Anda di halaman 1dari 27

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Beton Bertulang


“Beton adalah salah satu jenis material yang paling sering digunakan
dalam pembuatan berbagai jenis struktur. Beton sendiri adalah material konstruksi
yang diperoleh dari pencampuran pasir, kerikil/batu pecah, semen serta air.
Terkadang beberapa macam bahan tambah dicampurkan ke dalam campuran
tersebut dengan tujuan memperbaiki sifat-sifat dari beton, yakni antara lain
meningkatkan workability, durability, serta waktu pengerasan beton.
Campuran beton tersebut seiring dengan pertambahan waktu akan
menjadi keras seperti batuan dan memiliki kuat tekan yang tinggi namun kuat
tariknya rendah. Beton bertulang adalah kombinasi dari beton serta tulangan baja
yang bekerja secara bersama-sama untuk memikul beban yang ada. Tulangan baja
akan memberikan kuat tarik yang tidak dimiliki oleh beton. Selain itu tulangan
baja juga mampu memikul beban tekan, seperti digunakan pada elemen kolom
beton.” (Agus Setiawan, 2016:4)

2.2 Material Beton


Secara umum material beton terbuat dari susunan semen, agregat serta air
sebagai pereaksi.Disamping itu terkadang ditambahkan material tambahan
(admixture) untuk meningkatkan sifat-sifat beton.

2.2.1 Semen
Semen merupakan salah satu bahan dasar pembuatan beton tergolong
kedalam jenis semen hidrolis. Jenis semen hidrolis yang banyak digunakan hingga
saat ini adalah merupakan semen portland yang dipatenkan di inggris pada tahun
1824 atas nama joseph aspdin. Semen portland adalah material berbentuk bubuk
berwarna abu-abu dan banyak mengandung kalsium dan alumunium silika. Bahan
dasar pembuat semen sebenarnya adalah batu kapur yang mengandung CaO, serta
lempung atau tanah liat yang banyak mengandung SiO₂ dan Al₂O₃. Material-
material ini dicampur dan ditambahkan gips dalam jumlah yang cukup, kemudian
dibakar dalam klinker dan kemudian didinginkan.
Edo Wandri (17101154330075) 5
Tugas Besar StrukturBeton Bertulang 1
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Putra Indonesia “YPTK” Padang
Bahan-bahan dasar semen yang terdiri dari kapur (CaO), silika (SiO₂),
alumina (Al₂O₃), dan oksida besi (Fe₂O₃). Pada saat proses manufaktur seiring
dengan penambahan bahan tambah lainya, maka terjadilah suatu reaksi kimiawi
yang cukup kompleks. Sebagai hasilnya terjadi perubahan susunan kimia dalam
semen, namun semen yang jadi pada umumnya mengandung unsur-unsur kimia.

Senyawa Oksida Persentase (%)


Kapur CaO 60 - 67
SiO₂ 17 – 25
Al₂O₃ 3–8
Fe₂O₃ 0,5 – 6
MgO 0,1 – 4
Alkali (K₂O, Na₂O) 0,4 – 1,3
SO₃ 1,3 – 3,0
Tabel 2.1 Komposisi Oksida Semen Portland
Meskipun banyak unsur kompleks yang terbentuk pada pembuatan
semen, namun ada 4 unsur utama yang paling penting yang terkandung dalam
semen, yaitu:
a) Trikalsium Silikat (C₃S) atau 3CaO.SiO₂.
b) Dikalsium Silikat (C₂S) atau 2CaO.SiO₂.
c) Trikalsium Aluminat (C₃A) atau 3CaO.Al₂O₃.
d) Tetrakalsium Aluminoferit (C₄AF) atau 4CaO.Al₂O₃.Fe₂O₃.

Trikalsium Silikat dan dikalsium silikat adalah bagian terpenting dari


semen yang memberikan kekuatan pada semen.Jumlah total C₃S dan C₂S
berkisar antara 70 hingga 80% dari berat semen, dengan kisaran jumlah C₃S
adalah 45% sedangkan C₂S adalah 25%.Pada semen-semen modern, C₃A dan
C₄AF secara berangsur dikurangi jumlahnya dalam komposisi kimiawi semen.
Dipasaran terdapat beberapa jenis semen yang sering digunakan di dunia
konstruksi, tergantung jenis dan permasalahan yang dihadapi selama masa
konstruksi. Beton yang terbuat dari semen portland biasa memerlukan waktu
sekitar dua puluh delapan hari untuk memperoleh kekuatan maksimalnya. Secara
umum sesuai dengan standar dari American Society for Testing and Materials
(ASTM), jenis semen yang ada dapat dikategorikan menjadi lima jenis.

Edo Wandri (17101154330075) 6


Tugas Besar StrukturBeton Bertulang 1
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Putra Indonesia “YPTK” Padang
a) Tipe I - jenis semen biasa yang dapat digunakan pada pekerjaan
konstruksi umum.
b) Tipe II - merupakan modifikasi dari semen tipe I, yang memiliki
panas hidrasi lebih rendah dan dapat tahan dari beberapa jenis
serangan sulfat.
c) Tipe III - merupakan tipe semen yang menghasilkan kuat tekan beton
awal yang tinggi. Setelah 24 jam proses pengecoran semen tipe ini
akan menghasilkan kuat tekan dua kali lebih tinggi dari semen tipe
biasa, namun panas hidrasi yang dihasilkan semen jenis ini lebih
tinggi dari pada panas hidrasi semen tipe I.
d) Tipe IV - merupakan semen yang mampu menghasilkan panas
hidrasi yang rendah, sehingga cocok digunakan pada proses
pengecoran struktur beton yang masif.
e) Tipe V - digunakan untuk struktur-struktur beton yang memerlukan
ketahanan yang tinggi dari serangan sulfat.

Selain itu, pada beberapa tahun belakangan juga muncul semen-semen


jenis lain seperti Portland Pozzolana Cement (PPC) yang dibuat dengan
menggiling terak, gypsum dan pozzolan. Produk ini lebih tepat digunakan untuk
bangunan umum dan bangunan yang memerlukan ketahanan sulfat dan panas
hidrasi sedang, seperti: jembatan, jalan raya, perumahan, dermaga, beton massa,
bendungan, bangunan irigasi dan fondasi pelat penuh.

