Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH DAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

OBESITAS PADA ANAK

Disusun Oleh :

Bulan
(190402027)

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS
PUANGRIMAGGALATUNG
TAHUN AKADEMIK 2021
 
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT  yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kami
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas dari mata kuliah Keperawatan Anak. Dalam makalah ini kami membahas tentang “Obesitas” .
Penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis membuka diri untuk menerima
berbagai masukan dan kritikan dari semua pihak. Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi
penulis dan bagi pembaca khususnya.

Sengkang , 12 April 2021

BAB 1
1.Latar belakang masalah
Pada awalnya obesitas di pandang sebagai tren atau gaya hidupsebagai tanda kesuksesan seseorang,
dengan memiliki badan yanggemuk menandakan seseorang hidup berkecukupn. Namun
sekarangobesitas telah menjadi masalah yang serius karena memicu timbulnyaberbagai komplikasi
penyakit yang menyertainya. Masalah obesitas kinitelah menjadi perhatian khusus badan kesehatan
duniaPerhatian tidak hanya ditujukan kepada jumlah lemak yangditimbun, tetapi juga kepada lokasi
penimbunan lemak tubuh.Polapenyebaran lemak tubuh pada pria dan wanita cenderung
berbeda.Wanitacenderung menimbun lemaknya di pinggul dan bokong, sehinggamemberikan gambaran
seperti buah pir.Sedangkan pada pria biasanyalemak menimbun di sekitar perut, sehingga memberikan
gambaranseperti buah apel.Masalah ini yang menjadikan bahasan dalam asuhan keperawatandengan
obesitas menjadi sangat menarik untuk di angkat dan di pelajarikelompok kami, semoga apa yang kami
tulis dalam karya kami dapatmenjadi sesuatu yang berguba bagi kami mahasiswa
keperawatankhususnya dan khalayak ramai pada umunya
2.Rumusan masalah
1. Bagaimana pengertian dariobesitas!".
2.Bagaimana klasi#kasidariobesitas!
3.Bagaimana komplikasidariobesitas!
4.Bagaimana etiologidariobesitas!
5.Bagaimana mani'estasi klinisdariobesitas!
6.Bagaimana pato#siologi dariobesitas!).
7.Bagaimana pathway dariobesitas!*.
8.Bagaimana penatalaksanaandariobesitas
9.Bagaimana pemeriksaan diangnostik

BAB 2  

TINJAUAN TEORI
2.1         Definisi Obesitas
Obesitas merupakan suatu penyakit multifaktorial, yang terjadi akibat akumulasi jaringan
lemak   berlebihan, sehingga dapat mengganggu  kesehatan. Obesitas terjadi bila besar
dan  jumlah  sel lemak  bertambah  pada  tubuh seseorang.  Bila  seseorang  bertambah
berat  badannya,  maka  ukuran  sel  lemak akan  bertambah  besar  dan kemudian jumlahnya
bertambah  banyak. Obesitas merupakan  suatu kelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan
metabolisme energi yang  dikendalikan  oleh  beberapa  faktor  biologik  spesifik.  Faktor
genetik  diketahui  sangat  berpengaruh  bagi  perkembangan  penyakit
ini.  Secara fisiologis,  obesitas  didefinisikan  sebagai  suatu  keadaan
dengan   akumulasi  lemak   yang   tidak   normal   atau   berlebihan   di
jaringan  adiposa  sehingga dapat  mengganggu  kesehatan.  Keadaan obesitas ini, terutama
obesitas sentral, meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular   karena keterkaitannya dengan
sindrom metabolik atau sindrom  resistensi  insulin yang   terdiri dari resistensi 10
insulin/hiperinsulinemia, hiperuresemia, gangguan fibrinolisis, hiperfibrinogenemia dan
hipertensi (Sudoyo, 2009).
Obesitas timbul sebagai akibat masukan energi yang melebihi pengeluaran energi. Bila energi
dalam jumlah besar (dalam bentuk makanan) yang masuk ke dalam tubuh melebihi jumlah yang
dikeluarkan, maka berat badan akan bertambah dan sebagian besar kelebihan energi tersebut
akan di simpan sebagai lemak. Oleh karena itu, kelebihan adipositas (obesitas) disebabkan
masukan energi yang melebihi  pengeluaran  energi.  Untuk  setiap  kelebihan  energi sebanyak
9,3 kalori yang masuk ke tubuh, kira-kira 1 gram lemak akan disimpan. Lemak disimpan
terutama di aposit pada jaringan subkutan dan rongga intraperitoneal, walaupun hati dan jaringan
tubuh   lainnya  seringkali   menimbun   cukup   lemak   pada  orang obesitas. Perkembangan
obesitas pada orang dewasa juga terjadi akibat penambahan jumlah adiposit dan peningkatan
ukurannya. Seseorang dengan obesitas yang ekstrem dapat memiliki adiposit sebanyak empat
kali normal, dan setiap adiposit memiliki lipid dua kali lebih banyak dari orang yang kurus
(Guyton, 2007).

