN:2722-869X; e-
ISSN:2716-151X.
Helsper, E. J., & Eynon, R. 2010. Digital natives: Where is the evidence? British Educational
Research Journal, 36(3), 503–520. doi:10.1080/01411920902989227 Selwyn, N.
(2009). The digital native—Myth and reality. Aslib Proceedings, 61(4), 364–379.
doi:10.1108/00012530910973776
Hmelo-Silver, C. E., Duncan, R. G., & Chinn, C. A. 2007. Scaffolding andachievement in
problem-based and inquiry learning: a response to151Kirschner, Sweller, and.
Educational Psychologist, 42(2), 99-107. DOI:10.1080/00461520701263368
Ivanova, O. 2016. Translation and ICT competence in the globalized world.Procedia - Social
and Behavioral Sciences, 231, 129 – 134.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Penjelasan tentang kurikulum2013.
Kuhlthau C.C., Leslie, K.M., & Ann, K.C. 2007. Guided Inqur Learing In The 21 Century.
United States of America: Libraries Unlimited.
Kurnianingsih, I., Rosini, R., & Ismayati, N. 2017. Upaya peningkatankemampuan literasi
digital bagi tenaga perpustakaan sekolah dan guru diwilayah jakarta pusat melalui
pelatihan literasi informasi. JurnalPengabdian kepada Masyarakat (Indonesian

16
Journal of CommunityEngagement), 3(1), 61-76. DOI:
http://doi.org/10.22146/jpkm.25370
Lliewellyn, D. 2013. Teaching High School Science Throught Inquiry and argumentation.
USA: Corwin A Sage Company.
Matias, A. 2011. Using classroom management strategies in an inquiryclassroom. (publish
magister thesis). Education and Human DevelopmentMaster’ Theses. State
University of New York.
Muazizah, N. M., Nurhayati, S., & Cahyono, E. 2016. Keefektifan penggunaane-learning
berbasis moodle berpendekatan guided inquiry terhadap hasilbelajar siswa. Jurnal
Inovasi Pendidikan Kimia, 10(2), 1760-1768
Mujahidin, A.2017.Contextual Inquiry(CO-IN) Worksheet pada Materi Struktur dan Fungsi
Jaringan Tumbuhan. Prosiding Seminar nasional Hayati V. 1(1): 264-271. Diakses
dari http://conference.unpkediri.ac.id/index.php/hayati/hayati5/paper/viewFile/-
57/42
Munir. 2009.Kontribusi Teknologi Informasi Dan Komunikasi (TIK) dalam Pendidikan di
Era Globalisasi Pendidikan Indonesia. Jurnal Pendidikan Teknologi Informasi dan
Komunikasi 2.
Niess, M. L. 2005. Preparing teachers to teach science and mathematics withtechnology:
developing a technology pedagogical contentknowledge. Teaching and teacher
education, 21(5), 509-523.doi:10.1016/j.tate.2005.03.006
Oblinger, D.G. 2004. The next generation of educational engagement. Journal of Interactive
Media in Education, 2004(1), 10. doi:10.5334/2004-8-oblinger
Passey, D., Rogers, C., Machell, J., & McHugh, G. 2004. The motivational effect of ICT on
pupils. Research Report RR523. ISBN 1 84478 204 2. London: Department of
Educational Research, Lancaster University. Dari
http://downloads.smarttech.com/media/research/international_research/uk/lancaster_
report.pdf
Peratuan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Iindonesia no 158 tahun 2014
tentang Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester Pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan menengah, (online), (http://bsnp-indonesia.org/wpcontent/-
uploads/2017/09/permendikbud-nomor-158-tahun-2014.pdf), diakses 20 Februari
2021.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indoesia Nomor 59 tahun 2014
tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas?Madrasah Aliyyah, (online),

17
(http://simpuh-.kemenag.go.id/regulasi/permendkbud_59_14.pdf), diakses 17
Februari 2021
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 23tahun 2016
tentang Standar Penilian Pendidikan, (online),
(https:bsnpindonesia.org/wpcontent/upload/2009/09/Permendikbud_Tahun2016_No
mor023.pdf), diakses 15 Februari 2021.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2016
tentang Standar Proses Pendidikan dasar dan Menengah. (online), (https://bsnp-
indonesia.org/wp-content/uploads/2009/06/Permendikbud_Tahun2016_Nomor022_-
Lampiran.-pdf), diakses 19 Februari 2021.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2016
tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi dasar Biologi SMA/MA.(online),
(http://dikdasmen.kemdikbud.go.id/wpcontent/uploads/2016/07/Permen-dikbud-No-
24-tahun-2016.zip), diakses 18 Februari 2021
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Rrepublik Indonesia nomor 70 tahun 2013
tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan/-
Madrasah Aliyah Kejuruan. (online), (https://luk.staff.ugm.ac.id/atur/bsnp/Permen-
dikbud70-2013KD-StrukturKurikulum-SMK-MAK.pdf), diakses 21 Februar 202.
Peraturan Pemerintah nomor 20 tahun 2016 tentang Standa Kompetensi Lulusan Pendidikan
Dasar Dan Menengah. (online), (https://bsnp-
indonesia.org/wpcontent/uploads/2009/04/Permendikbud_Tahun2016_Nomor)20_L
ampiran.pdf), diakses 21 Februari 2021.
Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan. (online),
(http://kelembagaan.ristekdikti.gp.id/wp content/uploads/2016/08/2013.pdf), diakses
20 Februari 2021.
Prasetyo, Z.K., Rer.N.S., Insih, W., Putri, A., Widodo, S.W., Rizka, A.P., Laila, K., Deni, A.,
Yeni, R.W., Olivia, A.K., R.A.F., & Mia, H. 2013. Pengembangan Perangkat
Pembelajran Sains Terpadu untuk Meningkatkan Kognitif, Keterampilan Proses,
Kreativitas serta Menerapkan Konsep Ilmiah Siswa SMP. Makalah disajikan dalam
Pelaksaan Kegiatan Program Pengabdian kepada Masyarakat (PPM) Unggulan,
Universitas Negeri Yogyakarta.
Prastowo, A. 2015. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: DIVA
Press.

18
Prayitno, Wendhie. 2013. Pemanfaatan TIK dalam Pembelajaran Abad 21. Widyaiswara
LPMP D.I.Yogyakarta. (online), (https://lpmpjogja.kemdikbud.go.id/pemanfaatan-
tik-dalam-pembelajaran-abad-21/), diakses 3 Maret 2021.
Purnamasari, K., & Lestari, H. P. 2017. Pengembangan perangkat pembelajaranuntuk SMP
kelas VII materi segitiga dan segi empat melalui pendekatankonstekstual dan model
pembelajaran probing prompting. JurnalPendidikan Matematika 6(1), 18-30. p-
ISSN: 1978-0044; e-ISSN: 2549-1040
Putri, R.F., & Jumadi, J. 2017. Kemampuan guru fisika dalam menerapkanmodel-model
pembelajaran pada kurikulum 2013 serta kendala-kendalayang dihadapi. Jurnal
Inovasi Pendidikan IPA 3(2), 201-211.https://doi.org/10.21831/jipi.v3i2.8636

19

Anda mungkin juga menyukai