Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PERPINDAHAN PANAS

PERPINDAHAN PANAS KONDUKSI KEADAAN STEADY


DENGAN SISTEM PEMBANGKIT KALOR DARI PUSAT ATAU
DIANTARA MULTI DINDING DATAR ATAU PLAT

DISUSUN OLEH

PEBRI SETYAWAN
(203030210032)

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN


PRODI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
makalah ini bias selesai dengan judul Perpindahan Panas mengenai Perpindahan Panas
Konduksi Keadaan Steady Dengan Sistem Pembangkit Kalor dari Pusat atau Diantara
Multi Dinding Datar atau Plat.
Penulis berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, penulis memahami bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Palangka Raya, 6 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii


DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................. 3
1.3. Tujuan Penulisan .................................................................................... 3
1.4. Manfaat Penulisan .................................................................................. 4
II. PEMBAHASAN ........................................................................................... 5
2.1. Definisi Perpindahan Panas.................................................................... 5
2.2. Aplikasi Perpindahan Panas ................................................................... 6
2.3. Mekanisme Perpindahan Panas .............................................................. 7
2.4. Perpindahan Konduksi ........................................................................... 7
2.4.1. Perpindahan Panas Konduksi Steady State vs Transient ............. 8
2.4.2. Steady State Satu Dimensi ........................................................... 9
2.5. Konduksi pada Dinding Datar Satu Dimensi ......................................... 10
III. PENUTUP ..................................................................................................... 11
3.1. Kesimpulan ............................................................................................ 11
3.2. Saran....................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 12

iii
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam proses fabrikasi plat baja, terdapat suatu proses pre-heating terhadap dua
buah plat baja Japanese Industrial Standards (JIS) G3106 Grade SM520B yang
disambung dengan pengelasan Submerge Arc Welding (SAW) yang disebut dengan
proses Joint Web Plate. Alat yang digunakan dalam melakukan pre-heating ini adalah
Pre-Weld Heat Treatment (PWHT), dimana alat ini menggunakan media keramik
untuk menghantarkan panasnya ke plat baja dan terdapat 6 termokopel digital untuk
mengukur temperatur plat baja tersebut di masing-masing titik dimana termokopel
dipasang. Pada saat proses pre-heating ini berlangsung, terjadilah perpindahan panas
konduksi dari keramik PWHT ke plat baja.
Perpindahan panas konduksi adalah proses perpindahan panas terjadi jika panas
mengalir dari tempat temperaturnya tinggi ke tempat temperaturnya lebih rendah,
dengan media penghantar panas tetap (diam). Proses pre-heating ini dilakukan dengan
temperatur tertentu sesuai dengan ketebalan plat baja yang di las. Oleh karena itu,
dilakukan perhitungan terhadap waktu yang dibutuhkan untuk memanaskan plat baja
sehingga dicapai temperatur yang diinginkan pada proses pre-heating.
Perpindahan kalor dari suatu zat ke zat lain seringkali terjadi dalam industri proses.
Pada kebanyakan pengerjaan, diperlukan pemasukan atau pengeluaran kalor, untuk
mencapai dan mempertahankan keadaan yang dibutuhkan sewaktu proses berlangsung.
Kondisi pertama yaitu mencapai keadaan yang dibutuhkan untuk pengerjaan, terjadi
umpamanya bila pengerjaan harus berlangsung pada suhu tertentu dan suhu ini harus
dicapai dengan jalan pemasukan atau pengeluaran kalor. Kondisi kedua yaitu
mempertahankan keadaan yang dibutuhkan untuk operasi proses, terdapat pada
pengerjaan eksoterm dan endoterm. Disamping perubahan secara kimia, keadaan ini
dapat juga merupakan pengerjaan secara alami. Dengan demikian, Pada pengembunan
dan penghabluran (kristalisasi) kalor harus dikeluarkan. Pada penguapan dan pada

