Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

LANDASAN ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

(Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Landasan Pendidikan)

Disusun Oleh :
Kelompok 5

1. Shoimatul Hikmah R (201986010089)


2. Robi'atul Adawiyah (201986010093)

Dosen Pengampu :
M. Ibnu Athoillah, S.Pd.,M.Pdi

PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS YUDHARTA PASURUAN


2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk hidup yang diberikan berbagai potensi oleh Tuhan, setidaknya
manusia diberikan panca indera dalam hidupnya. Namun tentu saja potensi yang dimilikinya
harus digunakan semaksimal mungkin sebagai bekal dalam menjalani hidupnya. Untuk
memaksimalkan semua potensi yang dimiliki oleh kita sebagai manusia, tentunya harus ada
sesuatu yang mengarahkan dan membimbingnya, supaya berjalan dan terarah sesuai dengan
apa yang diharapkan.
Mengingat begitu besar dan berharganya potensi yang dimiliki manusia, maka manusia
harus dibekali dengan pendidikan yang cukup sejak dini. Dilain pihak manusia juga memiliki
kemampuan dan diberikan akal pikiran yang berbeda dengan makhluk yang lain. Sedangkan
pendidikan itu adalah usaha yang disengaja dan terencana untuk membantu perkembangan
potensi dan kemampuan manusia agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya.Pendidikan
dapat diartikan sebagai suatu proses pembelajaran, pemberian pengetahuan, keterampilan dan
sikap melalui pikiran, karakter serta kapasitas fisik dengan menggunakan pranata-pranata agar
tujuan yang ingin dicapai dapat dipenuhi. Pendidikan dapat diperoleh melalui lembaga formal
dan informal.
Antropologi pendidikan dihasilkan melalui khusus dan percobaan yang terpisah dengan
kajian yang sistrmatis mengenai praktek pendidikan dalam prespektif budaya,
sehingga antropologi menyimpulkan bahwa sekolah merupakan sebuah benda budaya yang
menjadi skema nilai-nilai dalam membimbing masyarakat. Namun ada kalanya sejumlah
metode mengajar kurang efektif dari media pendidikan sehingga sangat berlawanan dengan
data yang didapat di lapanga oleh para antropolog. Tugas para pendidik bukan hanya
mengekploitasi nilai kebudayaan namun menatanya dan menghubungkannya dengan
pemikiran dan praktek pendidikan sebagai satu keseluruhan.
Berdasarkan uraian di atas, maka penyusun akan membahas secara lengkap tentang
landasan antropologi dalam pendidikan di masa yang terdahulu sampai saat ini. Tujuannya
agar pendidikan di Indonesia tetap memahami keanekaragaman budaya setempat dan tidak
menghilangkan nilai luhur, norma, serta etika dalam mencapai tujuan pendidikan nasional.
B. Rumusan Masalah
Dari rumusan masalah diatas, dapat dituliskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan landasan antropologi pendidikan ?
2. Bagaimana sejarah perkembangan antropologi ?
3. Apa manfaat landasan antropologi dalam pendidikan ?
4. Apa pengaruh antropologi terhadap lingkungan dan masyarakat ?
5. Bagaimana implikasi landasan antropologi dalam pendidikan ?
6. Bagaimana aplikasi landasan antropologi dalam pendidikan saat ini ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan landasan antropologi pendidikan.
2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan landasan antropologi pendidikan.
3. Untuk mengetahui manfaat landasan antropologi dalam pendidikan .
4. Untuk mengetahui pengaruh antropologi terhadap lingkungan dan masyarakat.
5. Untuk mengetahui implikasi landasan antropologi dalam pendidikan.
6. Untuk mengetahui aplikasi landasan antropologi dalam pendidikan saat ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Landasan Antropologi
Antropologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata ”antrophos” berarti manusia,
dan “logos” berarti ilmu. Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis
sekaligus makhluk sosial. Antropologi memiliki dua sisi holistik dimana meneliti manusia
pada tiap waktu dan tiap dimensi kemanusiaannya. Arus utama inilah yang secara tradisional
memisahkan antropologi dari disiplin ilmu kemanusiaan lainnya yang menekankan pada
perbanding atau perbedaan budaya antar manusia. Walaupun begitu sisi ini banyak
diperdebatkan dan manjadi kontroversi sehingga metode antropologi sekarang sering kali
dilakukan pada pemusatan penelitian pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal,
tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal daerah yang sama.
Antropologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari
tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir atau muncul berawal dari
ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda
dari apa yang dikenal di Eropa. Terbentuklah ilmu antropologi dengan melalui beberapa fase.
Antropologi secara garis besar dipecah menjadi 2 bagian yaitu antropologi fisik/biologi
dan antropologi budaya. Tetapi dalam pecahan antropologi budaya, terpecah – pecah lagi
menjadi banyak sehingga menjadi spesialisasi – spesialisasi, termasuk antropologi
pendidikan. Seperti halnya kajian antropologi pada umumnya antropologi pendidikan
berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya dalam
rangka memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia khususnya
dalam dunia pendidikan.