2.2.2 Agregat
Agregat, yaitu pasir dan kerikil merupakan bahan pengisi.Untuk beton
yang ekonomis, adukan harus dibuat sebanyak mungkin agregatnya.Agregat yang
baik adalah yang tidak bereaksi kimia dengan unsur-unsur semen.Agregat halus
(pasir) harus mempunyai gradasi (distribusi ukuran) sedemikian rupa, sehingga
rongga-rongga antara agregat minimum pada beton.Ini berarti didalam pembuatan
beton, jumlah pasta semen yang perlu mengisi rongga-rongga tersebut minimum
pula.Agregat halus mempunyai ukuran partikel maksimum lebih kurang 4 mm,

Edo Wandri (17101154330075) 7


Tugas Besar StrukturBeton Bertulang 1
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Putra Indonesia “YPTK” Padang
sedangkan agregat kasar bagi beton umumnya mempunyai ukuran maksimum 75
mm.
Agregat yang dapat dipakai untuk beton harus memenuhi syarat-syarat :
a. Agregat yang bersih dari unsur organik.
b. Keras.
c. Bebas dari sifat penyerapan secara kimia.
d. Tidak bercampur dengan tanah liat/lumpur.
e. Distribusi/gradasi ukuran agregat memenuhi ketentuan yang berlaku.

2.2.3 Air
Air yang dapat diminum dapat digunakan untuk air adukan beton. Akan
tetapi air yang dapat digunakan untuk adukan beton tidak berarti dapat diminum.
Pada Tabel 2.1dijelaskan kriteria kandungan zat kimiawi yang terdapat dalam air
dengan batasan tingkat konsentrasi zat tertentu untuk dapat digunakan bagi
adukan beton.
Sebagai perbandingan, air laut mempunyai kandungan :
a) Cl =3960 - 20000 ppm
b) SO4 = 580 - 2810 ppm
c) Na = 2190 - 12200 ppm

Jika akan menggunakan air acid, air alkalis,air buangan/buangan industri,


air laut, air selokan, air gula/air keruh/air mengandung minyak, maka selama ada
proses pembersihan sehingga nilai konsentrasi kimia dibawah nilai maksimum,
seharusnya jenis-jenis air tersebut dapat dipakai. ppm = parts per million.

Kandungan unsur kimia Maksimum konsentrasi


1. Chloride, Cl
- beton pratekan 500 ppm
- beton bertulang 1000 ppm
2. Sulfate, SO4 1000 ppm
3. Alkali (Na2O + 0.658 K2O) 600 ppm
4. Total Benda Padat (Solid) 50000 ppm

Edo Wandri (17101154330075) 8


Tugas Besar StrukturBeton Bertulang 1
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Putra Indonesia “YPTK” Padang

Tabel 2.1 Batasan maksimum kandungan zat kimia air adukan

2.2.4 Tulangan Baja


Beton kuat dalam menahan tekan tetapi lemah di dalam menahan tarik.
Oleh karena itu untuk menahan gaya tarik, diperlukan suatu baja tulangan. Jenis
tulangan baja untuk beton dibedakan menjadi tulangan polos atau berulir
(deformed). Tulangan polos adalah batang baja yang permukaan sisi luarnya rata
tidak bersirip atau berulir, sedangan tulangan deform adalah batang baja dengan
permukaan sisi luar tidak rata, tapi bersirip atau berulir. Bentuk permukaan luar
tulangan deform memungkinkan mencegah gerakan relatip arah memanjang
terhadap beton sekeliling tulangan. Jenis tulangan deform umumnya merupakan
jenis yang disyaratkan dipakai bagi pembangunan struktur beton untuk bangunan.

2.2.5 Diameter baja tulangan


Baja karbon atau baja paduan yang berbentuk batang berpenampang
bundar dengan permukaan polos atau sirip/ulir dan digunakan untuk penulangan
beton. Baja ini di produksi dari bahan baku billet dengan cara canai panas
(hotrolling).

Diameter nominal Luas penampang Berat nominal per meter


Nama nominal
mm2 mm2 kg/m
P6 6 28 0,222
P8 8 50 0,395
P 10 10 79 0,617
P 12 12 113 0,888
P 14 14 154 1,208
P 16 16 201 1,578
P 19 19 284 2,226
P 22 22 380 2,984
P 25 25 491 3,853
P 28 28 616 4,834
P 32 32 804 6,313
P 36 36 1018 7,990
P 40 40 1257 9,865
P 50 50 1964 15,413
Tabel 2.3 Diameer baja polos

Edo Wandri (17101154330075) 9


Tugas Besar StrukturBeton Bertulang 1
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Putra Indonesia “YPTK” Padang

Diameter nominal Luas penampang Berat nominal per meter


Nama nominal
mm2 mm2 kg/m
S6 6 28 0,222
S8 8 50 0,395
S 10 10 79 0,617
S 13 13 133 1,042
S 16 16 201 1,578
S 19 19 284 2,226
S 22 22 380 2,984
S 25 25 491 3,853
S 29 29 661 5,185
S 32 32 804 6,313
S 36 36 1018 7,990
S 40 40 1257 9,865
S 50 50 1964 15,413
S 54 54 2290 17,978
S 57 57 2552 20,031
Tabel 2.4 Diameter baja ulir

2.3 Kelebihan dan Kelemahan Beton Bertulang


Beton bertulang sebagai salah satu material konstruksi dapat
diaplikasikan dalam banyak bentuk/tipe struktur. Namun demikian material ini
juga memiliki beberapa keunggulan maupun kekurangan yang dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan pemilihan material konstruksi.
a. Kelebihan
Beton sebagai bahan konstruksi yang universal cukup mudah
dipahami jika dilihat dari banyaknya kelebihan yang dimilikinya.
Kelebihan tersebut antara lain :
1. Memiliki kuat tekan yang tinggi.
2. Memiliki ketahanan api yang lebih baik dibandingkan dengan
material baja, apabila disediakan selimut beton yang mencukupi.
3. Membentuk struktur yang sangat kaku.
4. Untuk beberapa tipe struktur seperti bendungan, pilar jembatan
dan pondasi, beton bertulang merupakan pilihan material yang
paling ekonomis.

