Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh :
Abstrak
Sejarah pemikiran filsafat pada Abad Pertengahan berlangsung selama sepuluh abad, yaitu
sejak abad ke-6 SM sampai abad ke-16 SM. Abad Pertengahan juga dikenal sebagai zaman
kegelapan atau abad pertengahan. Dikatakan berada di zaman kegelapan karena filosofi dan
pengetahuan ini dibatasi di bawah otoritas gereja. Abad ini juga dikenal sebagai abad
pertengahan (medieval), yang menengahi filsafat dan budaya Yunani hingga masa Renaisans.
Filsafat yang berkembang dikenal dengan Filsafat Patristik dan Skolastik
Pada umumnya pada zaman kegelapan pola pemikiran ini ditandai dengan merosotnya
peradaban Yunani dan dimulainya doktrin Kristen. Dengan semakin diakuinya agama
Kristen, filsafat menurun. Pada periode ini dominasi dan penguasaan semua aspek otoritas
keagamaan perkembangan peradaban, yang berkembang Gaya tersebut dimaksudkan sebagai
pembenaran filosofis teologi.
Pola pemikiran Yunani berkembang yaitu Platonisme dan Stoisisme. Keduanya melukiskan
pemahaman tentang ajaran agama. Ajaran para filosof besar Plato dan Aristoteles juga
digunakan untuk menjelaskan pemikiran filosofis tentang masalah Tuhan, agama,
kepercayaan, dan sifat manusia serta masalah ilmiah seperti bahasa, logika, etika.
Pertarungan antara ajaran dan gagasan agama yang berlangsung selama sepuluh abad dengan
corak dan latar belakang ke periode berikutnya, yaitu Zaman Pencerahan (aufklarung,
renaissance).1
A. PENGANTAR
Filsafat abad pertengahan adalah suatu arah pemikiran yang berbeda sekali dengan arah
pemikiran dunia kuna. Filsafat abad pertengahan menggambarkan suatu zaman yang baru
sekali di tengah-tengah suatu rumpun bangsa yang baru, yaitu bangsa Eropa barat. Filsafat
yang baru ini disebut Skolistik. Sebutan Skolistik mengungkapkan, bahwa ilmu pengetahuan
abad pertengahan diusahakan oleh sekolah-sekolah, dan bahwa ilmu itu terkait pada tuntutan
pengajaran di sekola-sekolah itu. Semula Skolistik timbul di biara-biara tertua di Gallia
Selatan, tempat pengungsian ketika ada perpindahan bangsa-bangsa. Sbb di situlah tersimpan
hasil-hasil karya para tokoh kuna dan para penulis Kristiani.
Pada awal abad ke-6 filsafat berhenti untuk waktu yang lama. Segala perkembangan ilmu
pada waktu itu terhambat. Hal ini disebabkan karena abad ke-6 dan ke-7 adalah abad abad
yang kacau. Pada waktu itu ada perpidahan bangsa-bangsa, yang mengakibatkan adanya
1
http://muhamadiqbalmalik.blogspot.com/2012/04/filsafat-abad-pertengahan-patristik-dan.html
1
serangan-serangan bangsa-bangsa yang masih belum beradab terhadap kerajaan Romawi,
sehingga kerajaan itu runtuh. Bersamaan dengan keruntuhan kerajaan Romawi itu runtuhlah
juga segala peradabat Romawi, baik peradaban yang bukan Kristiani maupun peradaban
Kristiani yang sedang dibangun selama 5 abad terakhir. Filsafat barat abad pertengahan
( 476-1492 M ) juga dapat dikatakan sebagai abad gelap. Berdasarkan pada pendekatan
sejarah gereja, saat itu tindakan gereja sangat membelenggu kehidupan manusia. Manusia
tidak lagi memiliki kebebasan untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya.
Para ahli pikir saat itu juga tidak mempunyai kebebasan berpikir. Apalagi terdapat
pemikiranpemikiran yang bertentangan dengan agama ajaran gereja. Siapa pun orang yang
mengemukakannya akan mendapatkan hukuman berat.