1
umumnya juga pada pelarutan, kalor harus dimasukkan. Hukum alam menyatakan
bahwa kalor adalah suatu bentuk energi.
Bila dalam suatu sistem terdapat gradien suhu, atau bila dua sistemcyang suhunya
berbeda disinggungkan, maka akan terjadi perpindahan energi. Proses ini disebut
sebagai perpindahan panas (Heat Transfer). Dari titik pandang teknik (engineering).
Analisa perpindahan panas dapat digunakan untuk menaksir biaya, kelayakan, dan
besarnya peralatan yang diperlukan untuk memindahkan sejumlah panas tertentu dalam
waktu yang ditentukan. Ukuran ketel, pemanas, mesin pendingin, dan penukar panas
tergantung tidak hanya pada jumlah panas yang harus dipindahkan, tetapi terlebih-lebih
pada laju perpindahan panas pada kondisi-kondisi yang ditentukan. Beroperasinya
dengan baik komponen-komponen peralatan, seperti misalnya sudu-sudu turbin atau
dinding ruang bakar, tergantung pada kemungkinan pendinginan logam-logam tertentu
dengan membuang panas secara terus menerus pada laju yang tinggi dari suatu
permukaan. Juga pada rancang-bangun (design) mesin-mesin listrik, transformator dan
bantalan, harus diadakan analisa perpindahan panas untuk menghindari konduksi-
konduksi yang akan menyebabkan pemanasan yang berlebihan dan merusakan
peralatan. Berbagai contoh ini menunjukkan bahwa dalam hampir tiap cabang
keteknikan dijumpai masalah perpindahan panas yang tidak dapat dipecahkan dengan
penalaran termodinamika saja, tetapi memerlukan analisa yang didasarkan pada ilmu
perpindahan panas.
Dalam perpindahan panas, sebagaimana dalam cabang-cabang keteknikan
lainnya, penyelesaian yang baik terhadap suatu soal memerlukan asumsi (pengandaian)
dan idealisasi. Hampir tidak mungkin menguraikan gejala fisik secara tepat, dan untuk
merumuskan suatu soal dalam bentuk persamaan yang dapat diselesaikan kita perlu
mengadakan beberapa pengira-iraan (approximation).
Dalam perhitungan rangkaian listrik, biasanya diasumsikan bahwa nilai tahanan,
kapasitansi, dan induktansi tidak tergantung pada arus yang mengalir melaluinya.
Asumsi ini menyederhanakan analisanya, tetapi dalam hal-hal tertentu dapat sangat
membatasi ketelitian hasilnya.

2
Pada waktu menafsirkan hasil ahir suatu analisa, kita perlu mengingat asumsi,
idealisasi dan pengira-iraan yang telah kita buat selama mengadakan analisa tersebut.
Kadang-kadang kita perlu mengadakan pengira-iraan keteknikan dalam penyelesaian
suatu soal, karena tidak memadainya keterangan tentang sifat-sifat fisik. Sebagai
contoh, dalam merancang bagian-bagian mesin untuk pengoperasian pada suhu tinggi
mungkin kita perlu memakai batas proporsional (propoyional limit) atau kuat-lelah
(fatigue strength) bahannya dari data suhu rendah. Guna menjamin pengoperasian
[23.27, 6/10/2021] Srynt: yang memuaskan dari bagian mesin ini, perancang harus
menerapkan faktor keamanan (safety factor) pada hasil yang diperoleh dari analisanya.
Pengira-iraan semacam itu perlu pula dalam soal-soal perpindahan panas.
Sifat-sifat fisik seperti konduktivitas termal atau viskositas berubah dengan suhu,
tetapi jika dipilih suatu harga rata-rata yang tepat, maka penyelesaian soal dapat sangat
disederhanakan tanpa memasukan kesalahan yang cukup besar dalam hasil ahirnya.
Bila panas berpindah dari suatu fluida ke dinding, seperti misalnya didalam ketel,
maka kerak terbentuk pada pengoperasian yang terus menerus dan akan mengurangi
laju aliran panas. Untuk menjamin pengoprasian yang memuaskan dalam jangka waktu
yang lama, maka harus ditrapkan faktor keamanan untuk mengatasi kemungkinan ini.
Dalam perpindahan panas ada tiga jenis perpindahan panas yaitu perpindahan panas
dengan cara konduksi, konveksi, dan radiasi.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari mekanika fluida ini yaitu bagaimana perpindahan
panas konduksi keadaan steady dengan sistem pembangkit kalor dari pusat atau
diantara multi dinding datar atau plat.

1.3. Tujuan Penulisan


Tujuan dari makalah perpindahan panas ini yaitu agar mengetahui tentang yang
berkaitan dengan perpindahan panas konduksi keadaan steady dengan sistem
pembangkit kalor dari pusat atau diantara multi dinding datar atau plat.

3
1.4. Manfaat Penulisan
Manfaat dari makalah perpindahan panas ini yaitu dapat mengetahui gambaran
lebih jauh tentang perpindahan panas dan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
perpindahan panas.

