Anda di halaman 1dari 15

Journal of Diplomacy and International Studies P-ISSN: 2656-3878

https://journal.uir.ac.id/index.php/jdis/index E-ISSN 2656-8713

POLITIK INSTITUSI REZIM INTERNASIONAL (KONSEP DAN PENDEKATAN ANALISIS)


1Rendi Prayuda, 2Syafri Harto, 3Desri Gunawan
1HubunganInternasional, Universitas Islam Riau, Indonesia
2HubunganInternasional, Universitas Riau, Indonesia
3Hubungan Internasional, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Indonesia

Email: rendiprayuda@soc.uir.ac.id, syafriharto@lecturer.unri.ac.id


desrigunawan@umrah.ac.id

ABSTRACT
The concept of international anarchy initially clarifies the absence of actors in
international politics of the supernatural organization in the practice of international
relations. But the existence of international regime in international politics currently affects
the pattern of relations between countries in creating and facilitating the creation and
international cooperation. This article analyzes the concepts and approaches of international
regime studies by using a qualitative, descriptive approach conducted by a literature study
method. The results of this study show that the international regime is the specific actualisation
of international organisations formed in a centralistic, independent and rationality. An analysis
approach to the international regime is carried out with a rationalist and reflectiveal
approach.

Keywords: politics, institution, international and regime.

97
Journal of Diplomacy and International Studies P-ISSN: 2656-3878
https://journal.uir.ac.id/index.php/jdis/index E-ISSN 2656-8713

A. Pendahuluan pertahanan kolektif), perdagangan,


Dinamika isu dan aktor dalam keuangan dan investasi, informasi dan
politik internasional kontemporer hari ini komunikasi, hak asasi manusia, dan
telah menjadikan negara tidak lagi lingkungan.
menjadi satu-satunya aktor dalam politik Hubungan internasional
internasional. Terdapat beberapa aktor merupakan suatu studi dalam ilmu sosial
lainnya yang berpengaruh dalam arena yang mempelajari mengenai hubungan –
politik internasional, salah satunya adalah hubungan negara, individu atau aktor non
organisasi internasional. Menguatnya negara dengan negara lainnya atau
peran organisasi internasional baik organisasi internasional yang melewati
regional ataupun internasional telah batas – batas teritiorial negara. Hubungan
menjadikan organisasi internasional yang internasional bersifat sangat kompleks
diisi oleh keanggotaan negara-negara karena didalamnya terlibat bangsa –
yang bergabung menjadi sebuah rezim bangsa yang masing – masing berdaulat,
dalam politik institusi internasional. sehingga memerlukan mekanisme yang
Sehingga mengakibatkan semakin lebih rumit dari pada hubungan antar
bervariasinya isu, aktor dan pola kelompok manusia didalam suatu negara.
hubungan internasional secara teori dan Hubungan itu secara potensial
praktik. mengandung tingkat bahaya yang tinggi
Artikel ini akan mendeskripsikan karena umumnya setiap negara yang
konsep dan pendekatan dari rezim terlibat mendasarkan diri pada upaya
internasional dalam arena politik mengejar kepentingan nasional masing-
internasional. Analisis terhadap rezim masing apalagi dengan ditemukannya
internasional dalam kajian ilmu hubungan senjata pemusnah massa.
internasional saat ini mendapatkan Asumsi dari studi hubungan
perhatian yang cukup besar oleh para internasional adalah bahwa potensi
penstudi hubungan internasional bahaya itu dikurangi dan kemungkinan
terutama terkait bagaimana rezim untuk menciptakan perdamaian bisa
internasional mampu mempengaruhi pola ditingkatkan, asalkan umat manusia mau
kepentingan dan kebijakan negara sebagai melakukan sesuatu demi tujuan itu.
unitary and rational actor dan Pengkaji ilmu hubungan internasional
menciptakan pola perdamaian dalam sangat merasakan mendesaknya
hubungan internasional. Rezim kebutuhan untuk menghindari perang.
internasional berkembang pesat sejak Pada dasarnya tujuan utama studi
perang dunia kedua. Sampai saat ini pun hubungan internasional adalah
rezim sudah meliputi hampir seluruh mempelajari perilaku internasional,
aspek hubungan internasional yang perilaku para aktor negara maupun non
membutuhkan koordinasi antar state, negara di dalam arena transaksi
mulai dari isu pertahanan (misalnya internasional. Perilaku iut bisa berwujud
pembatasan pengembangan senjata atau perang, konflik, kerjasama, pembentukan
98
Journal of Diplomacy and International Studies P-ISSN: 2656-3878
https://journal.uir.ac.id/index.php/jdis/index E-ISSN 2656-8713

