Anda di halaman 1dari 26

PEDOMAN

SISTIM PELAPORAN PELANGGARAN


(WHISTLE BLOWING SYSTEM)

GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG)


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 1

BAB I PENDAHULUAN 2
1. Latar Belakang 2
2. Maksud Dan Tujuan 3
3. Acuan Pedoman 3
4. Ruang Lingkup 4
5. Daftar Istilah 4

BAB II KEBIJAKAN KEWENANGAN 7


1. Kebijakan Perusahaan Menerima dan Menyelesaikan Pelaporan 7
Pelanggaran
2. Kewenangan Tim Pengelola Pelaporan Pelanggaran 7

BAB III PENGELOLAAN PELAPORAN PELANGGARAN 9


1. Penerimaan Pelaporan Pelanggaran 9
2. Proses Penanganan Pelaporan 10
3. Administrasi Pelaporan 12
4. Tindak Lanjut dan Pemantauan 12
5. Penyampaian Tanggapan 13
6. Publikasi dan Sosialisasi 13

BAB IV PERLINDUNGAN, APRESIASI DAN SANKSI 14


1. Perlindungan Pelaporan dan Terlapor 14
2. Apresiasi Pelapor 15
3. Sanksi 15

BAB V PENUTUP 16

BAB VI LAMPIRAN 17
1. Berita Acara Penelahaan Awal/Klarifikasi i
2. Berita Acara Hasil Investigasi ii
3. Skema Proses Pelaporan Pelanggaran PT Askrindo (Persero) iii

1
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Perusahaan Perseroan (Persero) PT Asuransi Kredit Indonesia disingkat dengan PT
Askrindo (Persero) atau Perusahaan berkomitmen untuk meningkatkan kualitas penerapan
Good Corporate Governance (GCG) secara konsisten dan berkelanjutan dengan berpedoman
pada peraturan dan perundangan yang berlaku, maka dalam pelaksanaan penerapan GCG
sebagaimana dimaksud, Direksi menyusun mekanisme pelaporan atas dugaan penyimpangan
pada PT Askrindo (Persero).

Dalam proses menjalankan kegiatan usahanya PT Askrindo (Persero) senantiasa memperhatikan


kepentingan setiap pemangku kepentingan Perusahaan (stakeholders), berdasarkan atas asas
kewajaran dan kesetaraan sesuai prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) yaitu
transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independen dan kewajaran.

Adanya pelaporan pelanggaran dari pihak stakeholders sebagai akibat dari kurang
diperhatikannya hak-hak stakeholders dengan baik atau bahkan kadang-kadang terabaikan
oleh pihak Perusahaan, dapat berdampak negative atas reputasi dan kepercayaan masyarakat
pada Perusahaan. Sehubungan dengan hal tersebut maka penyelesaian pelaporan pelanggaran
dari stakeholders sangatlah diperlukan dalam rangka menjamin hak-haknya dalam berhubungan
dengan Perusahaan dan menjamin penanganan yang memenuhi ketentuan dan persyaratan
yang ditetapkan oleh Perusahaan, pemerintah dan aparat berwajib.

Mekanisme penanganan pelaporan pelanggaran yang jelas merupakan hal yang mutlak
diperlukan, agar tidak terjadi perselisihan atau potensi sengketa yang berlarut-larut antara
pihak stakeholders dengan Perusahaan. Secara internal Perusahaan, pelaporan pelanggaran
menjadi cara untuk mendorong Karyawan Perusahaan untuk lebih berani bertindak dalam
mencegah terjadinya kecurangan dan korupsi dengan melaporkannya ke pihak yang dapat
menanganinya. Hal ini berarti, mengurangi budaya “diam” menuju ke arah budaya “kejujuran”
“kepedulian” dan “keterbukaan”.

Pedoman Pelaporan Pelanggaran (Whistleblowing System) ini merupakan sistem yang dapat
dijadikan media bagi saksi pelapor untuk menyampaikan informasi mengenai tindakan
pelanggaran yang diindikasi terjadi di dalam Perusahaan. Mekanisme ini dapat menjadi cara
yang efektif apabila dilakukan dengan struktur dan proses yang benar dan jelas, karena para
pelapor memerlukan rasa aman dan jaminan keselamatan untuk berpartisipasi dalam
mencegah kecurangan dan tindak pidana korupsi.

Pelaporan yang diperoleh dari mekanisme pelaporan pelanggaran (Whistleblowing) ini perlu
mendapatkan perhatian dan tindak lanjut, termasuk juga pengenaan hukuman yang tepat agar
dapat memberikan efek jera bagi pelaku pelanggaran dan juga bagi mereka yang berniat
melakukan hal tersebut.
2
2. Maksud dan Tujuan

Maksud penyusunan Pedoman Pengelolaan Pelaporan Pelanggaran sebagai dasar atau


pedoman pelaksanaan dalam menangani Pelaporan Pelanggaran dari stakeholders untuk
menjamin terselenggaranya mekanisme penyelesaian pelaporan pelanggaran yang efektif
dalam jangka waktu memadai oleh stakeholders.

