PERPINDAHAN PANAS
DISUSUN OLEH
PEBRI SETYAWAN
(203030210032)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
makalah ini bias selesai dengan judul Perpindahan Panas mengenai Perpindahan Panas
Konduksi Keadaan Steady Dengan Sistem Pembangkit Kalor dari Pusat atau Diantara
Multi Dinding Datar atau Plat.
Penulis berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, penulis memahami bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
I. PENDAHULUAN
1
umumnya juga pada pelarutan, kalor harus dimasukkan. Hukum alam menyatakan
bahwa kalor adalah suatu bentuk energi.
Bila dalam suatu sistem terdapat gradien suhu, atau bila dua sistemcyang suhunya
berbeda disinggungkan, maka akan terjadi perpindahan energi. Proses ini disebut
sebagai perpindahan panas (Heat Transfer). Dari titik pandang teknik (engineering).
Analisa perpindahan panas dapat digunakan untuk menaksir biaya, kelayakan, dan
besarnya peralatan yang diperlukan untuk memindahkan sejumlah panas tertentu dalam
waktu yang ditentukan. Ukuran ketel, pemanas, mesin pendingin, dan penukar panas
tergantung tidak hanya pada jumlah panas yang harus dipindahkan, tetapi terlebih-lebih
pada laju perpindahan panas pada kondisi-kondisi yang ditentukan. Beroperasinya
dengan baik komponen-komponen peralatan, seperti misalnya sudu-sudu turbin atau
dinding ruang bakar, tergantung pada kemungkinan pendinginan logam-logam tertentu
dengan membuang panas secara terus menerus pada laju yang tinggi dari suatu
permukaan. Juga pada rancang-bangun (design) mesin-mesin listrik, transformator dan
bantalan, harus diadakan analisa perpindahan panas untuk menghindari konduksi-
konduksi yang akan menyebabkan pemanasan yang berlebihan dan merusakan
peralatan. Berbagai contoh ini menunjukkan bahwa dalam hampir tiap cabang
keteknikan dijumpai masalah perpindahan panas yang tidak dapat dipecahkan dengan
penalaran termodinamika saja, tetapi memerlukan analisa yang didasarkan pada ilmu
perpindahan panas.
Dalam perpindahan panas, sebagaimana dalam cabang-cabang keteknikan
lainnya, penyelesaian yang baik terhadap suatu soal memerlukan asumsi (pengandaian)
dan idealisasi. Hampir tidak mungkin menguraikan gejala fisik secara tepat, dan untuk
merumuskan suatu soal dalam bentuk persamaan yang dapat diselesaikan kita perlu
mengadakan beberapa pengira-iraan (approximation).
Dalam perhitungan rangkaian listrik, biasanya diasumsikan bahwa nilai tahanan,
kapasitansi, dan induktansi tidak tergantung pada arus yang mengalir melaluinya.
Asumsi ini menyederhanakan analisanya, tetapi dalam hal-hal tertentu dapat sangat
membatasi ketelitian hasilnya.
2
Pada waktu menafsirkan hasil ahir suatu analisa, kita perlu mengingat asumsi,
idealisasi dan pengira-iraan yang telah kita buat selama mengadakan analisa tersebut.
Kadang-kadang kita perlu mengadakan pengira-iraan keteknikan dalam penyelesaian
suatu soal, karena tidak memadainya keterangan tentang sifat-sifat fisik. Sebagai
contoh, dalam merancang bagian-bagian mesin untuk pengoperasian pada suhu tinggi
mungkin kita perlu memakai batas proporsional (propoyional limit) atau kuat-lelah
(fatigue strength) bahannya dari data suhu rendah. Guna menjamin pengoperasian
[23.27, 6/10/2021] Srynt: yang memuaskan dari bagian mesin ini, perancang harus
menerapkan faktor keamanan (safety factor) pada hasil yang diperoleh dari analisanya.
Pengira-iraan semacam itu perlu pula dalam soal-soal perpindahan panas.
Sifat-sifat fisik seperti konduktivitas termal atau viskositas berubah dengan suhu,
tetapi jika dipilih suatu harga rata-rata yang tepat, maka penyelesaian soal dapat sangat
disederhanakan tanpa memasukan kesalahan yang cukup besar dalam hasil ahirnya.
Bila panas berpindah dari suatu fluida ke dinding, seperti misalnya didalam ketel,
maka kerak terbentuk pada pengoperasian yang terus menerus dan akan mengurangi
laju aliran panas. Untuk menjamin pengoprasian yang memuaskan dalam jangka waktu
yang lama, maka harus ditrapkan faktor keamanan untuk mengatasi kemungkinan ini.
Dalam perpindahan panas ada tiga jenis perpindahan panas yaitu perpindahan panas
dengan cara konduksi, konveksi, dan radiasi.
3
1.4. Manfaat Penulisan
Manfaat dari makalah perpindahan panas ini yaitu dapat mengetahui gambaran
lebih jauh tentang perpindahan panas dan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
perpindahan panas.