aliansi, interaksi dalam organisasi kelompok negara, mungkin puas dengan


internasional dan sebagainya. status quo dan mencari keamanan, tetapi
Struktur politik merupakan tidak mendapatkannya. Konflik dan
konstruksi atas aktor politik, tingkah laku perang dapat terjadi tanpa adanya konflik
aktor politik dan aksi serta interaksi ekonomi atau ideologi.
mereka didalam masyarakat. Secara Pecahnya perang tidak selalu
struktur politik domestik memiliki berarti bahwa expansi, atau bahwa
struktur politik yang bersifat hirarkis manusia pada dasarnya memiliki
dimana hubungan tatanan politik dan dorongan untuk mendapatkan kekuasaan.
pemerintahan bersifat subordinasi dan Security dilemma bisa menjelaskan
pemilihan kepala pemerintahan biasanya terjadinya sebuah peperangan tetapi tidak
didominasi oleh dua partai politik besar. bisa menjelaskan semua perang yang
Sedangakan model struktur politik pernah terjadi. Perang bisa terjadi ketika
internasional bersifat koordinasi diantara tidak seorangpun menginginkannya;
negara-negara dalam dunia internasional. perang bisa terjadi karena memang
Struktur politik domestik memiliki diinginkan. Dalam kondisi anarkis paling
institusi dan pemerintahan yang berdaulat benar bukan pertanyaan, ”why does war
yang bertugas mengatur dan memelihara occur?” , tetapi “Why does war not occur
stabilitas sistem domesitik, sedangkan more frequently than it does?”. Kalau
politik internasional tidak memiliki hubungan internasional adalah dalam
lembaga dan pemerintahan internasional state of war, mengapa tidak ada lebih
yang bertugas menjalankan roda banyak lagi negara yang hancur? Dua
pemerintahan internasional layaknya jawaban mengantar kita memahami
pemerintahan sebuah negara. politik internasional: mengapa negara
Lingkungan politik internasional tidak serawan individual – mengapa
yang anarkis memperkenankan setiap mereka bisa mengatasi dan tetap survive?
negara menjadi final judge (penentu Arnolds Wolfers menunjukkan mengapa
terakhir) atas kepentingannya sendiri, dan keamanan, meskipun mahal, bersaing
harus berusaha dengan kekuatan sendiri dengan tujuan lain dari suatu negara dan
mendapatkan semua sarana-prasarana mengapa batas-batas diperlukan terhadap
untuk mencapai kepentingan- usaha melakukan keamanan. Pengertian
kepentingannya. Karena ketiadaan anarki merupakan starting point untuk
otoritas central yang membolehkan memahami hubungan internasional.
perang terjadi, maka pertimbangan Balance of power merupakan suatu
keamanan menjadi yang terpenting. sistem dan cara yang ditempuh dalam
Karena efect dari security dilemma, usaha pergaulan antar bangsa dimana stabilitas
pemerintah untuk melindungi rakyatnya internasional dapat dicapai melalui usaha-
bisa membawa ketegangan dan perang usaha negara yang secara sengaja
meskipun semua pihak menginginkan mengejar tujuan stabilitas atau tidak.
perdamaian. Dua negara, atau dua Seperti halnya teori Adam Smith yang
99
Journal of Diplomacy and International Studies P-ISSN: 2656-3878
https://journal.uir.ac.id/index.php/jdis/index E-ISSN 2656-8713

mengatakan bahwa jika setiap orang berpikir realis yang menganggap


memburu kepentingannya sendiri, maka kerjasama antar negara tidak mungkin
interaksi egoisme masing-masing individu akan terjadi. Kehadiran rezim
justru akan meningkatkan kesejahteraan internasional ini timbul karena adanya
nasional. Demikian juga para teoritisi ketidakpuasan dengan konsep dominan
Hubungan Internasional mengajukan dari tata aturan internasional,
alasan, jika setiap negara mengejar kewenangan, dan organisasi.
kekuasaan bahkan dengan kemungkinan Definisi rezim dapat pula dikutip
merugikan negara lain, maka tidak ada dari Donald Puchala dan Raymond
satupun negara yang akan memiliki Hopkins yang berargumen bahwa sebuah
dominasi.Pada kedua kasus ini rezim ada di dalam setiap issue
kepentingan bersama malahan akan area hubungan internasional dimana
terpelihara, sebagai hasil dari berbagai terdapat keteraturan perilaku, seperti
interaksi individual yang selfish.Kendati prinsip-prinsip, norma-norma atau
demikian perlu dicatat bahwa sistem aturan-aturan harus ada untuk
balance of power kadang-kadang gagal dipertanggungjawabkan. Seperti yang
dalam mencegah perang, kalau terjadi dikutip di bawah ini: a regime exists in
suatu “shift” atau perubahan cepat dari every substantive isue-area in international
keseimbangan itu. Balance of power dapat relations… Wherever there is regularity in
mencegah kemungkinan suatu negara behavior, some kinds of principles, norms or
atau kelompok negara merebut hegemoni rules must exist to account for it. (Puchala,
dan dapat menjamin adanya ekuilibrium, 1982: 356). Definisi luas akan beresiko
tetapi belum dapat menjamin tercapainya mencampuradukan pola perilaku teratur
perdamaian. dengan aturan, dan hampir pasti terlalu
Stephen Haggard dan Beth A. jauh memprediksikan level
Simmons (1987) mengatakan bahwa kesepakatan normative dalam politik
rezim internasional muncul sebagai fokus internasional. Mengurangi rezim dari pola
penting dari riset empiris dan debat perilaku akan membuatnya sulit untuk
teoritis di dalam hubungan internasional. memutuskan bagaimana mereka
Perbedaaan signifikan antara model bermediasik, berlawanan, atau
kompetitif, zero-sum-game dari hubungan mempengaruhi perilaku. Kata “rezim”
antarnegara dan “kewenangan” dari seringkali digunakan sebagai cara paling
politik domestik terlihat terlalu banyak murni menggambarkan kelompok dari
mengambil penjelasan dari perilaku rangkaian perilaku-perilaku negara di
diantara negara maju. Padahal dilemma dalam isu-isu tertentu, tetapi pendekatan
kebijakan diciptakan dari tumbuhnya rasa ini sudah banyak ditinggalkan.
saling ketergantungan sejak perang dunia Sementara itu Strange (1982)
yang menghasilkan sebuah bentuk membantah, ia menekankan bahwa rezim
koordinasi dan organisasi baru yang sama merupakan miskonsepsi di mana
sekali tidak sesuai dengan kerangka sebenarnya tidak ada kepentingan bagi
100
Journal of Diplomacy and International Studies P-ISSN: 2656-3878
https://journal.uir.ac.id/index.php/jdis/index E-ISSN 2656-8713