Tujuan dari Pedoman ini adalah menyediakan suatu panduan bagi organisasi untuk:
a. Membangun dan menerapkan Sistem Pelaporan Pelanggaran (WBS),
b. Mengelola pelaporan yang masuk dalam Sistem Pelaporan Pelanggaran (WBS) dan
melakukan evaluasi atas efektivitasnya,
c. Meminimalisasi tingkat resiko fraud,
d. Memberikan manfaat bagi peningkatan pelaksanaan Corporate Governance di perusahaan,
e. Meningkatkan tingkat partisipasi karyawan dalam melaporkan pelanggaran,
f. Acuan dalam tata cara pengelolaan penanganan pengaduan/penyingkapan (Whistleblowing
System) bagi Dewan Komisaris, Direksi, Karyawan serta pihak yang berkepentingan dalam
berhubungan dengan perusahaan, agar setiap laporan yang disampaikan terjaga
kerahasiannya dan kasus yang dilaporkan dapat dipertanggungjawabkan serta dapat
ditindaklanjuti,
g. Membangun infrastruktur untuk melindungi pelapor dari kemungkinan adanya balasan pihak
internal maupun eksternal yang dirugikan oleh laporan yang diajukan,
h. Meningkatkan efektifitas tata kelola, pengendalian intern, dan kinerja pegawai maupun kinerja
perusahaan,
i. Mendukung budaya dan etos kerja perusahaan,
j. Meningkatkan reputasi perusahaan.

3. Acuan Pedoman
a. Undang-Undang No. 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi
dan Korban.
c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.
d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2000 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan dalam Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
e. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 2/POJK.05/2014 tentang Tata Kelola Perusahaan
Yang Baik Bagi Perusahaan Perasuransian

3
f. Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor PER-09/MBU/2012 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Negara BUMN PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola
Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara.
g. Anggaran Dasar PT Askrindo (Persero).
h. Pedoman Sistem Pelaporan Pelanggaran (Whistleblowing System) tahun 2008 oleh Komite
Nasional Kebijakan Governance (KNKG).
i. Pedoman Good Corporate Governance (GCG) PT Askrindo (Persero). Pedoman Etika Bisnis &
Etika Kerja (Code of Conduct) PT Askrindo (Persero). Pedoman Displin Pegawai (PDP) PT
Askrindo (Persero).

4. Ruang Lingkup

Pedoman Pelaporan Pelanggaran ini diberlakukan bagi Dewan Komisaris, Organ Pendukung
Dewan Komisaris, Direksi, Organ Pendukung Direksi dan seluruh Karyawan di lingkungan
PT Askrindo (Persero) dalam menjalankan tugas sehari-hari sesuai dengan prinsip-prinsip Good
Corporate Governance (GCG) serta para pemangku kepentingan (stakeholders) lainnya.

5. Prinsip Pengelolaan

a. Perlindungan Kerahasiaan Informasi


Seluruh informasi pelaporan pelanggaran beserta identitas pelapor yang ada di saluran WBS
merupakan informasi yang bersifat rahasia. Dokumen pelaporan harus dijaga dan
ditempatkan pada tempat yang aman dengan pembatasan akses dan penggandaan dokumen
tersebut.
b. Anonim
Kebijakan untuk tidak mengungkap identitas pelapor dalam penanganan pelaporan
pelanggaran.
c. Integritas, Profesional dan Independen.
Penanganan pelaporan pelanggaran dengan integritas yang tinggi, prinsip praduga tidak
bersalah, tidak bersifat memihak, dan tanpa intervensi pihak manapun.

6. Daftar Istilah
a. W histleblow ing System adalah sistem yang mengelola pelaporan/penyingkapan
mengenai perilaku melawan hukum, perbuatan tidak etis/tidak semestinya secara
rahasia, anonim dan mandiri (independent) yang digunakan untuk mengoptimalkan peran
serta insan Perusahaan dan mitra kerja dalam mengungkap pelanggaran yang terjadi di
lingkungan perusahaan.
b. W histleblow er adalah Karyawan, customer, vendors, supplier atau orang lain yang
berkepentingan dengan eksistensi Perusahaan/organisasi.
c. Insan Perusahaan terdiri dari anggota Dewan Komisaris, Sekretaris Dewan Komisaris,
semua anggota komite di bawah Dewan Komisaris, anggota Direksi, Karyawan serta tenaga-
tenaga yang diperbantukan dalam pengelolaan Perusahaan.