B. Sejarah Perkembangan Landasan Antropologi Dalam Pendidikan


Seperti halnya Sosiologi, Antropologi sebagai sebuah ilmu juga mengalami tahapan-
tahapan dalam perkembangannya. Perkembangan ilmu antropologi menjadi empat fase
sebagai berikut :
1. Fase Pertama ( sebelum 1800 )
Sekitar abad ke-15-16, bangsa-bangsa di Eropa mulai berlomba-lomba untuk menjelajahi
dunia. Mulai dari Afrika, Amerika, Asia, hingga ke Australia. Dalam penjelajahannya mereka
banyak menemukan hal-hal baru. Mereka juga banyak menjumpai suku-suku yang asing bagi
mereka. Kisah-kisah petualangan dan penemuan mereka kemudian mereka catat di buku
harian ataupun jurnal perjalanan. Mereka mencatat segala sesuatu yang berhubungan dengan
suku-suku asing tersebut. Mulai dari ciri-ciri fisik, kebudayaan, susunan masyarakat, atau
bahasa dari suku tersebut. Bahan-bahan yang berisi tentang deskripsi suku asing tersebut
kemudian dikenal dengan bahan etnogragfi atau deskripsi tentang bangsa-bangsa.
Bahan etnografi itu menarik perhatian pelajar-pelajar di Eropa. Kemudian, pada
permulaan abad ke-19 perhatian bangsa Eropa terhadap bahan-bahan etnografi suku luar
Eropa dari sudut pandang ilmiah, menjadi sangat besar. Karena itu, timbul usaha-usaha untuk
mengintegrasikan seluruh himpunan bahan etnografi.
2. Fase Kedua ( tahun 1800 )
Pertengahan abad 19, integrasi muncul. Bahan-bahan Etnografi disusun menjadi sebuah
karangan-karangan. Penyusunan bahan Etnografi tersebut bardasarkan cara berfikir evolusi
masyarakat, yaitu perkembangan masyarakat dan kenudayaan sangatlah lambat. Di mulai dari
tingkat terrendah melalui beberapa proses, yang akhirnya sampai di tingkat tertinggi.
Masyarakat yang masih ada di tingkat rendah dari kebudayaan manusia zaman dahulu, mereka
adalah salah satu contoh masyarakat primitive. Dan contoh untuk masyarakat yang ada di
tingkat tinggi adalah bangsa Eropa sendiri.
Sekitar tahun 1860 muncul karangan yang mengklasifikasikan aneka kebudayaan di dunia
ke dalam tingkat evolusi tertentu. Maka muncullah ilmu antropologi.
Dengan meneliti bangsa-bangsa di luar Eropa, dapat menambah pengetahuan tentang
sejarah penyebaran kebudayaan manusia. Antropologi merupakan ilmu yang tidak
mempunyai tujuan secara langsung bersifat praktis dan hanya dilakukan di kalangan sarjana
universitas.
Tujuan antropologi pada fase kedua ini adalah akademis, yaitu mempelajari masyarakat
dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk memperoleh pemahaman tentang tingkat-
tingkat sejarah penyebaran kebudayaan manusia.
3. Fase Ketiga ( awal abad ke 20 )
Dalam fase ketiga ini, olmu antropologi menjadi ilmu yang praktis, yang bertujuan
mampalajari masyarakat fan kebudayaan suku-suku bangsa di luar Eropa guna kepentingan
pemerintah kolonial dan guna mendapat pengertian tentang masyarakat masa kini yang
kompleks. Berikut panjalasannya :
Awal abad 20, negara-negara penjajah di Eropa berhasil memantapkan kekuasaannya di
daerah-daerah jajahannya di luar Eropa. Dalam hak ini, ilmu antropologi sangat penting
karena menyangkut juga tentang pentingnya dalam mempelajari kebudayaan bangsa-bangsa
di luar Eropa, yang masih mempunyai masyarakat yang belum kompleks. Ilmu antropologi
nerkembang di negara-negara pemjajah, terutama Inggris. Bahkan berkembang juga di negara
Amerika Serikat, yang bukan merupakan negara kolonial.
4. Fase Keempat
Ilma Antropologi mengalami perkembangan yang sangat pesat, diantaranya pengetahuan
yang jauh lebih teliti fan metode-metode ilmiahnya yang semakin tajam. Perkembangan ini
menyebabkan :
a) Timtbulnya anitipati kolonialisme setelah perang dunia 2
b) Sekitar tahun 1930 bangsa primitive mulai hilang dan benar-benar hilang setelah Perang Dunia
2.
Lapangan penelitian ilmu Antropologi berhasil berkembang dengan tujuan dan pokok
yang baru, dengan berlandaskan bahan etnologi dan metode ilmiah yang lalu. Pokok tujuan
yang baru itu ditinjau dan diteliti di dalam suatu simposium oleh 60 tokoh ahli antropologi
dari negara-negara di Amerika dan Eropa pada tahun 1951 . penekitian tifak hanya tertuju
pada penduduk pedesaan di luar Eripa, tetapi juga suku bangsa pedesaan di Eropa, seperti
bangsa Irlandis, Flam, dan Soami. Ilmu Antropologi ada 2 tujuan, yaitu :
a) Tujuan akademis yaitu pengertian manusia beserta bentuk fisik, masyarakat dan
kebudayaannya.
b) Tujuan praktis yaitu mempelajari manusia dalam berbagai masyarakat suku bangsa guna
membangun masyarakat suku bangsa tersebut.