norma-norma, prinsip, peraturan- konflik negara-negara di dunia. Beberapa


peraturan dan decision-making procedure. ahli lain mengatakan bahwa rezim hanya
Strange berpendapat rezim masih membuat kontrol demokratis lemah.
cenderung bersifat state-centic, artinya Walaupun demikian rezim sangat
rezim internasioal sesungguhnya tak lebih berpengaruh terhadap aspek kehidupan
dari sebuah bentuk multilateralisme antar penting anggota penyusunnya kendati
negara semata. Teori rezim dianggap pada prakteknya mereka tidak
masih terlalu bernuansa realist dan mengindahkan prinsip-prinsip
menjadi kurang relevan dalam studi demokratis yang diterapkan dalam
hubungan internasional kontemporer lingkup domestik anggotanya.
terutama setelah berkembangnya Kritik lain menyatakan bahwa
pemikiran-pemikiran yang membahas kebanyakan rezim hadir untuk mewakili
tentang power dan interdependence. Kele pandangan teknokratif dari birokrat yang
mahan kedua teori rezim ini berasal dari bekerja di rezim internasional tersebut,
konsentrasinya pada regulasi-regulasi dengan mengatasnamakan perjanjian
yang sangat spesifik: rezim internasional internasional, mereka memberikan
tidak selalu berupa konstruksi atau pengaruh mereka terhadap perumusan
tatanan politik yang bersifat perjanjian tersebut di belakang layar
komprehensif. Artinya, teori rezim secara tertutup. WTO misalnya telah
memang berhasil melepaskan diri dari menciptakan situasi “democratic
asumsi anarki dalam hubungan deficit” atau defisit demokrasi dengan
internasional, tetapi hanya dalam membangun suatu departemen
kerangka spesifik tersebut. mengurusi masalah kerakyatan (civilian
Selanjutnya adalah Aliran affairs department) yang semestinya
pemikirian liberal yang menyatakan mereka bertindak sebagai liaison dari
bahwa rezim mutlak diperlukan demi kehendak orang banyak bukan sebaliknya
menjaga kooperasi antar Negara–juga mencampuri urusan orang. Oleh karena
mendapatkan perlawanan berupa kritik itu menguatnya peran rezim internasional
yang mengatakan bahwa rezim justru dalam politik internasional semakin
merupakan sumber penambah konflik memberikan warna baru dalam arena
atau inefisiensi dalam politik dunia. Kritik perpolitikan internasional dalam
terhadap rezim mengekpresikan menciptakan perdamaian internasional
ketidaksepahaman mereka terhadap yang lebih fleksibel.
rezim yang berpengaruh sebagai sumber B. Metode
penambah konflik atau inefisiensi dalam Artikel ini menggunakan
politik dunia. Seperti halnya rezim pendekatan kualitatif deskriptif yang
keamanan yang diorganisasikan menganalisis permasalahan penelitian
oleh United Nations Security secara empiris. Pendekatan kualitatif ini
Council (Dewan Keamanan PBB) menggunakan jenis studi kepustakaan
seringkali disebutkan sebagai sumber yang fokus pada analisis jurnal dan buku
101
Journal of Diplomacy and International Studies P-ISSN: 2656-3878
https://journal.uir.ac.id/index.php/jdis/index E-ISSN 2656-8713

terkait studi kasus terhadap eksistensi arena yang tidak memiliki lembaga
rezim internasional dalam arena politik pemerintahan sentral. Tidak ada badan-
internasional. Selanjutnya analisis data badan yang berada diatas negara yang
dilakukan secara induktif dengan memiliki otoritas dan kekuasaan untuk
mengumpulkan terlebih dahulu artikel membuat aturan atau menyelesaikan
yang berhubungan dengan konflik. Negara-negara bebas melakukan
permasalahan penelitian dan komitmen dan perjanjian dengan negara
selanjutnya kesimpulan terhadap hasil lain, tetapi tidak ada kekuasaan yang bisa
temuan penelitian dilakukan pada menjamin dan mampu mengawasi
bagian akhir penelitian. pelaksanaan kalau terjadi deviasi. Hal ini
C. Hasil Penelitian dan yang dimaksud dengan anarchic
Pembahasan environment of international politics-
Struktur politik internasional yang ketiadaan supreme power. Situasi anarchy
bersifat anarkisme internasional dimana dikatakan sebagai a “state of war”.
tidak ada lembaga yang mengatur dalam Konsep State of war tidak berarti
hubungan dan politik internasional bahwa setiap negara secara konstan
mengakibatkan setiap negara dalam dunia berada ditepi jurang peperangan atau
internasional harus meningkatkan dalam keadaan berperang dengan negara
kekuatan militer dan pertahanannya lain. Banyak negara merasa terancam oleh
masing-masing agar menghindari some states at some time; dan setiap negara
serangan militer dari negara lain. Dengan mengalami masa-masa tidak aman secara
fokusnya setiap negara untuk intense. Tidak ada dua negara bertetangga
mengembangkan kekuatan militernya yang didalam sejarahnya berdekatan dan
maka akan menimbulkan kecurigaan yang bersahabat tanpa diselingi ketegangan
berlebihan satu negara dengan yang bahkan peperangan. Karena negara tidak
lainnya. Sehingga dengan adanya dilema dapat mengharapkan adanya supreme
keamanan terhadap masing-masing body untuk memaksakan aturan, ataupun
negara akan kekuatan militer masing- mengharapkan bantuan atau dukungan
masing negara tersebut, mengakibatkan negara lain, mereka harus mengandalkan
terjadinya keseimbangan kekuatan pada usaha sendiri, khususnya
diantara negara-negara dunia mempertahankan diri dari serangan.
internasional. Politik internasional dengan Untuk memahami struktur politik
bersifat anarkisme internasional adalah bahwa sistem internasional terdiri
melahirkan keseimbangan kekuatan atas independent political entities. Entities
diantara masing-masing negara, karena ini sebagian besar adalah negara, yang
masing-masing negara merasa dilema memiliki kemampuan untuk
untuk melakukan penyerangan terhadap menggunakan force terhadap negara lain.
negara lain begitu juga sebaliknya. Konflik kepentingan diantara mereka
Berbeda dengan politik domestik, menyebabkan penggunaan force tidak
politik internasional berlangsung disuatu dapat dihindarkan. Dalam pengertian
102
Journal of Diplomacy and International Studies P-ISSN: 2656-3878
https://journal.uir.ac.id/index.php/jdis/index E-ISSN 2656-8713

