Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN MAKALAH

PENGKAJIAN BAYI BARU LAHIR

Dosen Pembimbing : Dr. Siti Saidah Nasution, S.Kp.,

M.Kep , Sp. Mat

Disusun Oleh : Ahmad Anshar Sinaga

NIM : 201101142

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

T.A 2021/2022
BAB I

HASIL PENGKAJIAN BAYI BARU LAHIR

I. PENGKAJIAN

1. IDENTITAS BAYI

1. Nama bayi : Annisa Sinaga

2. Umur (hari/jam) : 6 hari

3. Jenis kelamin : Perempuan

4. BB/PB lahir : 4 kg/57cm

2. IDENTITAS AYAH-IBU

1. Nama ibu : Nur Azizah

2. Umur : 32 tahun

3. Alamat : Jalan Kamboja Atas

4. Suku : Batak

5. Agama : Islam

6. Pendidikan : SMA

7. Nama ayah : Ali Nuedin

8. Umur : 36tahun

9. Jenis kelamin : laki-laki

10. Alamat : Jalan Kamboja atas

11. Suku : Batak

12. Agama : Islam


13. Pendidikan : SMA

3. RIWAYAT PERSALINAN

- BB/TB ibu : 65kg/165cm

- Keadaan umum ibu : Baik

- Persalinan di : Rumah sakit

- Komplikasi persalinan : Tidak ada

- Jenis persalinan : Normal

4. KONDISI BAYI

A. Lahir tanggal : 08 November 2021

B. Lahir normal/Caesar : Normal

C. Cacat bawaan : Tidak ada

D. Apakah bayi bernafas atau menangis kuat tanpa kesulitan : Menangis Kuat

E. Menggigil/tidak : Tidak

F. Lemas/mengantuk/lunglai : Tidak

G. Apakah bayi bergerak aktif : Bergerak Aktif

H. Warna kulit (kemerahan atau adanya sianosis) : Kemerahan

I. Keadaan tali pusat (infeksi/tidak) : Tidak

5. RIWAYAT NUTRISI ASI/SUFOR/PASI

A. kebutuhan ASI

-waktu pemberian : Tidak Tentu

ASI pertama (hari/jam) : Hari 1 setelah melahirkan / 23.30 WIB

ASI kedua (hari/jam) : Hari 2 setelah melahirkan / 04.00 WIB

- Banyak/jumlah : Tidak Tentu


- Gangguan : Tidak ada

B. Kebutuhan Sufor/PASI

- waktu pemberian : Tidak Tentu

- frekuensi : Tidak Tentu (sampai bayi kenyang)

- jumlah : Tidak tentu

- gangguan : Tidak ada

6. ELIMINASI

- BAB pertama tanggal/jam : 08 November 2021 / 23.05 WIB

- BAK pertama tanggal/jam : 09 November 2021 / 06.00 WIB

- Kondisi cairan : Sedikit

- Kondisi meconium : Banyak

- darah/lendir pada meconium : Tidak ada

II. PEMERIKSAAN FISIK

a. Panjang badan : 55cm


b. Lingkar kepala : 37 cm
c. Lingkar dada : 34 cm
d. Berat badan : 4 kg
e. Suhu : 36,30 c
f. Pernafasan : 35 x/menit
g. Denyut nadi apikal : 120x/menit
h. Kulit : kemerahan
 Memar : tidak ada
 Tanda lahir : tidak ada
 Kulit kering : tidak ada
 Ruam : tidak ada
 Suhu : hangat
 Tekstur : lembut
 Turgor : bagus
i. Kepala : bulat lonjong
 Fontanel : berjarak 2 jari dewasa
 Caput succedaneum : tidak ada
 Chepalohematoma : tidak ada
j. Leher : normal
k. Mata : simetris, mata masih tertutup, dan normal
l. Telinga : simetris, lubang telinga normal, tidak ada serumen
m. Hidung : tidak ada sekret, dan normal
n. Bibir : ( gusi, lidah, langit-langit, dan mukosa ) bersih
o. Gigi : belum ada
p. Dada : simetris
q. Bunyi jantung : 120x/menit
r. Ukuran dan bentuk perut : kembung dan simetris
s. Tali pusat : kering, tidak ada infeksi
t. Anus : ada lobang anus (normal)
u. Genetalia : labia mayora menutupi labia minora
v. Ektremitas : simetris, tidak ada sianosis, dan tidak ada polidaktil
w. Tulang belakang , lipatan glutealis : normal
x. Postur, tonus otot, dan reflek BBL
 Reflek tonic neck : normal
 Reflek rooting : normal
 Reflek menghisap : normal
 Reflek palmar grasp : normal
 Reflek plantar grasp : normal
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Bayi baru lahir (BBL) sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh paparan virus
dan kuman selama proses persalinan maupun beberapa saat setelah lahir. Perawatan BBL yang
tidak tepat dapat menimbulkan masalah kesehatan pada bayi sampai kematian. Kesalahan
tersebut dikarenakan kurangnya pengetahuan dan kesiapan ibu dalam perawatan BBL.

