Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
NIT : 582111118137
KELAS : N1 B
a. Dasar Sistem Koordinat Horison
Koordinat horizon adalah suatu sistem lingkaran yang dibentuk untuk mengetahui arah azimu
th dan tinggi benda langit pada bola langit. Koordinat horisan terdiri dari azimuth A sama den
gan azimuth benda langit dan h sama dengan tinggi benda langit.
Kaidah dasar sistem koordinat horison sebagai berikut :
Lingkaran dasar adalah lingkaran horison.
Koordinat adalah azimuth (A) dan tinggi (h).Azimut adalah panjang busur yang dihitung dari
titik Utara searah jarum jam sepanjang lingkaran horison sampai ke titik kaki langit (K).
Rentang azimuth (A) adalah 0o s/d 360o 56
Tinggi adalah panjang busur yang dihitung dari titik kaki langit (K) di horison sepanjang bu
sur ketinggian ke arah (atas) zenith (Z) jika h positif, dan ke arah (bawah) nadir (N) jika berh
arga negatif. Rentang tinggi benda (h) adalah 0o s/d 90o atau 0o s/d – 90o.
b. Keuntungan dan Kelemahan
Keuntungan sistem ini adalah praktis, sederhana, mudah dan langsung dapat dibayangkan le
tak bendanya pada bola langit.
Kelemahan sistem ini : a. tergantung tempat di muka bumi. Bila tempatnya berbeda, horison
nyapun berbeda. b. tergantung waktunya, karena terpengaruh oleh gerak harian.
c. Macam-macam Horizon
Horizon dapat dibagi tiga macam:
1). Horizon hakiki atau horizon sejati adalah bidang yang tegak lurus garis vertikal dan melal
ui pusat bumi.
2). Horizon mar’i atau horizon semu adalah bidang yang menyinggung bumi pada tempat pen
gamat berdiri.
3). Horizon hissi atau horizon kodrati adalah batas pandangan mata tempat pertemuan langit
dan bumi. Di tepi laut batas itu tampak jelas, merupakan batas langit dan permukaan air laut.
d. Cara Membuat Koordinat Horison
Letak titik koordinat (UTSB) pada bola langit dapat dibuat secara bebas, asalkan arah SBUT
atau UTSB searah jarum jam.
Dalam sistem koordinat horizon bumi ini dianggap sebagai titik yang besarnya diabaikan terh
adap bola langit, karena pusat bola langit juga merupakan pusat bola bumi.
Langkah-langkah dan cara melukis koordinat Horison, sebagai berikut :
1). Lukislah lingkaran meridian langit.
2). Lukislah garis datar dan tegak berpotongan di titik pusat bola langit.
3). Lukislah lingkaran horizon yang perpotongangan dengan meridian langit di titik U dan S
4). Lukislah lingkaran vertikal utama yang perpotongannya dengan meridian langit di
Z dan N serta perpotongannya dengan horison di B dan T. Ingat : perhatikan urutan arah ti
tik koordinat UTSB atau SBUT searah putaran jarum jam.
5). Melukis azimuth, yaitu tarik busur dari titik U sepanjang lingkaran horison sampai ke t
itik kaki langit (K).
6). Melukis tinggi yaitu tarik busur dari titik K ke arah Z jika harga h positif atau ke arah N ji
ka h berharga negatif sampai ke letak benda langit.
Penjelasan : a. Letak lingkaran meridian langit dan lingkaran vertikal utama dapat dituka
r tempatnya. b. Lingkaran terletak di depan bola langit digambar garis penuh, di belaka
ng garis putus-putus.
e. Cara Membaca Koordinat Horison
Cara membaca koordinat horizon sebagai berikut :
1, 2, 3, 4). Cara membacanya sama dengan melukis koordinat horison.
5). Tariklah busur lingkaran vertikal dari Z melalui benda langit sampai ke N yang perpotong
annya dengan horison di titik K.
6). Ukurlah azimuth benda langit dari U sampai ke K. Arah penelusuran azimuth searah puta
ran jarum jam.
7). Ukurlah panjang busur dari K sampai ke posisi benda langit, untuk menentukan tinggi (h)
8). Koordinat benda langit tersebut di atas adalah azimuth (A) dan tinggi (h).