4
d. Dewan Komisaris adalah organ Perusahaan yang mewakili Pemegang Saham
untuk melakukan pengawasan dan memberikan arahan/nasihat kepada Direksi dalam
pengelolaan Perusahaan serta menjalankan fungsi untuk memperkuat citra Perusahaan.
e. Direksi adalah organ Perusahaan yang bertanggung jawab penuh atas
pengelolaan Perusahaan, untuk kepentingan dan tujuan Perusahaan, serta mewakili
Perusahaan baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan Anggaran
Dasar, tunduk pada semua peraturan yang berlaku terhadap BUMN dan tetap
berpegang pada penerapan prinsip Good Corporate Governance.
f. Organ Pendukung Dewan Komisaris adalah organ yang membantu Dewan Komisaris
dalam melaksanakan fungsi pengawasan perusahaan, yaitu Komite Audit, Komite Kebijakan
Risiko, dan dapat juga membentuk Komite Nominasi dan Remunerasi dan/atau Komite
Kebijakan Tata Kelola Perusahaan serta Sekretaris Dewan Komisaris.
g. Organ Pendukung Direksi adalah organ yang membantu Direksi dalam
melaksanakan pengelolaan Perusahaan sesuai struktur organisasi yang ditetapkan oleh
Perusahaan;
h. PT Askrindo (Persero), yang selanjutnya disebut Perusahaan, adalah Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003,
yang seluruh modalnya dimiliki negara berupa kekayaan negara yang dipisahkan dan tidak
terbagi atas saham.
i. Karyawan adalah pegawai yang telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan, diangkat
sebagai karyawan tetap dengan ketetapan Perusahaan yang diberikan hak dan kewajiban
menurut ketentuan yang berlaku di Perusahaan.
j. Penerima Pelaporan Pelanggaran adalah Direksi dan Dewan Komisaris.
k. Pelaporan Pelanggaran adalah pengungkapan tindakan pelanggaran atau
perbuatan melawan hukum.
l. Pelanggaran adalah perbuatan tidak etis/tidak bermoral atau perbuatan lain yang dapat
merugikan Perusahaan maupun para pemangku kepentingan (stakeholders), yang dilakukan
oleh Karyawan atau pimpinan Perusahaan kepada Perusahaan atau lembaga lain yang dapat
mengambil tindakan atas pelanggaran tersebut. Pengungkapan ini umumnya dilakukan
secara rahasia (confidential).
m. Pelapor adalah pihak internal yaitu Karyawan Perusahaan, dan tidak tertutup adanya
pelapor berasal dari pihak eksternal yaitu pemegang polis, pemasok, regulator dan
stakeholders yang lainnya.
n. Terlapor adalah orang yang dilaporkan/diadukan atas adanya indikasi/dugaan melakukan
pelanggaran hukum dan ketentuan yang berlaku.
o. Perwakilan stakeholders adalah perseorangan, lembaga dan atau badan hukum yang
bertindak untuk dan atas nama stakeholders dengan berdasarkan surat kuasa khusus dari
stakeholders.
p. Stakeholders adalah para pihak yang berkepentingan dengan Perusahaan.

5
q. Tim Pengelola Pelaporan Pelanggaran adalah tim yang terdiri dari anggota
Satuan Pengawasan Intern (SPI), Divisi Sumber Daya Manusia (SDM) dan unit kerja lain
yang berada di bawah kewenangan Direksi berdasarkan Keputusan Direksi.
r. Pelanggaran Disiplin adalah perbuatan yang melanggar ketentuan Pedoman
Disiplin Pegawai perusahaan.
s. Sidang Disiplin adalah sidang yang diadakan untuk memutuskan perkara atas
pelanggaran disiplin.
t. Tindak Pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum dimana larangan
tersebut disertai ancaman atau sanksi bagi yang melanggarnya sebagaimana diatur dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
u. lnvestigasi adalah kegiatan untuk menemukan bukti-bukti terkait dengan pelanggaran
yang dilakukan oleh Terlapor, yang telah dilaporkan melalui Tim.
v. Korupsi adalah perbuatan yang dilakukan secara curang atau melawan hukum oleh
Dewan Komisaris, Direksi, dan Karyawan yang bekerja untuk dan atas nama PT Askrindo
(Persero), yang bertentangan dengan kepentingan Perusahaan atau penyalahgunaan
wewenang jabatan/kepercayaan yang diberikan kepadanya dengan tujuan memperkaya
diri sendiri, atau orang lain atau korporasi yang dapat merugikan Perusahaan.
w. Kecurangan adalah perbuatan tidak jujur atau tipu muslihat meliputi antara lain penipuan,
pemerasan, pemalsuan, penyembunyian atau penghancuran dokumen/laporan atau
menggunakan dokumen palsu, yang dilakukan oleh seseorang/sekelompok orang yang
menimbulkan potensi kerugian ataupun kerugian nyata terhadap Perusahaan atau orang
lain.
x. Menyuap adalah perbuatan seseorang berupa memberi uang sogok/menyogok/ memberi
hadiah atau janji yang diberikan atau diterima dalam bentuk apapun kepada seseorang yang
berpengaruh atau berhubungan dengan jabatannya dengan tujuan ingin mendapatkan
sesuatu untuk kepentingan pribadi ataupun korporasi.
y. Benturan Kepentingan adalah sebuah situasi dimana seseorang dihadapkan pada
perbedaan kepentingan yaitu antara kepentingan pribadi atau Perusahaan, sehingga harus
memilih dan mendahulukan kepentingan Perusahaan di atas kepentingan pribadinya.
z. Pencurian adalah mengambil barang atau sesuatu, baik seluruhnya atau sebagian
kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum.

6
BAB II
KEBIJAKAN DAN KEWENANGAN

1. Kebijakan Perusahaan Menerima dan Menyelesaikan Pelaporan Pelanggaran.


a. Perusahaan wajib menerima pelaporan pelanggaran dari pihak internal maupun eksternal.
b. Perusahaan wajib menerima dan menyelesaikan pelaporan pelanggaran baik dari pelapor
yang mencantumkan identitasnya maupun yang tidak.
c. Perusahan menyediakan 2 (dua) alternatif pengelolaan pelaporan, yaitu melalui jalur Direksi
dan jalur Dewan Komisaris sesuai dengan level pelaku pelanggaran.