2.2         Etiologi Obesitas
Penyebab  obesitas  sangatlah  kompleks.  Meskipun  gen berperan penting dalam
menentukan asupan makanan dan
metabolisme  energi,   gaya   hidup   dan  faktor   lingkungan   dapat
berperan  dominan  pada  banyak  orang  dengan obesitas.  Diduga bahwa sebagian besar
obesitas disebabkan oleh karena interaksi antara faktor  genetik  dan  faktor lingkungan,  antara
lain  aktifitas, gaya hidup, sosial ekonomi dan nutrisional (Guyton, 2007 )
a. Genetik
Obesitas jelas menurun dalam keluarga. Namun peran genetik yang pasti untuk menimbulkan
obesitas masih sulit ditentukan, karena anggota keluarga umumnya memiliki kebiasaan makan
dan pola aktivitas fisik yang sama. Akan tetapi, bukti terkini menunjukkan bahwa 20-25% kasus
obesitas dapat disebabkan faktor genetik. Gen dapat berperan dalam obesitas dengan
menyebabkan kelainan satu atau lebih jaras yang mengatur pusat makan dan pengeluaran energi
serta penyimpanan lemak. Penyebab monogenik (gen tunggal) dari obesitas adalah mutasi MCR-
4, yaitu penyebab monogenik tersering untuk obesitas yang ditemukan sejauh ini, defisiensi
leptin kongenital, yang diakibatkan mutasi gen, yang sangat jarang dijumpai dan mutasi reseptor
leptin, yang juga jarang ditemui.
Semua bentuk penyebab monogenik tersebut hanya terjadi pada sejumlah kecil persentase dari
seluruh kasus obesitas. Banyak variasi gen sepertinya berinterakasi dengan faktor lingkungan
untuk  mempengaruhi  jumlah  dan  distribusi  lemak (Guyton, 2007).
b. Aktivitas fisik
Gaya hidup tidak aktif dapat dikatakan sebagai penyebab utama obesitas. Hal ini didasari oleh
aktivitas fisik dan latihan fisik yang teratur dapat meningkatkan massa otot dan mengurangi
massa lemak tubuh, sedangkan aktivitas fisik yang tidak adekuat dapat menyebabkan
pengurangan massa otot dan peningkatan adipositas. Oleh karena itu pada orang obesitas,
peningkatan aktivitas fisik dipercaya dapat meningkatkan pengeluaran energi
melebihi  asupan  makanan,  yang  berimbas penurunan  berat badan (Guyton, 2007).
Tingkat pengeluaran energi tubuh sangat peka terhadap pengendalian berat tubuh. Pengeluaran
energi tergantung dari dua faktor: 1) tingkat aktivitas dan olahraga secara umum; 2) angka
metabolisme basal atau tingkat energi yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi minimal
tubuh. Dari kedua faktor tersebut metabolisme basal memiliki tanggung jawab duapertiga
dari  pengeluaran  energi orang  normal.  Meski  aktivitas  fisik hanya mempengaruhi sepertiga
pengeluaran energi seseorang dengan berat normal, tapi bagi orang yang memiliki kelebihan
berat badan aktivitas fisik memiliki peran yang sangat penting. Pada saat berolahraga kalori
terbakar, makin banyak berolahraga maka semakin banyak kalori yang hilang. Kalori secara
tidak langsung mempengaruhi sistem metabolisme basal. Orang yang duduk bekerja seharian
akan mengalami penurunn metabolisme basal tubuhnya. Kekurangan aktifitas gerak akan
menyebabkan suatu siklus yang hebat, obesitas membuat kegiatan olahraga menjadi sangat sulit
dan kurang dapat dinikmati dan kurangnya olahraga secara tidak langsung akan mempengaruhi
turunnya metabolisme basal tubuh orang tersebut. Jadi olahraga sangat penting dalam penurunan
berat badan tidak saja karena dapat membakar kalori, melainkan juga karena dapat membantu
mengatur berfungsinya metabolisme normal (Guyton, 2007).
c. Perilaku makan
Faktor lain penyebab obesitas adalah perilaku makan yang tidak baik. Perilaku makan yang
tidak baik disebabkan oleh beberapa sebab, diantaranya adalah karena lingkungan dan sosial. Hal
ini terbukti dengan meningkatnya prevalensi obesitas di negara maju. Sebab lain yang
menyebabkan perilaku makan tidak baik adalah psikologis, dimana perilaku makan agaknya
dijadikan sebagai  sarana  penyaluran stress.  Perilaku  makan  yang  tidak baik pada masa
kanak-kanak sehingga terjadi kelebihan nutrisi juga memiliki kontribusi dalam obesitas, hal ini
didasarkan karena   kecepatan   pembentukan   sel-sel   lemak   yang   baru terutama meningkat
pada tahun-tahun pertama kehidupan, dan makin besar kecepatan penyimpanan lemak, makin
besar pula jumlah sel lemak. Oleh karena itu, obesitas pada kanak-kanak
cenderung   mengakibatkan   obesitas   pada   dewasanya   nanti (Guyton, 2007).
d. Neurogenik
Telah  dibuktikan  bahwa  lesi  di  nukleus  ventromedial hipotalamus dapat menyebabkan
seekor binatang makan secara berlebihan dan menjadi obesitas. Orang dengan tumor hipofisis
yang menginvasi hipotalamus seringkali mengalami obesitas yang progresif. Hal ini
memperlihatkan bahwa, obesitas pada manusia juga dapat timbul akibat kerusakan pada
hipotalamus. Dua bagian hipotalamus yang mempengaruhi penyerapan makan
yaitu  hipotalamus  lateral  (HL)   yang menggerakkan  nafsu makan (awal atau pusat makan) dan
hipotalamus ventromedial (HVM) yang bertugas menintangi nafsu makan (pemberhentian atau
pusat kenyang). Dan hasil penelitian didapatkan bahwa bila HL rusak/hancur maka individu
menolak untuk makan atau minum, dan akan mati kecuali bila dipaksa diberi makan dan minum
(diberi infus). Sedangkan bila kerusakan terjadi pada bagian HVM, maka seseorang akan
menjadi rakus dan kegemukan. Dibuktikan bahwa lesi pada hipotalamus bagian ventromedial
dapat menyebabkan seekor binatang makan secara berlebihan dan obesitas, serta terjadi
perubahan yang nyata pada neurotransmiter di hipotalamus berupa peningkatan oreksigenik
seperti  NPY dan  penurunan  pembentukan  zat  anoreksigenik seperti leptin dan α-MSH pada
hewan obesitas yang dibatasi makannya (Guyton, 2007) .
e. Hormonal
Dari segi hormonal terdapat leptin, insulin, kortisol, dan peptida usus. Leptin adalah sitokin
yang menyerupai polipeptida yang dihasilkan oleh adiposit yang bekerja melalui aktivasi
reseptor hipotalamus. Injeksi leptin akan mengakibatkan penurunan jumlah makanan yang
dikonsumsi. Insulin adalah anabolik hormon, insulin diketahui berhubungan langsung dalam
penyimpanan dan penggunaan energi pada sel adiposa. Kortisol
adalah  glukokortikoid  yang  bekerja  dalam mobilisasi  asam
lemak  yang  tersimpan  pada  trigliserida,  hepatic glukoneogenesis, dan proteolisis (Wilborn et
al, 2005).
f. Dampak penyakit lain
Faktor terakhir penyebab obesitas adalah karena dampak/sindroma dari penyakit lain.
Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan obesitas adalah hypogonadism, Cushing syndrome,
hypothyroidism, insulinoma, craniophryngioma dan
gangguan lain  pada  hipotalamus.  Beberapa  anggapan menyatakan bahwa berat badan
seseorang diregulasi baik oleh endokrin  dan  komponenen  neural.  Berdasarkan anggapan  itu
maka sedikit saja kekacauan pada regulasi ini akan mempunyai efek pada berat badan
(Flieretal,2005).