4
I. PEMBAHASAN

2.1. Definisi Perpindahan Panas


Dari ilmu termodinamika, dipelajari bahwa energi dapat ditransfer oleh interaksi
antara sistem dan sekitarnya. Interaksi ini termasuk transfer energi dengan panas dan
kerja, serta transfer energi yang terkait dengan aliran massa. Termodinamika
berhubungan dengan keadaan akhir dari proses di mana interaksi terjadi, dan juga
dengan jumlah bersih transfer energi oleh panas dan kerja untuk proses.
Panas merupakan bentuk energi yang dapat ditransfer dari satu sistem ke sistem
lain sebagai akibat dari perbedaan temperatur. Ilmu yang berkaitan dengan penentuan
tingkat transfer energi tersebut adalah perpindahan panas. Kebutuhan dasar untuk
perpindahan panas adalah adanya perbedaan temperatur. Tidak ada transfer panas
bersih antara dua medium yang berada pada temperatur yang sama. Perbedaan
temperatur adalah kekuatan pendorong untuk perpindahan panas, sama seperti
perbedaan tegangan adalah kekuatan pendorong untuk aliran arus listrik dan perbedaan
tekanan adalah kekuatan pendorong untuk aliran fluida. Tingkat perpindahan panas
dalam arah tertentu tergantung pada besarnya gradien (perbedaan temperatur per satuan
panjang atau laju perubahan temperatur) ke arah itu. Semakin besar gradien, semakin
tinggi tingkat perpindahan panas.
Perpindahan panas atau kalor dapat didefinisikan sebagai suatu proses
berpindahnya suatu energi (kalor) dari satu daerah ke daerah lain akibat adanya
perbedaan temperatur pada daerah tersebut. Pehitungan laju perpindahan panas
membutuhkan perhitungan total pada area permukaan yang terkena panas.
Ada tiga perpindahan panas yaitu perpindahan panas konduksi, konveksi dan
radiasi. Ketika gradien suhu ada dalam media stasioner, yang mungkin berupa padatan
atau fluida, maka menggunakan istilah konduksi untuk merujuk pada perpindahan
panas yang akan terjadi di seluruh media. Sebaliknya, istilah konveksi mengacu pada
perpindahan panas yang akan terjadi antara permukaan dan cairan yang bergerak ketika
mereka pada suhu yang berbeda. Mode ketiga dari perpindahan panas adalah disebut

5
radiasi termal. Semua permukaan suhu terbatas mengeluarkan energi dalam bentuk
gelombang elektromagnetik. Oleh karena itu, dengan tidak adanya media intervensi,
ada panas bersih ditransfer oleh radiasi antara dua permukaan pada temperatur yang
berbeda.

2.2. Aplikasi Perpindahan Panas


Perpindahan panas umumnya ditemui dalam sistem rekayasa dan aspek lain dari
kehidupan. Tubuh manusia secara konstan menolak panas ke sekelilingnya, dan
kenyamanan manusia terkait erat dengan tingkat penolakan panas ini. Banyak peralatan
rumah tangga biasa dirancang, secara keseluruhan atau sebagian, dengan menggunakan
prinsip-prinsip perpindahan panas. Contoh sistem pemanas dan pendingin udara,
kulkas dan freezer, pemanas air, setrika, dan komputer. Rumah hemat energi dirancang
atas dasar meminimalkan kehilangan panas di musim dingin dan peningkatan panas di
musim panas. Perpindahan panas memainkan peran utama dalam desain banyak
perangkat lain, seperti radiator mobil, kolektor surya, berbagai komponen pembangkit
listrik, dan bahkan pesawat ruang angkasa. Ketebalan isolasi optimal di dinding dan
atap rumah, pada pipa air panas atau uap, atau pada pemanas air sekali lagi ditentukan
berdasarkan analisis perpindahan panas dengan pertimbangan ekonomi.