2. Tanggung jawab dan kewenangan Pengelolaan Pelaporan Pelanggaran


Para pihak yang memiliki kewenangan untuk menindaklanjuti pelaporan/pengungkapan
berdasarkan kategori Terlapor adalah:
a. Direksi, jika terlapor adalah Insan Perusahaan selain Dewan Komisaris dan Direksi.
b. Dewan Komisaris, jika terlapor adalah Direksi, Dewan Komisaris dan Organ Pendukung.

Keterangan:
a. Tanggung jawab dan kewenangan Direksi
1) Direksi bertanggung jawab atas terlaksananya pengelolaan pelaporan terhadap
pelanggaran yang diduga dilakukan oleh Insan Perusahaan selain Dewan Komisaris dan
Direksi.
2) Direksi membentuk Tim Pengelola Pelaporan Pelanggaran yang beranggotakan
perwakilan dari Satuan Pengawasan Intern (SPI), Divisi Sumber Daya Manusia
(SDM), dan Divisi Hukum dan Pemulihan Aset (HUPA) serta pihak lain yang
diperlukan sesuai dengan kompetensi dan keahliannya berdasarkan Surat Keputusan
Direksi.
3) Ketua Tim Pengelola Pelaporan Pelanggaran sebagaimana nomor a.2 di atas
adalah Kepala Satuan Pengawasan Intern (SPI).
b. Tim Pengelola Pelaporan Pelanggaran sebagaimana nomor a.2 di atas bertugas untuk
menindaklanjuti Pelaporan Pelanggaran yang diduga dilakukan oleh Insan Perusahaan
selain Dewan Komisaris dan Direksi Tanggung jawab dan kewenangan Dewan Komisaris.
1) Dewan Komisaris bertanggung jawab atas terlaksananya pengelolaan pelaporan
terhadap pelanggaran yang diduga dilakukan oleh Direksi, Dewan Komisaris, Organ
Pendukung Dewan Komisaris, sebagaimana diatur dalam Surat Keputusan ini.
2) Dewan Komisaris membentuk Tim Pengelola Pelaporan Pelanggaran yang
beranggotakan perwakilan dari Komite Audit dan pihak lain yang diperlukan sesuai
dengan kompetensi dan keahliannya berdasarkan keputusan Dewan Komisaris.
3) Ketua Tim Pengelola Pelaporan Pelanggaran sebagaimana nomor b.2 di atas adalah
Ketua Komite Audit.

7
4) Tim Pengelola Pelaporan Pelanggaran sebagaimana nomor b.2 di atas bertugas
untuk menindaklanjuti pelanggaran yang diduga dilakukan oleh Direksi, Dewan
Komisaris, Organ Pendukung Dewan, yang berada di bawah kewenangan Dewan
Komisaris berdasarkan Surat Keputusan Dewan Komisaris.

8
BAB III

PENGELOLAAN PELAPORAN PELANGGARAN

Lingkup pelaporan/penyingkapan yang dapat ditindaklanjuti oleh Tim meliputi:


1) Korupsi
2) Suap
3) Benturan Kepentingan
4) Pencurian
5) Kecurangan
6) Melanggar hukum dan peraturan perusahaan

Lingkup ini tidak termasuk permasalahan yang terkait dengan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan
Lingkungan (K3L), SDM dan fasilitas perusahaan.

Pelaporan/penyingkapan yang mendapat prioritas untuk ditindaklanjuti adalah kasus yang terjadi 2
(dua) tahun terakhir.

1. Penerimaan Pelaporan Pelanggaran


a. Pelaporan pelanggaran yang diduga dilakukan oleh Insan Perusahaan selain Dewan
Komisaris dan Direksi ditujukan kepada Direksi PT Askrindo (Persero).
b. Pelaporan pelanggaran yang diduga dilakukan oleh Direksi, Dewan Komisaris, Organ
Pendukung Dewan Komisaris ditujukan kepada Dewan Komisaris PT Askrindo (Persero).
c. Apabila penerima pelaporan pelanggaran bukan Direksi atau Dewan Komisaris, maka yang
bersangkutan wajib meneruskan pelaporan pelanggaran tersebut kepada Direksi atau
Dewan Komisaris.
d. Perusahaan menerima setiap pelaporan pelanggaran yang diajukan dari stakeholders
dan/atau perwakilan stakeholders baik secara lisan maupun tertulis.
e. Perusahaan dalam hal ini Tim Pengelola Pelaporan Pelanggaran, memberikan penjelasan
mengenai kebijakan dan prosedur penyelesaian pelaporan pelanggaran pada saat
stakeholders dan/atau perwakilan stakeholders mengajukan pelaporan pelanggaran.
f. Penyampaian pelaporan pelanggaran yang diduga dilakukan oleh Insan Perusahaan selain
Dewan Komisaris dan Direksi dilakukan secara tertulis dengan mekanisme sebagai berikut:
1) Melalui website perusahaan www.askrindo.co.id.
2) Menyampaikan surat resmi yang ditujukan kepada Direksi, dengan cara diantar langsung
atau melalui pos ke perusahaan dengan alamat:

9
Direksi PT ASKRINDO (Persero)
u.p Tim Pengelola Pelaporan Pelanggaran
Jalan Angkasa Blok B 9 Kav. No.8 Kemayoran
Jakarta Pusat 10610

3) Melalui email WBS yaitu tpp@askrindo.co.id


g. Penyampaian pelaporan pelanggaran yang diduga dilakukan oleh Direksi, Dewan
Komisaris, Organ Pendukung Dewan Komisaris sebagaimana dimaksud pada ayat 1 butir
b dalam bab ini dilakukan secara tertulis dengan mekanisme sebagai berikut :
1) Melalui website perusahaan yaitu www.askrindo.co.id.
2) Menyampaikan surat resmi yang ditujukan kepada Dewan Komisaris, dengan cara
diantar langsung, atau melalui pos ke perusahaan dengan alamat:

Dewan Komisaris PT ASKRINDO (Persero)


u.p Tim Pengelola Pelaporan Pelanggaran
Jalan Angkasa Blok B 9 Kav. No.8
Jakarta Pusat 10610

h. Pelaporan pelanggaran secara tertulis dilengkapi fotokopi identitas dan bukti pendukung
seperti dokumen yang berkaitan dengan transaksi yang dilakukan dan/atau pelaporan
pelanggaran yang akan disampaikan.
i. Pelaporan pelanggaran secara tertulis tanpa identitas wajib dilengkapi bukti pendukung
seperti dokumen yang berkaitan dengan transaksi yang dilakukan dan/atau pelaporan
pelanggaran yang akan disampaikan.
j. Perusahaan wajib memberikan tanda terima jika pelaporan pelanggaran diajukan secara
tertulis beridentitas.
k. Apabila pelaporan pelanggaran diajukan oleh perwakilan stakeholders, maka selain
dokumen di atas juga diserahkan dokumen lainnya yaitu:
1) Fotokopi bukti identitas stakeholders dan perwakilan stakeholders.
2) Surat Kuasa dari stakeholders kepada perwakilan stakeholders yang menyatakan bahwa
stakeholders memberikan kewenangan bertindak untuk dan atas nama stakeholders.
3) Jika perwakilan stakeholders adalah lembaga atau badan hukum, maka harus
dilampiri dengan dokumen yang menyatakan bahwa pihak yang mengajukan
pelaporan berwenang untuk mewakili lembaga atau badan hukum tersebut.
l. Perusahaan wajib menyampaikan bukti tanda terima pelaporan pelanggaran kepada
stakeholders dan/atau perwakilan stakeholders yang mengajukan pelaporan.

2. Proses Penanganan Pelaporan


a. Tim Pengelola Pelaporan Pelanggaran melakukan penelaahan atas laporan yang
masuk. Tim Pengelola Pelaporan Pelanggaran akan memutuskan perlu tidaknya dilakukan
audit khusus/investigasi atas pelaporan pelanggaran dalam waktu paling lama 20 (dua
puluh) hari kerja dan dapat diperpanjang paling lama 20 (dua puluh) hari kerja apabila
10
dipandang perlu.
b. Apabila hasil penelaahan sebagaimana dimaksud pada angka 2.a menunjukkan bahwa
pelaporan tidak benar dan tidak ada bukti, maka tidak akan diproses lebih lanjut.
c. Apabila hasil penelaahan menunjukkan adanya indikasi pelanggaran yang disertai bukti-bukti
yang cukup, maka pelaporan disampaikan kepada Direksi/Dewan Komisaris sesuai dengan
kewenangan.
d. Terkait pelaporan pelanggaran yang memerlukan pendalaman lebih lanjut, wajib
ditindaklanjuti oleh Direksi/Dewan Komisaris melalui Satuan Pengawasan Intern/Komite
Audit untuk dilakukan audit khusus/investigasi.
e. Pelaku pelanggaran yang telah terbukti berdasarkan hasil audit khusus/investigasi, akan
diproses sesuai dengan peraturan yang berlaku.
f. Apabila audit khusus/investigasi terbukti adanya pelanggaran oleh Insan Perusahaan, maka
dapat ditindaklanjuti sesuai ketentuan yang berlaku.
g. Apabila hasil audit khusus/investigasi terbukti adanya pelanggaran oleh Insan Perusahaan
yang mengarah ke tindak pidana, maka dapat ditindaklanjuti proses hukum yang berlaku
kepada lembaga penegak hukum dengan Direksi sebagai pelapor.
h. Skema Proses Pelaporan Pelanggaran sebagaimana terlampir.
i. Audit Khusus/Investigasi (Pendalaman)
Semua laporan mengenai pelanggaran yang masuk dilakukan penelaahan, dengan tujuan
untuk sedapat mungkin mengumpulkan bukti awal yang cukup memadai, sehingga dapat
ditarik suatu kesimpulan apakah laporan pelanggaran tersebut benar adanya atau
bahkan sebaliknya ditemukan tidak cukup bukti untuk diteruskan pada tahap audit
khusus/investigasi.

