Anda di halaman 1dari 9

PENGEMBANGAN UKM BERBASIS KOMODITAS UNGGULAN

Oleh:
Etty Puji Lestari

ABSTRACT

SMEs have an important role in economy, especially in Indonesia. Some indicator data of
macroeconomic indicates that SMEs have a major contribution to economic growth. Along
with the development of regional economy, many problem found by local governments in
developing SMEs, both internal and external. Comprehensive study was conducted to get the
policy and recommendation for stakeholders to be able to increased in developing SMEs. This
research examines the development of SMEs based on leading commodity in Nabire.

The methods using Analytic Hierarchy Process (AHP) to see the leading commodity featured
in various sectors for development. It refers to the OTOP program, which quite successful in
developing SMEs in Thailand. The results of the study indicate there are at least five major
factors to consider in the development of SMEs. They are access to distribution networks or
markets, limited capital, flexibility of pricing, training and accessibility of capital. Meanwhile,
sub sector priorities to be developed are citrus plantation, cocoa plantations, rice and
soybeans, small furniture industri and regional trade.

Keywords: SME, Leading Commodity, Analytic Hierarchy Process.

Secara umum industri besar rawan


PENDAHULUAN terhadap gejolak dari luar karena tidak
memiliki keterkaitan yang kuat baik
Krisis ekonomi yang melanda kebelakang berupa penyediaan input
Indonesia pada pertengahan tahun 2007 (backward linkage) maupun kedepan
menyebabkan pertumbuhan ekonomi (forward linkage). Terlambatnya promosi
menurun. Penurunan ini bukan saja berakar usaha kecil dan menengah (UKM) dalam
pada kelemahan pada sektor moneter, program membangun industri hilir dan
namun juga diakibatkan lemahnya struktur keberpihakan pemerintah terhadap
ekonomi riil menghadapi gejolak dari luar pengembangan usaha besar berakibat peran
dan dalam (external and internal shock). yang menonjol pada usaha besar. Dengan
Sebelum krisis prioritas industri lebih ke demikian terjadi kepincangan yang cukup
industri hulu dan mengabaikan industri parah ketika krisis melanda. Industri besar
hilir karena diasumsikan jika industri hulu menghadapi masalah serius dalam krisis
terbangun maka industri hilir akan ekonomi sedangkan UKM mampu
mengikuti. Kenyataanya ketika krisis justru menghadapi krisis tersebut. UKM bertahan
industri hulu terkena dampak yang karena menggunakan bahan baku lokal,
signifikan. pemakaian tenaga kerja dengan upah yang
rendah, mampu menyesuaikan persediaan
bahan baku dan berorientasi pasar.
Beberapa faktor diatas menempatkan
UKM sebagai usaha yang memiliki
keunggulan daya saing dan dinamika dalam
pertumbuhan ekonomi. Para ahli juga
berpendapat bahwa proses pemulihan
ekonomi yang ditunjang oleh
meningkatnya peran UKM secara
signifikan. Hal ini menjadi bukti bahwa
potensi UKM dalam pemulihan krisis
ekonomi, yang muncul akibat
kemampuannya untuk secara cepat
mengubah dan mengalihkan pasar input
outputnya dari input yang mahal pada input
yang lebih murah menunjukkan bahwa
UKM memiliki peran strategis dalam
ekonomi suatu negara.
Tabel 1. Perkembangan UKM dan Usaha Besar Tahun 2008-2009
2008 2009 Perkembangan
No. Indikator satuan
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Unit Usaha
1 UMKM unit 51409612 99,99 52764603 99,99 1354991 2,64
2 Usaha besar unit 4650 0,01 4677 0,01 27 0,58
Tenaga kerja
1 UMKM orang 94024278 97,15 96211332 97,30 2187054 2,33
2 Usaha besar orang 2756205 2,85 2674671 2,70 (81534) (2,96)
PDB
1 UMKM milyar 2613226,1 55,67 2993151 56,53 379925,7 14,54
2 Usaha besar milyar 2080582,9 44,33 2301709 43,47 221126,2 10,63
Sumber : Departemen Koperasi, 2012
menunjukkan bahwa keberadaan UKM
untuk memperkokoh perekonomian
Data pada Tabel 1 menunjukkan
semakin kuat.
bahwa dari sisi unit usaha jumlah UKM di
Indonesia sangat besar, bahkan hampir Perkembangan UKM yang meningkat
semua usaha terdiri dari usaha mikro kecil dari segi kuantitas tersebut belum
dan menengah, sebaliknya jumlah usaha diimbangi oleh meratanya peningkatan
besar hanya memberi kontribusi kurang kualitas UKM. Permasalahan klasik yang
dari dua persen. Sementara itu dari sisi dihadapi yaitu rendahnya produktivitas.
penyerapan tenaga kerja, hampir 97 persen Keadaan ini disebabkan oleh masalah
tenaga kerja terserap di sektor UKM, internal yang dihadapi UKM yaitu:
sisanya bekerja pada industri skala besar. rendahnya kualitas SDM UKM dalam
Dilihat dari kontribusi terhadap PDB maka manajemen, organisasi, penguasaan
lebih dari separuh PDB disumbang oleh teknologi, dan pemasaran, lemahnya
industri kecil dan menengah. Kondisi ini kewirausahaan dari para pelaku UKM, dan