Filsafat Yunani mengalami kemegahan dan kejayaan dengan hasil yang sangat
gemilang, yaitu melahirkan peradaban Yunani. Menurut pandangan sejarah filsafat,
peradaban Yunani merupakan titik tolak peradaban manusia di dunia. Maka pandangan
sejarah filsafat dikemukakan manusia di dunia. Selanjutnya warisan peradaban Yunani jatuh
ke tangan Romawi. Romawi memperlihatkan kebesaran dan kekuasaan hingga daratan Eropa
(Britania), tidak ketinggalan pula pemikiran filsafat Yunani juga ikut terbawa. Hal ini karena
Caesar Augustus yang menciptakan masa kemasan kesusastraan Latin, kesenian, dan
arsitektur Romawi. Filsafat Yunani mengalami perkembangan setelah sampai ke daratan
Eropa. Karena bersamaan dengan agama kristen, filsafat Yunani berintegrasi dengan agama
Kristen, sehingga membentuk suatu formasi baru. Maka, muncullah filsafat Eropa yang
sesungguhnya sebagai penjelmaan filsafat Yunani setelah berintegrasi dengan agama Kristen.
Pada masa pertumbuhan dan perkembangan filsafat Eropa (kira-kira selama 5 abad)
belum muncul ahli pikir (filosof), akan tetapi setelah abad ke-6 Masehi, muncullah para ahli
pikir yang mengadakan penyelidikan filsafat. Sehingga, filsafat Eropa mengawali kelahiran
filsafat barat abad pertengahan. Filsafat Barat Abad Pertengahan (467 – 1492) juga dapat
dikatakan sebagai “abad gelap”. Pendapat ini disarankan pada pendekatan sejarah gereja.
Memang pada saat itu tindakan gereja sangat membelenggu kehidupan manusia sehingga
manusia tidak lagi memiliki kebebasan untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam
dirinya. Para ahli pikir pada saat itu pun tidak memiliki kebebasan berfikir. Apabila terdapat
pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan ajaran gereja, orang yang mengemukakan
akan mendapatkan hukuman berat. Pihak gereja melarang diadakannya penyelidikan-
penyelidikan berdasarkan rasio terhadap agama. Karena itu, kajian tentang agama/teologi
2
yang tidak berdasarkan ketentuan gereja akan mendapatkan larangan yang ketat. Yang berhak
mengadakan penyelidikan terhadap agama hanyalah gereja. Walaupun demikian, ada juga
yang melanggar larangan tersebut, mereka dianggap orang murtad dan kemudian diadakan
pengejaran (inkusisi).
Masa abad pertengahan ini juga dapat dikatakan sebagai suatu masa yang penuh
dengan upaya mengiringi manusia ke dalam kehidupan sistem kepercayaan yang picik dan
fanatik, dengan menerima ajaran gereja secara membabi buta. Karena itu perkembangan ilmu
pengetahuan terhambat. Masa ini penuh dengan dominasi gereja, yang tujuannya untuk
membimbing umat ke arah hidup yang saleh. Namun di sisi lain, dominisi gereja ini tanpa
memikirkan martabat dan kebebasan manusia yang mempunyai perasaan, pikiran, keinginan,
dan cita-cita untuk menentukan masa depannya sendiri. Zaman Abad Pertengahan ditandai
dengan tampilnya para teolog di lapangan ilmu pengetahuan. Para ilmuwan pada masa ini
hampir semua adalah para teolog, sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas
keagamaan. Semboyan yang berlaku bagi ilmu pada masa ini adalah ancilla theologia atau
abdi agama. Namun demikian harus diakui bahwa banyak juga temuan bidang ilmu yang
terjadi pada masa ini. Periode Abad Pertengahan mempunyai perbadaan yang mencolok
dengan abad sebelumnya. Perbedaan itu terutama terletak pada dominasi agama. Timbulnya
agama Kristen yang diajarkan oleh Nabi Isa as. Pada permulaan Abad Masehi membawa
perubahan besar terhadap kepercayaan keagamaan. Agama Kristen menjadi problem
kefilsafatan karena mengajarkan bahwa wahyu Tuhanlah yang merupakan kebenaran yang
sejati. Hal ini berbeda dengan pandangan Yunani Kuno yang mengatakan bahwa kebenaran
dapat dicapai oleh kemampuan akal. Mereka belum mengenal adanya wahyu. Mengenai
sikap terhadap pemikiran Yunani ada dua:
a. Golongan yang menolak sama sekali pemikiran Yunani, karena pemikiran Yunani
merupakan pemikiran orang kafir, karena tidak mengakui wahyu.