Proses audit khusus/investigasi atas suatu laporan harus dilakukan dengan tetap memegang
azas praduga tidak bersalah dan objektifitas. Hasil dari proses audit khusus/investigasi
berupa laporan hasil audit khusus/investigasi yang disertai beberapa bukti pendukung yang
merupakan bukti fisik serta bukti non fisik. Hasil laporan audit khusus/investigasi tidak
berupa opini atau pendapat tapi berupa kesimpulan akhir mengenai hasil audit
khusus/investigasi yang digunakan sebagai dasar putusan pengambilan tindakan.

Audit khusus/investigasi dilakukan oleh Tim Audit khusus internal berdasarkan instruksi
Direksi/Dewan Komisaris, dalam hal diperlukan dapat ditunjuk Investigator Independen
(eksternal) berdasarkan persetujuan Direksi/Dewan Komisaris. Tim audit khusus/investigasi
internal mencakup namun tidak terbatas pada Satuan Pengawasan Intern (SPI).

Perusahaan harus dapat memilih dan menyediakan Auditor/investigator yang berintegritas


untuk menjaga objektifitas hasil audit khusus/investigasi, sehingga kepercayaan terhadap
WBS dapat dijaga.

Proses audit khusus/investigasi harus bebas dari bias dan dilakukan tidak tergantung dari
siapa yang melaporkan ataupun siapa yang terlapor. Terlapor harus diberi kesempatan
11
penuh untuk memberikan penjelasan atas bukti-bukti yang ditemui, termasuk pembelaan
bila diperlukan.

3. Administrasi Pelaporan

a. Seluruh proses pelaporan pelanggaran diadministrasikan secara baik oleh Tim Pengelola
Pelaporan Pelanggaran.

b. Catatan penerimaan pelaporan pelanggaran memuat sekurangnya:

1) Nomor registrasi.

2) Tanggal penerimaan.

3) Petugas penerima.

4) Deskripsi singkat.

c. Pengelola WBS membuat laporan secara periodik (mingguan dan bulanan), antara lain
meliputi jumlah pelaporan/penyingkapan, kategori pelaporan/penyingkapan dan saluran yang
digunakan oleh Pelapor serta menyampaikannya kepada Direksi.

4. Tindak lanjut dan Pemantauan Tindak Lanjut

a. Tindak Lanjut Untuk mempercepat dan mempermudah proses tindak lanjut pelaporan/
penyingkapan, maka Pelapor:

1) Dapat memberikan informasi mengenai data diri, sekurang-kurangnya memuat: alamat,


nomor telepon, faksimili, email (atau dengan pilihan anonim).

2) Harus memberikan indikasi awal yang dapat dipertanggungjawabkan, yang meliputi:

a. Masalah yang diadukan

Pokok pelaporan/penyingkapan yang ingin diungkapkan dan jumlah kerugian jika bisa
ditentukan. Akan lebih baik apabila satu pelaporan/ penyingkapan hanya untuk satu
masalah saja sehingga fokus.

b. Pihak yang terlibat

Siapa yang seharusnya bertanggung jawab atas kejadian tersebut termasuk saksi dan
siapa/pihak mana yang diuntungkan/dirugikan.

c. Lokasi Kejadian

Lokasi lapangan/unit operasi mana masalah tersebut terjadi dengan spesifik


menyebutkan nama, tempat atau fungsi yang dimaksud.

d. Waktu Kejadian

Periode kejadian dari masalah tersebut baik berupa bulan, tahun atau tanggal
tertentu saat masalah tersebut terjadi.

e. Bagaimana terjadinya dan apakah ada bukti


12
f. Apakah kasus ini pernah dilaporkan kepada orang/pihak lain

g. Apakah kasus ini pernah terjadi sebelumnya


b. Pemantauan Tindak Lanjut:
1) Pemantauan tindak lanjut pelaporan pelanggaran dilakukan oleh Tim Pengelola
Pelaporan Pelanggaran.
2) Tim Pengelola Pelaporan Pelanggaran dibawah pimpinan Ketua Tim Pengelola
Pelaporan (SPI) harus menginformasikan pelaporan pelanggaran yang masuk, yang
diinvestigasi, dan yang dianggap selesai kepada Direksi setiap saat diperlukan.
3) Tim Pengelola Pelaporan Pelanggaran dibawah pimpinan Komite Audit harus
menginformasikan pelaporan pelanggaran yang masuk, yang diinvestigasi, dan yang
dianggap selesai kepada Dewan Komisaris setiap saat diperlukan.

5. Penyampaian Tanggapan
a. Perusahaan melalui Tim Pengelola Pelaporan Pelanggaran menginformasikan dan/atau
memberikan tanggapan atas status proses penyelesaian pelaporan pelanggaran kepada
stakeholders dan/atau perwakilan stakeholders yang meminta penjelasan kepada Perusahaan
mengenai pelaporan pelanggaran yang diajukannya.
b. Untuk pelaporan pelanggaran tanpa identitas, Perusahaan memberikan tanggapan kepada
stakeholders dan/atau perwakilan stakeholders yang meminta penjelasan apabila diperlukan.

