Anda di halaman 1dari 13

SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN ISLAM

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Studi Islam

yang dibina oleh Bapak Febrihada Gahas Candramukti, S.Pd., M.A

Oleh:

Kelompok 9

Ahmad Haqiqi (21381081049/12)

Amalia Fauziya Rahmah (21381082002/18)

Fadhilatin Naila (21381082068/36 )

PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS TARBIYAH

IAIN MADURA

2021
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulilah penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi dan
melengkapi tugas Pengantar Studi Islam.

Dalam proses penulisan makalah ini penulis banyak menemui kesulitan dalam
menjabarkan materi dan keterbatasan kemampuan yang dimiliki, namun penulis menyadari
banyaknya kekurangan dalam menyajikanya.oleh karena itu, penulis sangat menghargai
bantuan dari segala pihak yang telah memberi bantuan baik berupa materi maupun pikirannya
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Maka dari itu penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Febrihada Gahas
Candramukti, S.Pd., M.A selaku dosen mata kuliah Pengantar Studi Islam yang telah memberi
bimbingan berupa materi dan juga teman-teman yang telah memberi saran sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Demi kesempurnaan makalah ini,
penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca.

Dengan demikian penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat dan menambah
wawasan pembaca mengenai Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam.

Pamekasan,21 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................. I

DAFTAR ISI............................................................................................................................ II

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................ 1

A. Latar Belakang ................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
C. Tujuan Makalah ................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................... 3

A. Periode Awal Islam ............................................................................................ 3


B. Masa Bani Umayyah .......................................................................................... 4
C. Masa Abbasiyah…………………………………….............................………6
D. Masa Modern……………………………………………….………….………7

BAB III PENUTUP .................................................................................................................. 9

A. Kesimpulan ........................................................................................................ 9
B. Saran .................................................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara etimologi, kata sejarah berasal dari bahasa Arab syajârat yang berarti pohon.
Dalam istilah bahasa asing lain, sejarah dalam bahasa Inggris disebut history, dalam bahasa
Perancis histore, dan dalam bahasa German geschicte. Sedangkah istilah kata history yang
lebih popular digunakan saat ini, berasal dari bahasa Yunani istoria yang berarti
pengetahuan tentang gejala-gejala alam, termasuk gejala-gejala manusia yang bersifat
kronologis. Berbeda dengan penyebutan istilah science yang merupakan gejala alam yang
bersifat tidak kronologis. (Alfian, 1984) Maka, sejarah secara makna bisa dibedadakan
menjadi dua kelompok. Yaitu, sejarah lahir sebagai ulasan kejaadian-kejadian di masa
lampau, dan sejarah sebagai suatu pisau analisis terhadap fakta-fakta masa lampau (Sardar
, 1986)
Kata ilmu berasal dari kata dalam bahasa Arab yaitu ‘ilm yang berarti pengetahuan dan
kemudian arti tersebut berkembang menjadi ilmu pengetahuan. Kata ilm itu sendiri diserap
dalam bahasa Indonesia menjadi kata ilmu atau yang merujuk pada ilmu pengetahuan.
Islam adalah agama yang menghargai dan meninggikan derajat orang yang berilmu. Dalam
islam sendiri terkandung ilmu pengetahuan yang tidak terbatas dan terpisah-pisah seperti
halnya masyarakat barat membagi dan memisahkan ilmu menjadi beberapa cabang. Ilmu
pengetahuan dalam islam tersusun dalam kesatuan dan bahkan dalam Alqur’an sendiri
terkandung ilmu pengetahuan di dalamnya. Sebagaimana Allah menyebutkan dalam
Alqur’an tentang orang-orang yang berilmu, berpikir dan berakal
Dalam sudut pandang Islam, ilmu sendiri diartikan sebagai pengetahuan yang diperoleh
berdasarkan ijtihad atau hasil pemilkiran mendalam para ulama dan ilmuwan muslim yang
didasarkan pada Alqur’an dan hadits. Alqur’an dan hadits adalah pedoman hidup manusia
dan di dalamnya terdapat ilmu pengetahuan yang universal. Allah bahkan menurunkan ayat
pertama yang berbunyi “Bacalah” sedangkan kita mengetahui bahwa membaca adalah
aktifitas utama dalam kegiatan ilmiah. Kata ilmu itu sendiri disebut sebanyak 105 kali
dalam alQur’ān dan kata asalnya disebut sebanyak 744 kali.
Kata Islam, berarti mengarah pada arti sebuah komunitas kepercayaan atau sebuah
agama tertentu yang dipeluk pada umat Muhammad. Dimana penamaan agama ini sungguh
jelas keberadaannya seperti yang dijelaskan dalam kitab suci Al-Qur’an. Berbeda dengan
penamaan agama-agama lain yang lebih edentik si atas namakan pada pembawanya. Islam