2.3         Patofisiologi Obesitas
Obesitas terjadi akibat ketidakseimbangan masukan dan keluaran kalori
dari tubuh  serta  penurunan  aktifitas  fisik  (sedentary  life  style)  yang
menyebabkan penumpukan  lemak  di  sejumlah  bagian  tubuh  (Rosen,2008). Penelitian yang
dilakukan menemukan bahwa pengontrolan nafsu makan dan tingkat kekenyangan seseorang
diatur oleh mekanisme neural dan humoral (neurohumoral) yang dipengaruhi oleh genetik,
nutrisi,lingkungan,   dan   sinyal   psikologis.  Pengaturan   keseimbangan energi diperankan oleh
hipotalamus melalui 3 proses fisiologis, yaitu pengendalian rasa lapar dan kenyang,
mempengaruhi laju pengeluaran
energi  dan  regulasi  sekresi  hormon.  Proses  dalam  pengaturan penyimpanan energi ini terjadi
melalui sinyal-sinyal eferen (yang berpusat di hipotalamus) setelah mendapatkan sinyal aferen
dari perifer (jaringan adiposa, usus dan jaringan otot).
Sinyal-sinyal tersebut bersifat anabolik  (meningkatkan rasa lapar serta
menurunkan  pengeluaran  energi)  dan  dapat  pula  bersifat  katabolik(anoreksia, meningkatkan
pengeluaran energi) dan dibagi menjadi 2 kategori, yaitu sinyal pendek dan sinyal panjang.
Sinyal pendek mempengaruhi porsi makan dan waktu makan, serta berhubungan dengan faktor
distensi lambung dan peptida gastrointestinal, yang diperankan oleh kolesistokinin (CCK)
sebagai stimulator dalam peningkatan rasa lapar. Sinyal  panjang diperankan  oleh  fat-
derived hormon  leptin  dan  insulin yang mengatur penyimpanan dan keseimbangan energi
(Sherwood, 2012).
Apabila asupan energi melebihi dari yang dibutuhkan, maka jaringan adiposa meningkat
disertai dengan peningkatan kadar leptin dalam peredaran darah. Kemudian, leptin merangsang
anorexigenic center di hipotalamus agar menurunkan produksi Neuro Peptida Y (NPY) sehingga
terjadi penurunan nafsu makan. Demikian pula sebaliknya bila kebutuhan energi lebih besar dari
asupan energi, maka jaringan adiposa berkurang dan terjadi rangsangan pada orexigenic center di
hipotalamus yang menyebabkan peningkatan nafsu makan. Pada sebagian besar penderita
obesitas terjadi resistensi leptin, sehingga tingginya kadar leptin tidak menyebabkan penurunan
nafsu makan (Jeffrey, 2009).