2
terbatasnya akses UKM terhadap METODE ANALISIS
permodalan, informasi, teknologi dan Metode analisis yang digunakan
pasar, serta faktor produksi lainnya. dalam penelitian ini adalah Analytic
Sedangkan masalah eksternal yang Hierarchy Proccess (AHP). Pada dasarnya
dihadapi oleh UMKM diantaranya adalah AHP adalah metode yang memecah suatu
besarnya biaya transaksi akibat iklim usaha masalah yang kompleks dan tidak
yang kurang mendukung dan kelangkaan terstruktur ke dalam kelompok-
bahan baku. Juga yang menyangkut kelompoknya dan mengatur kelompok-
perolehan legalitas formal yang hingga saat kelompok tersebut ke dalam suatu hirarkhi.
ini masih merupakan persoalan mendasar Selanjutnya akan memasukkan nilai
bagi UMKM di Indonesia, menyusul numerik sebagai penganti persepsi manusia
tingginya biaya yang harus dikeluarkan dalam melakukan perbandingan relatif dan
dalam pengurusan perizinan (Depkop, akhirnya dengan suatu sintesa ditentukan
2011). Koperasi dan UKM juga
elemen mana yang mempunyai prioritas
menghadapi tantangan terutama yang tertinggi. Prinsip metode AHP adalah
ditimbulkan oleh pesatnya perkembangan memberikan bobot tiap faktor, variabel,
globalisasi ekonomi dan liberalisasi dan indikator dengan perbandingan antar
perdagangan bersamaan dengan cepatnya faktor, variabel, indikator satu dengan
tingkat kemajuan teknologi. lainnya. Bobot yang lebih besar dari suatu
Artikel ini ingin mengkaji indikator, menunjukkan indikator yang
pengembangan UKM yang didasarkan lebih penting dibandingkan indikator
komoditas unggulan di berbagai sektor lainnya dalam menentukan KPJU unggulan
cocok untuk dikembangkan. Metode yang suatu daerah.
digunakan adalah Analytical Hierarchy Dalam proses AHP ini dilakukan 3
Process (AHP) yang mengacu pada metode tahap utama yaitu pembobotan, klasifikasi
yang dikembangkan di Thailand melalui intensitas tiap indikator dan penentuan nilai
program OTOP, yang cukup sukses dalam intensitas tiap indikator dan peringkat
mengembangkan UMKM di Thailand. (Bappeda Nabire, 2011).
Sementara sampel yang digunakan adalah
kabupaten Nabire, Papua Barat. Dengan 1. Pembobotan terhadap faktor, variabel
metode ini maka pemerintah daerah dapat dan indikator, dilakukan oleh 15 orang
menetapkan program yang lebih fokus stakeholders (responden) di tingkat
untuk mengembangkan komoditas kabupaten dengan menggunakan
unggulan tertentu di suatu Kabupaten/Kota, kuesioner AHP.
sehingga tercipta lapangan pekerjaan dan 2. Langkah pertama yang digunakan
peningkatan kesejahteraan masyarakat. adalah pembobotan untuk tujuan.
Diharapkan komoditas unggulan ini dapat Pembobotan tujuan ini berguna untuk
menggerakkan komoditas-komoditas lain mengetahui faktor apa yang menjadi
karena bekerjanya mekanisme backward prioritas tujuan dalam melakukan
linkages maupun forward linkages. Dengan penguatan UKM. Secara umum,
demikian pertumbuhan ekonomi secara penguatan UKM di suatu daerah
umum akan meningkat. memiliki tiga tujuan utama yaitu
pertumbuhan ekonomi, penciptaan
lapangan kerja dan peningkatan daya
saing.