1
dating sebagai ajaran, bukan hanya untuk untuk mengatur kehidupan setelah meninggal
(Akhirat), namun lebih penting dari itu, Islam juga sebagai ajaran yang menuntun pada
kehidupan manusia kea rah yang lebih saleh. Sehingga Islam sangat menganjurkan
pemeluknya agar selalu mengembangkan pengetahuannya dalam semua bidang.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan ilmu pengetahuan pada periode awal Islam?
2. Bagaimana perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Bani Umayyah?
3. Bagaimana perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Abbasiyah?
4. Bagaimana perkembangan ilmu pengetahuan pada masa modern?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan pada periode awal Islam
2. Untuk mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Bani Umayyah
3. Untuk mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Abbasiyah
4. Untuk mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan pada masa modern

2
BAB II
PEMBAHASAN

Dalam pembahasan makalah ini, penulis akan membahas mengenai perkembangan


ilmu pengetahuan Islam dalam empat periode, yaitu perkembangan ilmu pada periode awal
Islam, Bani Umayyah, Abbasiyah dan pada masa modern.

2.1 Periode Awal Islam


Periode awal Islam ini sering juga disebut sebagai fase yang mana kitab suci
Al-Qur’an baru diturunkan di tengah-tengah umat manusia. Periode ini dimulai dari
abad ke 7 sampai abad ke 13 Masehi. Periode ini bermula dengan ditandainya
kemajuan kepustakaan Arab, pengajaran Islam dan penyebaran pokok-pokok
peradaban Islam (hadlârah Islâmiyyah) yang merangkul tiga unsur penting dalam
peradaban, yaitu: keagamaan (aqîdah), kesukuan (qabaliyyah), dan aristokratik
(aristhuqrâthiyyah) (Siti Maryam, 2002).
Dalam periode ini, perkembangan ilmu pengetahuan Islam lebih cenderung
kearah ilmu-ilmu syari’at (ulûm naqliyyah, ulûm syar’iyyah) dibanding ilmu-ilmu
logika (ulûm aqliyyah). Ilmu syari’at yang bertumpu paada sumber primer Islam, Al-
Qur’an dan Hadis, mampu menjawab permasalahan-permasalahn seputar ibadah
(‘ubudiyyah) paska sepeninggal Rasulullah Alaihisalam. Termasuk juga munculnya
ilmu qirâ’at yang erat kaitannya dengan cara membaca dan memahami kandungan Al-
Qur’an. Dalam rangka penyebaran ilmu qirâ’at ini, khalifah Umar mengirim beberapa
delegasi untuk menyebarkan bacaan yang benar. Antara lain, Muadz Ibn Jabal ke
Palestina, Ubadah Ibn Shamit ke kota Hims, Abu Darda’ ke Damaskus, sementara
Ubay Ibn Ka’b dan Abu Ayub tetap di Madinah. (RI, 1981-1982).
Di samping perkembangan kajian ilmu naqliyyah pada abad ini berkembang
pesat, pemahaman ilmu aqliyyah juga sudah mulai dipandang serius oleh masyarakat
pada masa itu. Ilmu Nahwu (Arabic grammar) lahir dan berkembang pesat di dua kota
besar, yaitu Kufah dan Basrah. Sebab kota tersebut banyak di tempati orang-orang
yang berbahasa Persia serta kekayaan dialektika (lahjat) setempat. Dari sini, Ali Ibn
Abi Thalib melakukan pembinaanpembinaan terhadap penduduk setempat tentang
kaidah-kaidah dasar Ilmu Nahwu. Kemudian lahirlah sosok pengumpul kaidah-kaidah
dasar ilmu Nahwu pertama, yaitu Abul Aswad Addu’ali yang termasuk generasi pada
masa kepemimpinan umayah (Hasymi, 1979). Tidak cukup perkembanagan Nahwu