2.4         Manifestasi Klien
Obesitas dapat terjadi pada semua golongan umur, akan tetapi pada anak biasanya timbul
menjelang remaja dan dalam masa remaja terutama anak wanita, selain berat badan meningkat
dengan pesat, juga pertumbuhan dan perkembangan lebih cepat (ternyata jika periksa usia
tulangnya), sehingga pada akhirnya remaja yang cepat tumbuh dan matang itu akan mempunyai
tinggi badan yang relative rendah dibandingkan dengan anak yang sebayanya.
Bentuk tubuh, penampilan dan raut muka penderita obesitas :
a. Paha tampak besar, terutama pada bagian proximal, tangan relatif kecil dengan jari – jari yang
berbentuk runcing.
b. Kelainan emosi raut muka, hidung dan mulut relatif tampak kecil dengan dagu yang berbentuk
ganda.
c. Dada dan payudara membesar, bentuk payudara mirip dengan payudara yang telah tumbuh
pada anak pria keadaan demikian menimbulkan perasaan yang kurang menyenangkan.
d. Abdomen, membuncit dan menggantung serupa dengan bentuk bandul lonceng, kadang –
kadang terdapat strie putih atau ungu.
e. Lengan atas membesar, pada pembesaran lengan atas ditemukan biasanya pada biseb dan
trisebnya.
Pada penderita sering ditemukan gejala gangguan emosi yang mungkin merupakan penyebab
atau keadaan dari obesitas. Penimbunan lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam
dinding dada bisa menekan paru - paru, sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas,
meskipun penderita hanya melakukan aktivitas yang ringan. Gangguan pernafasan bisa terjadi
pada saat tidur dan menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara waktu (tidur apneu),
sehingga pada siang hari penderita sering merasa ngantuk.
Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri punggung bawah dan
memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul, lutut dan pergelangan kaki). Juga kadang
sering ditemukan kelainan kulit. Seseorang yang menderita obesitas memiliki permukaan tubuh
yang relatif lebih sempit dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat
dibuang secara efisien dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak. Sering ditemukan edema
(pembengkakan akibat penimbunan sejumlah cairan) di daerah tungkai dan pergelangan kaki.