Ibu harus melakukan perawatan bayi secara benar dan tepat agar tercipta hidup yang
sehat bagi bayi mereka karena ibu merupakan pengasuh utama bagi anak-anak mereka dalam
memenuhi perkembangan fisik, social, emosional dan kognitif yang sehat pada anak-anak
mereka ( Bloomfield, 2005 dan Mashal, dkk, 2008). Ibu harus memiliki inisiatif dalam merawat
dan menyelesaikan masalah yang terjadi pada bayi mereka ( Bloomfield, dkk, 2005). Hal
tersebut didasari oleh penegtahuan atau kemampuan yang baik dari ibu (Nursalam,dkk, 2005).
Sebagian besar ibu belum memahmai cara perawatan bayi baru lahir karena pengetahuan yang
rendah ( Nursalam,dkk, 2005). Hal ini membuat ibu menjadi takut, cemas dan bingung pada
perasaan dan keyakinannya dalam merawat bayi mereka, terutama pada anak pertama karena
ketidaktahuan mereka akan cara merawat bayi yang benar ( Massal,dkk, 2013). Hal tersebut yang
membuat anak pertama sering disebut sebagai experimental child (Rahmi,2008).

Perawatan yang diperlukan oleh bayi baru lahir sangat membawa perubahan dalam
kehidupan ibu dan ayah serta anggota keluarga lainnya. Saat-saat yang tidak dapat ditentukan
bayi menuntut untuk minum atau ganti popok dan hanya diekspresikan dengan menangis.Akan
tetapi sulit mebedakan terutama minggu-minggu pertama antara tangisan lapar, ketidaksukaan
dan tangisan memanggil ibu. Perawatan bayi baru lahir sangat membutuhkan kesabaran dan
ketelitian.Selain kebutuhan perawatan secara fisik, perawatan bayi baru lahir juga membutuhkan
perawatan secara psikologis sehingga merawat bayi baru lahir membutuhkan perhatian dan kasih
sayang dari seorang ibu.Untuk itu diperlukan penerimaan bayi yang baik dan benar-benar
diinginkan oleh ibu dan keluarga.

1. Pemberian ASI eksklusif

ASI eksklusif adalah pemberian air susu ibu, segera setelah persalinan sampai bayi
berusia 6 bulan tanpa tambahan makanan lain, termasuk air putih. Pemberian mineral, vitamin,
maupun obat boleh diberikan dalam bentuk cair sesuai anjuran dokter. Menurut sebuah studi
yang dilakukan oleh JAMA Pediatrics menunjukkan bahwa menyusui eksklusif selama 6 bulan
bisa mengurangi risiko leukimia pada anak sampai 20 persen. ASI memiliki kandungan yang
bisa menambah system kekebalan tubuh bayi.Kemudian yang juga selalu menjadi pertanyaan
yakni seberapa sering bayi harus diberikan ASI. Pada dasarnya, tidak ada aturan khusus berapa
kali bayi bayi harus disusui. Akan tetapi bila dikira-kira, bayi butuh menyusu antara 8-12 kali
sehari atau setiap 1-3 jam. Volume lambung bayi masih sangat kecil justru kurang
memungkinkan bayi menyusu lebih sering dari itu. Memberikan ASI eksklusif haruslah tepat
untuk mendapatkan hasil yang optimal bagi bayi. Cara terbaik memberikan ASI eksklusif adalah
dengan teknik latch on. Latch on adalah posisi ketika bayi menyusu dengan mulut melekat pada
payudara ibu. Teknik ini membantu bayi menerima ASI secara memadai.

2. Perawatan Tali Pusat

Agar cepat kering dan lepas, sebaiknya tali pusar bayi tidak dibungkus dengan apapun.
Hal tersebut bertujuan agar udara dapat masuk dan akhirnya tali pusar mengering dengan
sendirinya lalu terlepas. Pada perkembangan bayi, setelah tali pusar lepas, dibutuhkan waktu
sekitar 7-10hari untuk sembuh sepenuhnya. Antara 5-15 hari setelah bayi lahir, sisa tali pusar
akan mengering, menjadi hitam, dan kemudian akan lepas dengan sendirinya. Langkah-langkah
perawatan tali pusat :