Edo Wandri (17101154330075) 10


Tugas Besar StrukturBeton Bertulang 1
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Putra Indonesia “YPTK” Padang
5. Memiliki umur layan yamg panjang dengan biaya perawatan
yang rendah.
6. Beton dapat dicetak menjadi beragam bentuk penampang,
sehingga sangat banyak digunakan dalam industri pracetak.
b. Kelemahan
Untuk dapat mengoptimalkan penggunaan beton, perencana harus
mengenal dengan baik kelebihannya. Kelemahan-kelemahan beton
bertulang tersebut antara lain :
1. Beton mempunyai kuat tarik yang sangat rendah, sekitar seper
sepuluh dari kuat tekannya.
2. Agar dapat menjadi suatu elemen struktur, material penyusun
beton perlu dicampur, dicetak dan setelah itu perlu dilakukan
proses perawatan untuk mencapai kuat tekannya.
3. Biaya pembuatan cetakan beton cukup tinggi, dapat menyamai
harga beton yang dicetak.
4. Ukuran atau dimensi penampang struktur beton umumnya lebih
besar dibandingkan dengan struktur baja, sehingga akan
menghasilkan struktur yang lebih berat.
5. Adanya retakan pada beton akibat susut beton dan beban hidup
yang bekerja.
6. Mutu beton sangat tergantung pada proses pencampuran
material maupun proses pencetakan beton sendiri.

2.4 Metode Perencanaan Beton Bertulang


Seperti telah diuraikan, beton merupakan adukan/campuran antara
semen, pasir (agregat halus), kerikil (agregat kasar) dan air. Proporsi dari unsur
pembentuk beton ini harus ditentukan secara proporsional, sehingga terpenuhi
syarat-syarat :

1.Kekenyalan atau kelecakan (workability) tertentu yang memudahkan


adukan beton ditempatkan pada cetakan/bekisting (sifat kemudahan
dalam mengerjakan) dan memberikan kehalusan permukaan beton
basah. Kekenyalan ditentukan dari :
Edo Wandri (17101154330075) 11
Tugas Besar StrukturBeton Bertulang 1
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Putra Indonesia “YPTK” Padang
a. volume pasta adukan
b. keenceran pasta adukan
c. perbandingan campuran agregat halus dan kasar
2.Kekuatan rencana dan ketahanan beton setelah mengeras.
3.Ekonomis dan optimum dalam pemakaian semen.
Dalam menentukan proporsi bahan-bahan pembentuk beton,
dikembangkan berbagai metode secara empiris berdasarkan hasil-hasil percobaan
adukan beton. Technical Report no. 21, August 1977, United Nation Concrete
Manual Indonesian Edition di terbitkan oleh Direktorat Penyelidikan Masalah
Bangunan, the American Concrete Institute (ACI) dan Portland Cement
Association (PCA) merupakan contoh badan-badan resmi yang mengembangkan
cara-cara tertentu menetapkan proporsi unsur-unsur beton memenuhi ketiga syarat
beton yang disebutkan diatas. Rumusan-rumusan dan tabel-tabel yang digunakan
bagi analisis merupakan hasil pengamatan yang bertahun-tahun dari percobaan
dan pengamalan di dalam pembuatan beton. Oleh karena sifat empiris dari
rumusan, maka setelah direncanakan penentuan proporsi unsur-unsur beton bagi
tingkat kekuatan tekan tertentu, selalu harus dibuat adukan rencana yang disebut
adukan uji coba atau trial mix.
Berdasarkan hasil-hasil “trial mix” inilah pembuatan secara massal
dilakukan, jika terpenuhi dari pemeriksaan benda uji ketentuan kekenyalan,
kekuatan dan sifat ekonomis adukan yang telah disyaratkan.
Dua metoda yang akan diuraikan bagi penentuan proporsi unsur pembuat
beton dalam buku ini adalah modifikasi cara ASTM yang dikembangkan Texas
AM University dan cara DREUX. Telah dilakukan beberapa penyesuaian dari
kedua cara ini berdasarkan hasil penelitian di Laboratorium Struktur dan Bahan,
Departemen Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung.

2.5 Metoda Modifikasi ASTM


Sebelum digunakannya tabel-tabel atau grafik untuk menentukan
pembuatan “trial-mix” beton, beberapa syarat perlu yang harus dipenuhi adalah :
a. Gradasi/distribusi ukuran agregat harus berada didalam batas-batas
yang ditetapkan seperti pada Grafik gambar2.4, yaitu :
Edo Wandri (17101154330075) 12
Tugas Besar StrukturBeton Bertulang 1
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Putra Indonesia “YPTK” Padang
1. Gradasi agregat halus (pasir) yang digunakan mempunyai
gradasi butir yangberada didalam dua kurva pembatas. Jika pada
kondisi lapangan, ternyata gradasi butir tidak memenuhi syarat
seperti yang ditetapkan, maka perlu dilakukan koreksi dengan
melakukan analisis kombinasi agregat dari beberapa kelompok
agregat.
2. Bagi agregat kasar (kerikil), berdasarkan besarnya diameter
agregat maksimum yang digunakan, terdapat empat kelompok
kurva pembatas. Ukuran agregat kasar no.2 merupakan
kelompok agregat dengan ukuran maksimum butir 75 mm,
ukuran no. 467 dengan butiran maksimum 50 mm; ukuran no.
67 dengan butiran maksimum 25 mm yang umum digunakan
dalam bangunan; dan ukuran no.8 dengan butiran maksimum 10
mm yang disebut beton jagung bagi pekerjaan perbaikan atau
grouting.
Langkah selanjutnya dapat dilakukan setelah persyaratan distribusi
gradasi seperti yang ditetapkan pada Gambar2.2 terpenuhi.
b.Telah ditetapkan terlebih dahulu :
1.Ukuran terbesar kerikil (agregat kasar) yang akan digunakan
2. Specific gravity dari agregat kasar
3. Specific gravity agregat halus
4. Berat satuan agregat kasar (dry-rodded unit weight)
5. Modulus kehalusan (fineness modulus) agregat halus.
Butir-butir 2b, 2c, 2d, dan 2e ditentukann dari hasil penelitian di
laboratorium yang dilakukan melalui prosedur standar menurut
spesifikasi yang berlaku.
Persiapan dalam perencanaan campuran beton :
a) Perbandingan air dengan semen (rasio W/C). Faktor air semen
berdasarkan perbandingan berat. Tabel 2.4 menjelaskan nilai
rasio W/C maksimum yang diizinkan untuk berbagai jenis
struktur dan sifat lingkungan.Disamping faktor air semen
berdasarkan Tabel 2.4, unsur lain penentu faktor air semen
Edo Wandri (17101154330075) 13
Tugas Besar StrukturBeton Bertulang 1
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Putra Indonesia “YPTK” Padang
adalah kekuatan rencana tekan beton sebagai dinyatakan pada
Grafik gambar 2.2 atau Tabel 2.5.Nilai W/C pada Tabel 2.5
berdasarkan ukuran terbesar agregat kasar diameter 25 mm.
Untuk ukuran agregat lebih besar, dengan perbandingan W/C
yang sama, kekuatan tekan beton akan lebih rendah.
% ta se b e rat lo los sa ring a n - ko m u latif