6. Publikasi dan Sosialisasi


Tim melaporkan penanganan pelaporan/penyingkapan yang ditindak lanjuti maupun yang tidak
dapat ditindaklanjuti kepada Direktur Utama minimal 3 (tiga) bulan sekali dan dipublikasikan ke
dalam media Perusahaan maupun media lainnya.
Perusahaan wajib mempublikasikan serta mensosialisasikan Pedoman Pengelolaaan Pelaporan
Pelanggaran kepada seluruh Karyawan PT Askrindo (Persero) maupun stakeholders melalui
berbagai media Perusahaan, seperti:
a. Mencetak dan mendistribusikan dokumen Pedoman ini.
b. Website perusahaan.
c. Forum internal Karyawan.
d. Banner Whistle Blowing System (WBS).

13
BAB IV
PERLINDUNGAN, APRESIASI DAN SANKSI

1. Perlindungan Pelapor dan Terlapor


Perlindungan Pelapor dimaksudkan untuk memberikan jaminan atas kerahasiaan identitas
Pelapor dan perlindungan dari tindakan yang merugikan Pelapor. Bagi Perusahaan,
perlindungan Pelapor akan menumbuhkan rasa aman bagi Insan Perusahaan dan pelapor
lainnya.
Kebijakan perlindungan Pelapor dimaksudkan pula untuk mendorong setiap Insan
Perusahaan dan Pelapor lainnya untuk berani melaporkan pelanggaran.
Perusahaan berkomitmen untuk melindungi Pelapor yang beritikad baik dan Perusahaan patuh
terhadap segala peraturan perundangan yang terkait serta best practices yang berlaku dalam
penyelenggaraan sistem perlindungan Pelapor.
Perusahaan tidak memberikan sanksi bagi pelapor pelanggaran yang tidak sesuai dengan
maksud dan tujuan kebijakan ini; misalnya fitnah, pelaporan palsu atau pelaporan lainnya.
Semua laporan pelanggaran dijamin kerahasiaan dan keamanannya oleh Perusahaan. Pelapor
dijamin haknya untuk memperoleh informasi mengenai tindak lanjut atas laporannya.
Pelapor dapat mengadukan bila mendapatkan balasan berupa tekanan atau ancaman atau
tindakan pembalasan lain yang dialaminya. Pengaduan harus disampaikan kepada Tim
Perusahaan melalui mekanisme yang telah ditetapkan Perusahaan. Dalam hal masalah ini tidak
dapat dipecahkan secara internal, Pelapor dijamin haknya untuk membawa ke lembaga
independen di luar Perusahaan, seperti misalnya mediator, lembaga perlindungan saksi dan
korban atas biaya Perusahaan.
Perusahaan memberikan perlindungan kepada Pelapor, atas kemungkinan dilakukannya hal-hal
sebagai berikut :
a. Pemecatan;
b. Penurunan jabatan atau pangkat;
c. Pelecehan atau diskriminasi dalam segala bentuknya;
d. Catatan yang merugikan dalam file data pribadinya (personal file record);
Selain perlindungan di atas, untuk Pelapor yang beritikad baik, Perusahaan juga menyediakan
perlindungan hukum, sejalan dengan yang diatur Undang Undang No. 15 tahun 2002 serta
perubahan terakhir Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, Undang Undang No.13 tahun 2006 tentang
Perlindungan Saksi dan Korban, Peraturan Pemerintah No.57 tahun 2003 tentang Tata Cara
Perlindungan Khusus bagi Pelapor dan Saksi dalam Tindak Pidana Pencucian Uang yaitu:

a. Perlindungan dari tuntutan pidana dan/atau perdata;


b. Perlindungan atas keamanan pribadi, dan/atau keluarga Pelapor dari ancaman fisik dan/atau
mental;
c. Perlindungan terhadap harta Pelapor; dan/atau
14
d. Pemberian keterangan tanpa bertatap muka dengan Terlapor, pada setiap tingkat
pemeriksaan perkara dalam hal pelanggaran tersebut masuk pada sengketa pengadilan.
Dalam hal Pelapor merasa perlu, maka ia juga dapat meminta bantuan pada
Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), sesuai Undang Undang No.13 tahun 2006.

2. Apresiasi Pelapor

a. Perusahaan dapat memberikan penghargaan kepada Pelapor atas pelanggaran yang


dibuktikan sehingga aset/keuangan Perusahaan dapat diselamatkan.
b. Bentuk penghargaan yang diberikan oleh Perusahaan dapat berupa kenaikan pangkat/jabatan
atau penghargaan lainnya.

3. Sanksi
Bentuk sanksi kepada Terlapor yang terbukti bersalah diberikan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku di perusahaan.

15
BAB V
PENUTUP

1. Pedoman Pelaporan Pelanggaran (Whistleblowing System) ini disusun untuk dapat


menjadi acuan Direksi, Dewan Komisaris, Organ Pendukung Dewan Komisaris dan Kepala Unit
Kerja dari Organ Pendukung Direksi dan Karyawan di lingkungan PT Askrindo (Persero).
2. Pedoman Pelaporan Pelanggaran ini terintegrasi dengan Pedoman Audit Khusus dan Peraturan
Disiplin Pegawai.
3. Pedoman Pelaporan Pelanggaran dapat diubah/direvisi secara berkala untuk disesuaikan
dengan kebutuhan perusahaan.
4. Setiap perubahan Pedoman Pelaporan Pelanggaran dilakukan setelah mendapat persetujuan
dari Dewan Komisaris PT Askrindo (Persero).
5. Setiap perubahan Pedoman Pelaporan Pelanggaran dinyatakan berlaku sejak ditetapkan oleh
Direksi PT Askrindo (Persero).