4
I. PEMBAHASAN
5
radiasi termal. Semua permukaan suhu terbatas mengeluarkan energi dalam bentuk
gelombang elektromagnetik. Oleh karena itu, dengan tidak adanya media intervensi,
ada panas bersih ditransfer oleh radiasi antara dua permukaan pada temperatur yang
berbeda.
6
2.3. Mekanisme Perpindahan Panas
Secara umum ilmu perpindahan panas terbagi atas tiga mekanisme dasar yaitu: 1)
Perpindahan Panas Konduksi Perpindahan panas yang terjadi dari benda bertemperatur
tinggi ke benda bertemperatur rendah pada medium tetap.
7
Ketika gradien temperatur ada dalam media stasioner, berupa padatan atau fluida,
konduksi merupakan istilah untuk merujuk pada transfer panas yang terjadi di seluruh
medium itu. Mekanisme fisik konduksi melibatkan konsep-konsep aktivitas atom dan
molekuler, yang menopang transfer energi dari partikel-partikel yang lebih energik ke
partikel yang kurang energik karena interaksi antar partikel.
Perpindahan panas secara konduksi juga adalah perpindahan panas yang
disebabkan perbedaan temperatur dan bergantung pada aktivitas level atom atau
molekuler. Dimana energi panas dipindahkan melalui hantaran molekul-molekul yang
bergerak dan saling bertumbukan yang ada di dalam suatu zat padat, atau melalui
hantaran molekul-molekul zat cair atau gas yang berada dalam keadaan diam atau tidak
dalam keadan mengalir.
Ketika gradien suhu ada dalam tubuh, pengalaman menunjukkan bahwa ada
transfer energi dari wilayah suhu tinggi ke wilayah suhu rendah. Kami mengatakan
bahwa energi ditransfer oleh konduksi dan bahwa laju perpindahan panas per satuan
luas adalah proporsional ke gradien suhu normal. Untuk menghitung laju perpindahan
diperlukan persamaan yang sesuai dengan mode dari perpindahan panas tersebut.
Pada sebagian besar peralatan transfer panas, energi mengalir dari satu fluida ke
fluida lainnya melewati dinding padat. Keadaan tunak berarti kondisi, temperatur,
densitas, dan semacamnya di semua titik dalam daerah kondusi tidak bergantung pada
waktu.
8
Gambar 2. Steady State vs Transient
Kondisi tunak (steady state) ini terjadi apabila tidak terjadi perubahan temperatur
pada sistem disebabkan tidak terjadinya akumulasi energi panas pada sistem.
9
Konstanta proporsionalitas k adalah properti transportasi yang dikenal sebagai
konduktivitas termal bahan (W/m·°C), dan merupakan karakteristik dari bahan
dinding. Tanda minus adalah konsekuensi dari fakta bahwa panas ditransfer ke arah
penurunan temperatur. Ketika konduktivitas termal dianggap konstan, ketebalan
dinding adalah 𝑑𝑥, dan T1 dan T2 adalah temperatur dinding. Jika konduktivitas termal
bervariasi dengan temperatur sesuai dengan beberapa hubungan linear k = k0 (1 + βT)
persamaan yang dihasilkan untuk aliran panas adalah:
Jika lebih dari satu material, seperti pada dinding multilayer yang ditunjukkan pada
Gambar 4, analisis akan berjalan sebagai berikut: gradien temperatur pada ketiga
material ditunjukkan, dan aliran panas dapat ditulis.
10
II. PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Konduksi steady state adalah bentuk konduksi yang terjadi ketika perbedaan
temperatur yang terjadi pada konduksi berlangsung spontan, maka setelah waktu
kesetimbangan, distribusi spasial temperatur pada benda terkonduksi tidak berubah-
ubah lagi. Pada konduksi steady state, jumlah panas yang memasuki suatu bagian sama
dengan jumlah panas yang keluar.
Pada kondisi riil yang sebenarnya, konduksi pada dinding datar yang bisa
dipandang sebagai konduksi satu dimensi tidak penah ada. Akan tetapi konduksi yang
terjadi pada dinding relatif tipis dan cukup luas, atau dinding yang keempat sisinya
diisolasi dengan baik, bisa dipandang sebagai konduksi pada dinding datar satu
dimensi.
Pada umumnya, perpindahan panas konduksi terjadi pada material dengan bentuk-
betuk yang kompleks. Akan tetapi banyak dari kasus-kasus di dunia industri bisa
deidekati dengan plat datar dan silinder. Pemehaman akan hal ini. akan banyak
membantu menyelesaiakan persoalan keteknikan.
Kondisi tunak (steady state) ini terjadi apabila tidak terjadi perubahan temperatur
pada sistem disebabkan tidak terjadinya akumulasi energi panas pada sistem.
3.2. Saran
Mahasiswa diberikan teori perpindahan panas secara mendalam sebelum
melakukan tugas, sehingga pemahaman siswa terhadap materi dan semua hal yang
berkaitan dengan perpindahan panas akan meningkat.
11
DAFTAR PUSTAKA
12