Kurva Pembatas Agregat Halus Kurva Pembatas Agregat Kasar


100%

80

60

40

20

0
No. 100 No. 50 No. 30 No. 16 No. 3 No. 4 3/8" 3/4" 11/2" 3"
149m 279m 2595m 1.19mm 2.38mm 4.76mm 9.5mm 19mm 38.1mm 76.2mm
Nomor dan Ukuran Saringan

Gambar 2.2 Kurva pembatasan gradasi agregat untuk perencanaan


Sumber : www.elprints.polsri.ac.id

b. SLUMP sebagai ukuran kekenyalan adukan beton.


SLUMP merupakan perbedaan tinggi dari adukan dalam suatu
cetakan berbentuk kerucut terpancung terhadap tinggi adukan
setelah cetakan diambil.Batasan SLUMP bagi jenis elemen
struktur dinyatakan dalam Tabel 2.4.Nilai pada Tabel 2.5 berlaku
untuk pemadatan dengan alat pengetar. Untuk cara pemadatan
yang lain, nilai-nilai slump dapat dinaikkan 25 mm lebih besar.
c. Ukuran maksimum diameter agregat kasar yang digunakan
sesuai dengan ketentuan dalam kemudahan pelaksanaan
pengecoran dan syarat monolit beton. Dalam Tabel 2.6
dijelaskan ukuran maksimum agregat maksimum yang boleh
digunakan bagi pengecoran elemen struktur.
d. Bagi perencanaan adukan, berat air rencana dan prosentase
adanya udara yang terperangkap, ditetapkan berdasarkan pada

Edo Wandri (17101154330075) 14


Tugas Besar StrukturBeton Bertulang 1
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Putra Indonesia “YPTK” Padang
besarnya SLUMP rencana dan ukuran maksimum agregrat kasar
yang digunakan. Tabel 2.7 menjelaskan penentuan jumlah berat
air perlu bagi setiap m3 beton berdasarkan nilai SLUMP rencana.
e. Mendapatkan volume rencana agregat kasar setiap m3 beton,
digunakan nilai-nilai yang tercantum pada Tabel 2.9.
Menetapkan terlebih dahulu ukuran agregat kasar dan nilai
modulus kehalusan (finesses moduli) agregrat halus (pasir),
maka dari Tabel 2.9 didapat prosentase volume agregat
kasar/satuan volume beton. Prosentase volume ber-dasarkan
kondisi agregrat kering muka. Nilai dalam tabel mendapatkan
prosentase volume dengan tingkat kekenyalan umum. Untuk
pekerjaan beton kurang kenyal, seperti bagi pekerjaan jalan,
harga didalam tabel dapat dinaikkan sebanyak 10%.

Kondisi Lingkungan
Jenis Konstruksi Kondisi Basah-kering Dibawah pengaruh
Normal berganti-ganti sulfat/air laut
Konstruksi langsing atau
yang hanya mempunyai
0.53 0,49 0,40
penutup tulangan kurang
dari 25 mm.
Struktur dinding penahan
* 0,53 0,44
tanah, pilar, balok, abutmen
Beton yang tertanam dalam
- 0,44 0,44
air : pilar, balok, kolom
Struktur lantai beton diatas
- -
tanah *
Beton yang terlindung dari
perubahan udara (konstruksi * - -
interior bangunan)
Tabel 2.4Perbandingan W/C berdasarkan jenis konstruksi dan kondisi lingkungan

Edo Wandri (17101154330075) 15


Tugas Besar StrukturBeton Bertulang 1
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Putra Indonesia “YPTK” Padang
*Rasio W/C ditentukan berdasarkan persyaratan kekuatan tekan rencana beton

Kekuatan tekanbeton umur 28 hari


Nilairata-rataW/C
kg/cm2 MPa
410 41 0.44
330 33 0.53
260 26 0.62
190 19 0.73
150 15 0.80
Tabel 2.5 Nilai rasio w/c dengan kekuatan tekan rencana beton

SLUMP [mm)
Uraian Maksim Mini
um mum
1. Dinding, pelat pondasi dan pondasi telapak bertulang 80 25
2. Fondasi telapak tidak ber-tulang, kaison dan konstruksi
80 25
dibawah tanah
3. Pelat, balok, kolom dan dinding 100 25
4. Perkerasan jalan 80 25
5. Pembetonan massal 50 25.
Tabel 2.6 Ukuran SLUMP yang dianjurkan bagi berbagai jenis konstruksi.

Ukuran maksimum agregat

1. 1/5 lebih kecil atau sama dari ukuran terkecill dimensi struktur

2. 1/3 lebih kecil atau sama dari tebal pelat lantai


3/4 lebih kecil atau sama dari jarak bersih tulangan, berkas tulangan atau
3.
berkas kabel pratekan
Tabel 2.7 Ukuran maksimum agregat bagi sifat monolit struktur

Tabel 2.12 : Berat air perlu bagi setiap m3 beton dan prosentase
udaraterperangkap untuk berbagai SLUMP dan ukuran maksimumagregat.
Edo Wandri (17101154330075) 16
Tugas Besar StrukturBeton Bertulang 1
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Putra Indonesia “YPTK” Padang
SLUMP Berat air [kg/m3) beton untuk ukuran agregat berbeda
10mm 150m
[cm) 12.5mm 20mm 25mm 38mm 50mm 75mm
m
2.5 - 5 208 199 187 179 163 154 142 125
7.5 – 10 228 217 202 193 179 169 157 136
15 - 17 243 228 214 202 187 178 169 -

Prosentase udara [%) yang ada dalam unit beton


3 2.5 2.0 1.5 1.0 0.5 0.3 0.2
Tabel 2.8Berat air perlu bagi setiap m 3 beton dan prosentase udara terperangkap
untuk berbagai SLUMP dan ukuran maksimumagregat.