2.5         Komplikasi
Mortalitas  yang  berkaitan  dengan  obesitas,  terutama  obesitas  apple shaped, sangat erat
hubungannya dengan sindrom metabolik. Sindrom metabolik merupakan satu kelompok kelainan
metabolik selain obesitas, meliputi resistensi insulin, gangguan toleransi glukosa, abnormalitas
lipid dan hemostasis, disfungsi endotel dan hipertensi yang kesemuanya secara sendiri-sendiri
atau bersama-sama merupakan faktor resiko terjadinya aterosklerosis dengan manifestasi
penyakit jantung koroner dan/atau stroke. Mekanisme dasar bagaimana komponen- komponen
sindrom metabolik ini dapat terjadi pada seseorang dengan obesitas apple shaped dan bagaimana
komponen-komponen ini dapat menyebabkan terjadi gangguan vaskular, hingga saat ini masih
dalam penelitian (Soegondo,2007).

2.6         Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis OA biasanya dilakukan berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik, tetapi
evaluasi radiografi juga diperlukan. Radiografi adalah sensitif dan murah sehingga dapat
dijadikan sebagai pemeriksaan rutin untuk OA (Siddiqui & Laborde, 2009).
      Secara umum, antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut
pandang   gizi,   maka   antropometri   gizi   adalah   berhubungan   dengan  berbagai
macam  pengukuran  dimensi  tubuh  dan  komposisi  tubuh  dari  berbagai tingkat
umur  dan  gizi.
Pada  pemeriksaan  antropometri  tujuan  yang  hendak  dicapai adalah:
1)   Penapisan   status   gizi,   yang   diarahkan   untuk   orang   dengan  keperluan khusus.
2)   Survei status gizi, yang ditujukan untuk memperoleh gambaran status gizi masyarakat pada saat
tertentu serta faktor yang berkaitan.
3)   Pemantauan  status  gizi,  yang  digunakan  untuk  memberikan  gambaran perubahan status gizi
dari waktu ke waktu.
Pemeriksaan  antropometri  dilakukan  dengan  mengukur  ukuran  fisik,  seperti tinggi badan,
berat badan serta lingkar beberapa bagian tubuh tertentu.