3
saja, namun kemampuan orang Arab berotorika dengan apik yang dibungkus dengan
karya-karya sastra juga berkembang pesat pada masa ini. Kemampuan para penyair pra
Islam dan awal Islam (mukhadzram) ikut mewarnai dunia sastra pada periode ini.
Seperti, Hasan Ibn Tsabit, Ka’b Ibn Zuhair Ibn Abi Sulma, dan Hasan Ibn Tsabit. Serta
pidato-pidato (khithâbah) Ali Ibn Abi Tholib ikut serta memperkaya khazanah sastra
pada masa itu. Kemudian kumpulan pidato ini, belakangan dikemas menjadi sebuah
karya sastra agung yang berjudul Nahjul Balaghah (Zayyad, 2011).
Selain karya satra yang berkembang pesat di masa ini, kemajuan pembangunan
juga mengalami konstruksi yang amat pesat. Arsitektur dalam Islam dimulai dengan
berdirinya masjid-masjid yang dibangun sejak Rasulullah. Seperti masjid Quba yang
didirikan oleh Rasulullah ketika melakukan perjalanan hijrah sebelum sampai di
Madinah. Disamping itu juga terdapat Majid al-Haram yang merupakan masjid besar
yang dimiliki umat muslim sepanjang masa. Masjid ini mulai diperluas saat Umar Ibn
Khatab menjabat sebagai khalifah. Bangunan masjid ini di kelilingi dengan tembok
dari batu bata yang tersusun rapih yang menjulang tinggi sekitar satu setengah meter.
Namun masjid ini, mengalami pemugaran kembali serta diperluas saat Usman Ibn
Affan menjabat sebagai Khalifah (Israr, 1978).1
2.2 Masa Bani Umayyah
Sebutan Daulah Umayyah berasal dari nama Umayyah Ibn Abdi Sayms Ibn
Abdi Manaf, salah satu seorang pemimpin suku Qurays pada zaman Jahiliyah (pra-
Islam). Bani Umayyah baru masuk Islam setelah Rasulullah berhasil menaklukan kota
Mekah (fathu makkah). Sepeninggalnya Rasulullah, Bani Umayyah bercita-cita ingin
mengganti jabatan Rasulullah sebagai khalifah. Namun keinginan itu tidak mereka
buka secara terang-terangan, lantaran khalifah yang ditunjuk langsung oleh masyarakat
yaitu Abu Bakar dan kemudian digantikan Umar Ibn Khatab. Kedudukan khalifah
selanjutnya diganti oleh Usman bin Affan, seorang yang lemah lembut. Walaupun ia
mempunyai beberapa kelebihan, tapi dalam hal pemikiran kreatif tidak muncul. Justru
kelemah-lembutannya dipergunakan oleh keluarga bani Umayyah yang pernah
memegang kekuatan politik sebelum Islam untuk meningkatkan dan mengembalikan
kedudukannya sebagai pemimpin kaum Quraisy pada masa Islam. Peluang yang
dimanfaatkan oleh keluarga bani Umayyah untuk menduduki jabatan penting

1
Arif Al Anang. 2019.
https://www.researchgate.net/publication/341790669_Sejarah_Perkembangan_Ilmu_Pengetahuan_dalam_Isl
am. Hlm 100-102.

