Anda di halaman 1dari 16

TUGAS

KEUNIKAN PESERTA DIDIK


Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Psikologi Pembelajaran

DOSEN PENGAMPU :
Dr. RETNO DANU RUSMAWATI, M.Pd

DISUSUN OLEH :
WULAN APRILIYAH UTAMI
NIM. 200020036

UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA


PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM TEKNOLOGI PENDIDIKAN
2020
1. Wujudkan analisis mahasiswa tentang alasan mengapa seorang guru dan
pendidik harus mampu memahami dan bertindak atas dasar karakteristik
( keunikan peserta didik) !
Jawaban :
Dalam proses pendidikan nasional karakteristik peserta didik
merupakan unsur pokok (subkompetensi) penting dalam kompetensi pedagogis.
Keberhasilan dalam pembelajaran tentu berhubungan dengan adanya kemampuan
tenaga pendidik dalam memahami subyek didik yang memiliki perbedaan.
Berdasarkan uraian di atas, tenaga pendidik sebagai salah satu komponen
penting proses pembelajaran dituntut memahami, menguasai, dan
mengimplementasikan indikator karakteristik anak. Untuk itu, dalam memahami
karakteristik peserta didik, seorang tenaga pendidik membutuhkan disiplin ilmu
seperti Psikologi Belajar, Psikologi Perkembangan, Psikologi Kepribadian, dan
bahkan mungkin ilmu-ilmu yang berkaitan dengan disiplin ilmu komunikasi.
Menurut Pearsons & Sardo (2006) menjadi guru berarti bersedia dan
mampu mengenali anak didiknya. Itu sebabnya, mengenal anak merupakan
hal yang penting, karena setiap anak memiliki keunikan . Realitasnya,
kemampuan tenaga pendidik termasuk tenaga pendidik yang telah masuk
kategori professional, kadang kala bertolak belakang dengan harapan ideal. Pada
umumnya, tenaga pendidik kurang optimal dalam memperhatikan keunikan
anak. Anak cenderung dipersepsikan sama padahal anak memiliki perbedaan
yang signifikan.
Ormrod (2003) menjelaskan bahwa guru cenderung menuntut siswa
untuk menurut atau taat dengan menunjukkan perilaku yang baik di depan guru.
Padahal stimulasi yang ditunjukkan anak belum tentu sesuai dengan kebutuhan
mereka. Proses seperti ini lambat laun akan berdampak pada perkembangan
anak dan selanjutnya anak akan menghadapi problema perkembangan.
Proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik apabila guru mampu
memahami karakter anak dengan dengan baik.
Karakter penting yang perlu dipahami dalam proses pembelajaran diantaranya
adalah :
1. Mengidentifikasi karakter fisik dan non fisik anak didik di kelas.
Anak merupakan individu yang masih dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan. Pertumbuhan mengarah pada fisik, sedangkan perkembangan
mengacu pada fungsi-fungsi organ dan non fisik.Karakter fisik merupakan
sesuatu ciri yang mudah diamati, seperti ciri-ciri fisik (keadaan kaki,
mata,tangan, berkemampuan khusus, dan lainnya). Dalam proses pembelajaran,
tenaga pendidik tidak boleh melalaikan unsur tersebut. Karena unsur itu akan
berimplikasi pada pengelolaan kelas yang pada akhirnya berdampak pada
pencapaian tujuan belajar.
2. Mengidentifikasi karakteristik belajar setiap peserta didik di kelasnya.
Anak memiliki karakteristik tersendiri dalam belajar. Karakteristik ini tidak
lepas dari beberapa hal seperti bakat, minat, lingkungan anak, gaya belajar,
