Anda di halaman 1dari 7

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga
pembuatan makalah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam pembuatan makalah ini
adalah teknik penanganan logam berat. Ucapan terima kasih juga kami berikan kepada teman-
teman satu kelompok, terima kasih semuanya karena telah memberikan semangat dan
dukungannya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Sebagai penutup
kami berharap makalah ini kiranya dapat bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan
pemikiran baru bagi ilmu pengetahuan.

Pekanbaru, 8 Desember 2020


BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Bioremediasi merupakan penggunaan mikroorganisme untuk mengurangi polutan


dilingkungan. Saat bioremediasi terjadi, enzim-enzim yang diproduksi oleh mikroorganisme
memodifikasi polutan beracun dengan mengubah struktur kimia polutan tersebut,
sebuah peristiwa yang disebut biotransformasi. Pada banyak kasus, biotransformasi berujung
pada biodegradasi, dimana polutan beracun terdegradasi, strukturnya menjadi tidak kompleks
dan akhirnya menjadi metabolit yang tidak berbahaya dan tidak beracun.

Pencemaran lingkungan merupakan isu yang paling menonjol saat ini, seiring
dengan peningkatan jumlah pabrik-pabrik yang bertujuan memenuhi kebutuhan penduduk yang
semakin hari terus bertambah. Pabrik-pabrik tersebut menghasilkan limbah yang cukup
besar, dan bila tidak di kelola dengan baik dan bertanggung akan memberikan efek
negatif kepada lingkungan (Zhang dkk, 2013).

Pencemaran oleh logam berat merupakan salah satu penyebab penting menurunnya
fungsi dan produktivitas tanah. Logam berat secara alamiah berada di alam dan bersifat
persisten. Berbagai aktivitas manusia menyebabkan konsentrasi logam berat menjadi meningkat
melebihi batas toleransinya di dalam tanah. Berbagai sumber logam berat antara lain kegiatan
pertambangan dan peleburan bijih logam, kegiatan perindustrian, penggunaan bahan bakar fosil
serta pembuangan limbah rumah tangga.

Limbah yang dihasilkan oleh pabrik mengandung berbagai unsur yang berbahaya bagi
kehidupan manusia, salah satu diantaranya adalah logam berat. Logam berat secara alami sudah
ada di dalam tanah dan tidak dapat terdegradasi, dapat menetap di tanah dan badan air untuk
waktu yang lama, sehingga akan terus meningkat dari waktu ke waktu (Govindasamy dkk,
2011). Akumulasi logam yang ada pada tanah yang dapat mengakibatkan penurunan aktivitas
mikroba tanah, kesuburan tanah, dan kualitas tanah secara keseluruhan, dan penurunan hasil dan
masuknya bahan beracun ke rantai makanan (Kurnia dkk, 2009).
Tanah dan air merupakan dia komponen yang menjadi sasaran pencemaran, bila tanah
dan air tercemar logam berat makan logam berat akan masuk ke dalam rantai makanan dan
membentuk jaring-jaring makanan dan akhirnya menuju kepada manusia sebagai konsumen
universe sehingga menimbulkan berbagai macam penyakit pada manusia khususnya gangguan
pada system syaraf (Sudarmaji, 2006).

Banyaknya limbah yang dihasilkan dari proses industri atau rumah tangga menyebabkan
sumber air untuk pengairan mengalami pencemaran. Selanjutnya bahan yang terdiri dari senyawa
beracun yang biasa disebut B3 (bahan berbahaya beracun) akan mengendap dalam tanah. Proses
ini berulang dengan berjalannya waktu, sehingga terjadi akumulasi bahan tersebut berserta logam
beratnya di dalam tanah. Akibatnya akan terjadi perubahan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah
yang tidak diinginkan terhadap tanah. Produktivitas tanah menurun, hal ini diikuti dengan
kemampuan mendukung pertumbuhan tanaman menjadi turun. Oleh sebab itu, diperlukan
teknologi untuk pengendalian pencemaran yang terjadi, agar kondisi yang tercemar dapat
berfungsi kembali secara optimal sebagai unsur produksi, media pengatur air, dan sebagai unsur
perlindungan alam.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan diatas, maka ditemukan beberapa
permsalahan dalam makalah ini yaitu:

