Anda di halaman 1dari 16

Makalah Mengenai Prinsip Potensial Aksi

Nama : Dwi Setiawan Budi

Saputra Nim : S21169

Kelas : S21D A2

Program Studi Sarjana Keperawatan


Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Kusuma Husada Surakarta
Tahun 2021 / 2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Biolistrik adalah listrik yang terdapat pada makhluk hidup, tegangan listrik

pada tubuh kita berbeda dengan apa yang kita bayangkan. Seperti listrik

dirumah tangga. Kelistrikan pada tubuh berkaitan dengan komposisi ion yang

terdapat dalam tubuh. Komposisi ion ekstra sel berbeda dengan komposisi ion

intra sel. Pada ekstra sel lebih banyak ion Na dan Cl 2, sedangkan intra sel

terdapat ion H dan anion protein.

1.2 Masalah

Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang:

1. Pengertian Biolistrik.

2. Hukum atau Rumus Dalam Biolistrik

3. Macam-Macam Gelombang Arus Listrik

4. Listrik dan Magnet Dalam Tubuh


1.3 Tujuan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui tentang; pengertian

biolistrik, hukumatau rumus dalam biolistrik, macam-macam gelombang arus

listrik, serta listrik dan magnet dalam tubuh.

1.4 Manfaat

Diharapkan dari pembuatan makalah ini dapat dijadikan sebagai sumber

bacaan dan literatur bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Biolistrik

Biolistrik adalah energi yang dimiliki setiap manusia yang bersumber dari

ATP (Adenosine Tri Posphate) dimana ATP ini di hasilkan oleh salah satu

energi yang bernama mitchondria melalui proses respirasi sel. Biolistrik juga

merupakan fenomena sel. Sel-sel mampu menghasilkan potensial listrik yang

merupakan lapisan tipis muatan positif pada permukaan luar dan lapisan tipis

muatan negatif pada permukaan dalam bidang batas/membran. Kemampuan sel

syaraf (neurons) menghantarkan isyarat biolistrik sangat penting.


Transmisi sinyal biolistrik (TSB) mempunyai sebuah alat yang dinamakan

Dendries yang berfungsi mentransmsikan isyarat dari sensor ke neuron.

Stimulus untuk mentringer neuron dapat berupa tekanan, perubahaan

temperature, dan isyarat listrik dari neuron lain. Aktifitasi bolistrik pada suatu

otot dapat menyebar ke seluruh tubuh seperti gelombang pada permukaan air.

Pengamatan pulsa listrik tersebut dapat dilakukan dengan memasang

beberapa elektroda pada permukaan kulit. Hasil rekaman isyarat listrik dari

jantung (Electrocardiogran-ECG) diganti untuk diagnosa kesehatan. Seperti

halnya pada ECG, aktivitasi otak dapat dimonitor dengan memasang beberapa

elektroda pada posisi tertentu. Isyarat listrik yang dihasilkan dapat untuk

mendiagnosa gejala epilepsy, tumor, geger otak dan kelainan otak lainya.

2.2 HukumAtau Rumus Dalam Biolistrik

Ada beberapa hukum yang berkaitan dengan biolistrik diantaranya:

Ø Hukum Ohm

Perbedaan potensial antara ujung konduktor berbanding langsung dengan arus

yang melewati, berbanding terbalik dengan tahanan dari konduktor.

Hukum Ohm ini dapat dinyatakanj dalam rumus:

R = V/I

Keterangan: R = dalam Ohm ( )

I = amper (A)

V = tegangan (Volt)
Ø Hukum Joule

Arus listrik yang melewati konduktor dengan perbedaan tegangan (V) dalam

waktu tertentu akan menimbulkan panas.

Hal ini dinyatakan dlam rumus:

H1 (kalori) = VIT/J

Keterangan: V = tegangan dalam Voltage.

I = arus dalam amper.

T = waktu dalam detik.

J = Joule = 0,239 kal.