intlegensia anak, dan lainnya.
3. Memastikan semua peserta didik mendapatkan kesempatan yang sama untuk
berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran
Dalam paradigma Pendidikan modern, guru bukan lah “pengajar”, tetapi guru
adalah fasilitator dan motivator. Pendidik profesional harus mampu memberi
peran besar sebagai fasilitator. Tenaga pendidik memberikan kesempatan yang
sama kepada anak didik, agar anak didik dapat berpartisipasi secara maksimal
dalam proses pembelajaran.
4. Mengatur kelas untuk memberikan kesempatan belajar yang sama pada semua
peserta didik dengan kelainan fisik dan kemampuan belajar yang berbeda.
Mengatur kelas berkaitan dengan pengelolaan kelas. Beberapa hal yang
penting diatur seperti:
a. Tempat/posisi duduk anak.
Tempat duduk perlu disesuaikan dengan keadaan fisik maupun nonfisik
anak. Contoh, ukuran tinggi badan anak bila kelas menggunakan sistem
deret, penglihatan anak, pendengaran anak dan lainnya.
b. Penerangan kelas
c. Mobilitas pendidik
d. Posisi media pembelajaran
5. Mencoba mengetahui penyebab penyimpangan perilaku peserta didik untuk
mencegah agar perilaku tersebut tidak merugikan peserta didik lainnya.
Anak memiliki karakter perilaku yang berbeda. Penyimpangan perilaku tidak
dianggap sesuatu yang aib. Bila ada tanda-tanda penyimpangan perilaku, maka
pendidik mengupayakan melakukan konseling terhadap anak. Bahkan pendidik
dan pihak sekolah haus mengupayakan melakukan upayaupata dan pendekatan
psikologis. Pemantauan dan kontrol dilakukan secara terus menerus.
6. Membantu mengembangkan potensi dan mengatasi kekurangan dan keterlambatan
pemahaman peserta didik. Anak memiliki perbedaan potensi. Potensi yang
dimaksudkan disini dapat berupa kecenderungan minat, bakat, dan keterlambatan
dalam merespon pembelajaran. Kelemahan pembelajaran system klasikal adalah
agak lamban merespon perbedaan-perbedan individual. Untuk mengetahui anak
lebih awal perkembangan anak, pendidik dan pihak sekolah dianjurkan
bekerjasama dengan pihak-pihak tertentu untuk mengetahui sedini mungkin
potensi-potensi yang dimiliki anak. Pihak-pihak tersebut diantaranya adalah
psikolog. Test-test psikologis dianggap penting untuk mengetahui keadaan anak
sehingga pendidik dan sekolah dapat memberikan pendekatan yang mampu
memaksimalkan proses pembelajaran.
7. Memperhatikan peserta didik dengan kelemahan fisik tertentu agar dapat
mengikuti aktivitas pembelajaran, sehingga peserta didik tersebut tidak
termarginalkan (tersisihkan, diolok‐olok, minder,dsb).
2. Bagaimana menciptakan pengelolaan kelas dengan belajar yang
menyenangkan?
Sebagai fasilitator utama di kelas, guru sangat berperan untuk membuat setiap
proses pembelajaran selalu segar, menarik, dan tidak membosankan. Maka dari
itu, memberikan materi dengan cara-cara yang baru dan menyenangkan dapat
menjadi salah satu faktor untuk menentukan hasil dari proses belajar mengajar di
kelas. Dengan suasana kelas yang menyenangkan, siswa akan menikmati kegiatan
belajar mereka tanpa adanya perasaan tertekan. Berikut ini cara mengelola kelas
agar tercipta suasana menyenangkan adalah sebagai berikut :
1. Buat suasana ruangan yang berbeda