4
menyebabkan timbulnya berbagai protes dan sikap oposisi yang dating hamper dari
seluruh daerah. Gerakan itu berakhir dengan pembunuhan terhadap khalifah ketiga,
Usman bin Affan.
Pembunuhan Usman merupakan malapetaka besar yang menimpa umat Islam.
Di kalangan ummat Islam terjadi benturan antara ajaran Islam yang diturunkan melalui
Muhammad yang berbangsa Arab dengan alam pemikiran yang dipengaruhi
kebudayaan Helinesia dan Persi. Perbenturan itu membawa kegoncangan-
kegoncangan dan kericuhan dalam beberapa bidang sebagai berikur:
1. Bidang Bahasa Arab
Pada masa Jahiliyah, ketika bangsa Arab belum bergaul luas dengan bangsa
lain, bangsa mereka masih murni sehingga bangsawan Quraisy yang ingin
anak-anaknya fasih berbahasa Arab selalu mengirimkan anak-anak mereka ke
dusun. Namun sesudah perluasan Islam keluar Jazirah Arab dan bangsa Arab
bergaul luas dengan bangsa Persi, Mesir, Syam, maka berbaurlah Bahasa-
bahasa ini sehingga menimbulkan kekacauan dalam tata Bahasa. 2
2. Bidang Akidah
Di luar Jazirah Arab terdapat agama-agama Yahudi, Nasrani, Zoroaster, dan
lain-lain yang akidahnya jauh berbeda dengan akidah Islam. Ditambah lagi
agama Nasrani sangat dipengaruhi oleh filsafat Helinesia. Bertemunya akidah
Islam dengan akidah-akidah lain di luar Islam menimbulkan benturan. Ini
terlihat nanti dengan munculnya aliran-aliran, antara lain aliran mujassimah
yang meyakini bahwa Allah memiliki jisim seperti jisim (wujud fisik) manusia.
3. Bidang Politik
Politik Islam yang diajarkan Nabi adalah sistem “musyawarah”. Segala sesuatu
berdasarkan musyawarah termasuk dalam pemilihan kepala negara. Di luar
Jazirah Arab berlaku sistem “monarki absolut”, yaitu segala sesuatu dalam
keadaan mutlak raja termasuk dalam penentuan calon pengganti raja.
Bergumullah dua sistem itu beberapa tahun sesudah pertemuannya.
Pergumulan itu menyebabkan ummat Islam pecah menjadi beberapa firqah
(kelompok).3

2
Ibid,h. 301.
3
Ali Mustafa al-Gurabi, Tarikh al-Firaq al-Islamiyah, (Kairo: Mathba’ah Ali Shabih, 1959), h. 19.

5
Dalam suasana yang demikian timbul suatu kelompok yang netral yang bersikap
moderat dan toleran karena mempunyai tujuan untuk tetap menggalang solidaritas dan
kesatuan ummat. Untuk keperluan tersebut mereka meninggalkan politik dan
menyibukkan diri dalam pendalaman ilmu terutama untuk mengkaji sunnah Nabi dan
menggunakannya untuk memahami dan mendalami agama secara lebih luas. Diantara
mereka adalah Abdullah bin Umar dan Abdullah bin Abbas. Kelompok ini karena
pengalamannya dalam menghadapi berbagai golongan yang mempunyai pandangan
yang berbeda akhirnya tumbuh menjadi semacam kelompok yang mau menghargai
pendapat orang lain sehingga akhirnya dianggap sebagai kelompok yang banyak dianut
oleh mayoritas ummat.

Disamping itu ketekunan mereka terhadap kajian as-Sunnah menyebabkan as-


Sunnah mendapat perhatian ummat dan pada akhirnya menyebabkan as-Zunnah
menjadi terpelihara. Usaha mereka sungguh merupakan usaha yang membekas bagi
pertumbuhan ilmu pengetahuan Islam pada khususnya dan agama Islam pada umumnya
karena as-Sunnah merupakan sumber agama Islam yang kedua sesudah Al-Qur’an.
Hanya saja usaha ini masih bersifat hafalan dan belum dibukukan. Barulah dibukukan
oleh al-Zuhri atas perintah khalifah Umar bin Abdul Aziz nanti. Walaupun demikian,
usaha mereka ini merupakan rintisan bagi kajian baru dalam sejarah pemikiran secara
rasional dalam bidang as-Sunnah.4