b. Menerima filsafat Yunani yang mengatakan bahwa karena manusia itu ciptaan Tuhan,
kebijaksanaan manusia berarti pula kebijaksanaan yang datangnya dari Tuhan.
Mungkin akal tidak dapat mencapai kebenaran yang sejati maka akal dapat dibantu
oleh wahyu.
Masa Abad Pertengahan ini terbagi menjadi dua masa yaitu masa Paratistik dan masa
Skolatistik. Sedangkan masa Skolatistik terbagi menjadi Skolastik Awal. Skolastik Puncak,
dan Skolastik Akhir.2
1. Masa Patristik
2
https://afidburhanuddin.files.wordpress.com/2012/05/sejarah-perkembangan-ilmu-filsafat-pada-masa-abad-
pertengahan_ima-frafika-sari_oke.pdf
3
Patristik berasal dari kata patres (bentuk jamak dari pater) yang berarti bapak-bapak.
Yang dimaksudkan adalah para pujangga Gereja dan tokoh-tokoh Gereja yang berperan
sebagai peletak dasar intelektual kekristenan. Mereka khususnya mencurahkan perhatian pada
pengembangan Ilmu agama, tetapi dalam kegiatan tersebut mereka tak dapat menghindarkan
diri dari wilayah kefilsafatan. 3
Pada masa ini muncul upaya untuk membela agama kristen, yaitu para apologis (pembela
iman kristen) muncul adalah Justinus Martir, Irenaesus, Klemens, Origenes, Gregorisu, Nissa,
Diosius Arepagos, Tertillianus, Arepagos, Aurelius Agustinus.
Zaman Abad Pertengahan awal ditandai dengan tampilnya para teolog di ranah ilmu
pengetahuan. Para ilmuwan pada masa ini hampir semuanya adalah para teolog, sehingga
aktivitas ilmiah selalu terkait dengan aktivitas keagamaan. Semboyan yang berlaku bagi ilmu
pengetahuan pada masa ini adalah ancilla theologia atau abdi agama. Periode Abad
Pertengahan mempunyai perbedaan yang mencolok dengan abad sebelumnya. Perbedaan itu
terutama terletak pada dominasi agama. Timbulnya agama Kristen yang diajarkan oleh
Yesus Kristus dengan fondasi yang dibangun oleh Santo Paulus. Agama Kristen menjadi titik
masalah ke filsafatan karena mengajarkan bahwa wahyu Tuhanlah yang merupakan
kebenaran yang sejati.
Masa Keemasan Patristik Yunani didorong antara lainoleh Edict (dekrit) Milan yang
dikeluarkan Kaisar Konstantinus Agung tahun 313 M yang menjamin kebebasan beragama
bagi semua penganut Kristen. Pada bad-abad pertama, Gereja mengalami hambatan dan
penganiayaan berkepanjangan oleh para penguasa Romawi. Kaisar Konstantinus adalah
kaisar Romawi yang menganut agama Kristen. Filsafat Patristik mulai mengalami
kemunduran sejak abad ke-5 hingga abad ke-8 karena digeser oleh Filsafat Skolastik.4
Bapak Gereja terpenting masa itu antara lain Tertullianus (160-222), Justinus,
Clemens dari Alexandria (150-251), Origenes (185-254), Gregorius dari Nazianza (330-390),
Basilius Agung (330-379), Gregorius dari Nyssa (335-394), Dionysius Areopagita, Johanes
Damascenus, Ambrosius, Hyeronimus, dan Agustinus (354-430).
