Anda di halaman 1dari 3

TUGAS 1

ILMU PENGANTAR HUKUM


KASUS NENEK MINAH

NAMA : DIAN SAFITRIANA S


NIM : 042944986
ILMU HUKUM
1. Law as a tool of social engineering dapat diartikan sebagai sarana yang ditujukan untuk
mengubah perilaku warga masyarakat, sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
Akan tetapi, kondisi hukum di Indonesia saat ini sering mengalami permasalahan, yaitu hukum-
hukum tertentu yang telah dibentuk dan diterapkan ternyata tidak efektif.
Permasalahan ini dapat terjadi apabila seluruh lapisan masyarakat memiliki pengetahuan yang
sangat terbatas tentang sifat-sifat hukum sehingga hukum yang telah dibentuk, dipergunakan
untuk mencari kepuasan pribadi dan menindas rakyat lemah. Tak jarang terjadinya jual-beli
hukum yang dilakukan oleh oknum-oknum yang memiliki jabatan, kekayaan dan kekuasaan
seperti peradilan diskriminatif atau rekayasa proses-hasil peradilan. Istilah tumpul ke atas tajam
ke bawah adalah gambaran yang tepat mengenai kondisi hukum yang terjadi di Indonesia.
2. “Ubi Societas ibius” Adagium ini mengungkapkan konsep filosofi Cicero yang menyatakan
bahwa hukum tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Proses terbentuknya hukum berawal
dari kebiasaan yang secara terus menerus dilakukan oleh masyarakat sehingga kebiasaan
tersebut membentuk suatu aturan baku yang harus ditaati. Karena dalam masyarakat tidak
selalu damai, tentunya kerap terjadi gesekan-gesekan dalam masyarakat yang menimbulkan
konflik. Dari sinilah lahir hukum beserta sanksinya dalam masyarakat yang dibentuk dalam
suatu struktur atas kesepakatan bersama yang mengatur hubungan antar masyarakat. Sanksi
yang biasa diterapkan dalam masyarakat adalah sanksi sosial karena sanksi sosial dianggap
sangat efektif untuk membuat orang jera dan tidak melakukannya lagi.
Hukum yang dibentuk dalam masyarakat bersifat luwes. Luwes berarti hukum yang ada dalam
masyarakat dapat disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang dialami oleh masyarakat. Seperti
kasus nenek Minah tersebut, hukum yang pantas diberlakukan kepada nenek Minah bukanlah
hukum yang harus dibawa ke pengadilan. Dan sanksi yang pantas terhadap beliau adalah sanksi
sosial saja yang mana cukup memadai dengan menceramahinya. Nenek Minah juga telah
mengakui perbuatan salahnya dan meminta maaf serta berjanji tidak akan mengulangi lagi.
Disinilah seharusnya letak keluwesan hukum tersebut sehingga menjadi dasar lahirnya keadilan
dalam masyarakat.
3. Konsep The Rule of Law pada kasus nenek Minah.
a. Keadilan (gerechtigheit)
Hukum adalah alat untuk menegakkan keadilan dan menciptakan kesejahteraan sosial. Tanpa
keadilan, hukum akan terperosok menjadi alat pembenar kesewenang-wenangan mayoritas
atau pihak penguasa terhadap minoritas. Hal inilah yang terjadi dalam kasus nenek Minah.
Tidak ada keadilan yang dirasakan oleh masyarakat, khususnya oleh kaum minoritas.
Dikarenakan kerugian 3 buah kakao yang dipetik, tanpa dengan ada niat untuk
menyembunyikan atau menjualnya, dengan hukuman 1 bulan 15 hari yang didapatkan oleh
nenek Minah sangat tidak seimbang dan tidak adil. Seharusnya hakim memberikan jalan lain
seperti mediasi antara nenek Minah dengan perusahaan perkebunan dimana dia bekerja. Dari
praktik hukum tersebut seakan memberi gambaran bahwa di indonesia hukum belum begitu
memberikan ruang terhadap penilaian moral dalam memberikan putusan hukum.
b. Kemanfaatan (zweckmaerten)
Pada prinsipnya, tujuan hukum itu hanyalah untuk menciptakan kemanfaatan atau kebahagiaan
masyarakat. Hukum semata-mata dibentuk untuk memberikan kemanfaatan atau kebahagiaan
yang sebesar-besarnya bagi sebanyak-banyaknya lapisan masyarakat. Akan tetapi, melihat
kasus tersebut, kemanfaatan yang didapat oleh kedua pihak sangat tidak sebanding dan lebih
banyak kemudharatannya. Karena dengan divonis bersalah secara resmi terhadap nenek Minah
mengundang keberatan di kalangan masyarakat, sehingga menimbulkan keresahan publik
terhadap praktik hukum di Indonesia yang dapat menyebabkan menurunnya kepercayaan
publik terhadap Pemerintah dan tidak tercapainya tujuan dari hukum untuk menciptakan
kemanfaatan atau kebahagiaan untuk Masyarakat.
c. Kepastian hukum (rechtssicherkeit)
Kepastian hukum adalah ketika suatu peraturan dibuat dan diundangkan secara pasti karena
mengatur secara jelas dan logis. Jelas dalam artian tidak menimbulkan keragu-raguan dan logis
dalam artian ia menjadi suatu sistem norma dengan norma lain sehingga tidak berbenturan
atau menimbulkan konflik norma. Menyangkut dengan kasus nenek Minah, putusan hukum
bahwa nenek Minah dijatuhi hukuman selama 1 bulan 15 hari justru menyebabkan konflik
norma yang ada dalam masyarakat dan menimbulkan keraguan masyarakat terhadap
penegakan hukum dan kepastian hukum di Indonesia

Anda mungkin juga menyukai