Anda di halaman 1dari 14

ETIKA ISLAM DALAM PENERAPAN ILMU

Al-Islam Kemuhammadiyahan
Dosen Pengampu : Bpk Fathul Khair

Disusun Oleh Kelompok 8:


Yuli Rahma Wati SR172110060
Ike Nurjannah SR172110070
Anisa Novitasari SR172110036

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH
PONTIANAK
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
berkat dan rahmat-Nya yang melimpah, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul Etika dalam Islam dalam penerapan ilmu.

Makalah ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan, bimbingan dan arahan dari semua pihak,
oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih banyak kepada Bpk Fathul Khair sebagai
pembimbing yang telah banyak membantu menyelesaikan makalah ini .

Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan baik
isi dan susunannya, hal ini disebabkan keterbatasan waktu, wawasan, ataupun kekhilafan
kami.Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak untuk kesempurnaan hasil
makalah ini.

Pontianak, 05 Oktober 2020

Penyusun ,(Kelompok 8)
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................1
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
A. Latar Belakang......................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................4
1. Apa hubungan ilmu dengan kemanusiaan ?......................................................................4
2. Apa manfaat ilmu bagi kemanusiaan?..............................................................................4
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................................4
1. Mengetahui Hubungan ilmu dengan kemanusiaan...........................................................4
2. Mengetahui manfaat ilmu bagi kemanusiaan....................................................................4
3. Mengetahui fungsi manusia dalam perkembangan ilmu...................................................5
D. Manfaat Penulisaan...............................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..............................................................................................................................6
A. Etika Islam Dalam Penerapan Ilmu Kesehatan....................................................................6
B. Ilmu kesehatan dan Kemanusiaan........................................................................................6
C. Ilmu Kesehatan untuk Kemaslahatan Hidup........................................................................8
BAB III..........................................................................................................................................12
PENUTUP.....................................................................................................................................12
A. Kesimpulan.........................................................................................................................12
B. Saran...................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Etika sangat penting bagi pengembangan ilmu, apapun disiplinnya. Tanpa
mempertimbangkan tujuan untuk kehidupan kemanusiaan dan keberlangsungan
lingkungan hidup baik hayati maupun non hayati adalah pembunuhan diri eksistensi
manusia. Etika merupakan salah satu bagian dari teori tentang nilai atau yang dikenal
dengan aksiologi. Aksiologi itu sendiri ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat
nilai, yang umumnya ditinjau dari sudut pandangan kefilsafatan. Di dunia ini terdapat
banyak cabang pengetahuan yang bersangkutan dengan masalah-masalah nilai yang
khusus seperti ekonomi, estetika, etika, filsafat agama dan epistimologi.

Hubungan ilmu dengan kemanusiaan sangatlah erat sekali dikarenakan ilmu bisa
berkembang karena keberadaan manusia,manusia mewujudkan sifat-sifat baiknya untuk
memelihara kelangsungan hidup ini didunia dan manusia memenuhi kebutuhan hidupnya
juga dengan ilmu.Hal ini sesuai dengan firman Alloh SWT didalam Al-Qur’an yaitu
mnusia diciptakan oleh Alloh sebagai kholifah di bumi sebagai wakil tuhan untuk
menjaga kehidupan didunia ini.

Tentunya degan ilmu manusia akan diarahkan kepada hal yang baik menurut dirinya
dan bermanfaat untuk lainnya. Dan manusialah yang bisa mengembangkan
keilmuaannnya yang didapat melalui proses berpikir.