C. Manfaat Landasan Antropologi Dalam Pendidikan


Setiap manusia memiliki perbedaan, oleh karena itu seorang pendidik harus sedikit
banyak memahami latar siswa yakni keluarga, budaya, lingkungan siswa. Oleh karena itu,
antropologi dibutuhkan sebagai landasan dalam pendidikan. Antropologi dalam pendidikan
memiliki beberapa manfaat diantaranya:
1. Dapat mengetahui pola perilaku manusia dalam kehidupan bermasyarakat secara Universal
maupun pola perilaku manusia pada tiap-tiap masyarakat (suku bangsa).
2. Dapat mengetahui kedudukan serta peran yang harus kita lakukan sesuai dengan harapan
warga masyarakat dari kedudukan yang kita sandang.
3. Dengan mempelajari antropologi akan memperluas wawasan kita terhadap tata pergaulan
umat manusia diseluruh dunia khususnya Indonesia yang mempunyai kekhususan-
kekhususan yang sesuai dengan karakteristik daerahnya sehingga menimbulkan toleransi
yang tinggi.
4. Dapat mengetahui berbagai macam problema dalam masyarakat serta memiliki kepekaan
terhadap kondisi-kondisi dalam masyarakat baik yang menyenangkan serta mampu
mengambil inisiatif terhadap pemecahan permasalahan yang muncul dalam lingkungan
masyarakatnya.
Dari manfaat diatas dapat disimpulkan bahwa, antropologi dapat menjadikan bangsa
Indonesia yang memiliki jiwa nasionalis.

