Anda di halaman 1dari 5

HUBUNGAN ORGANISASI TERHADAP

DRUG MANAGEMENT CYCLE (DMC)

Diusulkan Oleh :

Kelompok I – B1 FARMASI 2018

1. Ella Kusuma Wardhani (17020200019)

2. Milenia Rahmandani (18020200004)

3. Ghina Malikah (18020200005)

4. Ella Dika Candra Safitri (18020200008)

5. Winda Rohmawati (18020200010)

6. Elda Susanti (18020200015)

7. Niken Dwi Putri A. (18020200017)

8. M. Nur Mashuda (18020200027)

9. Septiawan Kesit R. (18020200055)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

STIKES RUMAH SAKIT ANWAR MEDIKA


SIDOARJO
2021
Pendahuluan

Peningkatan jumlah sarana pelayanan kesehatan dari waktu ke waktu menyebabkan


terjadinya persaingan yang ketat. Sarana pelayanan kesehatan yang dianggap memiliki
keunggulan akan memiliki kesempatan yang lebih besar untuk dipilih oleh pelanggan. Instalasi
farmasi memiliki pengaruh yang sangat besar pada perkembangan professional rumah sakit
dan juga terhadap ekonomi serta biaya operasional total rumah sakit yang diakibatkan karena
hubungan timbal balik dan saling tergantungnya pelayanan-pelayanan lain pada divisi ini.
Peningkatan persepsi pasien terhadap mutu pelayanan Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)
akan memberikan dampak positif bagi upaya penigkatan profit dan pelayanan di IFRS. Namun
dalam pelayanannya, instalasi farmasi rumah sakit seringkali menghadapi berbagai masalah.
Permasalahan yang paling sering ditemukan dalam pelayanan farmasi antara lain adalah
lamanya waktu tunggu pasien, pelabelan obat yang kurang lengkap serta singkatnya waktu
pemberian informasi obat yang dapat mempengaruhi kelengkapan informasi tentang obat
(Ainaini et al., 2011). Namun yang tidak kalah penting permasalahan dalam pelayanan tersebut
adalah siklus manajemen obat.

Obat sebagai komponen penting dalam pelayanan kesehatan dikelola sebaik-baiknya


dalam menciptakan derajat kesehatan yang optimal. Ketidakefisienan dalam pengelolaan obat
dapat mengakibatkan dampak negatif, baik secara ekonomi ataupun medik. Tiga alasan utama
dibutuhkannya manajemen yaitu untuk mencapai tujuan organisasi dan pribadi, mencapai
efisiensi dan efektivitas, serta menjaga keseimbangan antara tujuan-tujuan yang saling
bertentangan. Dua konsep penting dalam mengukur prestasi kerja manajemen yaitu efisiensi
dan efektivitas. Pengelolaan yang efektif merupakan manajemen pengelolaan yang strategis
(tepat obat, tepat jumlah, dan tepat penyimpanan) dengan biaya yang efisien dan seminimal
mungkin. Pengelolaan perbekalan farmasi atau sistem manajemen perbekalan farmasi adalah
suatu siklus kegiatan yang dimulai dari perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan pelaporan, penghapusan, monitoring dan
evaluasi (Erwansani et al., 2016).

Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan


pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dengan menggunakan perbekalan farmasi
termasuk obat-obatan. Pelayanan rumah sakit merupakan bentuk upaya pelayanan kesehatan
yang bersifat sosial-ekonomi. Salah satu bagian di rumah sakit yang bertanggung jawab atas
proses pengelolaan obat adalah Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
Manajemen rumah sakit dituntut untuk selalu meningkatkan kemampuan dan mutu
pelayanan yang diberikan. Peningkatan mutu masing-masing unit yang terdapat dirumah sakit
diantaranya yakni mutu pelayanan farmasi rumah sakit. Semua ini berkaitan dengan
manajemen obat yang merupakan kewajiban dari instalasi farmasi dirumah sakit. Obat-obat
yang akan diadakan oleh rumah sakit dikonsultasikan terlebih dahulu antara pihak manajemen,
apoteker, dan dokter melalui Komite Farmasi dan Terapi (KFT). KFT adalah penghubung
antara staf medis dan pelayanan farmasi dalam penggunaan obat untuk mencapai keamanan
dan optimalisasi pelayanan (Erwansani et al., 2016).

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis ingin mengetahui seberapa berpengaruh


hubungan terkait manajemen pengelolaan obat dengan organisasi pada suatu instalasi rumah
sakit maupun apotek. Dengan demikian, pengelolaan obat dapat dipakai sebagai proses
penggerak dan pemberdayaan semua sumber daya yang dimiliki untuk dimanfaatkan dalam
rangka mewujudkan ketersediaan obat setiap dibutuhkan agar operasional efektif dan efisien.