B. Rumusan Masalah
1. Apa hubungan ilmu dengan kemanusiaan ?
2. Apa manfaat ilmu bagi kemanusiaan?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Hubungan ilmu dengan kemanusiaan.
3. Mengetahui manfaat ilmu bagi kemanusiaan.
4. Mengetahui fungsi manusia dalam perkembangan ilmu.
D. Manfaat Penulisaan
Adapun manfaat penulisan dalam makalah yang akan kami sajikan nantinya adalah
untuk mengetahui, memahami hubungan antara ilmu dengan kemanusiaan, fungsi ilmu,
dan fungsi manusia dalam perkembangan ilmu yang kita dapatkan selama ini.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Etika Islam Dalam Penerapan Ilmu Kesehatan


1. Pengertian

Islam adalah agama yang komprehensif, suatu sistem dan jalan hidup sempurna
yang meliputi keseluruhan kemaujudan manusia. Ajaranajarannya diterapkan di semua
segi kehidupan termasuk dalam ilmu kesehatan. Islam mempunyai etika dalam
pelaksanaannya. Jika etika itu ditaati dianggap sebagai suatu kebaikan. Sedangkan kalau
etika itu dilanggar dianggap sebagai ingkar kepada Allah dan dosa. Etika berasal dari kata
ethos yaitu adat, budi pekerti. Dalam kamus, etika mempunyai arti pengkajian soal
moralitas atau terhadap nilai tindakan moral. Etika juga bisa diartikan studi tentang
tingkah laku manusia, tidak hanya menentukan kebenarannya sebagaimana adanya, tetapi
juga menyelidiki manfaat atau kebaikan seluruh tingkah laku manusia. Jadi etika Islam
dalam penerapan ilmu kesehatan bisa diartikan sebagai pengkajian nilai-nilai Islam dalam
penerapan ilmu kesehatan. Etika dalam ajaran Islam bersifat humanistik dan rasionalistik.
Diantaranya adalah nilai-nilai keadilan, kejujuran, kebersihan, menghormati, bekerja keras,
cinta ilmu, serta nilai-nilai positif lainnya.

Etika sangat penting bagi pengembangan ilmu. Etika merupakan salah satu bagian
dari teori tentang nilai atau yang dikenal dengan aksiologi. Aksiologi itu sendiri ialah ilmu
pengetahuan yang menyelidiki hakekat nilai, yang umumnya ditinjau dari sudut pandangan
kefilsafatan. Di dunia ini terdapat banyak cabang pengetahuan yang bersangkutan dengan
masalah-masalah nilai yang khusus seperti ekonomi, estetika, etika, filsafat agama dan
epistimologi. Dalam penerapan sebuah ilmu pengetahuan, diperlukan nilai-nilai yang baik
sebagai kesempurnaan dalam aplikasi ilmu pengetahuan.

B. Ilmu kesehatan dan Kemanusiaan


Ilmu dapat dirumuskan sebagai usaha pemahaman manusia yang disusun dalam
satu sistem mengenai kenyataan, struktur, pembagian, bagian-bagian dan hukum-hukum
tentang hal ikhwal yang diselidiki (manusia, alam dan agama) sejauh yang dapat dijangkau
daya pemikiran yang dibantu penginderaan manusia itu, yang kebenarannya diuji secara
empiris, riset dan eksperimental.

Dalam ajaran Islam ilmu menempati kedudukan yang sangat tinggi. Ini dibuktikan
dengan banyaknya ayat-ayat al-Qur’an dan hadist nabi yang mendorong umatnya untuk
menuntut ilmu. Bahkan wahyu yang pertama turun adalah tentang perintah membaca
sebagi wahana menambah ilmu. Allah meninggikan derajat orang-orang yang berilmu,
sebagaimana firman Allah swt:

“Allah meninggikan baberapa derajat (tingkatan) orang-orang yang beriman


diantara kamu dan orang-orang yang berilmu (diberi ilmupengetahuan).dan Allah maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Q.S. Al-Mujadilah : 11).

Sedangkan dalam hadits bukhori menyebutkan bahwa :

‫ َو َم ْن أَ َرا َدهُ َما فَ َعلَ ْي ِه بِ ْال ِع ْل ِم‬,‫ َو َم ْن أَ َرا َد األَ ِخ َرةَ فَ َعلَ ْي ِه بِ ْال ِع ْل ِم‬,‫َم ْن أَ َرا َد ال ُّد ْنيَا فَ َعلَ ْي ِه بِ ْال ِع ْل ِم‬
lmu

(minn arad al-dunya falih balalim, wemen arad al-akhra falih balalim, wemen
aradhama falih balalim).