formal, struktur politik ini adalah anarki; internasional. Variabel kedua adalah sifat
sistem yang tidak mempunyai political teknologi yang tersedia pada aktor politik.
controller untuk mencegah penggunaan Anarki menciptakan kebutuhan yang
force dan untuk memaksakan hukum dan menyeluruh bagi strategi, dan meletakkan
tatanan yang universal. Global anarki kondisi yang menentukan tujuan mengapa
berbeda dengan sekelompok individu force digunakan. Teknologi merupakan
dimana hubungan diantara mereka totally faktor yang menentukan ruang lingkup
tanpa pemerintahan. Struktur yang opsi militer, ciri ancaman militer, dan
anarkis adalah dalam pengertian bahwa konsekwensi kalau menggunakan force
political power dan authority terletak pada tersebut. Tekonologi dalam pengertian
bagian-bagian dari sistem – yaitu negara, lain, merupakan variabel utama yang
dan bukan pada keseluruhanya. Hubungan mempengaruhi instrument of force yang
diantara negara ditentukan oleh nilai-nilai tersedia bagi aktor politik. Sifat dari
dan batasan-batasan power mereka instrumen tersebut meletakkan kondisi
sendiri. Hubungan didalam sistem seperti dasar dari strategi, dan salah satu sebab
itu membentuk apa yang disebut balance mengapa teknologi selalu berubah terus
of power. Tatanan didalam balance of menerus. Oleh karena itu dinamika ini
power tergantung pada tingkat tentu saja tidak lepas dari peran organisasi
disagreement diantara negara-negara internasional sebagai salah satu aktor
besar, kemauan dari sebagian terbesar dalam politik internasional.
negara-negara yang mau menanggung, Organisasi Internasional tidak
dan pada kemauan negara-negara lain selalu berhasil berpatisipasi aktif dalam
untuk sepakat mengenai aturan-aturan banyak permasalahan di kancah politik
dan norma-normanya. internasional. Hal ini terbukti dengan
Anarki merupakan self help system kegagalan sanksi Dewan Keamanan PBB
dimana negara bertanggung jawab terhadap negara Libya, Laporan
terhadap kelangsungan hidupnya sendiri. inspektorat IAEA dalam perkembangan
Hubungan diantara aktor yang nuklir Korea Utara, pasukan perdamaian
independent selalu memiliki PB di kawasan Timur Tengah dan banyak
kemungkinan konflik mengenai masalah kasus lainnya yang terjadi dan
politik, ekonomi dan sosial, dan menggambarkan secara jelas
kadangkala konflik tersebut akan ketidakberhasilan organisasi
mengakibatkan penggunaan force. internasional dalam menyelesaikan
Strategi menjadi sesuatu yang tidak bisa konflik antar negara di kancah politik
dihindari yang menyertai kehidupan internasional. Kegiatan organisasi
politik negara didalam anarki internasional dalam menyelesaikan
internasional. Struktur anarki terbukti konflik yang terjadi antara negara-negara
sangat bertahan lama, dan selama struktur dalam politik internasional, seperti yang
tetap seperti itu, strategi akan terus dilakukan oleh PBB adalah sebagai
berlangsung dalam hubungan berikut, yaitu: membantu dalam hal
103
Journal of Diplomacy and International Studies P-ISSN: 2656-3878
https://journal.uir.ac.id/index.php/jdis/index E-ISSN 2656-8713