Metode mobile teaching (Sumber: cybercamps.com)

Posisi duduk siswa di sekolah kebanyakan sama, yaitu guru di depan dan kursi
siswa disusun berjajar membentuk persegi. Metode ini dikaji sebagai metode
yang tidak efektif, karena proses belajar terjadi hanya satu arah (guru
menyampaikan dan murid mendengarkan). Agar suasana kelas lebih
menyenangkan, menata ulang ruang kelas seperti posisi meja dan kursi yang
melingkar. sehingga posisi guru berada di tengah-tengah dan siswa dapat
melihat guru dengan lebih baik.
Bapak/Ibu Guru juga dapat mencoba metode mobile teaching. Saat belajar
matematika misalnya, guru bisa benar-benar turun untuk membantu murid
menjelaskan penggunaan rumus dan sebagainya. Hal ini dapat membantu
murid lebih santai dan menciptakan suasana bahwa mereka memang sedang
belajar bersama guru, bukan sekadar diajari atau digurui.
2. Perbanyak interaksi dengan memancing ide anak

Pancing ide anak (Sumber: edtpatips.com)

Full attention atau perhatian penuh juga bisa didapatkan dari memancing
pendapat, diskusi atau debat argumen antara murid dan guru. Memang tidak
semua anak bisa dengan leluasa mengeluarkan ide mereka. Maka dari itu
sebagai guru atau pendidik, di sinilah peran Bapak/Ibu Guru untuk percaya
pada kemampuan masing-masing anak dan pacu mereka untuk berani
berpendapat, serta menghargai apapun yang mereka ungkapkan.
Cara ini dapat melatih anak untuk belajar mendengarkan orang lain, keberanian
untuk berbicara dan lebih terbuka pada perbedaan pendapat. Hal ini sangat
penting untuk mereka karena akan menjadi bekal saat berinteraksi dengan
orang lain, baik itu dengan teman, guru, orang tua atau masyarakat pada
umumnya
3. Memanfaatkan Teknologi
Penggunaan teknologi dapat membantu guru menciptakan suasana aktif dan
segar di dalam kelas. Kita dapat menggunakan laptop, internet dan proyektor
untuk mengubah materi pelajaran text book ke dalam audio visual. Jika ingin
lebih mudah, Bapak/Ibu Guru bisa langsung memperlihatkan video yang ada di
ruang belajar sesuai dengan materi yang sedang disampaikan. Dengan
penyajian yang baik dan menarik, fokus anak akan lebih terarah pada materi
yang disampaikan.
4. Mempunyai Sifat Humoris

Miliki sifat humoris di dalam kelas (Sumber: pennreview.com)


siswa akan lebih senang apabila pada saat proses pembelajaran di kelas dalam
keadaan santai, tidak tegang dan diberikan memberikan humor segar di tengah-
tengah pengajaran yang sedang diberikan. Tidak hanya itu, sifat humoris yang
dimiliki oleh seorang guru juga dapat memberikan efek kedekatan antara siswa
dan guru, lho. Semakin murid merasa dekat dengan gurunya, maka apa yang
disampaikan oleh guru juga akan lebih mudah diserap oleh mereka.
5. Memberikan perhatian yang sama pada semua anak

Berikan perhatian yang sama pada setiap murid (Sumber: denews.pl)


Terkadang guru akan lebih cenderung memerhatikan murid yang pintar dan
aktif di kelas. Anak yang diam saja di kelas biasanya akan kesulitan untuk
mendapatkan kesempatan untuk menuangkan ide ataupun mengaktualisasikan
dirinya di kelas. Maka sering dikatakan untuk menjadi anak yang “paling” di
kelas, baik itu paling pintar, paling suka telat, paling cantik, paling nakal, dan
sebagainya. Karena dengan menjadi yang “paling” barulah anak akan
diperhatikan oleh guru.

3. Menurut kelompok penyaji saat ini ada 4 strategi yang dapat diterapkan guru
diantaranya:
a. Memahami pemahaman kognitif siswa
b. Memahami gaya belajar siswa
c. Menggunakan pendekatan multi sensory untuk memproses,
mempraktikkan, dan mengolah informasi
d. Menyediakan lingkungan belajar yang kondusif sesuai karakter siswa.
Silahkan diuraikan?