16
BAB VI
LAMPlRAN

Lampiran 1 - Berita Acara Penelaahan Awal/Klarifikasi


Lampiran 2 - Berita Acara Hasil Audit Khusus/Investigasi
Lampiran 3 - Skema Proses Pelaporan Pelanggaran

17
Lampiran 1.

BERITA ACARA
No.BA- I 1200 .. . -

TENTANG
PENELAHAAN AWAL PELAPORAN PELANGGARAN

Pada hari ini, ……………….tgl …….. bulan ……………. tahun ………………, telah
dilakukan presentasi atas Laporan Pengungkapan dari Whistle Blowing System
(WBS) atas pengaduan ............................

Berdasarkan hasil ekspos/paparan, Laporan Pengungkapan atas pengaduan


tersebut telah/tidak* sesuai dengan kriteria untuk ditindaklanjuti dengan Audit
Khusus/Investigasi.

Audit Khusus/Investigasi akan dilakukan oleh Satuan Pengawasan Intern/Tim


Audit Khusus/Investigator Independen*. (apabila jawaban Laporan
Pengungkapan telah sesuai dengan kriteria)

Ketua TP3

(Nama Pejabat)

Tim Pengelola Pelaporan Pelanggaran (TP3):


1 ……………………………
2 ……………………………
3 ……………………………

* Coret yang tidak perlu

i
Lampiran 2.

BERITA ACARA
No.BA- I 1200 ... -

TENTANG
HASIL AUDIT KHUSUS/INVESTIGASI

Pada hari ini, ……………………..tgl ……………….. bulan ………… tahun…………, telah


dilakukan ekspos/paparan atas Laporan Hasil Audit Khusus/Investigasi oleh
Satuan Pengawasan Intern/Tim Audit Khusus/Investigator Independen * dari
Whistle Blowing System (WBS) atas pengaduan………………………………

Berdasarkan ekspos/paparan Laporan Hasil Audit Khusus/Investigasi, Laporan


Pengungkapan No…………………….. tersebut terbukti/tidak terbukti*.

Ketua TP3

(Nama Pejabat)

Tim Pengelola Pelaporan Pelanggaran (TP3):


1 . …………………………….
2 . …………………………….
3 . …………………………….

* Coret yang tidak perlu

ii
SKEMA PROSES PELAPORAN PELANGGARAN
PT ASKRINDO (Persero)
NO. PROSEDUR PELAPOR TIM DIREKSI KOMISARIS KETERANGAN
1 Pelapor menyampaikan adanya pengaduan yang
disampaikan melalui media yang telah disediakan yaitu
a. Website
b. E-Mail
c. Kotak Surat

Kemudian Tim menerima setiap pengaduan


pelanggaran yang diajukan oleh stakeholders dan/ Selesai Benar
2
atau perwakilan stakeholders baik secara lisan
maupun tertulis dan memverifikasi kebenaran
pelaporan/pengaduan pelanggaran berdasarkan bukti
pendukung.

Apabila kategori pelanggaran diduga dilakukan oleh Diduga


3 Direksi, maka dilaporkan kepada Komisaris dan dilakukan
apabila kategori dilakukan oleh Pegawai, maka direksi
dilaporkan kepada Direksi
Tim Audit khusus (Dekom)
Dilakukan proses audit khusus, apabila hasilnya • Komite Audit
Proses Audit
4
Terlapor terbukti, maka dibuat ke dalam format • Pihak lain yang
khusus
standard yang menghasilkan: diperlukan
a) Laporan penerimaan pelaporan/pengaduan sesuai
kategori lingkup pengaduan/pengungkapan. Proses Audit
Tim Audit khusus (Direksi)
b) Laporan pengungkapan (disclosure report) khusus
Terbukti • SPI (Ketua)
Menyampaikan laporan pengungkapan informasi • Divisi SDM
5 (disclosure report) dalam format web ke dalam e- • Pihak lain yang
Terbukt diperlukan
room, yang dapat diakses secara online oleh Tim/
Dewan Komisaris/Direktur Utama (sesuai dengan
Kasus ditutup i
Diselesaikan
kategori Terlapor).

Berdasarkan hasil presentasi tersebut, Direktur Utama Diselesaikan


6 (atau Direktur yang ditunjuk) memutuskan tindak
lanjut:
- Membuat Berita Acara Selesai
- Tanggapan
- Publikasi

Membuat: Berita
Acara Tanggapan &
Publikasi

iii
4
KANTOR PUSAT
Jl. Angkasa Blok B-9 Kav. No. 8
Kota Baru Bandar Kemayoran, Jakarta 10610
E-Mail : askrindo@askrindo.co.id, Website : www.askrindo.co.id

Anda mungkin juga menyukai