Keterangan gambar.
P = titik pusat bumi/ titik pusat bola langit.
Z = Zenith ; N = Nadir
U = Titik Utara ; T = Titik timur
S = titik Selatan ; B = titik Barat
U – T – S – B = Lingkaran Horizon
Dalam Gambar ini terlihat bahwa Z – P – N bila dihubungkan dengan garis, posisi garis itu
akan tegak lurus pada bidang lingkaran horizon (bidang yang berpusat pada titik P dan
dilingkari oleh lingkaran U – T – S – B ).
Dari titik Z ke titik N melalui dan tegak lurus pada lingkaran horizon, dapat dibuat lingkaran-
lingkaran yang jumlahnya tidak terbatas. Lingkaran-lingkaran itulah yang dimaksud dengan
lingkaran vertikal. Dengan demikian, maka yang dimaksud dengan lingkaran vertikal ialah
lingkaran yang berpusat pada titik bola langit, berposisi tegak lurus pada lingkaran horizon.
Dalam Gambar tersebut juga nampak, ada lingkaran yang melalui titik Z ke titik U ke titik N
dan juga dari titik Z ke titik S ke titik N. lingkaran tersebut dinamakan lingkaran Meridian.
Dengan demikian, maka yang dimaksud dengan lingkaran Meridian adalah lingkaran vertikal
yang melalui titik utara dan titik selatan. Disamping itu juga dilihat adanya lingkaran vertikal
yang melalui titik timur dan titik barat. Lingkaran tersebut dinamakan dengan Lingkaran
vertikal terutama. Jadi yang dimaksud dengan lingkaran vertikal terutama adalah lingkaran
vertikal yang melalui titik Timur dan titik barat.
Lingkaran vertikal terutama ini membagi bola langit menjadi dua bagian sama besar, yakni
belahan Utara dan belahan Selatan. Sedang lingkaran Meridian, membagi bola langit kepada
belahan Barat dan belahan timur.
4. Apakah yang disebut titik "Zenith" dan titik " Nadir" berikan
gambar?
Zenith adalah titik di angkasa yang berada persis di atas pengamat (titik Z pada gambar II.1).
Posisi zenith di angkasa tergantung pada arah gaya gravitasi bumi di tempat pengamat
berada. Jarak angular antara zenith ke benda langit (celestial body) disebut jarak zenith. Titik
nadir adalah lawan dari zenith yaitu suatu titik di angkasa yang berada persis di bawah
pengamat (titik X pada gambar II.1).
Paralaks adalah perbedaan latar belakang yang tampak ketika sebuah benda yang diam dilihat
dari dua tempat yang berbeda . Kita bisa mengamati bagaimana paralaks terjadi dengan cara
yang sederhana. Acungkan jari telunjuk pada jarak tertentu (misal 30 cm) di depan mata kita.
Kemudian amati jari tersebut dengan satu mata saja secara bergantian antara mata kanan dan
mata kiri. Jari kita yang diam akan tampak berpindah tempat karena arah pandang dari mata
kanan berbeda dengan mata kiri sehingga terjadi perubahan pemandangan latar belakangnya.
“Perpindahan” itulah yang menunjukkan adanya paralaks.
Cara lain untuk mengukur jarak bintang adalah dengan mengukur terang suatu bintang dan
selanjutnya menaksir kuat cahaya sebenarnya bintang itu. Dalam pengamatan, terang suatu
bintang diukur dalam satuan magnitudo. Magnitudo merupakan ukuran terang bintang yang
kita lihat atau terang semu (magnitudo semu) bintang. Magnitudo juga merupakan besaran
lain untuk menyatakan fluks pancaran yang kita terima di Bumi per cm2 per detik (E).
Sebuah bintang yang kita lihat terang belum tentu benar-benar terang dalam hal kuat cahaya
sebenarnya. Bisa saja ia tampak “lebih terang” karena jaraknya yang dekat. Contohnya lampu
mobil yang berada jauh akan tampak lebih redup tapi begitu mendekat cahayanya jadi lebih
terang.