3
3. Pembobotan berikutnya adalah Intensitas tersebut berupa skala likert 1
pembobotan kriteria. Pembobotan sampai dengan 5 yang menunjukkan
kriteria dimaksudkan untuk ukuran dari kondisi yang paling buruk
menetapkan kriteria yang akan sampai kondisi yang paling baik.
digunakan dalam pengembangan UKM Indikator-indikator kuantitatif berupa
di Kabupaten Nabire. data sekunder (existing statistics data),
4. Matriks bobot sektor/sub sektor setiap masing masing juga diklasifikasikan
distrik sampel. Matriks bobot dengan menggunakan ‘metode rata
sektor/sub sektor untuk setiap distrik rata’ dan ‘metode distribusi’ sehingga
yang digunakan sebagai sampel diperoleh intensitasnya ke dalam skala
ditujukan untuk melihat persepsi para likert yang sama.
stakeholders di tingkat Kabupaten Daftar intensitas indikator-indikator
Nabire mengenai kondisi yang berasal hasil olahan data primer
sektor/subsector di masing-masing
berupa persepsi pelaku usaha tersebut
distrik. Bobot yang lebih besar di atas, dijadikan bahan masukan bagi
menunjukkan bahwa sektor/sub sektor peneliti untuk memperoleh intensitas
tersebut lebih potensial dibandingkan akhir setiap indikator. Keputusan akhir
sektor yang lain. atas intensitas setiap indikator dari
5. Pembobotan juga dilakukan di 6 panelis inilah yang selanjutnya akan
Distrik yaitu Nabire Barat, Teluk diolah dengan menggunakan perangkat
Kimi, Nabire, Makimi, Uwapa, lunak ‘expert choice’ untuk
Wanggar. mendapatkan nilai intensitas tiap
indikator dan peringkat KPJU
6. Matriks bobot sektor/sub sektor untuk
unggulan di tingkat Kabupaten.
setiap distrik yang digunakan sebagai
sampel ditujukan untuk melihat 9. Penentuan nilai intensitas tiap
persepsi para stakeholders di tingkat indikator dan peringkat. Intensitas
distrik mengenai kondisi masing masing indikator kemudian
sektor/subsektor di distrik masing- dimasukkan ke dalam data base
masing perangkat lunak ‘expert choice’
7. Hasil pembobotan responden diperoleh berdasar hirarki dan bobot
pemeringkatan yang telah ditentukan
dengan rata-rata geometris sehingga
sebelumnya. Olahan perangkat lunak
menghasilkan satu bobot yang sama.
tersebut menghasilkan nilai masing
8. Klasifikasi intensitas tiap indikator. masing indikator yang secara
Sebelum diolah dengan software kumulatif membentuk urutan peringkat
expert choice, setiap indikator baik nilai dari yang tertinggi sampai yang
yang berasal dari data primer maupun terendah.
sekunder diklasifikasikan untuk
memperoleh intensitas masing-masing.
Data-data primer yang diperoleh dari HASIL ANALISIS
kuesioner persepsi responden diolah Berdasarkan hasil kuesioner, FGD dan
dengan bantuan SPSS atau Microsoft indepth interview diketahui bahwa
Excell sehingga diperoleh tabulasi pengembangan UMKM di Nabire
yang menunjukkan intensitas tiap-tiap diharapkan mampu memacu pertumbuhan
indikator berdasarkan pemeringkatan.

4
ekonomi, meningkatkan daya saing, dan pengembangan UMKM terutama setelah
menciptakan lapangan kerja. Rata-rata bobot KPJU unggulan terpilih (Bappeda Nabire,
tujuan pengembangan UMKM terbesar 2011).
adalah pertumbuhan ekonomi (Gambar 1). Pengembangan UMKM tidak
terlepas dari hal-hal yang penting untuk
0,3818
0,3 0,3182 diperhatikan. Secara umum permasalahan
pengembangan UMKM terkait dengan
permasalah ketrampilan, manajemen usaha,
permodalan, ketersediaan bahan baku,
ketersediaan pasar, kemampuan
mengadopsi teknologi dan lain-lain. Hasil
kuesioner, indepth interview dan FGD
menunjukkan hasil urutan berdasarkan
tingkat kepentingan yang harus
diperhatikan seperti Gambar 2.
Gambar 1. Hasil Pembobotan AHP
Tujuan Pengembangan UMKM 0,2
0,15