Tertullianus (160-222 M). Ia dilahirkan bukan dari keluarga Kristen, tetapi setelah
melaksanakan pertobatan la menjadi gigih membela Kristen secara fanatik. la menolak
kehadiran filsafat Yunani karena filsafat dianggap sesuatu yang tidak perlu. Ia berpendapat
bahwa wahyu Tuhan sudah cukup sebagai kebenaran hakiki. Tidak ada hubungan antara
teologi dengan filsafat, tidak ada hubungan antara Yerussalem (pusat agama) dengan Yunani
(pusat filsafat), tidak ada hubungan antara Gereja dan Akademi. la mengatakan bahwa
dibandingkan dengan cahaya Kristen, segala yang dikatakan oleh para filsuf Yunani dianggap
tidak penting. Apa yang dikatakan oleh para filsuf Yunani tentang kebenaran pada hakikatnya
3
M.Hum, Muliadi, Filsafat Umum, (Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Juli, 2020), hlm.
192
4
Arifian Alfi, Sejarah Lengkap Dunia Abad Pertengahan 500-1400, (Anak Hebat Indonesia, Januari, 2020), hlm.
321
4
adalah kutipan dan Kitab Suci (Taurat). Akan tetapi karena kebodohan para filsuf, kebenaran
Kitab Suci Musa tersebut dihapuskan, seakan-akan itu adalah kebijaksanaan yang berasal dari
permikiran mereka. Akan tetapi Iama-kelamaan, Tertullianus akhirnya menerima juga filsafat
Yunani sebagai cara berfikir yang rasional.
Menurut Augustinus, Allah menciptakan dunia ex-nibilo (konsep yang nantinya juga
diikuti oleh Thomas Aquinas), yang artinya, dalam menciptakan dunia dan isinya, Allah tidak
menggunakan bahan. Berbeda dengan konsep penciptaan yang diajarkan Plato bahwa me on
merupakan dasar atau materi segala sesuatu. Dunia diciptakan sesuai dengan ide-ide Allah.
Manusia dan dunia berpartisipasi dengan ide-ide ilahi. Pada manusia, partisipasi itu lebih
aktif di banding dunia materi. Akhirnya, ajaran Augustinus berhasil menguasai dan
mempengaruhi pemikiran Eropa selama sepuluh abad. 5
Justinus Martir, Nama aslinya Justinus, kemudian nama Martir diambil dari istilah
‘orang-orang yang berani mati hanya untuk kepercayaannya’. Menurut pendapatnya, agama
Kristen bukan agama baru karena Kristen lebih tua dari filsafat Yunani, dan Nabi Musa
dianggap sebagai awal kedatangan Kristen. Padahal, Musa hidup sebelum Socrates dan Plato.
Socrates dan plato sendiri sebenarnya telah menurunkan hikmahnya dengan memakai hikmah
Musa. Selanjutnya dikatakan bahwa filsafat Yunani itu mengambil dari kitab Yunani.
Pandangan ini didasarkan bahwa Kristus adalah Logos. Dalam mengembangkan aspek
logosnya ini. 6
2. Skolastik
Istilah Skolastik adalah kata yang berasal dari kata school yang berarti sekolah. Jadi,
Skolastik berkaitan dengan sekolah. Terdapat beberapa pengertian dari corak khas skolantik,
yaitu: filsafat yang mempunyai corak semata-mata agama, filsafat yang menghadap pada
teologi atau filsafat yang rasional, suatu sistem filsafat yang termasuk dalam jajaran
pengetahuan alam kodrat dan merupakan filsafat Nasrani karena banyak dipengaruhi oleh
ajaran gereja. Filsafat Skolastika ini dapat berkembang karena beberapa faktor diantaranya
faktor religius.
Filsafat kaum Skolastik merupakan pertemuan antara pemikiran Aristoteles (yang hidup
kembali melalui filsuf-filsuf Islam dan Yahudi) dan iman Kristiani. Pertemuan ini
menghasilkan banyak filsuf penting. Mereka sebagian besar berasal dari kedua ordo baru,
yang lahir dalam Abad Pertengahan, yaitu para Dominikan dan Fransiskan. Filsafat mereka
disebut Skolastik (dan kata Latin Scholasticus yang berarti guru) karena dalam periode ini
5
Arifian Alfi, Sejarah Lengkap Dunia Abad Pertengahan 500-1400, (Anak Hebat Indonesia, Januari, 2020),
hlm. 321
6
M.Hum, Muliadi, Filsafat Umum, (Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Juli, 2020), hlm.