Gambar 1. Aplikasi Perpindahan Panas

6
2.3. Mekanisme Perpindahan Panas
Secara umum ilmu perpindahan panas terbagi atas tiga mekanisme dasar yaitu: 1)
Perpindahan Panas Konduksi Perpindahan panas yang terjadi dari benda bertemperatur
tinggi ke benda bertemperatur rendah pada medium tetap.

dimana: q = Laju perpindahan panas (W) K = Konduktivitas termal bahan (W/m·°C)


A = Luas penampang perpindahan panas (m2 ) dT = Perbedaan temperatur melewati
bahan (°C) dx = Tebal bahan (m) ̶ = Tanda negatif menunjukan arah perpindahan
temperatur tinggi ke temperatur rendah. 2) Perpindahan Panas Konveksi, Perpindahan
panas terjadi antara permukaan benda padat dan fluida (cair atau gas) yang bergerak
disekelilingnya.

dimana: qconv = Laju perpindahan panas konveksi (W) h = Koefisien perpindahan


panas (W/m2·°C) A = Luas pnampang perpindahan panas (m2) T∞ = Temperatur
sekeliling (°C) Tw = Temperatur dinding (°C). 3) Perpindahan Panas Radiasi
Perpindahan panas oleh perjalanan foton yang tak terorganisasi. Setiap benda terus
menerus memancarkan foton secara serampangan didalam arah, waktu, dan energi neto
yang dipindahkan oleh foton tersebut, diperhitungkan sebagai panas.

2.4. Perpindahan Konduksi


Konduksi steady state adalah bentuk konduksi yang terjadi ketika perbedaan
temperatur yang terjadi pada konduksi berlangsung spontan, maka setelah waktu
kesetimbangan, distribusi spasial temperatur pada benda terkonduksi tidak berubah-
ubah lagi. Pada konduksi steady state, jumlah panas yang memasuki suatu bagian sama
dengan jumlah panas yang keluar.

7
Ketika gradien temperatur ada dalam media stasioner, berupa padatan atau fluida,
konduksi merupakan istilah untuk merujuk pada transfer panas yang terjadi di seluruh
medium itu. Mekanisme fisik konduksi melibatkan konsep-konsep aktivitas atom dan
molekuler, yang menopang transfer energi dari partikel-partikel yang lebih energik ke
partikel yang kurang energik karena interaksi antar partikel.
Perpindahan panas secara konduksi juga adalah perpindahan panas yang
disebabkan perbedaan temperatur dan bergantung pada aktivitas level atom atau
molekuler. Dimana energi panas dipindahkan melalui hantaran molekul-molekul yang
bergerak dan saling bertumbukan yang ada di dalam suatu zat padat, atau melalui
hantaran molekul-molekul zat cair atau gas yang berada dalam keadaan diam atau tidak
dalam keadan mengalir.
Ketika gradien suhu ada dalam tubuh, pengalaman menunjukkan bahwa ada
transfer energi dari wilayah suhu tinggi ke wilayah suhu rendah. Kami mengatakan
bahwa energi ditransfer oleh konduksi dan bahwa laju perpindahan panas per satuan
luas adalah proporsional ke gradien suhu normal. Untuk menghitung laju perpindahan
diperlukan persamaan yang sesuai dengan mode dari perpindahan panas tersebut.
Pada sebagian besar peralatan transfer panas, energi mengalir dari satu fluida ke
fluida lainnya melewati dinding padat. Keadaan tunak berarti kondisi, temperatur,
densitas, dan semacamnya di semua titik dalam daerah kondusi tidak bergantung pada
waktu.

2.4.1. Perpindahan Panas Konduksi Steady State vs Transient


Masalah perpindahan panas dapat diklasifikasikan sebagai stabil (steady state)
atau sementara (transient atau unsteady). Istilah steady state menyiratkan tidak ada
perubahan dengan waktu pada setiap titik di dalam medium, sementara transient
menyiratkan variasi dengan ketergantungan terhadap waktu. Oleh karena itu,
temperatur atau fluks panas tetap tidak berubah dengan waktu selama perpindahan
panas yang stabil melalui suatu medium di lokasi manapun, walaupun kedua kuantitas
dapat bervariasi dari satu lokasi ke lokasi lainnya.

8
Gambar 2. Steady State vs Transient
Kondisi tunak (steady state) ini terjadi apabila tidak terjadi perubahan temperatur
pada sistem disebabkan tidak terjadinya akumulasi energi panas pada sistem.

2.4.2. Steady State Satu Dimensi


Untuk konduksi panas, persamaan laju sebagai hukum Fourier.