Hasil kajian menunjukkan bahwa 0,1


pertumbuhan ekonomi adalah prioritas 0,05
utama dalam persepsi responden karena 0
pertumbuhan ekonomi dipandang mampu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Responden melihat bahwa tujuan usaha
baik di sektor pertanian, perkebunan,
peternakan, perikanan, industri,
perdagangan, pariwisata, maupun jasa
adalah untuk meningkatkan kesejahteraan.
Gambar 2. Hasil Pembobotan AHP
Prioritas kedua secara rata-rata adalah
Kriteria Pengembangan UMKM
peningkatan daya saing (rata-rata bobot
0,3182).
Berdasarkan persepsi responden, hal
Ranking terakhir yang dipilih oleh
utama yang perlu diperhatikan dalam
responden penciptaan lapangan kerja
pengembangan UMKM di Nabire adalah
(bobot rata-rata 0,3000). Bobot ini
modal. Permodalan dipandang menjadi
menunjukkan bahwa pengembangan
masalah yang paling penting untuk
UMKM tetap harus memperhatikan
diperhatikan karena sebagian besar responden
penciptaan lapangan kerja. Selisih bobot
merasakan kesulitan mendapatkan modal.
antar tujuan yang tidak terlalu besar
Bahan baku merupakan hal kedua yang
menunjukkan bahwa sebenarnya para
dianggap penting untuk diperhatikan dalam
pelaku usaha dan pemangku kepentingan
pengembangan UMKM.
menganggap bahwa tiga tujuan
pengembangan UMKM ini tidak dapat Menurut responden, aspek tenaga kerja
dipisahkan satu dengan yang lain. Ketiga merupakan aspek yang penting dalam
tujuan ini harus mendapat perhatian dalam pengembangan UMKM. Masalah tenaga kerja

5
yang disoroti bukan dari sisi penciptaan bahan baku. Hal berikutnya yang penting
lapangan kerja namun lebih dari sisi adalah ketersediaan, harga bahan baku dan
ketrampilan. Distrik Nabire Barat menyatakan terakhir adalah mutu bahan baku. Untuk
keinginan untuk memanfaatkan balai latihan meningkatkan jejaring, tentu saja pengusaha
ketrampilan yang selama ini tidak berfungsi tidak dapat melakukannya sendiri, pemerintah
untuk mengembangkan ketrampilan SDM. harus memiliki fungsi sebagai pemampu
Ketrampilan SDM yang bersifat kebiasaan (enabler) dan pemrakarsa.
dan diperoleh secara learning by doing Hal lain yang patut mendapat perhatian
maupun dilakukan karena telah bersifat turun dalam pengembangan UKM adalah
temurun, dianggap menyebabkan hasil usaha permodalan, baik dari sisi kebutuhan modal
terutama kerajinan tidak dapat berkembang kerja, aksesisbilitas modal dan kebutuhan
optimal dan memiliki daya saing yang baik. awal investasi. Pemerintah kabupaten Nabire
Sarana produksi/usaha ternyata menjadi perlu mengadakan kerjasama yang lebih
masalah yang dianggap penting terutama di mendalam dengan perbankan. Kerjasama
Distrik Nabire Barat, Wanggar, dan Makimi. seyogyanya tidak hanya bersifat insidental,
Sarana produksi tidak hanya menyangkut namun merupakan program yang dimasukkan
faktor-faktor pendukung usaha (misalnya dalam rencana pembangunan. Hal ini perlu
pestisida, pupuk bagi usaha pertanian) namun mendapat perhatian serius karena
terutama menyangkut infrastruktur jalan pengembangan UMKM tidak dapat terlepas
produksi. Seperti permasalahan tradisional dari permodalan. Dalam pengembangan
UKM di seluruh Indonesia adalah tidak permodalan sendiri dibutuhkan skema untuk
adanya manajemen usaha yang bagus. modal kerja dan investasi dengan tata kelola
Ketersediaan pasar dipandang menjadi faktor yang berbeda.
yang penting dalam pengembangan UKM. Pengembangan UKM juga perlu
Tanpa adanya pasar, maka usaha yang memperhatikan ketersediaan sarana produksi,
dijalankan tidak akan berkembang dengan kemudahan untuk mendapatkan saran
baik (Bappeda Nabire, 2011). produksi tersebut dan harga sarana produksi.
Secara lebih rinici pembobotan tujuan Sedangkan permasalahan yang perlu
pengembangan UKM yang dilakukan oleh disiapkan untuk faktor teknologi adalah
para stakeholders menunjukkan bahwa untuk kesiapan mengadopsi teknologi baru dan
variabel tenaga kerja, faktor yang dipandang kemudahan mendapatkan teknologi tersebut.
paling penting adalah pelatihan kemudian Hal ini disebabkan karena menurut para
diikuti dengan tingkat pendidikan dan stakeholders, sebagian besar UKM masih
pengalaman kerja. Para stakeholders menggunakan teknologi yang relatif
menyatakan bahwa pemerintah Kabupaten tradisional. Peran pemerintah kembali
Nabire perlu membuat lebih banyak pelatihan diperlukan untuk mengembangkan faktor
untuk pengembangan UKM, karena tenaga teknologi ini.
terampil merupakan salah satu hal utama
dalam mengembangankan UKM.
Sedangkan dari sisi bahan baku, para
stakeholders melihat bahwa yang paling perlu
dikembangkan di Kabupaten Nabire adalah
adanya kesinambungan penyediaan bahan
baku. Hal ini menggambarkan networking