2.7         Penatalaksanaan
a. Merubah gaya hidup
Diawali dengan merubah kebiasaan makan. Mengendalikan kebiasaan ngemil dan makan
bukan karena lapar tetapi karena ingin menikmati makanan dan meningkatkan aktifitas fisik pada
kegiatan sehari-hari. Meluangkan waktu berolahraga secara teratur sehingga pengeluaran kalori
akan meningkat dan jaringan lemak akan dioksidasi (Sugondo,2008).
b. Terapi Diet
Mengatur   asupan   makanan   agar   tidak   mengkonsumsi   makanan dengan jumlah kalori
yang berlebih, dapat dilakukan dengan diet yang terprogram secara benar. Diet rendah kalori
dapat dilakukan dengan mengurangi   nasi   dan  makanan   berlemak,   serta   mengkonsumsi
makanan yang cukup memberikan rasa kenyang tetapi tidak menggemukkan karena jumlah
kalori sedikit, misalnya dengan menu
yang  mengandung  serat  tinggi  seperti  sayur  dan  buah  yang  tidak terlalu manis (Sugondo,
2008).
c. Aktifitas Fisik
Peningkatan   aktifitas   fisik   merupakan   komponen   penting   dari
program penurunan  berat  badan,  walaupun  aktifitas  fisik  tidak
menyebabkan  penurunan berat  badan  lebih  banyak  dalam  jangka waktu enam bulan. Untuk
penderita obesitas, terapi harus dimulai
secara  perlahan,  dan  intensitas  sebaiknya ditingkatkan  secara bertahap. Penderita obesitas
dapat memulai aktifitas fisik dengan berjalan selama 30 menit dengan jangka waktu 3 kali
seminggu dan dapat ditingkatkan  intensitasnya  selama  45  menit  dengan  jangka waktu 3 kali
seminggu dan dapat ditingkatkan intensitasnya selama 45 menit dengan jangka waktu 5 kali
seminggu (Sugondo, 2008).
d. Terapi perilaku
Untuk mencapai penurunan berat badan dan mempertahankannya,
diperlukan suatu  strategi  untuk  mengatasi  hambatan  yang  muncul pada saat terapi diet dan
aktifitas fisik. Strategi yang spesifik meliputi pengawasan mandiri terhadap kebiasaan makan dan
aktifitas fisik, manajemen stress, stimulus control, pemecahan masalah, contigency management,
cognitive restructuring dan dukungan sosial (Sugondo,2008).
e. Farmakoterapi
Farmakoterapi merupakan salah satu komponen penting dalam program manajemen berat
badan. Sirbutramine dan orlistat merupakan obat-obatan penurun berat badan yang telah disetujui
untuk penggunaan jangka panjang. Sirbutramine ditambah diet rendah kalori dan aktifitas fisik
efektif menurunkan berat badan dan mempertahankannya. Orlistat menghambat absorpsi lemak
sebanyak 30   persen.  Dengan   pemberian   orlistat,   dibutuhkan   penggantian
vitamin  larut  lemak karena  terjadi  malabsorpsi  parsial  (Sugondo,2008).

2.8         Konsep Askep Obesitas


1.  Pengkajian
Identitas Pasien
Identitas klien
Nama : an.A
Umur : 15 thn
jenis kelamin: prempuan
status perkawinan : belum menikah
agama : Islam
suku/bangsa : Indonesia
pendidikan : SLTP
pekerjaan : Pelajar
pendapatan : -
alamat: Jl.anggerek
nomor register : 123466
2.    Riwayat kesehata
Keluhan utama
Pasien mengatakan susah sekali berdiri sehabis duduk dari lantai.
Riwayat kesehatan sekarang
Pasien tida' mengalami 'eluhan apa*apa selain merasa'an berat badann/a sema'in bertambah0disamping itu
pasien mengalami 'esusahan untu' berdiri sehabis dudu' dari lanta
Riwayat kesehatan dahulu
Sebelumnya pasien memiliki berat badan yang normal tapi setelah 1 tahun pasien mengalami perubahan
berat badan yang terjadi pada saat masuk sekolah
Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga pasien tidak ada yang mengalami obesitas
Riwayat Psiko-sosial-spritual
-psiko psien
Pasien dapat menerima keadaan yang di alaminya sekarang dan merasa enjoy apa yang di berikan oleh
Tuhan
-sosial pasien
Pasien berinteraksi dan bergaul di lingkungannya dengan baik
-spritual pasien
Dalam kondisi dengan berat Badan yang berlebihan psien tetap melaksanakan kewajibannya

Pemerikasaan fisik
1.vital sign
Td :130/80 mmHg
N:85 x/i
P:24 x/i
S:37•c

4.    Pemeriksaan penunjang :

2.9         Diagnosa Keperawatan yang mungkin Muncul


2.10     Perencanaan

DAFTAR PUSTAKA
                                                                 
Ayu, R., & Sartika, D. (2011). FAKTOR RISIKO OBESITAS PADA ANAK 5-15 TAHUN DI
INDONESIA, 15(1), 37–43.
Hariyanto, D., Madiyono, B., Sjarif, D. R., & Sastroasmoro, S. (2009). Hubungan Ketebalan Tunika
Intima Media Arteri Carotis dengan Obesitas pada Remaja,11(3).

Anda mungkin juga menyukai