Membahas strategi pembelajaran berarti membahas bagaimana cara guru dalam


mentransformasikan semua informasi pengetahuan kepada anak didik dengan cara
yang mudah dipahami anak, menarik minat anak, memunculkan semangat belajar
anak, dan mempertimbangkan hal-hal yang terkait dengan bagaimana semua aspek
perkembangan anak dapat tercapai secara optimal.
a. Memahami Pemahaman Kognitif Siswa
Berdasarkan teori kognitif dan pemrosesan informasi, maka terdapat beberapa
strategi belajar yang dapat digunakan dan diajarkan, yaitu:
a. Strategi Mengulang (Rehearsal Strategies)
Agar terjadi pembelajaran, pebelajar harus melakukan tindakan pada
informasi baru dan menghubungkan informasi baru tersebut dengan
pengetahuan awal. Strategi yang digunakan untuk proses pengkodean ini
disebut strategi mengulang (rehearsal strategies).
Strategi mengulang terdiri dari strategi mengulang sederhana (rote
rehearsal) dengan cara mengulangulang dan strategi mengulang kompleks
dengan cara menggaris bawahi ideide utama (under lining) dan membuat
catatan pinggir (marginal note). Strategi mengulang yang paling sederhana,
yaitu sekedar mengulang dengan keras atau dengan pelan informasi yang
ingin kita hafal disebut strategi mengulang sederhana (rote rehearsal).
Namun, seorang pembelajar tidak dapat mengingat seluruh kata atau ide
dalam sebuah buku hanya dengan membaca buku itu keras-keras. Untuk itu,
diperlukan yang namanya strategi mengulang kompleks dengan cara
menggaris bawahi dan membuat catatan pinggir.
1) Menggaris Bawahi
Menggaris bawahi membantu siswa belajar lebih banyak dari teks
karena beberapa alasan. Pertama, menggaris bawahi secara fisik
menemukan ide-ide kunci, oleh karena itu, pengulangan dan
penghafalan lebih cepat dan lebih efisien. Kedua, proses pemilihan apa
yang digaris bawahi membantu dalam menghubungkan informasi baru
dengan pengetahuan yang telah ada (Trianto, 2011: 146)
2) Membuat Catatan Pinggir
Membuat catatan pinggir dan catatan lain membantu dalam melengkapi
pemberian garis bawah yang sudah dilakukan.
b. Strategi Elaborasi (Elaboration Strategies)
Elaborasi merupakan proses penambahan rincian sehingga informasi
baru akan menjadi lebih bermakna. Strategi elaborasi membantu
pemindahan informasi baru dari memori jangka pendek ke memori jangka
panjang dengan menciptakan gabungan dan hubungan antara informasi baru
dengan apa yang telah diketahui.
1) Pembuatan Catatan (Note Taking)
Sejumlah besar informasi diberikan kepada siswa melalui presentasi
dan demonstrasi guru. Pembuatan catatan membantu siswa dalam
mempelajari informasi ini secara singkat dan padat menyimpan
informasi untuk ulangan dan dihafal kelak.
3) Analogi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, analogi berarti persamaan atau
persesuaian antara dua hal yang berbeda (Meity, 2011: 20). Jadi, dapat
disimpulkan bahwa analogi merupakan pembandingan yang dibuat
untuk menunjukan kesamaan antara ciri-ciri pokok suatu benda atau ide-
ide.
4) Metode PQ4R
Metode PQ4R digunakan untuk membantu siswa mengingat apa yang
mereka baca. P singkatan dari preview (membaca selintas dengan
cepat), Q adalah question (bertanya), dan 4R singkatan dari read
(membaca), reflect (refleksi), recite (tanya-jawab sendiri), review
(mengulang secara menyeluruh). Melakukan preview dan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan sebelum membaca mengaktifkan pengetahuan
awal dan mengawali proses pembuatan hubungan antara informasi baru
dengan apa yang telah diketahui.
c. Strategi Organisasi (Organization Strategies)
Seperti halnya strategi elaborasi, strategi organisasi bertujuan
membantu pebelajar meningkatkan kebermaknaan bahan-bahan
baru,terutama dilakukan dengan mengenakan struktur-struktur
pengorganisasian baru pada bahan-bahan tersebut. Outlining, mapping, dan
mnemonics yang meliputi pemotongan, akronim, dan kata terkait
merupakan strategi organisasi yang umum.
1) Outlining
Dalam outlining atau membuat kerangka garis besar, siswa belajar
menghubungkan berbagai macam topik atau ide dengan beberapa ide
utama. Sama dengan strategi lain, siswa jarang sebagai pembuat
kerangka yang baik pada awalnya, namun mereka dapat belajar menjadi
penulis kerangka yang baik apabila diberikan pengajaran tepat dan
latihan yang cukup.
2) Pemetaan Konsep (Mapping Concept)
“Concept map (peta konsep) adalah representase visual untuk hubungan
diantara ide-ide”. Menurut Martin, pemetaan konsep merupakan sebuah
terobosan baru yang penting yang dapat membantu anak menghasilkan
pembelajaran bermakna yang terjadi di dalam kelas (Trianto, 2011:
157) Peta konsep menyediakan bantuan visual konkret untuk membantu
mengorganisasikan informasi sebelum informasi tersebut dipelajari.
3) Mnemonics
Mnemonics merupakan strategi untuk membantu menata informasi
yang menjangkau ingatan dalam pola-pola yang dikenal, sehingga lebih
mudah dicocokkan dengan pola skemata dalam memori jangka
panjang. Contoh dari mnemonics, yaitu chunking (potongan), akronim
(singkatan), dan
link-work (kata berkait).