6
Tabel 2. Hasil Pembobotan AHP Tujuan Pengembangan UMKM
Bobot Bobot
Variabel Indikator
Variabel Indikator
Tenaga kerja 0,14 Tingkat pendidikan 0.04
Pelatihan 0.065
Pengalaman kerja 0.035
Bahan baku 0,15 Ketersediaan (menggambarkan 0.04
networking bahan baku)
Harga bahan baku 0.035
Kesinambungan (menggambarkan 0.05
networking bahan baku)
Mutu bahan baku 0.025
Modal 0,18 Kebutuhan investasi awal 0.045
Kebutuhan modal kerja 0.075
Aksesibilitas (menggambarkan 0.06
networking modal)
Sarana 0,12 Ketersediaan 0.06
produksi/usaha Harga 0.02
Kemudahan 0.04
Teknologi 0,07 Kemudahan 0.025
Kesiapan penggunaan teknologi 0.045
Manajemen usaha 0,12 kemampuan manjerial 0.12
Ketersediaan pasar 0,10 Jaringan distribusi atau akses pasar 0.1
Harga 0,07 Keleluasaan menetapkan harga yaitu 0.07
tingkat harga yang bisa diterima pasar,
dan marjin harga
Sumbangan terhadap 0,05 Backward dan forward lingakes 0.03
perekonomian daerah integrasi vertikal 0.02
Sumber: data primer yang diolah
Pemetaan sektor atau subsektor
Faktor lain yang penting unggulan di masing-masing distrik
dilakukan melalui FGD, indepth interview
diperhatikan adalah kemampuan
dan kuesioner. Dalam pemetaan sektor atau
manajerial, adanya jaringan distribusi dan
subsektor unggulan ini sebagian besar
akses pasar, keleluasaan menetapkan harga
sektor (yang relevan) yang menjadi
dan masalah keterkaitan antar UKM. Ke
pembentuk PDRB ditawarkan kepada
empat hal terakhir ini juga tidak dapat
responden, untuk diberi bobot masing-
dikerjakan sendiri oleh UKM, karena
masing.
keterbatasannya. Sehingga pemerintah
perlu melakukan langkah serius melalui
dinas-dinas terkait untuk membuat rencana
pengembangan UKM yang lebih
komprehensif. Hasil pengurutan dari faktor
yang penting dalam pengembangan UKM
dapat dilihat pada Gambar 3.
Tabel 3. Subsektor Prioritas di
0,12 Tingkat Kabupaten
0,1
PRIORITAS SUBSEKTOR
0,08
0,06
1 Perkebunan: Jeruk
2 Perkebunan: Kakao
0,04
3 Tanaman Pangan: Padi
0,02
4 Tanaman Pangan: Kedelai
0 Kebutuhan investasi
5 Industri kecil: Mebel