Gambar2.3 Korelasi nilai kekuatan tekan beton rencana terhadap rasio W/C
Sumber : www.elprints.polsri.ac.id

Prosentase volume agregat kasar/ m3 volume beton


Ukuran agregat kasar
untuk Fineness Moduli agregat halus (pasir)
[mm)
2.40 2.60 2.80 3.00
10.0 50 48 46 44
12.5 59 57 55 53
20.0 66 64 62 60
25.0 71 69 67 65

Edo Wandri (17101154330075) 17


Tugas Besar StrukturBeton Bertulang 1
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Putra Indonesia “YPTK” Padang
37.5 75 73 71 69
50.0 78 76 74 72
75.0 82 80 78 76
150.0 87 85 83 81
Tabel 2.9 Persentase volume agregat kasar/m3 volume beton

2.6 Balok Beton Bertulang


Balokbetonadalah bagiandaristrukturyangberfungsisebagaipenyalur
momen menuju struktur kolom.Balok dikenal sebagai elemen lentur,yaitu
elemenstrukturyang dominanmememikulgayadalamberupamomenlentur dan
gayageser.
MenurutProf Widododalambuku“AnalisisTeganganRegangan”beton
memilikisifatrangkayangterjadipadabetonyangdibebanisecaratetapdalam
jangkawaktuyanglama.Olehkarenaitupadabalokbetondikenalistilahshort-
term(immediate) deflectiondan long-termdeflectionyangmembuat lendutan
Lendutanadalahfungsidarikekakuanyaituperkalianantaramoduluselastisit
as betonEc denganinersiapenampangI.lendutanituharusdibatasi,karena berkaitan
dengankenyamanan dan seni dalam arsitektur. SNIbeton 2013 dengan tegas
menyebut dalam butir 9.5terhadapKontrol lendutan.Balokbetonbisaretak ketika
menahanmomenlentur. Sewaktuseratbawah tertarik (momenpositif), beton
sebenernyabisa menahan tegangantarik tersebut, tetapi tegangantarik sangat kecil
Apabila suatu gelagar balok bentangan sederhana menahan beban yang
mengakibatkan timbulnya momen lentur akan terjadi deformasi (regangan) lentur
di dalam balok tersebut. Regangan-regangan balok tersebut mengakibatkan
timbulnya tegangan yang harus ditahan oleh balok, tegangan tekan di sebelah atas
dan tegangan tarik dibagian bawah. Agar stabilitas terjamin, batang balok sebagai
bagian dari sistem yang menahan lentur harus kuat untuk menahan tegangan tekan
dan tarik tersebut karena tegangan baja dipasang di daerah tegangan tarik bekerja,
di dekat serat terbawah, maka secara teoritis balok disebut sebagai bertulangan
baja tarik saja (Dipohusodo,1996).
Edo Wandri (17101154330075) 18
Tugas Besar StrukturBeton Bertulang 1
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Putra Indonesia “YPTK” Padang
Untuk menjadi penyaluran gaya yang baik di dalam balok, maka di
daerah momen lapangan dan momen tumpuan maksimum dianjurkan supaya
antara batang tulangan utama tidak melebihi 150 mm. Bila momen di suatu
tempat menurun, jarak batas ini dapat digandakan menjadi 300 mm. Oleh karena
itu, dalam sebuah penampang balok persegi setidaknya harus terdapat empat
batang tulangan dipasang pada tiap sudut penampang, batang-batang disudut ini
dan yang membentang sepanjang balok dilingkari oleh sekang-sekang. Agar
mendapatkan kekakuan secukupnya bagi sengkang tulangan dianjurkan agar
menggunakan batang-batang yang diameternya tidak kurang dari 6 mm.
Persyaratan balok sebagai berikut :
1. Lebar badan balok tidak boleh diambil kurang dari 1/50 kali bentang
bersih. Tinggi balok harus dipilih sedemikian rupa hingga dengan
lebar badan yang dipilih.
2. Untuk semua jenis baja tulangan, diameter (diameter pengenal)
batang tulangan untuk balok tidak boleh diambil kurang dari 12 mm.
Sedapat mungkin harus dihindarkan pemasangan tulangan balok
dalam lebih dari 2 lapis, kecuali pada keadaan-keadaan khusus.
3. Tulangan tarik harus disebar merata didaerah tarik maksimum dari
penampang.
4. Pada balok-balok yang lebih tinggi dari 90 cm pada bidang-bidang
sampingnya harus dipasang tulangan samping dengan luas minimum
10% dari luas tulangan tarik pokok. Diameter batang tulangan
tersebut tidak boleh diambil kurang dari 8 mm pada jenis baja lunak
dan  6 mm pada jenis baja keras.
5. Pada balok senantiasa harus dipasang sengkang. Jarak sengkang
tidak boleh diambil lebih dari 30 cm, sedangkan dibagian balok
sengkang-sengkang bekerja sebagai tulangan geser. Atau jarak
sengkang tersebut tidak boleh diambil lebih dari 2/3 dari tinggi
balok. Diameter batang sengkang tidak boleh diambil kurang dari 6
mm pada jenis baja lunak dan 5 mm pada jenis baja keras.
Beberapa jenis balok antara lain :