1.Cucilah tangan terlebih dulu ketika akan membersihkan tali pusar bayi menggunakan sabun
antiseptik dan juga air yang mengalir.
2.Gunakan kain yang lembut dan juga air hangat untuk mencegah infeksi. Jika pada saat
memandikan si Kecil tali pusarnya terkena air, maka harus segera mengeringkannya
menggunakan kain kasa.Caranya cukup membersihkannya menggunakan air hangatdan kain
lembut atau kain yang dapat menyerap air. Setelah itu, keringkanlah tali pusar bayi agar tidak
terjadi infeksi akibat lembap dan kuman yang menempel.
3.Agar cepat kering dan lepas, sebaiknya talipusar bayi tidak dibungkus dengan apapun. Hal
tersebut bertujuan agar udara dapat masuk dan akhirnya tali pusar mengering dengan sendirinya
lalu terlepas.
4.Gunakan baju yang sedikit longgar agar tidak mengganggu tali pusar bayi yang belum kering.
5.Saat memandikan si Kecil, cukup gunakan waslap untuk membasuh areatubuhnya. Hal tersebut
dimaksudkan untuk menjaga tali pusar bayi agar tidak terkena air terlalu banyak dan menjaga
agar tali pusar bayi tetap kering.

3. Cara Memandikan Bayi

Cara Memandikan Bayi sangatlah susah-susah-gampang. Berikut adalah langkah-langkah


cara memandikan bayi:

1.Siapkan ruangan. Harus yang hangat dan bersih, letakkan bak di permukaan yang rata dan
stabil, seperti meja, agar kita merasa nyaman saat memandikan bayi.
2.Siapkan semua peralatan mandi. Siapkan handuk, waslap, sabun, krim bayi dan pakaian bersih,
pastikan semua peralatan mandi mudah dijangkau saat memandikan.
3.Tuangkan air di bak mandi bayi. Air sebaiknya cukup sampai dan dapat menutupi bahu bayi
saat dimandikan. Gunakan sabun khusus bayi yang lembut dengan pH seimbang, yang cocok
untuk kulit bayi.
4.Cek temperature air . Air untuk mandi sebaiknya jangan terlalu hangat, dan juga jangan terlalu
dingin, cara untuk mengujinya yaitu dengan lengan atau siku Bunda. Jangan menuangkan air lagi
setelah bayi sudah berada didalam air.
5.Lepaskan pakaian bayi dengan hati-hati dan tahan leher dan kepalanya dengan lembut, serta
masukan bayi di bak dan air mandi yang sudah disiapkan.
6.Mandikan bayi, basuh si bayi dengan air secara lembut dengan satu tangan dan perlahan mulai
dari atas kepala, leher dan yang lainnya. Pastikan Bunda membasuh di semua lipatan, termaksud
di bawah dagunya. Basuh bagian bawah bayi pada saat terakhir. Jangan memandikan si bayi
lebih dari 5 menit
7.Angkat si bayi dengan lembut dan hati-hati saat keluar dari bak mandi dan langsung selimuti
bayi dengan menggunakan handuk lembut, kemudian keringkan tubuh bayi dengan perlahan dan
lembut.
8.Oleskan krim lotion yang berfungsi untuk melembabkan kulit bayi yang sangat kering seperti
diarea popok. Bunda bisa memilih krim yang khusus bayi, juga gunakan bedak untuk membantu
menyerap keringat si bayi agar tidak terjadinya biang keringat. Setelah itu, gunakan minyak telon
plus untuk menjaga bayi, agar tubuh bayi tetap hangat sekaligus melindungi bayi dari gigitan
nyamuk yang menganggu.
9.Setelah itu, pakailah pakaian yang sudah disiapkan. Selesai, bayi pun bersih, dan wangi. Bayi
butuh mandi dua kali sehari. Memandikan bayi sebelum 40 hari bukan masalah. Bayi yang lahir
setelah 6 jam sudah boleh dimandikan. Pagi hari bayi yang baru lahir atau bulan-bulan pertama
bisa dimandikan antara jam 07:00, 08:00 dan sampai jam 09:00 pagi, sedangkan pada sore hari
pukul 14:00 dan . Sebaiknya bayi dimandikan dua kali dalam sehari.