Karena energi yang dipancarkan sumber pada selang waktu satu detik akan melewati
permukaan bola itu dalam waktu satu detik juga maka:
E = L / (4π d2)
Fluks pancaran yang kita terima di Bumi itu berbanding terbalik dengan kuadrat jarak sumber
cahaya. Artinya sumber cahaya yang terletak dua kali lebih jauh akan tampak empat kali
lebih lemah cahayanya. Jika luminositas dapat diketahui, dan E bisa diukur maka jarak
bintang dapat diketahui.
Sekarang, andaikan semua bintang berjarak sama dari kita, magnitudo semu dapat dianggap
sebagai ukuran terang sebenarnya bintang. Bintang yang luminositasnya besar akan memiliki
magnitudi kecil sedangkan bintang dengan luminositas kecil akan memiliki magnitudo yang
besar. Nah untuk menentukan kuat cahaya sebenarnya sebuah bintang, maka didefinisikan
besaran magnitudo mutlak yaitu magnitudo bintang andaikan bintang diamati pada jarak yang
sama yaitu 10 parsec.
Jika ada dua bintang dengan magnitudo mutlak M1 dan M2 maka berlaku persamaan
Pogson :
Kredit:
Swinburne University of Technology
3. Modulus Jarak
Jika jarak bintang dalam parsec adalah d dan fluks pancaran E dan magnitudo semu bintang
m dan kita andaikan si bintang diamati dari jarak 10 parsec. Dan jika diandaikan fluks
pancaran bintang E’, maka menurut persamaan Pogson: m – M = 2,5 log (E/E’) dan
luminositas bintang L, maka : m – M = 2,5 log [(L/(4π d2)) / (L /(4π 102))]
Maka, selisih magnitudo semu dan magnitudo mutlak akan memberikan harga jarak bintang
dari pengamat setelah dikoreksi terhadap serapan antar bintang.
m – M = – 5 + 5 log d
Tahun 1784, John Goodricke menemukan kalau bintang Cepheid berubah cahayanya secara
berkala dan diduga merupakan komponen bintang ganda. Tapi pada tahun 1914 Shapley
menemukan kalau bintang ini berubah-ubah cahayanya bukan karena Cepheid merupakan
bintang ganda gerhana melainkan bintang ini berdenyut.
Pada bintang Cepheid juga ditemukan hubungan antara luminositas dan periode perubahan
cahaya. Hubungan ini menyatakan semakin terang suatu Cepheid, makin besar periodenya.
Untuk mengetahui jarak variabel Cepheid di galaksi lain, diambil hubungan titik nol yakni
titik pada periode dimana magnitudo mutlaknya nol. Untuk mendapatkan hubungan titik nol,
dapat ditentukan dengan membandingkannya dengan Cepheid dalam Galaksi kita pada gugus
bintang yang jaraknya sudah diketahui.
Kredit : CSIRO
Dengan mengandaikan Cepheid yang diamati memiliki sifat sama dengan Cepheid di Galaksi
kita, maka periode perubahan cahaya dan luminositasnya dianggap sama juga. Karena
luminositas dianggap sama maka Magnitudo mutlak bisa diketahui dari hubungan : M – M☉ =
-2,5 log (L/L☉)
Maka modulus jarak bisa diketahui dengan m dari pengamatan pada bintang variabel Cepheid
galaksi lain yang diamati, dan jarak pun bisa diketahui : m – M = – 5 + 5 log d
1. Azimuth sebenarnya, adalah besar sudut yang terbentuk antara utara sebenarnya yaitu
utara yang mengarah pada kutub utara bumi dengan titik sasaran.
2.
Azimuth magnetis, yaitu besar suatu sudut yang terbentuk antara utara magnetik (bisa
dilihat pada jarum kompas) dengan titik sasaran.
3.
Azimuth peta merupakan besar sudut yang terbentuk antara utara peta dengan titik
sasaran.
Untuk menentukan sudut azimuth cukup mudah. Yaitu bidikkan kompas pada objek atau
benda dilokasi yang dituju. Besar derajat (arah) yang diperolah tersebut yang dinamakan
sebagai azimuth. Namun sebelum itu harus memastikan dan mengetahui posisi kita di peta
atau yang dinamakan sebagai teknik orientasi medan. Sehingga lebih mempermudah kita
untuk dapat menggambar atau memindahkan azimuth tersebut di atas peta.