Latar belakang
Sampai dua ratus tahun yang lalu ekonomi dunia bersifat agraris dimana salah satu
ciri utamanya adalah tanah merupakan faktor produksi yang paling dominan. Sesudah terjadi
revolusi industri, dengan ditemukannya mesin uap, ekonomi global ber-evolusi ke arah
ekonomi industri dengan ciri utamanya adalah modal sebagai faktor produksi yang paling
penting. Menjelang peralihan abad sekarang inl, cenderung manusia menduduki tempat
sentral dalam proses produksi, karena tahap ekonomi yang sedang kita masuki ini berdasar
pada pengetahuan (knowledge based) dan berfokus pada informasi (information focused).
Dalam hal ini telekomunikasi dan informatika memegang peranan sebagai teknologi
kunci (enabler-technology) Kemajuan teknologi informasi dan telekomunikasi begitu pesat,
sehingga memungkinkan diterapkannya cara-cara baru yang lebih efisien untuk produksi,
distribusi dan konsumsi barang dan jasa. Proses inilah yang membawa manusia ke dalam
Masyarakat atau Ekonomi Informasi. Masyarakat baru ini juga sering disebut sebagai
masyarakat pasca industri.
Kontestasi politik akhir-akhir ini selalu menempatkan media sosial sebagai salah satu
perangkat kampanye. Dapat dipastikan semua kontestan yang maju di pemilu kali ini
menggunakan media sosial sebagai instrumen elektoral. Tidak jarang, beberapa di antaranya
dengan sadar melakukan kampanye negatif dan menyebarkan berita bohong atau hoaks
melalui media sosial.
Sudah tidak asing bagi kita dengan perdebatan di Twitter (tweets war) hingga
komentar nyinyir yang cenderung merendahkan pihak tertentu pada kolom komentar portal
berita daring. Bahkan, tidak jarang kita menjumpai berbagai portal berita yang secara
redaksional tidak mencerminkan kaidah jurnalistik. Selain itu, mudah sekali kita jumpai
konten gambar dalam bentuk meme atau video dengan judul maupun isi yang kontradiktif.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka yang menjadi fokus dalam makalah ini dalam
bentuk perumusan masalah sebagai berikut: Apa yang di maksud masyarakat industri,
masyarakat informasi dan masyarakat politik.
C. Pembahasan
1. MASYARAKAT INDUSTRI
Di bidang media, pada tahun 1830-an, dengan berkurangnya buta huruf dan
berkembangnya berbagai produk baru hasil dari industri baru, maka mulai muncul pemikiran
tentang perlunya iklan, yang berfungsi menampilkan suatu jenis produk baru. Dan mulai
perioda ini mulailah muncul gagasan – gagasan tentang pemasangan iklan surat kabar
(koran), radio dan film
2. MASYARAKAT INFORMASI
Adapun yang menjadi fokus perhatian mereka terkait dengan kondisi masyarakat
adalah tentang fenomena yang terjadi di masyarakat berhubungan dengan informasi, tentang
bagaimana orang memperlakukan informasi, penghargaan orang terhadap informasi,
bagaimana orang mencari informasi, bagaimana kebutuhan orang terhadap informasi, dan
sebagainya. Kemudian dengan merebak dan majunya teknologi informasi sebagai sarana
penyebar informasi maka kajian mereka sudah melangkah kepada bagaimana penggunaan
teknologi informasi tersebut untuk mengakses informasi. Namun di sisi lain, globalisasi
perekonomian dunia ikut mewarnai perdebatan mereka karena perkembangan ekonomi
melibatkan informasi sehingga muncul istilah globalisasi informasi. Pandangan mereka
tentang definisi masyarakat informasi sampai kini masih dalam perdebatan.
Bila dilihat dari segi teknologi, maka masyarakat informasi adalah masyarakat yang
enggunakan teknologi dalam kehidupannya sehari-hari. Namun jika dilihat dari segi
pekerjaan, masyarakat informasi adalah bahwa sekitar 60% pekerjaannya atau kegiatannya
berkaitan dengan informasi dan jasa. Menurut Spatsial, suatu masyarakat dikatakan
masyarakat informasi apabila memiliki unsur unsur-unsur sebagai berikut :
3. MASYARAKAT POLITIK
Masyarakat politik adalah masyarakat yang sadar akan politik atau masyarakat yang
keikut sertaan terhadap hidup bernegara menjadi penting dalam kehidupannya sebagai warga
Negara. Perlu diingat bahwa tugas-tugas Negara bersifat menyeluruh dan kompleks, sehingga
tanpa dukungan positif dari seluruh warga Negara atau masyarakat, tugas-tugas Negara akan
banyak yang terbengkalai.
Masyarakat politik yang terdiri dari elite politik dan massa politik serta menjadi
peserta rutin dalam kompetisi politik harus dibangun sebagai komponen masyarakat yang
memmpunyai etika politik dalam demokrasi. Mereka harus disadarkan bahwa demokrasi
bukan hanya kompetisi bebas dengan menggunakan partai-partai untuk merebut jabatan
pemerintahan, tetapi demokrasi juga adalah menghormati harkat martabat hidup manusia dan
membangun system politik, ekonomi, dan sosial yang berdikari.
2. Periode kedua (1959-1965), masa Demokrasi Terpimpin pada masa ini banyak terjadi
penyimpangan.Adanya (dominasi presiden, dibatasinya peran partai politik, adanya pengaruh
komunis, dan peran ABRI sebagai unsur politik) semakin meluas.Demokrasi yang diterapkan
demokrasi konstitusional dan lebih banyak menampilkan aspek demokrasi rakyat.
3. Periode (ketiga) 1966-1998, Pada masa demokrasi Pancasila era Orde Baru merupakan
demokrasi konstitusional dengan menonjolkan sistem presidensial. Landasan formal periode
ini adalah Pancasila, UUD 1945 dan Ketetapan MPRS/MPR dalam rangka untuk meluruskan
kembali penyelewengan terhadap UUD 1945 yang terjadi di masa demokrasi terpimpin.
Namun, dalam perkembangannya peran presiden semakin dominan terhadap lembaga-
lembaga negara lain.
4. Periode 1999-sekarang, Masa Demokrasi Pancasila era Reformasi dengan berakar pada
kekuatan multi partai yang berusaha mengembalikan perimbangan kekuatan antar lembaga
negara, antara eksekutif, legislatif dan yudikatif. Pada masa ini peran partai politik kembali
menonjol, sehingga iklim demokrasi memperoleh nafas baru.
Perkembangan berikutnya masih akan kita tunggu Dalam gelora reformasi di Indonesia pada
tahun 1998 telah membawa perubahan yang signifikan dari pertumbuhan demokrasi di
indoneia, bagaimana masyarakat dan mahasiswa mampu mengubah dan mendobrak sistem
politik orde baru yang telah berkuasa selama 32 tahun walaupun penuh perjuangan dan
banyak korban jiwa dan harta.