2.3 Macam-Macam Gelombang Arus Listrik

Gelombang arus listrik bekaitan erat dengan penggunaan arus listrik untuk

merangsang saraf motoris atau saraf sensoris. Gelombang yang dimaksud

diantaranya :

1. Arus bolak balik/sinosuidal

2. Arus setengah gelombang

3. Arus setengah penuh

4. Arus searah murni

5. Faradik

6. Sentakan faradik

7. Sentakan sinosuidal

8. Galvanik yang interuptus


9. Arus gigi gergaji

2.4 Listrik dan Magnet Dalam Tubuh

2.4.1 Sistem Syaraf dan Neuron

Sistem saraf dibagi dalam dua bagian yaitu sistem saraf pusat dan sistem

saraf otonom.

a. Sistem saraf pusat

Terdiri dari otak, medulla spinalis dan saraf perifer. Saraf perifer ini adalah

serat-serat yang mengirim informasi sensoris ke otak atau ke medulla spinalis

disebut saraf afferent sedangkan serat saraf yang menghantarkan informasi dari

otak dan medulla spinalis ke otot serta kelenjar disebut serat efferen.

b. Sistem saraf otonom

Serat saraf ini mengatur organ dalam tubuh. Misalnya jantung, usus dan

kelenjar-kelenjar. Pengontrolan ini dilakukan secara tidak sadar. Otak

berhubungan langsung dengan medulla spinalis: keduanya diliputi cairan

serebro spinalis dan dilindungi tulang tengkorak serta tulang vertebralis

(columna vertebralis). Berfat otak 1500gram dan hanya 50gram yang efektif.

Struktur dasar dari sistem saraf disebut neuron/sel saraf. Suatu sel saraf

mempunyai fungsi menerima, interpretasi dan menghantarkan aliran listrik.


2.4.2 Kelistrikan Saraf

Dalam bidang neuroanatomi akan dibicarakan kecepatan impuls serat saraf ;

serat saraf yang berdiameter besar mempunyai kemampuan menghantar impuls

lebih cepat dari pada serat saraf yang berdiameter kecil. Kalau ditinjau besar

kecilnya serat saraf maka serat saraf dapat dibagi dalam tiga bagian yaitu serat

saraf tipe A, B dan C. Dengan mempergunakan mikroskop elektron, serat saraf

dibagi dalam dua tipe: serat saraf bermielin dan serat saraf tanpa mielin.

Serfat saraf bermielin: banyak terdapat pada manusia. Mielin merupakan

suatu insulator (isolasi) yang baik dan kemampuan mengalir listrik sangat

rendah. Potensial aksi makin menurun apabila melewati serat saraf yang

bermielin.

2.4.3 Perambata Potensial Aksi

Potensial aksi bisa terjadi apabila suatu daerah membran saraf atau otot

mendapat rangsangan mencapai nilai ambang. Potensial aksi itu sendiri

mempunyai kemampuan untuk merangsang daerah sekitar sel membran untuk

mencapai nilai ambang. Dengan demikian dapat terjadi perambatan potensial

aksi ke segala jurusan sel membran keadaan ini disebut perambatan potensial

aksi atau gelombang depolarisasi.

Setelah timbul potensial aksi, sel membran akan mengalami repolarisasi.

Proses repolarisasi sel membran disebut suatu tingkat refrakter. Tingkat

refrakter ada dua fase yaitu periode refrakter absolut dan peiode refrakter relatif.
· Periode refrekter absolut

Selama periode ini tidak ada rangsangan, tidak ada unsur kekuatan untuk

menghasilkan potensial aksi yang lain.

· Periode refrekter relatif

Setelah sel membran mendeteksi repolarisasi seuruhnya maka dari periode

refrekter absolut akan menjadi periode refrekter relatif, dan apabila ada

stimulasi/rangsangan yang kuat secara normal akan menghasilkan potensial aksi

yang baru.

2.4.4 Kelistrikan Pada Sinapsis dan Neuromyal Junction

Hubungan antara dua buah saraf disebut sinapsis: berakhirnya saraf pada sel

otot/hubungan saraf otot disebut Neuromnyal junction.

Baik sinapsis maupun Neuromnyal junction mempunyai kemampuan

meneruskan gelombang depolarisasi dengan cara lompat dari satu sel ke sel

yang berikutnya. Gelombang depolarisasi ini penting pada sel membran sel otot,

oleh karena pada waktu terjadi depolarisasi, zat kimia yang terdapat pada otot

akan trigger/bergetar/berdenyut menyebabkan kontraksi otot dan setelah itu

akan terjadi repolarisasi sel otot hal mana otot akan mengalami relaksasi.

2.4.5 Kelistrikan Otot Jantung


Sel membran otot jantung sangat berbeda dengan saraf dan otot bergaris.

Pada saraf maupun otot bergaris dalam keadaan potensial membran istirahat

dilakukan ragsangan ion-ion Na+ akan masuk ke dalam sel dan setelah tercapai

nilai ambang akan timbul depolarisasi. Sedangkan pada sel otot jantung, ion Na+

berlahan- lahan akan masuk kembali kedalam sel dengan akibat terjadi gejala

depolarisasi secara spontan sampai mencapai nilai ambang dan terjadi potensial

aksi tanpa memerlukanrangsangan dari luar.