"Barang siapa menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah


ia memiliki ilmunya ; dan barang siapa yang ingin (selamat dan berbahagia) di akhirat,
wajiblah ia mengetahui ilmunya pula; dan barangsiapa yang menginginkan kedua-
duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula". (HR. Bukhari dan Muslim)

sangat bermanfaat, tetapi jika tidak digunakan dengan baik, maka akan
menimbulkan bencana bagi manusia dan alam semesta . Untuk itu perlu ada etika, ukuran-
ukuran yang diyakini oleh para ilmuwan yang dapat menjadikan pengembangan ilmu dan
aplikasinya bagi kehidupan manusia agar tidak menimbulkan dampak negatif. Diantara
cabang ilmu, terdapat ilmu kesehatan. Ilmu kesehatan bisa diartikan sebagai ilmu yang
berfungsi menjaga individu dan masyarakat terhadap normalitas kesehatan baik jasmani,
rohani, sosial maupun akalnya.
Ilmu kesehatan dan kemanusiaan mempunyai hubungan yang tidak terpisahkan
karena perkembangan sebuah ilmu ditentukan oleh manusia. Peran manusialah yang
menyebabkan ilmu kesehatan semakin berkembang sampai sekarang. Melalui proses
berpikir dan kesadaran yang tinggi akan kesehatan, manusia dituntut untuk
mengembangkan keilmuannya. Begitu pula sebaliknya, dalam kehidupan manusia selalu
bersinggungan dengan ilmu kesehatan. Dalam proses kelangsungan hidupnya, manusia
membutuhkan ilmu kesehatan untuk menjalankan kehidupannya secara komplek.

Manfaat ilmu kesehatan tidak terbatas pada dokter, pasien dan penyakitnya saja.
Bahkan merupakan ilmu yang dekat dengan masalah hidup manusia. Baik tentang
lingkungan yang sehat, kebersihan yang bebas dari kotoran, lalat dan binatang melata,
kesehatan jiwa dan gangguan sosial. Jika manusia dapat memanfaatkan ilmu kesehatan
dengan didasari nilai-nilai positif dan etika Islam, maka akan tercapai keseimbangan dan
keselarasan dalam segi kehidupannya.

C. Ilmu Kesehatan untuk Kemaslahatan Hidup


Allah swt mendorong manusia untuk berusaha mengembangkan peradaban dan
keilmuannya dimuka bumi ini. Sebagaimana firmanNya:

“Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mampunyai hati
yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka
dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta,
ialah hati yang didalam dada”. (Al-Hajj: 46).

Dalam riwayat lain, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

‫ َّر َج ع َْن‬fَ‫ َو َم ْن ف‬، ‫ ِه‬fِ‫انَ هللاُ فِ ْي َحا َجت‬ff‫ َك‬، ‫ ِه‬f‫ ِة أَ ِخ ْي‬f‫اج‬َ ‫ـي َح‬ْ ِ‫ َو َم ْن َكانَ ف‬، ُ‫ظلِ ُمهُ َواَل يُ ْسلِ ُمه‬ْ َ‫ اَل ي‬، ‫اَ ْلـ ُم ْسلِ ُم أَ ُخوْ ْالـ ُم ْسلِ ِم‬
‫ َست ََرهُ هللاُ يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة‬، ‫ َو َم ْن َستَ َر ُم ْسلِ ًمـا‬، ‫ب يَوْ ِم ْالقِيَا َم ِة‬
ِ ‫ فَ َّر َج هللاُ َع ْنهُ ُكرْ بَةً ِم ْن ُك َر‬، ‫ ُم ْسلِ ٍم‬.

Seorang Muslim adalah saudara orang Muslim lainnya. Ia tidak boleh menzhaliminya dan
tidak boleh membiarkannya diganggu orang lain (bahkan ia wajib menolong dan
membelanya). Barangsiapa membantu kebutuhan saudaranya, maka Allâh Azza wa Jalla
senantiasa akan menolongnya. Barangsiapa melapangkan kesulitan orang Muslim, maka
Allâh akan melapangkan baginya dari salah satu kesempitan di hari Kiamat dan
barangsiapa menutupi (aib) orang Muslim, maka Allâh menutupi (aib)nya pada hari
Kiamat.