pendanaan, pencegahan konflik, peraturan pemerintah yang meliputi


pencegahan konflik untuk tidak meluas jaringan-jaringan peraturan, norma-
dengan cara mediasi, adjudikasi, dan norma dan cara-cara yang mengatur serta
bentuk resolusi konflik lainnya. mengawasi dampaknya. “Norma” dalam
Mengapa negara mau konteks tersebut adalah nilai-nilai yang
menggunakan organisasi internasional didalamnya terkandung fakta tepercaya,
sebagai forum kerjasama? Bagaimana penyebab dan rectitude (keadilan/
bentuk kerjasama internasional antar kejujuran). Sedangkan yang dimaksud
negara dalam organisasi internasional? dengan “nilai-nilai” adalah perilaku
Dan untuk menjawab pertanyaan itu maka standar yang terbentuk karena adanya
konsentrasi tulisan ini menyangkut kewajiban dan keharusan (Robert O.
mengenai struktur dan cara operasi Keohane, 1989, Hal. 3-4).
organisasi internasional itu sendiri. “Peraturan” sendiri mengandung
Berdasarkan penjelasan diatas, maka anjuran untuk bertindak secara spesifik
terdapat dua fungsi karakteristik negara yang sifatnya membatasi. Sedangkan
dalam organisasi internasional yaitu “decision-making procedure” (prosedur
sentralisasi dan independen. Berdasarkan membuat keputusan) merupakan praktek
karakteristik tersebut, maka bentuk dari berlaku untuk membuat dan
hubungan antara negara dalam dunia mengimplementasikan pilihan kelompok.
internasional adalah institusionalisme. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
Institusi atau Rezim internasional pengertian rezim secara kontekstual
mulai berkembang semenjak masa Perang merupakan gabungan dari keempat nilai-
Dunia II, dimana pertemuan Bretton – nilai dasar tersebut di atas yang secara
Woods yang digelar pada pertengahan keseluruhan memfasilitasi lahir dan
tahun 1944 merupakan cikal bakal bertahannya sebuah rezim. Institusi
terbentuknya institusi atau rezim internasional sebagaimana penjelasan
internasional, khususnya dibidang diatas dapat diartikan sebagai salah satu
ekonomi. Sampai saat ini pun rezim sudah dari tiga bentuk, yaitu sebagai berikut:
meliputi hampir seluruh aspek hubungan 1. Organisasi formal antara
internasional yang membutuhkan pemerintah atau organisasi antar
koordinasi antar state, mulai dari isu negara non pemerintah. Sebagai
pertahanan (misalnya pembatasan sebuah organisasi yang memiliki
pengembangan senjata atau pertahanan tujuan khusus, organisasi ini bisa
kolektif), perdagangan, keuangan dan mengawasi aktivitas dan
investasi, informasi dan komunikasi, hak memberikan respon terhadap
asasi manusia, dan lingkungan; aktivitas tersebut dan organisasi
merupakan contoh dari sekian banyak ini dibentuk oleh negara-negara.
urusan dalam sebuah rezim internasional. 2. Rezim internasional, Rejim adalah
Menurut Robert O Keohane, institusi insitusi yang memiliki peraturan
internasional merupakan suatu perangkat eksplisit yang disetujui oleh
104
Journal of Diplomacy and International Studies P-ISSN: 2656-3878
https://journal.uir.ac.id/index.php/jdis/index E-ISSN 2656-8713

negara-negara. Peraturan- dipercaya berada di urutan


peraturan tersebut dihubungkan pertama.
dengan beberapa isu-isu hubungan 3. Memperkuat harapan (level
intrnasional. Sebagai contoh, rejim ekspekasi) yang muncul tentang
IMF yang dibentuk di Bretton kesolidan dari kesepakatan
Woods pada tahun 1944, serta internasional (Robert O. Keohane,
rejim Hukum kelautan yang 1989).
diprakarsai oleh PBB pada tahun Tingkat institusionalisasi sebuah
1970-an. lembaga dapat diukur dengan
3. Konvensi, dalam teori sosial dan menggunakan tiga dimensi, sebagai
filosopi, konvensi adalah institusi berikut:
informal yang memiliki peraturan a. Kebersamaan (commonality) :
dan kesepahaman yanng implisit derajat dimana harapan-harpan
yang membentuk harapan dari terhadap perlilaku dan
para aktor-aktor yang terlibat. pemahaman yang tepat mengenai
Konvensi memungkinkan aktor- bagaimana menginterpretasikan
aktor tersebut untuk memahami tindakan dibagi besama oleh
aktor yang lain tanpa adanya partisipasi dalam sistem tersebut.
peraturan yang eksplisit, guna b. Kekhususan (specificity): derajat
mengkoordinasikan tindakan- dimana harapan-harapan ini jelas
tindakan mereka. Sebagai contoh, khusus dalam bentuk aturan-
prinsip kekebalan (immunity) aturan
diplomasi tradisional merupakan c. Otonom (autonomy): perluasan
sebuah konvensi sebelum dimana institusi dapat mengubah
dikodifikasi dalam dua perjanjian aturannya sendiri daripada
internasional pada tahun 1960an bergantung pada badan-badan dan
(Robert O. Keohane, 1989, Hal. 3- agen-agen asing (negara) untuk
4). melakukan hal tersebut.
Selain itu, dalam implementasinya Berdasarkan penjelasan diatas,
maka Robert Keohane juga menyatakan maka terdapat dua fungsi karakteristik
bahwa peran institusi adalah sebagai istitusi atau rezim internasional yaitu
berikut: sentralisasi dan independen (Haggard,
1. Menyediakan aliran informasi dan Stephan and Simmons, B.A, 1987).
kesempatan bernegosiasi. Berdasarkan karakteristik tersebut, maka
2. Meningkatkan kemampuan bentuk dari hubungan antara negara
pemerintah memonitor kekuatan dalam dunia internasional adalah
lain dan mengimplementasikan institusionalisme. Pengertian sentralisasi
komitmennya sendiri—oleh dalam hubungan antar negara dalam
karena itu kemampuannya organisasi internasional adalah aktivitas
membuat komitmen yang dapat secara kolektif yang nyata dan setara
105
Journal of Diplomacy and International Studies P-ISSN: 2656-3878
https://journal.uir.ac.id/index.php/jdis/index E-ISSN 2656-8713