2.4.6 Macam-Macam Gelombang Potensial Aksi

· Gelombang potensial aksi dari akson

· Gelombang potensial aksi dari sel otot bergaris

· Gelombang potensial aksi dari sel oto jantung

2.4.7 Elektroda

Untuk mengukur potensial aksi secara baik dipergunakan elektroda.

Kegunaan dari elektroda untuk memindahkan transmisi ion ke penyalur

elektron. Bahan yang dipakai sebagai elektroda adalah perak dan tembaga.

Apabila sebuah elektroda tembaga da sebuah elektroda perak di celupkan dalam

sebuah larutan misalnya larutan elektrolit seimbang cairan badan/tubuh maka

akan terjadi perbedaan potensial antara kedua elektroda itu.

Perbedaan potensial ini kira-kira sama dengan perbedaan antara potensial

kontak kedua logamtersebut disebut potensial offset elektroda.


Macam- macam bentuk elektroda:

a. Elektroda Jarum (Mikro Elektroda)

Berbentuk konsentrik (consentrik elektoda). Elektroda berbentuk jarum ini

dipergunakan untuk mengukur aktivitas motor unit tunggal.

b. Elektroda Mikropipet

Elektroda ini dibuat dari pada gelas.

c. Elektroda Permukaan Kulit

Elektroda permukaan kulit terbuat dari metal/logam yang tahan karat,

Misalnya perak, nikel, atau alloy.

Bentuk-bentuk ;

o Bentuk plat.

o Bentuk suction cup.

o Bentuk floating.

o Bentuk ear clip.

o Bentuk batang.

2.4.8 Isyarat Listrik Tubuh

Isyarat listrik (elektrical signal) tubuh merupakan hasil perlakuan kimia dari

tipe-tipe sel tertentu. Dengan mengukur isyarat listrik tubuh secara selektif

sangat berguna untuk memperoleh informasi klinik tentang fungsi tubuh.

Yang termasuk dalam isyarat listrik tubuh :

1) EMG (Elektromiogram).
2) ENG (Elektroneurogrfam).

3) ERG (Elektroretionogrfam).

4) EOG (Elektrookulogram).

5) EGG (Elektrogastrogram).

6) EEG (Elektroensefalogram).

7) EKG ( Elektrokardiogram ).

2.4.9 Aktivitas Kelistrikan Otot Jantung

Sel membran otot jantung serupa dengan sel membran otot bergaris, yaitu

mempunyai kemampuan menuntun suatu perambatan potensial aksi/gelombang

depolarisasi. Depolarisasi membran otot jantung (miokardium) oleh perambatan

potensial aksi dengan menghasilkan kontraksi otot. Hanya saja ada 3 hal penting

perbedaan antara sel otot jantung dengan sel otot bergaris.

BAB III

PENUTU

3.1 Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:


· Biolistrik adalah energi yang dimiliki setiap manusia dan merupakan

fenomena sel.

· Transmisi sinyal biolistrik (TSB) mempunyai sebuah alat yang dinamakan

Dendries yang berfungsi mentransmsikan isyarat dari sensor ke neuron.

· Gelombang arus listrik bekaitan erat dengan penggunaan arus listrik untuk

merangsang saraf motoris atau saraf sensoris.

· Dalam biolistrik terdapat beberapa hukum, yaitu Hukum Joule dan Hukum

Ohm

· Kelistrikan dan kemagnetan yang timbul dalam tubuh tebagi menjadi 9, yaitu:

1. Sistem Syaraf dan Neuron

2. Kelistrikan Saraf

3. Perambata Potensial Aksi

4. Kelistrikan Pada Sinapsis dan Neuromyal Junction

5. Kelistrikan Otot Jantung

6. Macam-Macam Gelombang Potensial Aksi

7. Elektroda

8. Isyarat Listrik Tubuh

9. Aktivitas Kelistrikan Otot Jantung

Mekanisme Kerja Anestesi

Mekanisme pencegahan rasa sakit melalui anestesi bertujuan untuk

meminimalisasi adanya efek samping yang membahayakan seperti pada


penggunaan narkosa. Walaupun demikian, terdapat perbedaan dalam

mekanisme kerja anestesi lokal dan anestesi umum yang sangat mencolok,

antara lain sebagai berikut:

1) Anestesi Umum Kebanyakan anestesi umum tidak dimetabolisasi oleh tubuh

karena tidak bereaksi secara kimiawi dengan zat-zat faal. Maka teori-teori yang

dicoba untuk menerangkan khasiatnya selalu berdasarkan sifat-sifat fisiknya.