Harga
Mutu bahan baku
modal kerja
Pelatihan

Harga bahan baku


pendidikan
Manjerial

Kemudahan
Ketersediaan

6 Perdagangan
Sumber: Data primer yang diolah

Berdasarkan hasil indepth interview,


kuesioner dan FGD maka diperoleh hal-hal
yang menjadi kendala utama
Gambar 3. Faktor Penting Dalam pengembangan UKM dan komoditas
Pengembangan UKM unggulan di Kabupaten Nabire yaitu
masalah permodalan, manajemen usaha,
akses pasar dan ketidakstabilan harga.
Secara umum ke lima distrik yang Masalah-masalah klasik yaang dihadapi
dipilih sebagai sampel memililih subsektor UKM tersebut selayaknya mendapatkan
tanaman pangan sebagai subsektor perhatian dari pemerintah agar UKM
unggulan, kecuali distrik Nabire memilih mampu bersaing.
sektor perdagangan sebagai sektor
unggulan. Meskipun terdapat sedikit
perbedaan antar Kabupaten mengenai PENUTUP
komoditas unggulan, namun subsektor Pemberdayaan usaha mikro, kecil dan
tanaman pangan menempati peringkat menengah (UMKM) dan Koperasi
pertama pengembangan. Peringkat kedua merupakan langkah yang strategis dalam
adalah Perkebunan (dipilih oleh distrik meningkatkan dan memperkuat dasar
Nabire Barat, Wanggar, dan Teluk Kimi). kehidupan perekonomian dari sebagian
Sedangkan Distrik Uwapa dan Makimi terbesar rakyat Indonesia, khususnya
melihat bahwa pertenakan memiliki melalui penyediaan lapangan kerja dan
peluang yang lebih besar, dan distrik mengurangi kesenjangan dan tingkat
Nabire memilih sektor Jasa. Bila dilihat kemiskinan. Dengan demikian upaya untuk
secara keseluruhan, pada dasarnya sektor memberdayakan UMKM harus terencana,
pertanian dalam arti luas masih merupakan sistematis dan menyeluruh baik pada
sektor dominan di Kabupaten Nabire tataran makro, meso dan mikro yang
(Bappeda Nabire, 2011). meliputi (1) penciptaan iklim usaha dalam
rangka membuka kesempatan berusaha
seluas-luasnya, serta menjamin kepastian
usaha disertai adanya efisiensi ekonomi;
(2) pengembangan sistem pendukung usaha
bagi UMKM untuk meningkatkan akses

8
kepada sumber daya produktif sehingga Departemen Koperasi (2011),
dapat memanfaatkan kesempatan yang Perkembangan Data Usaha Mikro,
terbuka dan potensi sumber daya, terutama Kecil, Menengah dan Usaha
sumber daya lokal yang tersedia; (3) Besar.Departemen Koperasi diakses
pengembangan kewirausahaan dan dari www.depkop.go.id pada
keunggulan kompetitif usaha kecil dan tanggal 12 November 2011.
menengah; dan (4) pemberdayaan usaha Dinas Koperindag Kabupaten Nabire.
skala mikro untuk meningkatkan (2010), Jumlah Koperasi dan
pendapatan masyarakat yang bergerak UMKM di Kabupaten Nabire.
dalam kegiatan usaha ekonomi di sektor Dinas Koperindag Kabupaten
informal yang berskala usaha mikro, Nabire.
terutama yang masih berstatus keluarga FAO. (2009) The State of Agricultural
miskin. Commodity Markets. FAO
Prihatman, K. (2000), Sistem Informasi
Demikian pula dengan pengembangan
Manajemen Pembangunan di
komoditas unggulan yang ada di
Pedesaan. BAPPENAS.
Kabupaten Nabire. Pengembangan produk
lokal yang memiliki keunggulan harus
didorong agar mampu bersaing dengan
produk dari daerah lain. Tentu saja peran
pemerintah sangat diperlukan untuk
menciptakan iklim yang kondusif untuk
mendukung eksistensi UKM agar mampu
bersaing di pasar global.

DAFTAR PUSTAKA
Anggoro, U. K. (2011) Pedoman
Pelaksanaan SL-PTT 2011.
DIRJEN Tanaman Pangan.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Nabire.
(2010), Hasil Sensus Penduduk
Kabupaten Nabire. BPS Kabupaten
Nabire
Badan Pusat Statistik Kabupaten Nabire.
(2009), Kabupaten Nabire dalam
Angka 2009, BPS Kabupaten
Nabire.
Bappeda Kabupaten Nabire (2011),
Pengembangan Komoditas
Unggulan UMKM Kabupaten
Nabire, Laporan Penelitian,
Bappeda Kabupaten Nabire.

Anda mungkin juga menyukai