2.3 Masa Abbasiyah


Peradaban Islam mengalami puncak kejayaan pada masa Daulah Abbasiyah.
Ilmu pengetahuan pada masa ini sangat maju secara pesat. Kemajuan ilmu
pengetahuan pada masa ini disebabkan adanya gerakan terjemah besar-besaran
terhadap naskah-naskah asing ke dalam bahasa Arab terutama naskah-naskah Yunani.
Meskipun gerakan terjemah naskahnaskah asing sudah dimulai sejak masa Umayyah,
namun puncak keemasan ada pada masa Abbasiyah. Upaya penerjemahan yang
dilakukan Abbasiyah tidak hanya bersumber dari naskah Yunani saja, melainkan
sumber lain, seperti bahasa Persia ke dalam bahasa Arab. Para penerjemah juga bukan
hanya dari kalangan muslim saja, namun banyak juga ditemukan penerjemah-
penerjemah (mutarjim) Nasrani Syiria dan Majusi Persia.

4
Nuscholis Madjid, Op. Cit., h. 16.

6
Kemajuan ilmu pada masa Abbasiyah yang paling menonjol dibanding masa
Umayyah, yaitu adanya perpustakaan dan observatorium Baitul Hikmah. Tempat ini
berfungsi sebagai perpustakaan sekaligus tempat pusat pengembangan ilmu
pengetahuan. Institusi ini merupakan lanjutan dari institusi di masa Imperium Sasania
Persia yang bernama Jundisaphur Academy. Namun bedanya, istitusi ini pada masa
Harun Arrasyid direbuh menjadi khizânah al-Hikmah (pusat filsafat). Serta objek
penelitian pada masa Imperium Sasania Persia hanya focus pada penyimpanan puisi-
puisi dan cerita raja-raja, di masa Harun Arrasyid diperluas penggunannya pada semua
ilmu pengetahuan.
Pada masa ini juga, perkembangan mazhab-mazhab Islam juga sangat banyak
bermunculan. Antaranya, Imam Auza’I (w. 774 M). yang merupakan pendiri mazhab
Auza’I di Syiria. Pendiri Mazhab besar kedua, Malik Ibn Anas (w. 795 M), yang
memiliki karya agung di bidang Hadis kitab al-Muawaththa’. Dan lahir juga pendiri
mazhab islam besar ketiga, Imam Syafi’I (w. 820 M) yang telah berhasil merapikan
kaidah-kaidah Ushul fikih dalam kitabnya Arrisalah. Serta pendiri mazhab besar
keempat, Imam Ahmad Ibn Hanbal (w. 855 M), yang memiliki kumpulan-kumpulan
Hadis dalam Musnad Ibn Hanbal yang berisi 30.000 Hadis Nabi.
Selain kaya akan pengembangan bidang agama, pada masa ini juga bidang
perekonomian juga berkembang pesat. Ekonomi imperium Abbasiayah digerakkan
oleh perdagangan barang-barang mewah dan bahan-bahan pokok. Selain melakukan
transaksi sesama imperium, Abbasiyah juga membuka gerbang perekonomian dengan
Dinasti T’ang di China.5
2.4 Masa Modern
Periode modern ini secara umum dimulai dari akhir abad ke delapan belas
hingga saat ini. Tentu dalam perjalanan perkembangan ilmu pengetahuan di semua
Negara memiliki corak dan pembaharu masing-masing. Seperti Indonesia,
perkembangan pengetahuan Islam di Negara ini tidak bisa lepas dari peran dua
organisasi masyarakat besar, yaitu Muhammadiyyah dan Nahdlatul Ulama.
Muhammadiyyah yang didirikan Muhammad Darwisy atau kemudian dikenal
dengan KH. Ahmad Dahlan, secara garis besar membawa misi ingin mengajak umat

5
Arif Al Anang. 2019.
https://www.researchgate.net/publication/341790669_Sejarah_Perkembangan_Ilmu_Pengetahuan_dalam_Isl
am. Hlm 104-105.