192
5
filsafat diajarkan dalam sekolah-sekolah biara dan universitas-universitas menurut suatu
kurikulum yang tetap dan yang bersifat internasional (Hamersma, 1990:39).
Tokoh-tokoh Skolastik antara lain Albertus Magnus alias Albert Agung (1206-1280),
Joannes Fidanza alias Bonaventura (1221-1257), Thomas Aquinas (1225-1274), dan Yohanus
Duns Scotus (1266-1308). Tema-tema pokok dari ajaran mereka adalah hubungan antara
iman dan akal budi, adanya dan hakikat Tuhan, antropologi, etika, dan politik. Selain nama-
nama di atas, dapat disebutkan pula nama Boethius (480-524) yang merupakan filsuf pertama
Skolastik.7
Zaman ini merupakan zaman baru bagi bangsa eropa. hal ini di tandai dengan
Skolastik yang di dalamnya banyak di upayakan perkembangan ilmu pengetahuan di
sekolah-sekolah. Kurikulum ajarannya meliputi studi duniawi atau Artesliberales
meliputi tata bahas, retorika, dialetika, (seni berdiskusi), ilmu hitung, ilmu ukur, ilmu
perbintangan dan music. Diantara tokoh - tokohnya adalah Aquinas (735-805), Peter
Lombard (1100- 1160), Jhon Salisbury (1115-1180).
Masa ini merupakan masa kejayaan Skolastik yang berlangsung dari tahun 1200 –
1300 dan masa ini juga di sebut masa berbunga. Faktor – faktor mengapa masa
skolastik mencapai pada puncaknya, yaitu;
- Adanya pengaruh dari Aristoteles, Ibnu Rusyd, Ibnu sina sejak abad ke 12 Tahun
1200 didirikan di universitas al, amater di Prancis.
- Berdirinya ordo - ordo.
- Memegang peranan dibidang filsafat dan teologi, seperti Albertus De Grote, Thomas
Aqinas, Bonaventura, J.D. Scouits. William Ocham.8
a. Albertus magnus (1206-1280 M)
Di samping sebagai biarawan, Albertus Magnus juga dikenal sebagai
cendikiawan abad pertengahan. Nama aslinya adalah Albert won Bollstadt yang
juga dikenal sebagai doktor universalis, kemudian dikenal dengan doktor magnus,
sehingga sering disematkan dinamanya, Albertus Magnus (Albert the Great) atau
Albertus Agung. Ia mempunyai kepandaian luar biasa. Di Universitas Padua ia
belajar artes liberalis (seni liberal), ilmu pengetahuan alam, kedokteran, filsafat
Aristoteles, dan belajar teologi di Bologna, serta anggota Ordo Dominikan tahun
1223 M.
Ia kemudian masuk ke Koln menjadi dosen filsafat. Selain itu ia juga
memberikan kuliah pengantar ajaran Aristoteles di Eropa Barat, yang karenanya,
7
Thoa Agus, Buku Ajar Filsafat, (Qiara Media, 2020), hlm 39-40
8
Thoa Agus, Buku Ajar Filsafat, (Qiara Media, 2020), hlm 41
6
telah membuka pemikiran Kristianisme terhadap gagasan-gagasan dasar filsafat
Aristoteles. Dialah yang secara definitif telah memperkenalkan Aristoteles kepada
dunia Barat, melalui pengajaran dan komentarnya. Meski demikian ia penganut
setia aliran Neoplatonisme, bahkan ia memperkuat pengaruh Neoplatonisme
dengan komentarnya mengenai ajaran Dionysius Areopagus. Salah seorang
muridnya juga menjadi filsuf besar Masa Skolastik, Thomas Aquinas.