b. Memahami Gaya Belajar Siswa


Gaya belajar adalah kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan,
di sekolah dan dalam situasi-situasi antar pribadi. Ketika kita menyadari
bagaimana diri ini dan orang lain menyerap dan mengolah informasi, kita
dapat menjadikan belajar dan berkomunikasi lebih mudah dengan gaya sendiri.
Ciri-ciri perilaku berikut merupakan petunjuk kecenderungan belajar seseorang
:
1. Orang-orang Visual
• Rapi dan teratur
• Berbicara dengan cepat
• Pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya dalam
pikiran mereka
• Biasanya tidak terganggu dengan keributan
• Lebih suka membaca daripada dibacakan
• Sering menjawab dengan singkat
• Lebih suka seni daripada musik
2. Orang-orang Auditorial
• Mudah terganggu oleh keributan
• Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama dan warna
suara.
• Mereka sulit untuk menulis, tetapi hebat dalam bercerita
• Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya
• Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik
3. Orang-orang Kinestetik
• Berbicara dengan perlahan
• Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian
• Selalu berorientasi pada fisik dan banyak gerak
• Menghafal dengan cara berjalan dan melihat
• Menggunakan jari sebagai petunjuk kita membaca
• Banyak menggunakan isyarat tubuh.

c. Menggunakan pendekatan multi sensory untutk memproses,


mempraktikan dan mengelola informasi
Pendekatan multi sensori merupakan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan
dengan melibatkan berbagai stimulus indra meliputi pendengaran, penglihatan ,
sentuhan , penciuman , dan pengecapan. Metode ini merupakan salah satu
program remedial belajar untuk siswa kesulitan belajar namun dirasakan ada
beberapa prinsip dalam metode ini dapat diharapkan mampu mengatasi beberapa
kendala penerapan metode dalam kurikulum yang digunakan sekolah formal.
Karakteristik pembelajaran ini yakni pembelajaran menggunakan drama , seni,
msik, makanan, video, media interaktif dan elemen elemen menarik lainnya
yang dapat menstimulus siswa siswa. Ada dua macam metode mengajar yang
menggunakan pendekatan multisensori, yaitu metode yang dikembangkan oleh
Fernald dan Gillingham.
a. Metode Fernald, anak dilatih untuk membaca kata secara utuh, yaitu kata
yang dipilih dan cerita yang dibuat oleh anak itu sendiri. Sehingga, tidak ada
kegiatan memperkenalkan nama huruf atau bunyi secara menyeluruh.
Metode ini mencakup empat tahapan sebagai berikut:
(1) tahap 1: anak memilih materi atau kata-kata yang akan dipelajari,
sementara guru menuliskannya dengan huruf besar-besar, selanjutnya anak
menelusuri kata dengan jarinya;
(2) tahap 2: anak belajar dengan melihat kata yang ditulis guru,
mengucapkan, dan menyalinnya;
(3) tahap 3: guru tidak lagi menuliskan kata, karena anak belajar membaca
dari kata-kata yang sudah dicetak;
(4) tahap 4: anak sudah mampu mengenali kata-kata baru dengan
membandingkannya dengan kata-kata yang sudah dipelajari.
Kemajuannya memang lambat, dan untuk menjaga minat belajar anak, maka
anak sendiri yang memilih materi bacaan
b. Metode Gillingham lebih terstruktur dan berorientasi pada bunyi dan huruf.
Setiap huruf diajarkan dengan multisensori. Kartu huruf dibuat dengan warna
berbeda, misalnya hitam untuk konsonan dan putih untuk vokal.
Model pembelajaran multisensory memberikan kesempatan kepada guru
untuk eatif dan memperkenalkan berbagai proses kegiatan belajar mengajar
yang menyenangkan dan dapat menarik perhatian siswa
d. Menyediakan lingkungan belajar yang kondusif sesuai karakter siswa.
Proses pembelajaran merupakan interaksi antara anak dengan lingkungan di
sekitarnya, sehingga pada diri anak terjadi proses pengolahan informasi menjadi
pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagai hasil dari proses belajar, hal
tersebut juga akan tercapai jika lingkungan belajar di sekolah juga berjalan
dengan kondusif.
Lingkungan belajar siswa di sini terbagi dua, ada lingkungan fisik dan
lingkungan sosial.
1. Lingkung fisik disini yang di maksud adalah kondisi lingkungan yang ada di
sekitar siswa, seperti penataan lingkungan kelas untuk pembelajaran siswa.
Penataan tersebut berupa pengaturan pencahayaan di dalam kelas,
pencahayaan perlu di atur karena jika pencahayaan kurang atau terlalu terang
di dalam suatu kelas maka akan mengganggu proses belajar, begitu juga
dengan pengaturan suhu di kelas juga perlu di atur, beberapa sekolah tentu
ada yang berada dekat dengan jalan raya, dan tentu banyak kendaraan yang
melewati jalan tersebut, dengan keadaan itu di haruskan juga guru untuk
menutup jendela dan pintu di kelas karena polusi dari kendaraan yang
melewati jalan tersebut akan masuk kedalam kelas dan mengganggu proses
belajar, tidak hanya proses belajar tetapi juga kesehatan. Di dalam kelas juga
harus tenangan disaat pembelajaran atau tidak mengeluarkan suara-suara dan
bunyi yang tidak perlu saat sedang berlangsungnya pembelajaran, hal ini di
butuhkan supaya apa yang di ajarkan guru akan dengan mudah di pahami
oleh peserta didik.
2. Lingkungan sosial,dalam hal ini tentu saja harus ada kerjasama lingkungan
di sekitar sekolah atau masyarakat dengan pihak sekolah, banyak sekolah
yang terletak di tengah lingkungan masyarakat,dan untuk menjaga keamanan
dan ketenangan dalam berlangsungnya proses belajar dan mengajar di
sekolah, maka harus ada kerjasama antar pihak sekolah dan masyarakat atau
tokoh masyarakat di sekitarnya.

