DISUSUN OLEH :
WINDA LESTARI
PO.71.20.2.19.035
TINGKAT :3A
TAHUN 2021/2022
IDENTIFIKASI PERATURAN PEMERINTAH TERKAIT
KEGAWATDARURATAN
Early Warning Score (EWS) system adalah suatu sistem permintaan bantuan untuk mengatasi
masalah kesehatan pasien secara dini.
EWS didasarkan atas penilaian terhadap perubahan keadaan pasien melalui pengamatan yang
sistematis terhadap semua perubahan fisiologi pasien.
Sistem ini merupakan konsep pendekatan proaktif untuk meningkatkan keselamatan pasien
dan hasil klinis pasien yang lebih baik dengan standarisasi pendekatan asesmen dan
menetapkan skoring parameter fisiologis yang sederhana dan mengadopsi pendekatan ini dari
Royal College of Physicians – National Health Services, 2012.
Bantuan Hidup Dasar atau Basic Life Support merupakan sekumpulan intervensi yang
bertujuan untuk mengembalikan dan mempertahankan fungsi vital organ pada korban henti
jantung dan henti nafas. Intervensi ini terdiri dari pemberian kompresi dada dan bantuan
nafas. Prinsip bantuan hidup dasar adalah memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi
dan ventilasi pada pasien henti jantung atau henti nafas melalui RJP/ CPR.
Menurut AHA Guidelines tahun 2015, tindakan BHD ini dapat disingkat sebagai teknik AB
C pada prosedur RJP, yang terdiri dari: a. A (Airway): Menjaga jalan nafas tetap terbuka b. B
(Breathing): Ventilasi paru dan oksigenasi yang adekuat c. C (Circulation): Mengadakan
sirkulasi buatan dengan kompresi jantung paru.
EWS sistem menggunakan pendekatan sederhana berdasarkan dua persyaratan utama yaitu:
1) Metode yang sistematis untuk mengukur parameter fisiologis sederhana pada semua
pasien untuk memungkinkan identifikasi awal pasien yang mengalami penyakit akut atau
kondisi perburukan, dan
2) Definisi yang jelas tentang ketepatan urgensi dan skala respon klinis yang diperlukan,
disesuaikan dengan beratnya penyakit.
1) Tingkat kesadaran
2) Respirasi/ Pernapasan,
3) Output Cairan
4) Oksigen tambahan (non-rebreathing mask, rebreathing mask, nasal kanula)
5) Suhu
6) Denyut nadi,
7) Tekanan darah sistolik
B.CODE BLUE
Code blue adalah isyarat yang digunakan dalam rumah sakit yang menandakan adanya
seorang pasien yang sedang mengalami henti jantung (Cardiac Arrest) atau mengalami situasi
henti nafas (Respiratory Arrest) dan situasi darurat lainnya yang menyangkut dengan nyawa
pasien.
Definisi Code blue dan Bantuan Hidup Dasar Code blue didefinisikan sebagai suatu kode
aktivasi sistem untuk kondisi gawat darurat yang terjadi di rumah sakit atau suatu institusi
kesehatan dimana terdapat pasien yang mengalami cardiopulmonary arrest dan perlu
penanganan sesegera mungkin.
(Monangi S et al, 2018) Code blue team adalah tim yang terdiri dari dokter dan paramedis
yang ditunjuk sebagai "code-team", yang secara cepat ke pasien untuk melakukan tindakan
penyelamatan. Tim ini menggunakan troli emergensi/ crash cart, kursi roda/tandu, alat - alat
penting seperti defibrilator, peralatan intubasi, suction, oksigen, ambubag, obat-obatan
resusitasi(adrenalin, atropin, lignocaine) dan IV set untuk menstabilkan pasien dengan
Bantuan Hidup Dasar. (Vindigni S, et al, 2017)
1. Pelaksana Code Blue terdiri atas tenaga medis dan perawat terlatih yang secara sistematis
diatur untuk melaksanakan pertolongan kedaruratan dalam rumah sakit. Pelaksana Code Blue
yang selanjutnya disebut Tim
rumah sakit
e. Mampu melakukan tindakan Initial Assesment (pengkajian awal) dan lanjutan pada
kedaruratan medis
System komunikasi dalam rumah sakit dalam pemanggilan petugas tim Code Blue dengan
aktivasi yang disepakati. Panggilan Code Blue melalui call center 242 dengan menyebutkan
lokasi kejadian secara terperinci, jumlah korban dan kejadian yang dialami. Semua petugas
Rumah Sakit diharapkan mampu mengaktivasi Tim Code Blue, tidak terbatas pada perawat
atau tenaga medis yang berada di ruang perawatan. Setelah pelaporan oleh petugas yang
menemui korban maka Tim Code Blue segera berlari memberikan bantuan dalam waktu
maksimal 4 menit sejak diaktivasi.
Tim Code Blue memilki sarana dan prasarana yang sangat penting dalam pertolongan
kedaruratan. Alat bantu yang digunakan adalah sejumlah alat emergency (Emergency Kit)
berisi alat airway, breathing, circulation, infuse set beserta cairan infus dan obat emergensi.
Obatobatan resusitasi seperti Ephyneprin, amiodaron, Methylprednisolon, Vasopressin harus
tersedia. Alat kejut jantung berupa AED atau portable defibrillator harus tersedia dan siap
digunakan.
Alat untuk transportasi yang simple sesuai rute yang akan ditempuh untuk melakkan evakuasi
harus tersedia, berupa brankat, long spine board, scope strechter dan alas resusitasi
DOKUMENTASI KEPERAWATAN “DAR”
26 Oktober 2011
Tangan saya terasa panas, IV terpasang pada tangan kiri teraba hangat, edema, eritema dan
nyeri bila disentuh. IV dihentikan, dilakukan kompres hangat suhu 38 C. Dokter diberi tahu
untuk memasang IV lagi pada tempat lain (nama perawat dan ttd perawat)
O: RR: 26 kali per menit, dangkal, bunyi crackle di lobus kanan bawah
A: imobilisasi telah menurunkan ekspansi paru dan bersihan jalan nafas tidak efektif masih
ada
30 Oktober 2011
Data:
dada saya terasa sakit bila bernafas/ batuk . skala nyeri 0-10. Wajah meringis, tingkah laku
berhati- hati. Tekanan darah 140/80 mmHg, pernafasan 26 kali per menit. Tindakan diberikan
tienol 1 tablet
Action:
mengajarkan klien untuk memberitahu perawat sebelum nyeri skala 4. Mengajarkan latihan
distraksi, mengajarkan untuk bernafas dan batuk selama 5 menit
Respon:
saya menilai tingkat nyeri saya pada skala 3, wajah tidak meringis dan terasa terjadi
penurunan nyeri. Tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 kali permenit, pernafasan 20 ali
permenit. Pengobatan mengurangi rasa nyeri