4. Cara Mengganti Popok

Waktu terbaik untuk mengganti popok adalah setelah bayi BAB dan setelah bayi
ngompol. Mengganti popok biasanya 10-12 kali sehari. Akan tetapi, walau terlihat mudah,
namun perawatan bayi yang tak kalah pentingnya harus sering kamu lakukan demi menjaga
kebersihan organ intimnya. Gantilah popok bayi setiap kali basah. Bersihkan terlebih dahulu
daerah bayi yang terkena buang air kecil dengan air bersih dan keringkan menggunakan handuk
kecil atau tisu. Setelah kering, beri bedak khusus pada daerah lipatan paha dan belakang agar
terhindar dari kulit lecet.Di beberapa bulan pertama, bayi bisa buang air besar sekitar 4–8 kali
sehari dan buang air kecil hingga 20 kali dalam sehari. Itulah sebabnya mengapa orang tua harus
mengecek popok bayi secara berkala dan menggantinya dengan popok bersih sesering mungkin.
Pemberian ASI merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kesehatan dan
kelangsungan hidup bayi. ASI adalah makanan terbaik bagi bayi karena mengandung semua zat
gizi yang diperlukan bayi untuk tumbuh dan berkembang menuju potensi maksimal. Hambatan
utama pemberian ASI adalah kurang sampainya pengetahuan yang benar tentang proses
menyusui pada ibu. Menyusui merupakan proses yang didapat secara alami,walau demikian
dibutuhkan keterampilan untuk dapat menyusui secara efektif. Proses menyusui yang efektif
didukung oleh posisi ibu dan bayi yang benar, perlekatan bayi yang tepat, keefektifan hisapan
bayi pada payudara, dan transfer ASI.

A. Keefektifan Proses Menyusui (Effective Breastfeeding)

Keefektifan proses menyusui oleh Mulder (2006), didefinisikan sebagai proses interaktif
antara ibu dan bayi yang berakibat secara langsung pada transfer ASI dari payudara ibu kepada
bayi, dalam perilaku yang menggambarkan terpenuhinya kebutuhan ibu dan bayi. Agar bayi
dapat menghisap secara efektif, maka bayi harus mengambil cukup banyak payudara ke dalam
mulutnya, bukan hanya menghisap puting, agar lidah bayi dapat memeras sinus laktiferus yang
berada tepat dibawah areola (Fitria, 2011).

B. Posisi ibu dan bayi yang benar (Body position)

Blair (2003), menyatakan bahwa posisi tubuh antara ibu dan bayi merupakan hal yang
paling utama untuk menentukan perlekatan pada payudara yang tepat sehingga hisapan bayi pada
payudara efektif dan transfer ASI dapat berlangsung dengan baik.

C. Perlekatan bayi yang tepat (Latch)

Perlekatan yang maksimal dapat memfasilitasi refleks bayi saat proses menyusui. Agar
bayi dapat menghisap secara efektif, maka bayi harus mengambil cukup banyak payudara ke
dalam mulutnya, bukan hanya menghisap puting, agar lidah bayi dapat memeras sinus laktiferus
yang berada tepat dibawah areola. Bila bayi tidak melekat dengan baik, hanya menghisap puting,
bayi akan menarik puting, menggigit dan menggesek kulit payudara sehingga menimbulkan rasa
sangat nyeri dan bila bayi terus menyusu akan merusak kulit puting dan menimbulkan luka
ataupun retak pada puting (Mulder, 2006 ; Fitria, 2011).

D. Keefektifan hisapan bayi pada payudara (effective sucking)

Lemahnya kemampuan menghisap pada bayi dapat disebabkan oleh berat badan yang
rendah dan belum sempurnanya fungsi organ (Aritonang, 2007). Hal lain yang berpengaruh pada
kemampuan bayi untuk dapat menghisap secara efektif adalah pemberian susu formula.
Pemberian susu formula secara bergantian dengan menyusu pada ibu dapat mengakibatkan bayi
bingung puting (nipple confusion). Hal ini terjadi karena mekanisme menyusu yang berbeda
antara keduanya. Menyusu pada puting ibu memerlukan usaha yang lebih daripada minum pada
botol, yaitu bayi harus mempergunakan otot pipi, gusi, langit-langit dan lidahnya. Sementara itu,
menyusu dengan botol membuat bayi pasif menerima susu karena dot sudah mempunyai lubang
diujungnya, sehingga bayi dapat menelan susu yang terus mengalir tanpa dihisap(Maryunani,
2009).

E. Transfer ASI (Milk transfer)

Riordan (2005), menyatakan bahwa proses menyusui bukan merupakan perilaku tunggal,
tetapi serangkaian perilaku yang saling mempengaruhi satu dengan yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Nurliawati, E. (2016). GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PERAWEATAN BAYI


BARU LAHIRMPADA IBU PRIMIPARA DI R. 7 RSUD DR. SOEKARDJO
TASIKMALAYA. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada: Jurnal Ilmu-ilmu Keperawatan,
Analis Kesehatan dan Farmasi, 16(1), 6-10.

Wasiah, A., & Artamevia, S. (2021). Pelatihan Perawatan Bayi Baru Lahir. Journal of
Community Engagement in Health, 4(2), 337-343.

Bintang, T. L., & Darti, N. A. (2009). Gambaran Keefektifan Proses Menyusui Di Klinik
Bersalin Mariani.

Anda mungkin juga menyukai