D. Pengaruh Antropologi Terhadap Lingkungan dan Masyarakat


Perbedaan geografis mencakup perbedaan-perbedaan yang disebabkan oleh faktor
geografis seperti letak daerah, misalnya: pantai, daerah pegunungan, daerah tropis, daerah sub
tropis, daerah subur, daerah tandus, dan sebagainya.
Sebagai contoh, pengaruh daerah sub tropis terhadap pola kerja manusia akan berbeda
dengan daerah tropis. Pada daerah sub tropis ada musim dimana manusia kurang/tidak dapat
bekerja secara penuh, terutama pada musim dingin, sehingga keadaan ini memaksa manusia
daerah sub tropis untuk mempersiapkan cadangan makanan untuk musim dingin. Demikian
pula masyarakat di daerah gersang akan terpaksa bekerja lebih keras untuk mempertahankan
hidupnya dibandingkan dengan daerah subur.
Perbedaan-perbedaan tersebut melahirkan pula perbedaan kebudayaan, baik dalam
wujud ide-ide, pola, tingkah laku maupun kebudayaan. Di daerah subur seperti di Indonesia,
dimana manusia tidak perlu berjuang keras untuk mempertahankan hidupnya, dimana sumber-
sumber alam relatif mudah diambil, membuat manusia juga bermurah hati terhadap
sesamanya, sehingga bila ada seorang warga masyarakat yang mengalami kekurangan, orang
launn dengan mudahnya membantu orang yang menderita tersebut. Karena itu terutama di
pedesaan, dimana kebutuhan hidup dari alam sekitar relatif lebih mudah didapatkan, perasaan
gotong-royong antar warga masyarakat sangat tinggi. Sebaliknya di daerah perkotaan dimana
manusia harus berusaha lebih keras untuk mempertahankan hidupnya, maka perasaan gotong-
royong itu makin menipis, dan perasaan individualitasnya lebih tinggi.
Hal-hal tersebut diatas juga mempengaruhi sistem nilai budaya yang dianut oleh warga
masyarakat, yang dengan sendirinya akan berpengaruh terhadap proses pendidikan yang
berlangsung di masyarakat yang bersangkutan, karena proses pendidikan tersebut tidak dapat
dilepaskan dari lingkungan geografis dan sosiokultural masyarakat.
Studi antropologi selain untuk kepentingan pengembangan ilmu itu sendiri, di negara-
negara yang telah membangun sangat diperlukan bagi pembuatan-pembuatan kebijakan dalam
rangka pembangunan dan pengembangan masyarakat.
landasan antropologis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah-
kaidah antropologi yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan. Contoh : perbedaan
kebudayaan masyarakat di berbagai daerah (misalnya: system mata pencaharian, bahasa,
kesenian, dsb). Mengimplikasikannya perlu diberlakukan kurikulum muatan lokal.
Dari paparan diatas pendidikan perlu dilandasi antropologi karena melalui antropologi
bisa membuka diri tentang keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh Indonesia dan
menghargai kebudayaan orang lain.

E. Implikasi Landasan Antropologi Dalam Pendidikan


Hal-hal yang harus diperhatikan dalam implikasi landasan antropologi, adalah sebagai
berikut.
1. Identifikasi kebutuhan belajar masyarakat
Identifikasi kebutuhan masayarakat ini bersumber dari informasi masyarakat sekitar.
Masyarakat tersebut terdiri dari tokoh masyarakat, baik secara formal maupun informal, tokoh
agama, dan perwakilan masyarakat kelas bawah. Hal ini bertujuan untuk memperoleh
informasi dan data yang dijadikan bahan pengembangan kurikulum.
2. Keterlibatan partisipasi masyarakat
Setelah mengidentifikasi kebutuhan belajar, maka masyarakat ikut serta dalam merancang
kurikulum, menyediakan sarana dan prasarana, menentukan nara sumber sebagai fasilitator,
dan ikut menilai hasil belajar.
3. Pemberian pendidikan kecakapan hidup
Pendidikan kecakapan hidup merupakan pendidikan dalam bentuk pemberian keterampilan
dan kemampuan dasar pendukung fungsional, membaca, menulis, berhitung, memcahkan
masalah, mengelola sumber daya, bekerja dalam kelompok, dan menggunakan teknologi
(Dikdasmen 2002, dalam Efendi 2009:153).