Gambar 3. Perpindahan Panas Konduksi 1D


memiliki distribusi temperatur T(x), persamaan laju dinyatakan:

9
Konstanta proporsionalitas k adalah properti transportasi yang dikenal sebagai
konduktivitas termal bahan (W/m·°C), dan merupakan karakteristik dari bahan
dinding. Tanda minus adalah konsekuensi dari fakta bahwa panas ditransfer ke arah
penurunan temperatur. Ketika konduktivitas termal dianggap konstan, ketebalan
dinding adalah 𝑑𝑥, dan T1 dan T2 adalah temperatur dinding. Jika konduktivitas termal
bervariasi dengan temperatur sesuai dengan beberapa hubungan linear k = k0 (1 + βT)
persamaan yang dihasilkan untuk aliran panas adalah:

Jika lebih dari satu material, seperti pada dinding multilayer yang ditunjukkan pada
Gambar 4, analisis akan berjalan sebagai berikut: gradien temperatur pada ketiga
material ditunjukkan, dan aliran panas dapat ditulis.

2.5. Konduksi pada Dinding Datar Satu Dimensi


Pada kondisi riil yang sebenarnya, konduksi pada dinding datar yang bisa
dipandang sebagai konduksi satu dimensi tidak penah ada. Akan tetapi konduksi yang
terjadi pada dinding relatif tipis dan cukup luas, atau dinding yang keempat sisinya
diisolasi dengan baik, bisa dipandang sebagai konduksi pada dinding datar satu
dimensi.
Pada umumnya, perpindahan panas konduksi terjadi pada material dengan bentuk-
betuk yang kompleks. Akan tetapi banyak dari kasus-kasus di dunia industri bisa
deidekati dengan plat datar dan silinder. Pemehaman akan hal ini. akan banyak
membantu menyelesaiakan persoalan keteknikan.

10
II. PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Konduksi steady state adalah bentuk konduksi yang terjadi ketika perbedaan
temperatur yang terjadi pada konduksi berlangsung spontan, maka setelah waktu
kesetimbangan, distribusi spasial temperatur pada benda terkonduksi tidak berubah-
ubah lagi. Pada konduksi steady state, jumlah panas yang memasuki suatu bagian sama
dengan jumlah panas yang keluar.
Pada kondisi riil yang sebenarnya, konduksi pada dinding datar yang bisa
dipandang sebagai konduksi satu dimensi tidak penah ada. Akan tetapi konduksi yang
terjadi pada dinding relatif tipis dan cukup luas, atau dinding yang keempat sisinya
diisolasi dengan baik, bisa dipandang sebagai konduksi pada dinding datar satu
dimensi.
Pada umumnya, perpindahan panas konduksi terjadi pada material dengan bentuk-
betuk yang kompleks. Akan tetapi banyak dari kasus-kasus di dunia industri bisa
deidekati dengan plat datar dan silinder. Pemehaman akan hal ini. akan banyak
membantu menyelesaiakan persoalan keteknikan.
Kondisi tunak (steady state) ini terjadi apabila tidak terjadi perubahan temperatur
pada sistem disebabkan tidak terjadinya akumulasi energi panas pada sistem.

3.2. Saran
Mahasiswa diberikan teori perpindahan panas secara mendalam sebelum
melakukan tugas, sehingga pemahaman siswa terhadap materi dan semua hal yang
berkaitan dengan perpindahan panas akan meningkat.

11
DAFTAR PUSTAKA

Buchori, Luqman, “Perpindahan Panas (Heat Transfer)”, Teknik Kimia Fakultas


Teknik Universitas Diponegoro Semarang, Semarang.
Cengel, Yunus A. Cengel, “Heat Transfer: A Practical Approach”, The McGraw-Hill
Companies, Inc., New York, 2002.
Holman, J.P,. “Heat Transfer Tenth Edition”, The McGraw-Hill Companies, Inc., New
York, 2010.
http://digilib.polban.ac.id/files/disk1/78/jbptppolban-gdl-drirharyad-3876-1-perpinda-
s.pdf
http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/11210/1/158130029%20-
%20Dani%20Julius%20Napitupulu%20-%20Fulltext.pdf
https://id.wikipedia.org/wiki/Perpindahan_panas#Konduksi
https://pdfcoffee.com/379297891-makalah-perpindahan-panas-konduksipdf-pdf-
free.html
https://www.researchgate.net/publication/342916649_Perpindahan_Panas_Untuk_Te
knik_Kimia
Kamiran, Vimala, “Simulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Plat
Menggunakan Metode Elemen Hingga”, Jurnal Sain dan Seni ITS, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, 2015.

12

Anda mungkin juga menyukai