Tidak hanya masyarakat yang ikut menjaga proses belajar, akan tetapi guru
pun juga harus menjaga supaya murid fokus dengan pelajaran dan tidak
teralihkan ke suara yang dari lingkungan sekitar sekolah.
Dengan cara, menjaga kondisi kelas tetap tenang dan nyaman tentu guru harus
bisa memiliki dan menerapkan strategi pembelajaran yang baik dan
menyenangkan bagi anak agar anak tidak jenuh dalam belajar dan membuat
fokus mereka teralihkan.
DAFTAR PUSTAKA

J, Janawi. (2019). Memahami Karakteristik Peserta Didik dalam Proses Pembelajaran.


Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 6, No. 2. Halaman 68 – 79
https://jurnal.lp2msasbabel.ac.id/index.php/tar/article/view/1236/457 diakses 16
Desember 2020 21:31
Shabrina Alfari.2018. 5 Cara Ampuh Membuat Suasana Kelas Menyenangkan.
https://blog.ruangguru.com/5-cara-ampuh-membuat-suasana-kelas-
menyenangkan diakses 17 Desember 2020 14:39
Abrar, Andi Ika Prasasti dan Mitha Utami Amalia.2017. Aplikasi Strategi Kognitif Untuk
Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Memahami Materi Pembelajaran
Logaritma di Kelas X Matematika dan Ilmu Alam (Mia) 5 Sma Negeri 2 Palopo.
Jurnal Matematika dan Pembelajaran, Vol. 5, No.1 Halaman 49-51
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/Mapan/article/download/2841/3013
diakses 18 Desember 2020 8:46
Sumantri, Mohamad Syarif dan Renti Oktaria.2014.Strategi Pembelajaran.
http://pps.unj.ac.id/publikasi/dosen/mohamad.syarif.sumantri/28.pdf diakses 18
Desember 2020 7.30
Thomas L. Madden. 2002. Fire Up Your Learning (Petunjuk Belajar yang Dipercepat
untuk Umur 12 Tahun ke Atas)
https://www.amongguru.com/pendekatan-multisensori-dalam-pembelajaran-
membaca-teknis-bahasa-indonesia/ diakses 18 Desember 2020 9:15
Yolanda.2019. Lingkungan Yang Kondusif Untuk Proses Pembelajaran di Sekolah
http://koranbogor.com/berita/hukum/lingkungan-yang-kondusif-untuk-proses-
pembelajaran-di-sekolah/ diakses 18 Desember 2020 9:48

Anda mungkin juga menyukai