7
Islam Indonesia disamping belajar ilmu-ilmu agama juga mendalami ilmu-ilmu umum.
Keinginan itu kemudian diejawantahkan dengan membangun lembaga-lembaga
formal yang diajarkan dengan sistem dan model seperti sekolah pada zaman
kolonialisme. Dalam lembaga tersebut, KH. Ahmad Dahlan mengenalkan pemikiran
para reformis Islam terkemuka, seperti Jamaludin Afghani, Rasyid Ridlo, Muhammad
Abduh dan sebagainya. (Windy, 2005).
Kemudian, organisasi besar kedua yaitu Nahdlatul Ulama yang diprakarsai KH.
Hasyim Asy’ari. Secara umum, organisasi ini—dalam bidang pendidikan—lebih
menfokuskan pengajaran-pengajaran dengan sistem klasik, yaitu mengajarkan kitab-
kitab kuning (turats) di lembaga non-formal atau yang lebih umum disebut pesantren.
Kemunculan organisasi NU telah membuka pintu besar di Indonesia terhadap kajian-
kajian ke-Islam-an dengan pelbagai mazhab. Secara garis besar, dalam mazhab fikih
NU menganut mazhab Syafi’i. Namun mazhab-mazhab Islam yang lain juga diajarkan
dalam sistem pendidikan NU. Di sini kemudian NU mengajarkan para pengikutnya
bisa bersikap lebih dewasa dalam menyikapi perbedaan.6

6
Arif Al Anang. 2019.
https://www.researchgate.net/publication/341790669_Sejarah_Perkembangan_Ilmu_Pengetahuan_dalam_Isl
am. Hlm 105-106.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Periode awal Islam ini sering juga disebut sebagai fase yang mana kitab
suci Al-Qur’an baru diturunkan di tengah-tengah umat manusia.
Periode ini dimulai dari abad ke 7 sampai abad ke 13 Masehi.
2. Sebutan Daulah Umayyah berasal dari nama Umayyah Ibn Abdi Sayms
Ibn Abdi Manaf, salah satu seorang pemimpin suku Qurays pada zaman
Jahiliyah (pra-Islam). Bani Umayyah baru masuk Islam setelah
Rasulullah berhasil menaklukan kota Mekah (fathu makkah).
Sepeninggalnya.
3. Peradaban Islam mengalami puncak kejayaan pada masa Daulah
Abbasiyah. Ilmu pengetahuan pada masa ini sangat maju secara pesat.
Kemajuan ilmu pengetahuan pada masa ini disebabkan adanya gerakan
terjemah besar-besaran terhadap naskah-naskah asing ke dalam bahasa
Arab terutama naskah-naskah Yunani.
4. Periode modern ini secara umum dimulai dari akhir abad ke delapan
belas hingga saat ini. Tentu dalam perjalanan perkembangan ilmu
pengetahuan di semua Negara memiliki corak dan pembaharu masing-
masing. Seperti Indonesia, perkembangan pengetahuan Islam di Negara
ini tidak bisa lepas dari peran dua organisasi masyarakat besar, yaitu
Muhammadiyyah dan Nahdlatul Ulama.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini penulis mengharapkan agar kita semua
lebih memahami dan bisa mempunyai pengetahuan baru mengenai sejarah
perkembangan ilmu pengetahuan Islam dan semoga makalah ini bias lebih
bermanfaat lagi.

9
DAFTAR PUSTAKA

Sunanto, Musyrifah. 2015. Sejarah Islam Klasik Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam.
Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP.

Al Anang, Arif. 2019. “Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan dalam Islam”.


https://www.researchgate.net/publication/341790669_Sejarah_Perkembangan_Ilmu_Pengeta
huan_dalam_Islam. Diakses pada tanggal 21 November 2021.

Kosim, Mohammad. “Ilmu Pengetahuan Dalam Islam”.


http://ejournal.iainmadura.ac.id/index.php/tadris/article/view/232/223. Diakses pada tanggal
21 November 2021.

10

Anda mungkin juga menyukai