LANDASAN TEORI
2.2.1 Semen
Semen merupakan salah satu bahan dasar pembuatan beton tergolong
kedalam jenis semen hidrolis. Jenis semen hidrolis yang banyak digunakan hingga
saat ini adalah merupakan semen portland yang dipatenkan di inggris pada tahun
1824 atas nama joseph aspdin. Semen portland adalah material berbentuk bubuk
berwarna abu-abu dan banyak mengandung kalsium dan alumunium silika. Bahan
dasar pembuat semen sebenarnya adalah batu kapur yang mengandung CaO, serta
lempung atau tanah liat yang banyak mengandung SiO₂ dan Al₂O₃. Material-
material ini dicampur dan ditambahkan gips dalam jumlah yang cukup, kemudian
dibakar dalam klinker dan kemudian didinginkan.
Edo Wandri (17101154330075) 5
Tugas Besar StrukturBeton Bertulang 1
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Putra Indonesia “YPTK” Padang
Bahan-bahan dasar semen yang terdiri dari kapur (CaO), silika (SiO₂),
alumina (Al₂O₃), dan oksida besi (Fe₂O₃). Pada saat proses manufaktur seiring
dengan penambahan bahan tambah lainya, maka terjadilah suatu reaksi kimiawi
yang cukup kompleks. Sebagai hasilnya terjadi perubahan susunan kimia dalam
semen, namun semen yang jadi pada umumnya mengandung unsur-unsur kimia.
2.2.2 Agregat
Agregat, yaitu pasir dan kerikil merupakan bahan pengisi.Untuk beton
yang ekonomis, adukan harus dibuat sebanyak mungkin agregatnya.Agregat yang
baik adalah yang tidak bereaksi kimia dengan unsur-unsur semen.Agregat halus
(pasir) harus mempunyai gradasi (distribusi ukuran) sedemikian rupa, sehingga
rongga-rongga antara agregat minimum pada beton.Ini berarti didalam pembuatan
beton, jumlah pasta semen yang perlu mengisi rongga-rongga tersebut minimum
pula.Agregat halus mempunyai ukuran partikel maksimum lebih kurang 4 mm,
2.2.3 Air
Air yang dapat diminum dapat digunakan untuk air adukan beton. Akan
tetapi air yang dapat digunakan untuk adukan beton tidak berarti dapat diminum.
Pada Tabel 2.1dijelaskan kriteria kandungan zat kimiawi yang terdapat dalam air
dengan batasan tingkat konsentrasi zat tertentu untuk dapat digunakan bagi
adukan beton.
Sebagai perbandingan, air laut mempunyai kandungan :
a) Cl =3960 - 20000 ppm
b) SO4 = 580 - 2810 ppm
c) Na = 2190 - 12200 ppm
80
60
40
20
0
No. 100 No. 50 No. 30 No. 16 No. 3 No. 4 3/8" 3/4" 11/2" 3"
149m 279m 2595m 1.19mm 2.38mm 4.76mm 9.5mm 19mm 38.1mm 76.2mm
Nomor dan Ukuran Saringan
Kondisi Lingkungan
Jenis Konstruksi Kondisi Basah-kering Dibawah pengaruh
Normal berganti-ganti sulfat/air laut
Konstruksi langsing atau
yang hanya mempunyai
0.53 0,49 0,40
penutup tulangan kurang
dari 25 mm.
Struktur dinding penahan
* 0,53 0,44
tanah, pilar, balok, abutmen
Beton yang tertanam dalam
- 0,44 0,44
air : pilar, balok, kolom
Struktur lantai beton diatas
- -
tanah *
Beton yang terlindung dari
perubahan udara (konstruksi * - -
interior bangunan)
Tabel 2.4Perbandingan W/C berdasarkan jenis konstruksi dan kondisi lingkungan
SLUMP [mm)
Uraian Maksim Mini
um mum
1. Dinding, pelat pondasi dan pondasi telapak bertulang 80 25
2. Fondasi telapak tidak ber-tulang, kaison dan konstruksi
80 25
dibawah tanah
3. Pelat, balok, kolom dan dinding 100 25
4. Perkerasan jalan 80 25
5. Pembetonan massal 50 25.
Tabel 2.6 Ukuran SLUMP yang dianjurkan bagi berbagai jenis konstruksi.