dalam struktur dan administratsi penting. Dalam dunia internasional yang


organisasi internasional. Sedangkan anarki ini maka setiap negara berdasarkan
independen berarti kemampuan negara perspektif neo liberalisme mutlak
untuk beraksi persetujuan otoritas membututuhkan negara lain untuk
anggota organisasi lainnya. Dalam hal ini mencukupi kebutuhan domestik
independen organisasi internasional nasionalnya. Sehingga dengan adanya
adalah ketidakberpihakannya organisasi kepentingan setiap negara tersebut
internasional dalam menyelesaikan mengakibatkan setiap negara harus
konflik antar negara anggota. Hubungan melakukan hubungan kerja sama dengan
antar sentralisasi dan independen ini negara lain. Kerja sama yang dilakukan
adalah fungsi utama organisasi oleh negara-negara dunia internasional
internasional dalam memfasilitasi sangat dibutuhkan guna terciptanya
perundingan dan implementasi hubungan yang dinamis dan menghindari
kesepakatan, resolusi konflik dan terjadinya konflik horizontal antar negara
mengantisipasi terjadinya konfrontasi (Krasner, Stephen D. 1982). Dan kerja
diantara negara-negara internasional. sama negara tersebut dibingkai dalam
Independen organisasi sebuah forum organisasi internasional
internasional sangat berperan penting yang saat ini dikenal dengan konsep
dalam eksistensi sebuah organisasi institusi internasional.
internasional. Independen organisasi Pendekatan Rasionalitas dan
internasional memiliki beberapa fungsi Reflektivitas dalam Institusi
yang sangat mendukung kinerja Internasional
organisasi tersebut, yaitu independen Beberapa pendekatan dalam kajian
organisasi internasional mendukung institusi internasional adalah pendekatan
hubungan interaksi negara secara rasionalitas dan reflektivitas. Pendekatan
langsung. Karena dengan independennya rasionalitas sebagian besar lebih fokus
sebuah organisasi internasional membuat pada institusi internasional itu sendiri.
negara-negara bersedia untuk diatur dan Pendekatan rasionalitas ini menekankan
menjadi anggota dalam organisasi bagaimana sebuah negara yang memiliki
internasional. Selain independen derajat dan kedudukan yang sama dalam
organisasi internasional, sebuah hubungan intrnasional atau sesama
organisasi internasional juga harus negara yang memiliki kedaulatan mau
mampu untuk menerapkan sikap bergabung dan memberikan
netralitas dalam menyelesaikan konflik kedaulatannya kepada sebuah institusi
antar negara dalam dunia internasional. internasional. Pendekatan rasionalitas ini
Selain konsep sentralisasi dan tercermin dengan adanya kesepakatan
independen, maka konsep kerja sama bersama yang bagi negara-negara
antar negara-negara dalam dunia internasional kesepakatan tersebut
internasional menurut Robert keohane merupakan sebuah kesepakatan yang
juga sangat memegang peranan yang memberikan keuntungan bersama.
106
Journal of Diplomacy and International Studies P-ISSN: 2656-3878
https://journal.uir.ac.id/index.php/jdis/index E-ISSN 2656-8713

Sehingga secara rasional dengan adanya untuk mau bergabung dan diikat secara
kepentingan, kebutuhan dan kesepakatan kuat oleh kesepakatan bersama dalam
bersama menjadikan negara-negara institusi internasional.
dalam dunia internasional mau Dalam perkembangannya secara
menyepakati dan terikat dalam aturan- kontemporer refleksi bentuk institusi
aturan institusi internasional. Selain itu internasional tidak hanya tergambar dari
pendekatan rasionalitas juga membantu institusi ekonomi seperti seperti General
kita untuk melihat kesepakatan yang akan Agreement on Tarrif and Trade (GATT),
disepakati atau tidak disepakati oleh International Monetary Fund (IMF), tetapi
negara-negara dalam sebuah institusi refleksi institusi internasional juga
internasional. tergambar dari isu-isu lain seperti isu
Menurut Robert O Keohane, sebuah keamanan dan isu lingkungan. Refleksi
institusi atau rezim internasional akan institusi internasional yang muncul dari
menjadi efektif kinerjanya ketika isu keamanan salah satunya adalah dalam
kedaulatan masing-masing negara di permasalahan perang nuklir, dimana
dunia internasional dilihat secara hirarki terbentuknya International Atomic Energy
objektiv. Sebagai contoh institusi Agency (IAEA) dari pejanjian non
internasional seperti General Agreement proliferasi nuklir atau Non Proliferation
on Tarrif and Trade (GATT), International Treaty (NPT). Begitu juga dalam
Monetary Fund (IMF) dan United nations permasalahan lingkungan saat ini yang
(UE) sampai saat ini belum mampu untuk didominasi oleh permasalahan krisis iklim
mengotimalkan kinerjanya sebagai atau yang dikenal dengan climate chance,
sebuah organisasi internasional yang maka juga terdapat refleksi institusi
mampu mengayomi dan menjadi efisien internasional berupa Protocol Kyoto yang
kinerjanya yang dikarenakan masih mengikatt negara-negara di dunia
adanya intevensi dari negara-negara kuat internasional yang memiliki kesepakatan
untuk mendapatkan kepentingan dan bersama untuk tujuan bersama.
keuntungan yang lebih besar. Pendekatan Norms, Culture and World Politics:
selanjutnya adalah pendekatan Insight from Sociology’s
reflektivitas. Pendekatan ini mendasarkan Institutionalism
pada nilai-nilai, norma dan budaya yang Kajian sosiologi merupakan salah
dijadikan sebagai efektif atau tidaknya satu ilmu tertua yang berkembang dalam
sebuah institusi internasional. Menurut kajian ilmu sosial dan ilmu politik. Ilmu
pendekatan ini konsep nilai, norma dan sosiologi membahas mengenai interaksi
budaya mampu menjadi tingakat manusia dalam kehidupan masyarakat,
efektivitas dari sebuah organisasi atau mengenai bagaimana dan pola hubungan
institusi internasional, karena dengan seperti apakah yang digunakan oleh
kesamaan nilai, norma dan budaya seseorang dalam interaksi sesama
mampu menjadi pengikat yang kuat bagi manusia di masyarakat. Sedangkan kajian
negara-negara di dunia internasional hubungan internasional melihat
107
Journal of Diplomacy and International Studies P-ISSN: 2656-3878
https://journal.uir.ac.id/index.php/jdis/index E-ISSN 2656-8713