Edo Wandri (17101154330075) 19


Tugas Besar StrukturBeton Bertulang 1
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Putra Indonesia “YPTK” Padang
1. Balok sederhana bertumpu pada kolom diujung-ujungnya, dengan
satu ujung bebas berotasi dan tidak memiliki momen tahan. Seperti
struktur statis lainnya, nilai dari semua reaksi,pergeseran dan momen
untuk balok sederhana adalah tidak tergantung bentuk penampang
dan materialnya.
2. Kantilever adalah balok yang diproyeksikan atau struktur kaku
lainnya didukung hanya pada satu ujung tetap
3. Balok teritisan adalah balok sederhana yang memanjang melewati
salah satu kolom tumpuannya.
4. Balok dengan ujung-ujung tetap ( dikaitkan kuat ) menahan translasi
dan rotasi
5. Bentangan tersuspensi adalah balok sederhana yang ditopang oleh
teristisan dari dua bentang dengan konstruksi sambungan pin pada
momen nol.
6. Balok kontinu memanjang secara menerus melewati lebih dari dua
kolom tumpuan untuk menghasilkan kekakuan yang lebih besar dan
momen yang lebih kecil dari serangkaian balok tidak menerus
dengan panjang dan beban yang sama.
Adapunjenis-jenis keruntuhan yang dapat terjadi pada balok beton
bertulang adalah sebagai berikut :
1. Keruntuhan Tarik (under reinforced)
Jenis keruntuhan ini terjadi pada balok dengan rasio tulangan kecil
(jumlah tulangan sedikit), sehingga pada saat beban yang bekerja
maksimum, baja tulangan sudah mencapai regangan lelehnya sedangkan
beton belum hancur (beton belum mencapai regangan maksimumnya =
0,003). Balok dengan kondisi keruntuhan seperti bersifat ductile.
2. Keruntuhan Tekan (over reinforced)
Jenis keruntuhan ini terjadi pada balok dengan rasio tulangan besar
(jumlah tulangannya banyak), sehingga pada saat beban yang bekerja
maksimum, baja tulangan baja tulangan belum mencapai regangan
lelehnya sedangkan beton sudah hancur (beton sudah mencapai regangan

Edo Wandri (17101154330075) 20


Tugas Besar StrukturBeton Bertulang 1
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Putra Indonesia “YPTK” Padang
maksimum nya = 0,003). Balok dengan kondisi keruntuhan seperti ini
disebut getas.
3. Keruntuhan Seimbang (balance)
Jenis keruntuhan ini terjadi pada balok dengan rasio tulangan yang
seimbang sehingga pada saat beban yang bekerja maksimum, baja
tulangan dan beton hancur secara bersamaan (tulangan sudah mencapai
regangan lelehnya dan beton sudah mencapai regangan maksimumnya =
0,003).

Gambar 2.4 Jenis-jenis keruntuhan


Sumber : www.sanggapramana.wordpres.com
Keterangan gambar 2.6 :
a) Penampang balok bertulang tunggal
b) Distribusi regangan ultimate pada keruntuhan under reinforced
c) Distribusi regangan ultimate pada keruntuhan over reinforced
d) Distribusi regangan ultimate pada keruntuhan balance

2.6.1 Balok Tulangan Tunggal


2.6.1.1 Dasar Teori
Beban-beban luar yang bekerja pada struktur akan menyebabkan lentur
dan deformasi pada elemen struktur. Lentur yang terjadi pada balok merupakan
akibat adanya regangan yang timbul karena adanya beban dari luar. Apabila beban
luar yang bekerja terus bertambah maka balok akan mengalami deformasi dan
regangan tambahan yang mengakibatkan retak lentur di sepanjang bentang balok.
Bila bebannya terus bertambah sampai batas kapasitas baloknya, maka balok akan
runtuh. Taraf pembebanan seperti ini di sebut dengan keadaan limit dari
keruntuhan pada lentur. Oleh karena itu, pada saat perencanaan, balok harus di
Edo Wandri (17101154330075) 21
Tugas Besar StrukturBeton Bertulang 1
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Putra Indonesia “YPTK” Padang
desain sedemikian rupa sehingga tidak terjadi retak berlebiahan pada saat beban
bekerja dan mempunyai keamanan cukup dan kekuatan cadangan untuk menahan
beban dan tegangan tanpa mengalami runtuh.
Asumsi-asumsi dasar yang digunakan untuk menganalisis penampang
balok beton bertulang akibat lentur adalah sebagai berikut :
1. Distribusi renggangan dianggap linier (Hukum Bernoulli), yaitu
penampang tegak lurus sumbu lentur yang berupa bidang datar
sebelum mengalami lentur akan tetap datar dan tegak lurus terhadap
sumbu netralnya setelah mengalami lentur.
2. Regangan pada baja dan beton di sekitarnya sama sebelum terjadi
retak pada beton atau leleh pada baja.
3. Untuk perhitungan kekuatan lentur penampang, kuat tarik beton di
abaikan.
4. Beton di asumsikan runtuh pada saat mencapai regangan batas tekan.
5. Hubungan tegangan-regangan beton dapat diasumsikan persegi,
trapezium atau parabola.

2.6.1.2 Analisis Balok Tulangan Tungal


Analisis penampang adalah menghitung kapasitas/kekuatan penampang
bedasarkan data-data penampang seperti : dimensi, luas tulangan, mutu beton
(f’c), mutu baja fy, dan letak tulangan.
Untuk menganalisis penampang balok beton bertulang, perhatikan
gambar berikut :

Gambar 2.5 Analisa penampang


Sumber : www.seputarduniaproyek.blogspot.com

Edo Wandri (17101154330075) 22


Tugas Besar StrukturBeton Bertulang 1
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Putra Indonesia “YPTK” Padang
1. Pada gambar di atas, gaya tekan pada beton (C) adalah :
C=0,85∗f ' c∗a∗b
a) Dan gaya tarik pada baja (T) adalah :
T = A s s∗fy
b) Keseimbangan gaya horizontal (Gb. d),
∑ H =0
T =C
A s xfy=0,85∗f ' c∗a∗b
A s∗fy
a=
0,85∗f ' c∗b
c) Maka momen nominal penampang adalah :
M n=T∗Jd M n=C∗Jd
1 1
(
M n=T∗ d− a
2 ) atau (
M n=C∗ d− a
2 )
1 1
( )
M n= A s∗fy∗ d− a M n=0,85∗f ' c∗a∗b d− a
2 2 ( )
d) Jadi momen ultimate (Mu) yang dapat di pikul oleh balok adalah
M u <∅ . M n
M u=0,85∗M n
e) Batasan tulangan tarik pada balok tulangan tunggal

a. Batasan tulangan tarik minimum adalah sebesar : ρmin= 1,4


fy

b. Batasan tulangan tarik maksimum yang diijinkan yaitu


sebesar : ρmak =0,75∗¿ ρ ¿, sehingga kebutuha tulangan dibatasi
b

0,85∗f ' c∗β1∗600


ρmin ≤ ρ ≤ ρmak dimana, ρb =
( 600+ fy )∗fy
f) Untuk menganalisis penampang balok persegi bertulang tunggal
dapat mengunakan diagram alir sebagai berikut :