Islam telah membentangkan macam-macam ilmu pengetahuan di hadapan kita,


yang dapat dicapai oleh akal demi kemaslahatan hidup manusia. Diantaranya Ilmu
kesehatan yang mempelajari tentang jasmani, rohani, akal dan sosial . Ilmu kesehatan
sangat bermanfaat bagi kemaslahatan hidup. Telah kita ketahui bahwa manusia adalah
makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri dalam dunianya. Manusia membutuhkan
orang lain untuk dapat membentuk, mengembangkan diri dan melangsungkan
kehidupannya agar dapat hidup lebih baik. Dengan mempelajari ilmu kesehatan, akan
timbul kesadaran untuk menolong sesama. Islam mendorong agar menghormati ilmu
kesehatan dan mencari pertolongan dari mereka. Oleh karena itu manusia yang
mendapatkan ujian penyakit dari Allah swt harus melakukan ikhtiar untuk mengobatkan
penyakitnya kepada ahli medis. Sebaliknya, para ahli medis juga harus meningkatkan
pelayanannya. Menurut Dr. Ahmad Syauqi Alfanjari, Islam menyatakan bahwa pelayanan
kesehatan sebagai berikut:

1. Profesionalisme
Menurut Islam pelayanan kesehatan tidak boleh dilakukan oleh orang yang bukan ahli
atau bukan profesinya.
Rasulullah saw. bersabda:
“Barangsiapa menjadi tabib (dokter) tetapi ia tidak pernah belajar ilmu kedokteran
sebelumnya maka ia menanggung resikonya”. (Ditakhrij Abu Daud dan Nasa’i).
2. Pertanggungjawaban
Seorang dokter harus berhati-hati dalam memberikan pelayanan kesehatan, sehingga
tidak terjadi kesalahan. Jika ini terjadi maka harus dipertanggungjawabkan.
3. Setiap penyakit ada obatnya
Islam menganjurkan agar kita senantiasa berupaya melakukan penelitian sehingga
menemukan obat yang dapat menyembuhkannya.
Rasulullah saw. bersabda:
“Sesungguhnya Allah tidak menurunkan penyakit melainkan menurunkan obatnya.
Maka jika didapatkan obat maka sembuhlah ia dengan izin Allah”.
4. Spesialisasi
Islam mendorong spesialisasi (keahlian khusus) dalam pelayanan kesehatan. Hal ini
dimaksudkan agar setiap dokter benar-benar ahli dalam bidang yang ditekuninya.
5. Tidak mengobati sebelum meneliti dengan cermat
Para ahli medis dilarang mengobati sebelum meneliti pasien dengan tepat sehingga
akan tahu jenis penyakit dan sebab-sebabnya.
Ketika hubungan antara para pakar ilmu kesehatan dan pasien dapat berjalan
seimbang, maka kemaslahatan hidup akan tercapai.

D. Ayat-Ayat Al-Qur’an dan Hadist yang Releven dengan Etika Kesehatan Islam

Terdapat banyak sekali ayat-ayat al-Qur;an dan hadist yang relevan dengan etika
kesehatan Islam, diantaranya adalah:

Para ahli medis dilarang mempunyai niat yang tidak baik ketika mendiagnosa penyakit
pasien. Pada dasarnya Islam memang melarang laki-laki dan wanita yang bukan mukhrim
berkhalwat. Rasulullah saw. bersabda:

“Jauhkan dirimu dari berkhalwat dengan seorang perempuan. Demi zat yang diriku
dalam kekuasaan-Nya, tidaklah seorang laki-laki menyepi dengan perempuan
melainkansetan masuk di antara keduanya”.