keseluruhan interaksi negara dalam dunia keempat adalah sosiologi kelembagaan


internasional baik kerjasama, lebih menyentuh kajian dan permasalahan
perundingan atau diplomasi, negosiasi, dalam hubungan internasional
konflik, perang dan lain sebagainya. dibandingkan dengan sebatas abstraksi
Negara merupakan cerminan dari pemikiran. Dan pada akhirnya pengkaji
manusia atau pemerintah sehingga dalam sosiologi kelembagaan lebih menekankan
arti yang sebenarnya, interaksi negara bahwa budaya global secara langsung saat
merupakan interaksi manusia atau ini masih menjadi perdebatan, seperti
pemerintah dengan pemerintah negara konsep pemikiran Samuel Hantington
lain. Sehingga untuk menganalisa mengenai benturan peradaban.
hubungan tersebut ilmu sosiologi juga Rezim internasional saat ini
sangat memberikan kontribusi yang besar berkembang dengan pesat dalam kajian
bagi perkembangan ilmu hubungan hubungan internasional. Peran institusi
internasional. atau rezim internasional sangat penting
Berdasarkan uraian diatas, maka dalam politik internasional guna
jelaslah bahwa hubungan internasional menciptakan kerja sama di antara negara-
merupakan kajian ilmu yang bersifat negara internasional. Menurut Stephen D.
interdisipliner, yaitu pertemuan antara Krasner, rezim internasional adalah suatu
subjek-subjek cabang ilmu sosial dan ilmu tatanan yang berisi kumpulan prinsip,
politik seperti ilmu sosiologi, norma, aturan, proses pembuatan
anthropologi, administrasi dan cabang keputusan baik bersifat eksplisit maupun
ilmu sosial lainnya. Sosiologi kelembagaan implisit yang berkaitan dengan ekspektasi
memiliki kajian yang erat sekali degan atau pengharapan aktor-aktor dan
kajian ilmu hubungan internasional. memuat kepentingan aktor itu sendiri
Hubungan ini juga bsia dilihat dengan dalam hubungan Internasional (Stephen
tantangan paradigma dominan dalam D. Krasner, 1982). Selain itu, Krasner juga
kajian ilmu politik secara langsung. Selain menyatakan bahwa rezim tidak hanya
itu yang kedua adalah kelembagaan mempunyai implikasi terhadap norma-
berpendapat secara langsung bahwa norma yang memfasilitasi terciptanya
pendekatan teoritis berkembang dalam kerjasama semata, melainkan suatu
kajian neo realisme-neo liberalisme di bentuk kerjasama yang juga lebih dari
dalam ilmu hubungan internasional. sekedar kepentingan internal dalam
Ketiga adalah sosiologi jangka pendek.
kelembagaan kedepannya Oran R. Young juga berpendapat
mengkonstruksikan pendapat bahwa bahwa rezim internasional adalah
kajian ilmu politik menurutnya seperangkat aturan, prosedur pembuatan
menyediakan banyak kerangka pemikiran keputusan, dan atau program yang
teoritis yang dapat digunakan untuk membutuhkan praktek sosial,
mengkaji ilmu hubungan internasional menetapkan peranan bagi partisipan
berdasarkan pemikiran sosiologi. Faktor dalam praktek tersebut dan kemudian
108
Journal of Diplomacy and International Studies P-ISSN: 2656-3878
https://journal.uir.ac.id/index.php/jdis/index E-ISSN 2656-8713

mengelola interaksi-interaksi mereka. (Bertram I. Spencer, I William Zartman.