Yang tertua adalah teori lemak dari Meyer-Overton yang membuktikan adanya

hubungan erat antara sifat lipofil suatu zat dengan kekuatan anestetiknya.

Atas dasar perbandingan daya-larutannya dalam munyak dan dalam air telah

dibuat penggolongan dari anestetika. Teori ini ternyata kurang memuaskan dan

sebetulnya tidak menjelaskan mekanisme kerjanya obat atas membrane sel atau

atas reseptor apapun. Suatu teori baru menyarankan bahwa anestetika umum

dapat membentuk hidrat-hidrat dengan air yang stabil di bawah pengaruh

protein- protein SSP. Hidrat-hidrat gas SSP ini mungkin dapat merintangi

transmisi rangsangan-rangsangan di sinaps-sinaps dan dengan demikian

mengakibatkan anesthesia. Mekanisme kerja obat anestesi umum sampai

sekarang belum jelas meskipun mekanisme kerja susunan syaraf pusat dan

susunan syaraf perifer mengalami banyak kemajuan pesat. Maka timbullah

berbagai teori.
Beberapa teori yang dikemukakan adalah:

a) Teori koloid : zat anestesi akan menggumpalkan sel koloid yang menimbilkan

anestesi yang bersifat reversible diikuti dengan proses pemulihan. Christiansen

(1965) membuktikan bahwa pemberian eter dan halotan akan menghambat

gerakan dan aliran protoplasma dalam amoeba.

b) Teori lipid : ada hubungan kelarutan zat anestetik dalam lemak dan timbulnya

anestesi. Makin tinggi kelarutan makin kuat sifat anestetinya.

c) Teori adsorpsi dan tegangan permukaan : pengumpulan zat anestesi pada

permukaan sel menyebabkan proses metabolisme dan transmisi neural

terganggu sehingga timbul anestesi.

d) Teori biokimia : pemberian zat anestesi akan menurunkan transmisi sinaps di

ganglion servikalis superiror dan menghambat formation retikularis asenden

untuk mempertahankan kesadaran.

e) Teori fisika : zat anestesi dengan air didalam susunan syaraf pusat dapat

membentuk mikrokristal sehingga mengganggu fungsi sel otak.


2) Anestesi Lokal Pusat mekanisme kerja anestetika lokal adalah di membran sel.

Seperti juga alkohol dan barbital-barbital, maka anestetika local memblokir

penerusan impuls dengan jalan mencegah kenaikan permeabelitas membrane sel

terhadap ion-ion natrium, yang perlu bagi fungsi saraf yang layak. Pada waktu

yang bersamaan ambang kepekaan terhadap rangsangan listrik lambat-laun

meningkat yang pada akhirnya memblokir penerusan (konduksi) impuls.

Diperkirakan bahwa proses stabilisasi membrane tersebut ion-ion kalsium

memegang peranan penting, yakni molekul-molekul lipofil besar dari anestetika

local mungkin mendesak sebagian ion-ion kalsium di dalam membrane sel

tanpa mengambil alih fungsinya. Dengan demikian membrane sel menjadi lebih

padat dan stabil, serta dapat lebih baik melakukan segala sesuatu perubahan

dalam permeabelitas. Di samping ini anestetika local menggangu fungsi dari

semua organ-organ dalam mana terjadi konduksi/transmisi dari impuls-impuls.

Dengan demikian anestetika local mempunyai efek yang penting terhadap SSP,

ganglia otonom, cabang-cabang neuromoskular dan semua jaringan otot. Obat

anestesi lokal adalah obat yang menghambat hantaran syaraf bila dikenakan

secara lokal pada jaringan syaraf dengan kadar cukup. Obat ini bekerja pada

setiap bagian syaraf. Pemberian anestetik lokal pada kulit akan menghambat

transmisi impuls sensorik. Sebaliknya, pemberian anestesi lokal pada batang

syaraf menyebabkan paralisis sensorik dan motorik di daerah yang

dipersyarafinya. Mekanisme kerja anestesi lokal adalah mencegah konduksi dan

timbulnya impuls syaraf. Tempat kerjanya terutama di membran sel.


Obat anestetik lokal dikelompokkan menjadi:

a) Kokain

b) Anestetik lokal sintetik seperti brokan, lidokain, batetamid, dibukain,

mepivakain, tetrakain dsb.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.ilmulengkap.xyz/2017/01/makalah-biolistrik.html

Anda mungkin juga menyukai