F. Aplikasi Landasan Antropologi Dalam Pendidikan Saat Ini


Penerapan landasan antropologi dalam pendidikan saat ini adalah sebagai berikut:
1. Model pembelajaran berbasis budaya lokal. Model pembelajaran ini diterapkan melalui
muatan lokal. Materi disesuaikan dengan potensi lokal masing-masing daerah di lingkungan
sekolah. Sehingga siswa dapat mengenali potensi budayanya sendiri, mengembangkan
budaya, menumbuhkan cinta tanah air, dan mempromosikan budaya lokal kepada daerah lain.
2. Metode pembelajaran karya wisata
Guru mengajak siswa ke suatu tempat ( objek ) tertentu untuk mempelajari sesuatu dalam
rangka suatu pelajaran di sekolah. Metode karyawisata berguna bagi siswa untuk membantu
mereka memahami kehidupan ril dalam lingkungan beserta segala masalahnya . Misalnya,
siswa diajak ke museum, kantor, percetakan, bank, pengadilan, atau ke suatu tempat yang
mengandung nilai sejarah/kebudayaan tertentu.
3. Pembelajaran dengan modeling
Modelling adalah metode pembelajaran dengan menggunakan model (guru) sebagai obyek
belajar perubahan tingkah laku yang kemudian ditiru oleh siswa. Modelling bertujuan untuk
mengembangkan keterampilan fisik dan mental siswa.
BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Antropologi adalah studi tentang umat manusia, yang berusaha menyusun generalisasi
yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya, dan untuk memperoleh pengertian yang
lengkap tentang keanekaragaman manusia. Objek kajian antropologi adalah budaya.
Kebudayaan adalah totalitas kompleks yang mencangkup pengetahuan, kepercayaan,
seni, hukum, moral, adat, dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang
diperoleh orang sebagai anggota masyarakat.
Pendidikan dan kebudayaan mempunyai pengaruh timbal balik. Bila kebudayaan
berubah maka pendidikan juga bisa ikut berubah dan bila pendidikan berubah akan akan dapat
mengubah kebudayaan. Disini tampak bahwa peranan pendidikan dalam mengembangkan
kebudayaan adalah sangat besar. Semakin potensi seseorang dikembangkan semakin mampu
ia menciptakan atau mengembangkan kebudayaan. Sebab kebudayaan dikembangkan oleh
manusia.
Antropologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang berusaha memahami dan
memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan analisis berdasarkan konsep-konsep dan
pendekatan Antropologi.

B. Saran
Seharusnya di sekolah-sekolah juga perlu mengembangkan antropologi pendidikan
kurikulum agar anak didik serta pendidiknya mengerti dan paham asal-usul mengapa
kebudayaan di sekeliling kita diadakan, apa makna dibalik kebudayaan tersebut, apa manfaat
dari kebudayaan tersebut, relevankah kebudayaan itu dengan kehidupan dan kepercayaan
umat manusia sebagai manusia yang beragama masa kini.

Pendidikan dan kebudayaan mempunyai pengaruh timbal balik. Bila kebudayaan


berubah maka pendidikan juga bisa ikut berubah dan bila pendidikan berubah akan akan dapat
mengubah kebudayaan. Semakin potensi seseorang dikembangkan semakin mampu ia
menciptakan atau mengembangkan kebudayaan. Sebab kebudayaan dikembangkan oleh
manusia. Pendidikan multicultural perlu ditanamkan sejak dini baik melalui pendidikan
formal maupun non formal, agar anak memiliki rasa.

DAFTAR RUJUKAN

Sukardjo, M. & Komarudin, Ukim. 2009. Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya. Jakarta:
RajaGrafindo Persada.
Wahyudin, Dinn., dkk. 2008. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.
Saefuddin, Achmad Fedyani. 2005. Antropologi Kontemporer Suatu Pengantar Kritis Mengenai
Paradigma. Jakarta: Prenanda Media.
Sudomo. 1989. Landasan Pendidikan. Malang: Universitas Negeri Malang.
Pidarta, Made. 2009. Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak
Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta
Widyastuti, Aryani. http://aryaniwidhiastuti.blogspot.com/2012/12/sejarah-perkembangan-
antropologi-semest.html. di akses 8 September 2013
Efendi, M. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran: Pengantar ke Arah Pemahaman KBK, KTSP, dan
SBI. Malang: Universitas Negeri Malang.

Anda mungkin juga menyukai