Raymond Hopkins dan Donald Puchala 2003). Maka proses menciptakan sebuah
juga sependapat dengan Young rezim dilaksanakan dengan menciptakan
bahwasanya tidak ada yang dapat jalur komunikasi di tingkat multilateral
membuat sebuah negara dapat bertahan negara dan komunikasi di tingkat
selama waktu tertentu jika tidak didukung domestik negara. Komunikasi di level
oleh keberadaan sebuah rezim. Artinya, multilateral negara dilakukan dengan
rezim secara mutlak diperlukan bagi tujuan berdasarkan kegiatan negara –
negara-negara sebagai wadah lalu lintas negara anggota dan komunikasi di level
komunikasi negara-negara dalam domestik negara lebih merujuk pada
menyelesaikan masalahnya bersama aktivitas ratifikasi, pembuatan produk
seperti rezim internasional yang berfungsi politik dan hukum terkait dengan
sebagai sarana komunikasi negara-negara ratifikasi negosiasi, dan implementasi
anggota dalam menyelesaikan kesepakatan dalam negosiasi untuk
permasalahan yang mengancam anggota menyelesaikan masalah. Berikut ini
rezim. merupakan gambar bagan proses kerja
Kajian mengenai negosiasi yang rezim internasional baik di tingkat
dilakukan dalam rezim internasional nasional ataupun nasional, yaitu sebagai
terdiri atas dua tesis besar, yaitu Pertama, berikut:
penyelesaian perselisihan antar negara Gambar 1. Dinamika Proses Negosiasi
dengan cara menggunakan negosiasi yang dalam
bersifat kondisional. Kajian ini dilakukan Sebuah Rezim Internasional
oleh William Ury dan Bruce Patton, yang
kemudian dikenal sebagai rezim negosiasi
Getting to Yes. Tesis ini menjelaskan
bahwa cara dalam membangun
komunikasi, memusatkan perhatian
kepada kepentingan dibandingkan posisi,
dan mendorong digunakannya kriteria
objektif dalam negosiasi (Roger Fisher,
William Ury, Bruce Patton. 2005).
Kedua, menyelesaikan
perselisihan antar negara dengan Sumber: Spencer, I William Zartman,
menciptakan sebuah rezim internasional Dinamika Proses Negosiasi dalam Sebuah
Rezim Internasional.
dengan cara menciptakan kesepakatan
penyelesaian. Kajian ini mendasarkan Oleh karena itu ketika menganalisa
bahwa indikator ketaatan sebuah negara proses dan efektifitas dari sebuah rezim
dalam rezim merupakan hal yang paling internasional dalam politik internasional
penting untuk mempertahankan maka selain dari perundingan dan
eksistensi dari sebuah rezim internasional negosiasi tingkat internasional oleh
109
Journal of Diplomacy and International Studies P-ISSN: 2656-3878
https://journal.uir.ac.id/index.php/jdis/index E-ISSN 2656-8713

masing-masing perwakilan negara, maka memfasilitasi terciptanya kerja sama


peran dari negosiasi di tingkat nasional namun kerja sama itu sendiri tidak akan
setiap negara tentu juga sangat penting hal terjadi tanpa adanya kerja sama
ini dikarenakan dalam proses ratifikasi internasional diantara negara-negara
peraturan menjadi undang-undang maka internasional. Artinya konsep sentralisasi,
setiap unsur elemen baik pemerintah independen, rasionalitas sebuah negara
ataupun masyarakat akan menganalisa hal mau bergabung dalam institusi
ini dari sisi kepentingan nasional negara internasional dan seperti apa refleksi dari
tersebut. institusi internasional itu sendiri
D. Penutup bergantung pada sejauh mana
Institusi internasional saat ini kepentingan bersama masing-masing
berkembang dengan pesat dalam kajian negara dalam institusi tersebut dan
hubungan internasional. Peran institusi tingkat non intervensi dari negara-negara
internasional sangat penting dalam politik besar dalam proses berjalannya sebuah
internasional guna menciptakan kerja institusi internasional yang selayaknya
sama diantara negara-negara mampu menjadi mediasi, fasilitasi kerja
internasional. Karena menurut Robert O sama dan menciptakan perdamaian
Keohane bahwa institusi internasional internasional.
memiliki potensi untuk menciptakan dan E. Daftar Pustaka
Andreas Hasenclever, Peter Mayer, Volker
Rittberger, 1996, “ Interests, Power,
Knowledge: The Study of
International Regimes”, Mershon
International Studies Review, Vol.
40, No. 2.

Haggard, Stephan and Simmons, B.A. 1997.


“Theories of International
Regimes.” International
Organization 41, 3, pdf copy (World
Peace Foundation and The
Massachusetts Institute of
Technology, Summer.

Kenneth W. Abbot dan Suncan Snidal.


1998. Why states act throught
Formal International Organizations.
Journal Conflict Resolution. Vol 42.
London. SAGE Publication.

Keohane, Robert. 2004. The Demand of


International Regime. New Jersey:
Cambridge University Press.
110
Journal of Diplomacy and International Studies P-ISSN: 2656-3878
https://journal.uir.ac.id/index.php/jdis/index E-ISSN 2656-8713

Krasner, Stephen D. 1982. “Structural _____________________. “Interest-based


Causes and Regime Consequences: theories: political market failure,
Regimes as Intervening situation and problem structures,
Variables.” International and institutional bargaining”,
Organization 36/2 (Spring). dalam Theories of International
Reprinted in Stephen D. Krasner, Regimes. Cambridge: Cambridge
ed., International Regimes, Ithaca, University Press.
NY: Cornell University Press
Young, Oran R. 1982. "Regime Dynamics:
_________________. 2005. “Cooperation and The Rise and Fall of International
International Regimes After Regimes". London: Cornell
Hegemony Cooperation: an Discord University Press.
in The World Political Economy”.
NY: Cornell University Press.

Martha Finnemore. Norms, Culture and


World Politics: Insight from
Sociology’s Institutionalism. Journal
International Organization. Vol 50.
The International Organization
Foundation and The Massachusets
Institute of Technology.

Robert O Keohane. 1998. International


Institutions: Two Approaches.
Harvard University: International
Studies Quarterly No 32. 379-396.

Rosenau, James N. and Ernst-Otto


Czempiel, eds. (1992). Governance
without Government: Order and
Change in World Politics,
Cambridge: Cambridge University
Press.

Tony, Evans and Peter, Wilson 2002,


‘Regime Theory and the English
School of International Relations: A
Comparison’, Millennium 21.

_______________. 1997. “Introduction: three


perspectives on international
regimes”, dalam Theories of
International Regimes. Cambridge:
Cambridge University Press.

111

Anda mungkin juga menyukai