2.6.1.3 Desain Balok Tulangan Tungal

Edo Wandri (17101154330075) 23


Tugas Besar StrukturBeton Bertulang 1
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Putra Indonesia “YPTK” Padang
a) Pada perhitungan desain, kita diminta merencanakan penampang
(dimensi balok diestimasi), luas tulangan, mutu beton dan baja yang
digunakan untuk menahan atau memikul beban-beban yang bekerja
berupa Mu.
b) Untuk mengetahui tahapan desain tulangan tunggal perlu
diperhatikan beberapa hal yaitu :
1. Menentukan dimensi penampang.
2. Menghitung momen ultimate terfaktor (Mu).
3. Menghitung momen nominal (Mn).
4. Menghitung nilai m.
5. menghitung nilai Rn.
6. menghitung rasio tulangan ρ.
7. Cek terhadap ρ min dan ρ max.
8. Menghitung luas tulangan.
9. Cek terhadap As min.
10. Tentukan jumlah tulangan.
11. Cek jenis keruntuhan struktur.
12. Hitung kapasitas terpasang.
c) Untuk perencanaan balok persegi atau balok T harus memenuhi
persyaratan atau ketentuan sebagai berikut :
ϕ M n ≥ M u dimana,
ϕ : Faktor reduksi = 0,8
M n : Momen nominal

Gambar 2.6Analisa balok

Edo Wandri (17101154330075) 24


Tugas Besar StrukturBeton Bertulang 1
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Putra Indonesia “YPTK” Padang
Sumber : www.slideplayer.info

2.6.2 Balok Tulangan Rangkap


2.6.2.1 Landasan Teori
Jika momen yang bekerja melebihi momen yang dapat dipikul oleh balok
persegi bertulangan tunggal, maka diperlukan tulangan rangkap atau ganda, yaitu
terdiri dari tulangan tarik dan tulangan tekan.
Pada balok bertulangan tunggal (tanpa tulangan tekan), semua gaya tekan
yang terjadi di tahan oleh beton saja. Sedangkan pada tulangan ganda, gaya tekan
C ditahan secara bersama-sama oleh beton (Cc) dan tulangan tekan (Cs). Karena
sebagian gaya tekan dipikul oleh tulangan tekan, maka nilai “a” pada tulangan
ganda lebih kecil dibandingkan nilai “a” pada tulangan tunggal. Dengan demikian,
nilai “C” pada tulangan ganda lebih kecil dibandingkan nilai “C” pada tulangan
tunggal. Atau dengan kata lain dektilitas tulangan ganda lebih besar dibandingkan
pada tulangan tunggal.
Alasan-alasan digunakannya tulangan rangkap yaitu :
a) Menurangi defleksi.
b) Meningkatkan dektilitas.
c) Mengubah jenis keruntuhan tekan menjadi keruntuhan tarik
d) Mempermudah pelaksanaan.

2.6.2.2 Analisis Tulangan Rangkap

Gambar 2.7 Balok tulangan rangkap


Sumber : www.sanggapramana.wordpres.com

Edo Wandri (17101154330075) 25


Tugas Besar StrukturBeton Bertulang 1
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Putra Indonesia “YPTK” Padang

Gambar 2.8 Bagian-bagian balok tulangan rangkap


Sumber : www.sanggapramana.wordpres.com
3) Bagian 1 terdiri dari tulangan tekan dan sebagian tulangan tarik yang
mengimbangi tulangan tekan tersebut.
T 1=C s → A s 1 F s= A ' f f ' s
4) Bagian 2 terdiri dari beton yang tertekan dan sisa tulangan tarik
( A s− A ' s ).
T 2=CC ( A s− A ' s ) f s=0,85 f ' c ba
5) Bedasarkan gambar 2.9 dapat di buktikan bahwa :

ϵ ' s= ( c−dc ' ) 0,003


6) Jika ϵ ' s ≥ ϵ s ,maka f ' s=f y . Substitusi pada persamaan di atas, di
peroleh :
β1d '
(
ϵ ' s= 1−
a )
0,003

fy fy d'
7) Untuk ϵ ' s=ϵ y dan ϵ y = =
ϵ s 200.000
, maka diperoleh nilai
a ( )batas

dimana tulangan tekan pas akan leleh,

( ad' ) lim ¿=
1
(
β1
1−
fy
600)¿

8) Jika nilai d0/a > d a0lim, maka tulangan tekan tidak leleh.
Jika nilai d0/a < d a0lim, maka tulangan tekan sudah leleh.
Jika tulangan tekan sudah leleh, perhitungan akan lebih mudah dibandingkan
dengan jika tulangan tekan tidak leleh.SNI Beton ` membatasi tulangan
tarik maksimum pada balok dengan tulanganrangkapsbb,

Edo Wandri (17101154330075) 26


Tugas Besar StrukturBeton Bertulang 1
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Putra Indonesia “YPTK” Padang
a) Untuk kondisi tulangan tekan sudah leleh,
ρmaks= 0, 75 (ρ - ρ0)b
dimana
0 , 85 β 1 f ' c 600
( ρ−ρ 0 ) b=
fy ( 600+f y )
b) untuk kondisi tulangan tekan belum leleh,
ρ ' f 's
ρmaks=0,75 ρ− ( fy )
b

dimana
ρ' f ' s 0 , 85 β 1 f ' c 600
( ρ−
fy b ) =
fy (
600+ f y )
2.6.2.3 Desain Tulangan Rangkap
Di dalam melakukan perancanaan penampang, perlu ditentukan terlebih
dahulu besarnya h,b,d,d’(estimasi dimensi penampang). Dalam memperkirakan
dimensi penampang caranya sama dengan pada perencanaan balok bertulang
tunggal.
Adapun langkah-langkah perencanaannya adalah sebagai berikut :
a) Bila momen cukup besar untuk dipikul suatu penampang dengan
ukuran tertentu.
b) sehingga jika dipaksakan dengan tulangan tunggal -→ ρ > ρmaks .
c) Keruntuhan yang akan terjadi pada balok berupa keruntuhan tekan
(overreinforced)
d) keruntuhan tekan -→ keruntuhan yang tidak diinginkan,
Maka ada 2 alternatif yang dapat dilakukakn :
1. Perbesar ukuran penampang
2. Pasang tulang rangkap
Bila tulangan rangkap yang menjadi pilihan, maka agar ρmaks tidak
dilampaui, tinggigaris netral c harus ditetapkan pada suatu nilai yang
berkaitan dengan ρmaks.Jika garis netral batas yang ditetapkan tersebut
adalah cu, maka :s