7
Diantara segala yang ada terdapat ha-hal yag lebih atau kurang baik, lebih atau
kurang benar dan lain sebagainya. Apa yang lebih baik adalah apa yang lebih
mendekati apa yang terbaik. Jadi jikalau ada yang kurang baik, yang baik dan
yang lebih baik, semuanya mengharuskan adanya yang terbaik. Dari semuanya
dapat disimpulkan bahwa harus ada sesuatu yang menjadi sebab daris segala
yang baik, segala yang benar, segala yang mulia. Yang menyebabkan
semuanya itu adalah Allah.
Kita menyaksikan, bahwa segala sesuatu yang tidak berakal seperti
umpamanya tubuh alamiah, berbuat menuju pada akhirnya. Dari situ tampak
jelas, bahwa tidak hanya kebetulan saja semuanya itu mencapai akhirnya, tapi
memang dibuat begitu. Maka apa yang tidak berakal tidak mungkin bergerak
menuju akhirnya, jikalau tidak diarahkan oleh suatu tokoh yang berakal,
berpengetahuan. Inilah Allah.
Kelima bukti itu memang dapat menunjukkan, bahwa ada suatu tokoh yang
menyebabkan adanya segala sesuatu, suatu Tokoh yang berada karena diriNya
sendiri. Akan tetapi semuanya itu tidak dapat membuktikan kepada kita akan
hekekat Allah yang sebenarnya. Dengan semuanya itu, kita hanya tahu bahwa
Allah ada. Sekalipun demikian dapat juga dikatakan,bahwa orang memang
memiliki beberapa pengetahuan filsafat tentang Allah.10
Masa ini di tandai dengan adanya rasa jemu segala macam pemikiran filsafat yang
menjadi kiblatnya sehingga memperlihatkan stagmnasi (kemandegan). Diantara
tokoh-tokonya adalah William Ockham (1285-1349), Nicolaus Cusasus (1401- 1464).
Nicolaus Cusasus, ¡a sebagai tokoh pemikir yang berada paling akhir masa
skolastik. Menurut pendapatnya terdapat tiga cara untuk mengenal yaitu lewat indra,
akal dan intuisi. Pemikiran nicolas ini sebagai upaya mempersatukan seluruh
pemikiran abad pertengahan yang di buat ke sintesis yang lebih luas.
1. Periode filsafat skolastik Islam (Arab). Periode ini dimulai pada awal abad VIII. Di
kalangan kaum muslim filsafat dianggap berkembangnya dengan baik mulai abad IX
Masehi hingga abad XII. Keberadaan filsafat pada masa ini juga menandai masa
10
http://muhamadiqbalmalik.blogspot.com/2012/04/filsafat-abad-pertengahan-patristik-dan.html
8
kegemilangan dunia Islam, yaitu selama masa Daulah Abbasiyah di Bagdad (750-
1258) dan Daulah Amawiyah di Spanyol.
2. Periode filsafat skolastik Kristen; periode ini dibagi dalam tiga masa, yaitu: masa
skolastik awal (abad 9-12), masa skolastik keemasan, dan masa skolastik akhir.
3. Skolastik Thomas Aquinas (1225-1274). Puncak dari skolastik ini adalah pada masa
Thomas Aquinas, seorang pendeta dominikan Gereja Katolik.
Ada yang mengatakan bahwa skolastik itu filsafat yang berdasarkan agama atau
kepercayaan. Pendapat yang demikian itu sebetulnya sudah mengingkari sifat filsafat
skolastik. Dalam sejarahnya terang benar, bahwa skolastik di Eropa tidaklah berdasarkan atas
wahyu.11
PENUTUP
Masa Abad Pertengahan ini terbagi menjadi dua masa yaitu masa Paratistik dan masa
Skolatistik. Sedangkan masa Skolatistik terbagi menjadi Skolastik Awal. Skolastik Puncak,
dan Skolastik Akhir.