1. 1/5 lebih kecil atau sama dari ukuran terkecill dimensi struktur
Tabel 2.12 : Berat air perlu bagi setiap m3 beton dan prosentase
udaraterperangkap untuk berbagai SLUMP dan ukuran maksimumagregat.
Edo Wandri (17101154330075) 16
Tugas Besar StrukturBeton Bertulang 1
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Putra Indonesia “YPTK” Padang
SLUMP Berat air [kg/m3) beton untuk ukuran agregat berbeda
10mm 150m
[cm) 12.5mm 20mm 25mm 38mm 50mm 75mm
m
2.5 - 5 208 199 187 179 163 154 142 125
7.5 – 10 228 217 202 193 179 169 157 136
15 - 17 243 228 214 202 187 178 169 -
Gambar2.3 Korelasi nilai kekuatan tekan beton rencana terhadap rasio W/C
Sumber : www.elprints.polsri.ac.id
fy fy d'
7) Untuk ϵ ' s=ϵ y dan ϵ y = =
ϵ s 200.000
, maka diperoleh nilai
a ( )batas
( ad' ) lim ¿=
1
(
β1
1−
fy
600)¿
8) Jika nilai d0/a > d a0lim, maka tulangan tekan tidak leleh.
Jika nilai d0/a < d a0lim, maka tulangan tekan sudah leleh.
Jika tulangan tekan sudah leleh, perhitungan akan lebih mudah dibandingkan
dengan jika tulangan tekan tidak leleh.SNI Beton ` membatasi tulangan
tarik maksimum pada balok dengan tulanganrangkapsbb,
dimana
ρ' f ' s 0 , 85 β 1 f ' c 600
( ρ−
fy b ) =
fy (
600+ f y )
2.6.2.3 Desain Tulangan Rangkap
Di dalam melakukan perancanaan penampang, perlu ditentukan terlebih
dahulu besarnya h,b,d,d’(estimasi dimensi penampang). Dalam memperkirakan
dimensi penampang caranya sama dengan pada perencanaan balok bertulang
tunggal.
Adapun langkah-langkah perencanaannya adalah sebagai berikut :
a) Bila momen cukup besar untuk dipikul suatu penampang dengan
ukuran tertentu.
b) sehingga jika dipaksakan dengan tulangan tunggal -→ ρ > ρmaks .
c) Keruntuhan yang akan terjadi pada balok berupa keruntuhan tekan
(overreinforced)
d) keruntuhan tekan -→ keruntuhan yang tidak diinginkan,
Maka ada 2 alternatif yang dapat dilakukakn :
1. Perbesar ukuran penampang
2. Pasang tulang rangkap
Bila tulangan rangkap yang menjadi pilihan, maka agar ρmaks tidak
dilampaui, tinggigaris netral c harus ditetapkan pada suatu nilai yang
berkaitan dengan ρmaks.Jika garis netral batas yang ditetapkan tersebut
adalah cu, maka :s
Perilaku balok beton bertulang Pada keadaan runtuh karena geser sangat
berbeda dengan keruntuhan karena lentur. Balok dengan keruntuhan geser,
umumnya tanpa peringatan terlebih dahulu. Perilaku keruntuhan geser bersifat
getas, oleh karena itu perlu dirancang penampang yang cukup kuat untuk memikul
gaya geser.
Tulangan geser diperlukan karena pada dasarnya ada tiga jenis retak pada
struktur, yaitu :
1. Retak lentur murni (flexural crack)
Retak yang terjadi di daerah yang mempunyai momen lentur besar.
Arah retak hampir tegak lurus sumbu balok.
2. Retak geser lentur (flexural shear crack)
Retak yang terjadi pada bagian balok yang sebelumnya telah terjadi
keretakan lentur. Jadi retak geser lentur merupakan perambatan
retak miring dari retak yang sudah terjadi sebelumnya.