1. Apa pengertian Bioremediasi?


2. Bagaimanakah penerapan dan teknik penanganan logam berat?
3. Apa saja dampak dari logam berat?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui tentang bioremediasi


2. Untuk mengetahui penerapan dan teknik penanganan logam berat
3. Untuk mengetahui daampak logam berat
BAB II

TEORI

2.1 Bioremediasi

Bioremediasi adalah proses penguraian limbah organik/anorganik polutan dari sampah


organik dengan menggunakan organisme (bakteri, fungi, tanaman atau enzimnya) dalam
mengendalikan pencemaran pada kondisi terkontrol menjadi suatu bahan yang tidak berbahaya
atau konsentrasinya di bawah batas yang ditentukan oleh lembaga berwenang dengan tujuan
mengontrol atau mereduksi bahan pencemar dari lingkungan (Vidali et al., 2011; Singh et al.,
2011).

Bioremediasi merupakan pengembangan dari bidang bioteknologi lingkungan dengan


memanfaatkan proses biologi dalam mengendalikan pencemaran. Selain biayanya murah, dapat
juga dilakukan secara in-situ langsung di tempat dan prosesnya alamiah (Hardiani et al. 2011).
Teknologi bioremediasi ada dua jenis, yaitu ex-situ dan in-situ. Ex-situ adalah pengelolaan yang
meliputi pemindahan secara fisik bahan-bahan yang terkontaminasi ke suatu lokasi untuk
penanganan lebih lanjut. Penggunaan bioreaktor, pengolahan lahan (landfarming), pengomposan
adalah contoh dari teknologi ex-situ, sedangkan teknologi in-situ adalah perlakuan yang langsung
diterapkan pada bahan-bahan kontaminan di lokasi tercemar (Vidali et al., 2011).

2.1.1 Tujuan Bioremediasi

Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan
yang kurang beracun atau tidak beracun (karbondioksida dan air) atau dengan kata lain
mengontrol,  mereduksi atau bahkan mereduksi bahan pencemar dari lingkungan.