Edo Wandri (17101154330075) 27


Tugas Besar StrukturBeton Bertulang 1
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Putra Indonesia “YPTK” Padang
cu c 600
d
=0,75 b =0,75
d (
600+ f y )
cu 600
Untukfy= 400Mpa →
d
=0,75
(
600+ f y )
=0,45.

Dari diagram rengangan


ϵ 's c −d '
= u
0,003 cu
Jika tulangan tekan sudah leleh, →untuk f y =400 Mpa →ϵ ' s=0,002 ,
sehingga didapat :
0,45 d−d ' 0,002 2
= =
0,45 d 0,003 3
Akhirnya di peroleh d ' =0,15 d .
Artinya
d ' <0,15 d ( untuk f y =400 Mpa )
merupakan kondisi tulangan tekan sudah leleh, jika ρ2 diambil = ρmaks
tulangan tunggal.

2.7 Geser Pada Balok

Perilaku balok beton bertulang Pada keadaan runtuh karena geser sangat
berbeda dengan keruntuhan karena lentur. Balok dengan keruntuhan geser,
umumnya tanpa peringatan terlebih dahulu. Perilaku keruntuhan geser bersifat
getas, oleh karena itu perlu dirancang penampang yang cukup kuat untuk memikul
gaya geser.
Tulangan geser diperlukan karena pada dasarnya ada tiga jenis retak pada
struktur, yaitu :
1. Retak lentur murni (flexural crack)
Retak yang terjadi di daerah yang mempunyai momen lentur besar.
Arah retak hampir tegak lurus sumbu balok.
2. Retak geser lentur (flexural shear crack)
Retak yang terjadi pada bagian balok yang sebelumnya telah terjadi
keretakan lentur. Jadi retak geser lentur merupakan perambatan
retak miring dari retak yang sudah terjadi sebelumnya.

Edo Wandri (17101154330075) 28


Tugas Besar StrukturBeton Bertulang 1
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Putra Indonesia “YPTK” Padang
3. Retak geser murni (shear crack)
Retak yang terjadi pada daerah dimana gaya geser maksimum
bekerja dan tegangan normal sangat kecil.

Gambar 2.9Retak balok


sumber : www.gurusipil.com
Adapun jenis-jenis tulangan geser adalah :
1. Sengkang (stirrup) yang tegak lurus terhadap sumbu balok atau
pembesian longitudinal.
2. Sengkang miring.
3. Kombinasi antara sengkang tegak dan miring.
4. Sengkang spiral, biasanya digunakan untuk kolom-kolom bulat.
Tulangan geser pada dasarnya mempunyai empat fungsi, yaitu:
1. Memikul sebagian gaya geser rencana Vu.
2. Membatasi bertambahnya retak diagonal
3. Memegang dan mengikat tulangan memanjang pada posisinya
sehingga tulangan memanjang dapat berfungsi dengan baikdalam
menahan lentur.
4. Memberikan ikatan pada daerah beton yang tertekan terutama apabila
digunakan sengkang tertutup.

2.7.1 Perencanaan Penampang Terhadap Geser


Bedasarkan SK-SNI’91, perencanaan penampang akibat geser harus
didasarkan pada rumus :
V u ≤ ϕV n
Dimana V u = Gaya geser terfaktor pada penampang yang ditinjau
ϕ = Faktor reduksi geser = 0,6
V n = Kekuatan geser nominal

Edo Wandri (17101154330075) 29


Tugas Besar StrukturBeton Bertulang 1
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Putra Indonesia “YPTK” Padang
Kekuatan geser nominal ditentukan dengan memperhitungkan kontribusi
beton maupun tulangan sengang, sehingga :
V n=V c +V s
Dimana : V c = Gaya geser yang dapat dipikul oleh beton
V s = Gaya geser yang dapat dipikul oleh tulangan geser
atau sengkang
2.7.2 Kuat Geser yang Disumbangkan Oleh Tulangan Geser
Bilagayageserterfaktor V u ≤ ϕV c , maka kelebihan gaya geser ditahan

oleh tulangan geser, V s= ( Vϕ )−V


u
c

Besar V s dihitung dari :


a. Bila digunakan sengkang miring :
A v∗f y∗d
V s= ( sin α +cos α )
s
b. Bila digunakan sengkang vertikal :
A v∗f y∗d
V s=
s
Catatan :
a. Tegangan lele baja untuk tulangan geser, f y <40 MPa (pasal 3.4.5.2.
SK-SNI’91).
b. Gaya geser maksimum yang bisa dipikul tulangan dibatasi sebesar :
2 '
V s ≤ ∗ √ f c ∗b w. atau 4 V c.
3
Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi lebar retak yang berlebihan
pada balok.
c. Pada balok yang dibebani tepi atasnya dan ditumpu pada tepi
bawahnya, retak miring yang mungkin terjadi terbentuk pada daerah
perletakan membentuk sudut 45 ° . oleh karena itu SK-SNI’91
menetapkan bahwa penampang balok yang berada dalam jarak “d”
dari perletakan dapat di rencanakan terhadap gaya geser V u yang
bekerja pada jarak “d” dari perletakan dengan syarat :

Edo Wandri (17101154330075) 30


Tugas Besar StrukturBeton Bertulang 1
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Putra Indonesia “YPTK” Padang
1. Reaksi perletakan bersifat tekan.
2. Tidak ada beban terpusat yang bekerja pada jarak “d” dari
perletakan.

Edo Wandri (17101154330075) 31

Anda mungkin juga menyukai