PEMBAHASAN

Drugs management cycle merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai dari pemilihan,
perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, penghapusan,
administrasi dan pelaporan serta evaluasi dalam pengeololaan perbekalan farmasetika (Ihsan
& Sahid, 2015). Menurut Mompewa et al. (2019), siklus manajemen obat meliputi seleksi,
pengadaan, distribusi dan penggunaan yang didukung oleh manajemen, organisasi, keuangan,
informasi manajemen dan sumber daya manusia. Dalam hal ini siklus manajemen obat akan
didukung oleh organisasi, dimana pelayanan diselenggarakan dan diatur demi berlangsungnya
pelayananan farmasi yang efisien dan bermutu. Adanya struktur organisasi yang
menggambarkan uraian tugas, fungsi, wewenang dan tanggung jawab serta hubungan
koordinasi didalam ataupun diluar pelayanan farmasi yang ditetapkan oleh pimpinan rumah
sakit.

Menurut Ningrum et al. (2019), mengacu pada Permenkes No.58 tahun 2014 bahwa
rumah sakit harus memiliki petugas kefarmasian yang terdiri dari apoteker dan tenaga teknis
kefarmasian serta petugas penunjang kefarmasian yang terdiri dari operator komputer, tenaga
administrasi dan pekarya/ pembantu pelaksana. Dalam pelayanan dirumah sakit yang
memberikan pelayanan produk yaitu sediaan farmasi, perbekalan kesehatan dan gas medis
habis pakai serta pelayanan jasa yaitu farmasi klinik (PIO, konseling, meso, monitoring terapi
obat, reaksi merugikan obat) bagi pasien ataupun keluarga pasien diatur oleh suatu organisasi
rumah sakit, yakni Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS).

Kementrian Kesehatan dalam pedoman pengelolaan obat publik dan perbekalan


kesehatan menyebutkan bahwa untuk menentukan jumlah obat yang dibutuhkan berdasarkan
metode konsumsi perlu memperhatikan beberapa data seperti daftar obat, stok awal,
penerimaan, pengeluaran, sisa stok, obat hilang atau kadaluarsa, kekosongan obat, pemakaian
rata-rata pertahun, waktu tunggu, stok pengaman dan perkembangan pola kunjungan (Walujo
et al, 2018).

Permatasari et al. (2017) juga menegaskan berdasar pada SK Menteri Kesehatan RI


No.1045/MENKES/PER/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum, dimana
rumah sakit harus menjalankan beberapa fungsi salah satunya pada pelayanan kefarmasian
yang tidak dapat dipisahkan dari pelayanan rumah sakit secara keseluruhan.

PENUTUP

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa organisasi dalam suatu instalasi
rumah sakit memiliki peran yang sangat penting atau dengan kata lain sebagai jantung
berdirinya pelayanan kesehatan. Tanpa adanya organisasi permasalahan dalam siklus
manajemen obat akan sangat krusial, mulai dari pengelolaan obat maupun manajemen rumah
sakit yang akan berdampak secara ekonomi maupun pelayanan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Ainaini, R., Marchaban, & Hertiani, T. 2011. Pengukuran Mutu Pelayanan Farmasi di Unit
Rawat Jalan Instalasi Farmasi RSUD Sleman. Jurnal Manajemen dan Pelayanan
Farmasi, 1(4) : 221-229.

Erwansani, E., Muhtadi, A., & Surahman, E. 2016. Evaluasi Manajemen Obat dan
Hubungannya dengan Kualitas Pelayanan Farmasi Rawat Jalan di Salah Satu Rumah
Sakit Kota Pontianak. Jurnal Farmasi Klinik Indonesia, 5(1) : 56-66.

Ihsan, S., Amir, S. A., Sahid, M. 2015. Evaluasi Pengelolaan Obat di Instalasi Farmasi Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tahun 2014. Pharmauho. 1(2): 24-27.

Mompewa, R. S. M., Wiedyaningsih, C., & Widodo, G. P. 2019. Evaluasi Pengelolaan Obat
dan Strategi Perbaikan dengan Metode Hanlon di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum
Daerah Poso Provinsi Sulawesi Tengah. CHMK Pharmaceutical Scientific Journal, 2(1)
: 10-18.

Ningrum, S. A., Kodyat, A. G., Indrawati, L. 2019. Analisis Sistem Pengawasan dan
Pengendalian Perbekalan Kefarmasiaan di Instalasi Farmasi RS Mitra Husada
Tangerang. Majalah Kedokteran UKI. 35(4): 163-173.

Permatasari, D. W., Larasati, T. A., Carolia, N. 2017. Hubungan Antara Pemberian Informasi
dan Lama Pelayanan Farmasi Resep Jadi dengan Kepuasan Pasien Umum Rawat Jalan
di Instalasi Farmasi RSUD Jendral Ahmad Yani. Medula. 7(4): 88-93.

Walujo, D. S., Yudha, E. P., Septria, F. A. 2018. Analisis Perencanaan Obat dengan
Menggunakan Metode Konsumsi di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kota Kediri
Tahun 2017. Jurnal Wiyata. 5(1): 25-28.

Anda mungkin juga menyukai