2.1.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Bioremediasi


Keberhasilan proses biodegradasi banyak ditentukan oleh aktivitas enzim. Dengan
demikian mikroorganisme yang berpotensi menghasilkan enzim pendegradasi hidrokarbon perlu
dioptimalkan aktivitasnya dengan pengaturan kondisi dan penambahan suplemen yang sesuai.
Dalam hal ini perlu diperhatikan faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi proses
bioremediasi, yang meliputi kondisi tanah, temperature, oksigen, dan nutrient yang tersedia.
a) Lingkungan
Proses biodegradasi memerlukan tipe tanah yang dapat mendukung kelancaran aliran
nutrient, enzim-enzim mikrobial dan air. Terhentinya aliran tersebut akan mengakibatkan
terbentuknya kondisi anaerob sehingga proses biodegradasi aerobik menjadi tidak efektif.
Karakteristik tanah yang cocok untuk bioremediasi in situ adalah mengandung butiran pasir
ataupun kerikil kasar sehingga dispersi oksigen dan nutrient dapat berlangsung dengan baik.
Kelembaban tanah juga penting untuk menjamin kelancaran sirkulasi nutrien dan substrat di
dalam tanah.
b) Temperatur
Temperatur yang optimal untuk degradasi hidrokaron adalah 30-40˚C. Ladislao, et.
al. (2007) mengatakan bahwa temperatur yang digunakan pada suhu 38˚C bukan pilihan yang
valid karena tidak sesuai dengan kondisi di Inggris untuk mengontrol mikroorganisme patogen.
Pada temperatur yang rendah, viskositas minyak akan meningkat mengakibatkan volatilitas
alkana rantai pendek yang bersifat toksik menurun dan kelarutannya di air akan meningkat
sehingga proses biodegradasi akan terhambat. Suhu sangat berpengaruh terhadap lokasi tempat
dilaksanakannya bioremediasi.
c) Oksigen
Langkah awal katabolisme senyawa hidrokaron oleh bakteri maupun kapang adalah
oksidasi substrat dengan katalis enzim oksidase, dengan demikian tersedianya oksigen
merupakan syarat keberhasilan degradasi hidrokarbon minyak. Ketersediaan oksigen di tanah
tergantung pada (a) kecepatan konsumsi oleh mikroorganisme tanah, (b) tipe tanah dan (c)
kehadiran substrat lain yang juga bereaksi dengan oksigen. Terbatasnya oksigen, merupakan
salah satu faktor pembatas dalam biodegradasi hidrokarbon minyak.
d) pH
Pada tanah umumnya merupakan lingkungan asam, alkali sangat jarang namun ada yang
melaporkan pada pH 11. Penyesuaian pH dari 4,5 menjadi 7,4 dengan penambahan kapur
meningkatkan penguraian minyak menjadi dua kali. Penyesuaian pH dapat merubah kelarutan,
bioavailabilitas, bentuk senyawa kimia polutan, dan makro & mikro nutrien. Ketersediaan Ca,
Mg, Na, K, NH4+, N dan P akan turun, sedangkan penurunan pH menurunkan ketersediaan
NO3– dan Cl– . Cendawan yang lebih dikenal tahan terhadap asam akan lebih berperan
dibandingkan bakteri asam.
e) Kadar H2O dan karakter geologi.
Kadar air dan bentuk poros tanah berpengaruh pada bioremediasi. Nilai aktivitas air
dibutuhkan untuk pertumbuhan mikroba berkisar 0.9 – 1.0, umumnya kadar air 50-60%.
Bioremediasi lebih berhasil pada tanah yang poros.
f) Keberadaan zat nutrisi.
Baik pada in situ & ex situ. Bila tanah yang dipergunakan bekas pertanian mungkin tak
perlu ditambah zat nutrisi. Untuk hidrokarbon ditambah nitrogen & fosfor, dapat pula dengan
makro & mikro nutrisi yang lain. Mikroorganisme memerlukan nutrisi sebagai sumber karbon,
energy dan keseimbangan metabolisme sel. Dalam penanganan limbah minyak bumi biasanya
dilakukan penambahan nutrisi antara lain sumber nitrogen dan fosfor sehingga proses degradasi
oleh mikroorganisme berlangsung lebih cepat dan pertumbuhannya meningkat.
g) Interaksi antar Polusi.
Fenomena lain yang juga perlu mendapatkan perhatian dalam mengoptimalkan aktivitas
mikroorganisme untuk bioremediasi adalah interaksi antara beberapa galur mikroorganisme di
lingkungannya. Salah satu bentuknya adalah kometabolisme. Kometabolisme merupakan proses
transformasi senyawa secara tidak langsung sehingga tidak ada energi yang dihasilkan
DAFTAR PUSTAKA

Govindasamy, C., Arulpriya, M., Ruban, P., Francisca, L.J., Ilayaraja, A., 2011.
Concentration of heavy metals in seagrasses tissue of the Palk Strait, Bay of
Bengal. Int. J. Environ. Sci. 2, 145–153.
Kurnia U, H. Suganda, R. Saraswati, Nurjaya. 2009. Teknologi Pengendalian Pencemaran
Lahan Sawah. Yogyakarta.

Singh, D.P., J.I.S. Khattar, J. Nadda, et al. 2011. Chlorpyrifos degradation by the
cyanobacterium Synechocystis sp. strain PUPCCC 64. Environ Sci Pollut Res. 18:1351–
1359.

Sudarmaji, J. Mukono, Corie, 2006. Toksikologi logam berat B3 dan dampaknya terhadap
kesehatan. Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol. 2, No. 2 , Januari 134 2006:129 -142
Vidali, M. 2011. Bioremediation. An overview. Pure and Applied Chemistry. 73 (7): 1163–1172.
Zhang P, Sun H, Yu L, Sun T, 2013. Adsorption and catalytic hydrolysis of carbaryl
and atrazine on pig manure-derived biochars: impact of structural properties of
biochars. J Hazard Mater 244–245:217–224

Anda mungkin juga menyukai