Patristik berasal dari kata patres (bentuk jamak dari pater) yang berarti bapak-bapak. Yang
dimaksudkan adalah para pujangga Gereja dan tokoh-tokoh Gereja yang berperan sebagai
peletak dasar intelektual kekristenan. Mereka khususnya mencurahkan perhatian pada
11
Situmorang T.H Jonar, Mengenal Dunia Perjanjian Baru, (Yogyakarta: Anggota IKAPI, 2019), hlm 138
9
pengembangan Ilmu agama, tetapi dalam kegiatan tersebut mereka tak dapat menghindarkan
diri dari wilayah kefilsafatan. Bapak Gereja terpenting masa itu antara lain Tertullianus (160-
222), Justinus, Clemens dari Alexandria (150-251), Origenes (185-254), Gregorius dari
Nazianza (330-390), Basilius Agung (330-379), Gregorius dari Nyssa (335-394), Dionysius
Areopagita, Johanes Damascenus, Ambrosius, Hyeronimus, dan Agustinus (354-430).
Istilah Skolastik adalah kata yang berasal dari kata school yang berarti sekolah. Jadi,
Skolastik berkaitan dengan sekolah. Terdapat beberapa pengertian dari corak khas skolantik,
yaitu: filsafat yang mempunyai corak semata-mata agama, filsafat yang menghadap pada
teologi atau filsafat yang rasional, suatu sistem filsafat yang termasuk dalam jajaran
pengetahuan alam kodrat dan merupakan filsafat Nasrani karena banyak dipengaruhi oleh
ajaran gereja. Filsafat Skolastika ini dapat berkembang karena beberapa faktor diantaranya
faktor religius. Filsafat kaum Skolastik merupakan pertemuan antara pemikiran Aristoteles
(yang hidup kembali melalui filsuf-filsuf Islam dan Yahudi) dan iman Kristiani. Pertemuan
ini menghasilkan banyak filsuf penting. Tokoh-tokoh Skolastik antara lain Albertus Magnus
alias Albert Agung (1206-1280), Joannes Fidanza alias Bonaventura (1221-1257), Thomas
Aquinas (1225-1274), dan Yohanus Duns Scotus (1266-1308). Tema-tema pokok dari ajaran
mereka adalah hubungan antara iman dan akal budi, adanya dan hakikat Tuhan, antropologi,
etika, dan politik. Selain nama-nama di atas, dapat disebutkan pula nama Boethius (480-524)
yang merupakan filsuf pertama Skolastik.
Masa Skolastika terbagi menjadi tiga periode, yaitu : Skolastik Awal (berlangsung dari
tahun 800-1200), Skolastik puncak berlangsung pada tahun (1200-1300), dan Skolastik Akhir
(Berlangsung dari tahun (1300-1450).
10
DAFTAR PUSTAKA
http://muhamadiqbalmalik.blogspot.com/2012/04/filsafat-abad-pertengahan-patristik-
dan.html
https://afidburhanuddin.files.wordpress.com/2012/05/sejarah-perkembangan-ilmu-filsafat-
pada-masa-abad-pertengahan_ima-frafika-sari_oke.pdf
M.Hum, Muliadi, Filsafat Umum, (Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung,
Juli, 2020), hlm. 192
Arifian Alfi, Sejarah Lengkap Dunia Abad Pertengahan 500-1400, (Anak Hebat Indonesia,
Januari, 2020), hlm. 321
Arifian Alfi, Sejarah Lengkap Dunia Abad Pertengahan 500-1400, (Anak Hebat Indonesia,
Januari, 2020), hlm. 321
M.Hum, Muliadi, Filsafat Umum, (Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung,
Juli, 2020), hlm. 192
Thoa Agus, Buku Ajar Filsafat, (Qiara Media, 2020), hlm 39-40
Thoa Agus, Buku Ajar Filsafat, (Qiara Media, 2020), hlm 41
Arifian Alfi, Sejarah Lengkap Dunia Abad Pertengahan 500-1400, (Anak Hebat Indonesia,
Januari, 2020), hlm. 331-336
http://muhamadiqbalmalik.blogspot.com/2012/04/filsafat-abad-pertengahan-patristik-
dan.html
Situmorang T.H Jonar, Mengenal Dunia Perjanjian Baru, (Yogyakarta: Anggota IKAPI,
2019), hlm 138
11