Akan tetapi dalam keadaan tertentu, para dokter berkhalwat dengan pasien ketika
mendiagnosa penyakit. Hal ini dikategorikan sebagai hal yang darurat jika diniati dengan
baik, terjaga keamanan, dan tidak merangsang syahwat. Islam membolehkannya karena
sesuai dengan kaidah ushul fiqh: “ Keadaan darurat membolehkan sesuatu yang dilarang”.
Demi mencegah fitnah sebaiknya sewaktu dokter memeriksa pasien dihardiri orang ketiga
dari keluarga maupun tenaga paramedis. Sebagaimana sabda Rasulullah saw:
“Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka janganlah ia
berkhalwat dengan seorang perempuan tanpa disertai oleh muhrimnya, karena yang ketiga
adalah syaitan”. (HR. Ahmad) - Seorang ahli kesehatan harus memiliki ilmu dan
bertanggungjawab atas pengobatannya. Rasulullah saw. bersabda:

“Barangsiapa menjadi tabib (dokter) tetapi ia tidak pernah belajar ilmu kedokteran
sebelumnya maka ia menanggung resikonya”. - Selalu berusaha menemukan obat yang
dapat menyembuhkan. Rasulullah saw. bersabda:

“Sesungguhnya Allah tidak menurunkan penyakit melainkan menurunkan obatnya.


Maka jika didapatnya obat maka sembuhlah ia dengan izin Allah”.

Meneliti dengan cermat sebelum mengobati. Seorang ahli kesehatan dilarang


mengobati sebelum meneliti pasien dengan tepat sehingga akan tahu jenis penyakit dan
sebab-sebabnya. Syabardal, seorang tabib Bani Najran datang kepada Rasulullah saw.
berkata:

“Demi bapakku, engkau dan ibuku, Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku ini adalah
seorang dokter dan tukang tenung kaumku pada masa Jahiliyah, apa yang baik bagiku”.
Maka Rasulullah saw. bersabda: “Janganlah kamu mengobati seseorang sehingga kamu
yakin benar penyakitnya”.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Islam adalah agama yang komprehensif, suatu sistem dan jalan hidup sempurna yang
meliputi keseluruhan kemaujudan manusia. Ajaranaj-arannya diterapkan di semua segi
kehidupan termasuk dalam ilmu kesehatan. Islam mempunyai etika dalam pelaksanaannya.
Jika etika itu ditaati dianggap sebagai suatu kebaikan. Sedangkan kalau etika itu dilanggar
dianggap sebagai ingkar kepada Allah dan dosa.

Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata ‘etika’ yaitu ethos
sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak arti yaitu : tempat tinggal
yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat, akhlak,watak, perasaan, sikap,cara
berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat kebiasaan.

Ilmu merupakan kata yang berasal dari bahasa arab, masdar dari ‘alima -ya’lamu yang
berarti tahu atau mengetahui. Dalam bahasa Inggris Ilmu biasanya dipadankan dengan kata
science sedang pengetahuan dengan knowledge. Dalam bahasa Indonesia kata science
umumnya diartikan Ilmu tapi sering juga diartikan dengan Ilmu pengetahuan, meskipun
secara konseptual mengacu paada makna yang sama.

E. Saran
Etika, Ilmu dan Kesehatan saling berkesinambungan dan tidak bisa dipisahkan. Baiknya
kita selaku umat Nabi Muhammad SAW mengikuti setiap etika etika yang diajarkan oleh nabi
kepada kita dan selalu menjauhi larangan Allah SWT
DAFTAR PUSTAKA

Al Fanjari, Ahmad Syauqi. 1996. Nilai Kesehatan Dalam Syariat Islam. Jakarta: Bumi
Aksara.

Anshary, Hafiz,. Yanggo, Chuzaimah T,. 2002. Problematika Hukum Islam Kontemporer.
Jakarta: Pustaka Firdaus.

BKKBN, DEPAG, MUI, NU, DMI. 2009. Membangun Keluarga Sehat dan Sakinah:
Panduan KIE bagi Penyuluh Agama. Jakarta: BKKBN.

Anda mungkin juga menyukai