Anda di halaman 1dari 11

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

DAN MENEJEMEN BENCANA

DISUSUN OLEH :

WINDA LESTARI

PO.71.20.2.19.035

TINGKAT :3A

DOSEN PEMBIMBING : NI KETUT SUJATI, APP, M.KES

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG

PRODI KEPERAWATAN BATURAJA

TAHUN 2021/2022
IDENTIFIKASI PERATURAN PEMERINTAH TERKAIT
KEGAWATDARURATAN

1. identifikasi peraturan pemerintah terkait kegawatdaruratan


a. bahwa untuk meningkatkan mutu pelayanan kegawatdaruratan yang terpadu
dan terintegrasi dalam Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT),
diperlukan pengaturan pelayanan kegawatdaruratan
b. bahwa pengaturan standar instalasi gawat darurat di Rumah Sakit sebagaimana
ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 856/Menkes/SK/IX/2009
tentang Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit sudah tidak sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan, serta kebutuhan
program di bidang pelayanan kesehatan
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf
b, dan untuk melaksanakan ketentuan mengenai kegawatdaruratan sebagaimana
diatur dalam Pasal 63 Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2018 tentang Jaminan
Kesehatan, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pelayanan
Kegawatdaruratan
 Pelayanan Kegawatdaruratan adalah tindakan medis yang dibutuhkan oleh pasien
gawat darurat dalam waktu segera untuk menyelamatkan nyawa dan pencegahan
kecacatan.
 Gawat Darurat adalah keadaan klinis yang membutuhkan tindakan medis segera untuk
penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan.
 Pasien Gawat Darurat yang selanjutnya disebut Pasien adalah orang yang berada
dalam ancaman kematian dan kecacatan yang memerlukan tindakan medis segera

KONKLUSI PERAN DAN FUNGSI PERAWAT VOKASI DI IGD


2. konklusi peran dan fungsi perawat vokasi di IGD
a. Pra Rumah Sakit
 Segera merespon untuk datang ke lokasi kejadian
 Melindungi diri sendiri
 Melindungi pasien dan lokasi dari kemungkinan bahaya lebih lanjut
 Memanggil bantuan yang tepat (pemadam kebakaran, tim SAR, polisi, dll)
 Lakukan pengkajian terhadap pasien
 Lakukan perawatan dan tindakan emergency yang dibutuhkan
 Pindahkan pasien jika diperlukan
 Dokumentasikan hal-hal yang telah dilakukan

b. Dalam Rumah Sakit


 Peran perawat melakukan triase mengkaji dan menetapkan prioritas dalam
spektrum yang lebih luas terhadap kondisi klinis pada berbagai keadaan
yang bersifat mendadak mulai dari ancaman nyawa sampai kondisi
kronis.Perawat yang melakukan triase adalah perawat yang telah
mempunyai kualifikasi spesialis keperawatan gawat darurat dengan adanya
kebijakan pimpinan rumah sakit.
 Mengkaji dan memberikan asuhan keperawatan terhadap individu-individu
dari semua umur dan berbagai kondisi
 mengatur waktu secara efisien walaupun informasi terbatas
 Memberikan dukungan psikologis terhadap pasien dan keluarganya
 Memfasilitasi dukungan spiritual
 Mengkoordinasikan berbagai pemeriksaan diagnostik dan memberikan
pelayanan secara multi displin
 Mengkomunikasikan informasi tentang pelayanan yang telah dan akan
diberikan serta untuk kebutuhan tindak lanjut,
 Mendokumentasi pelayanan yang diberikan
ALGORITMA DAN VODEO DEMONSTRASI CPR AHA 2020

3. algoritma dan vodeo demonstrasi CPR AHA 2020


a. Algoritma dan Alat Bantu Visual
 ETT Berbalon dirancang untuk mengurangi kebocoran
udara dan kebutuhan pertukaran selang untuk pasien dari Grup penulis
memperbarui semua algoritme agar sejalan
segala usia yang membutuhkan intubasi. dengan sains terbaru dan membuat
beberapa perubahan
besar untuk meningkatkan pelatihan visual dan alat bantu
 Penggunaan tekanan krikoid secara rutin selama intubasi kinerja:
tidak lagi direkomendasikan.
 Rantai Kelangsungan Hidup pediatrik baru diciptakan untuk
 Untuk memaksimalkan kemungkinan hasil resusitasi yang IHCA pada bayi,
anak-anak, dan remaja baik, epinefrin harus diberikan sedini mungkin,
idealnya
dalam waktu 5 menit sejak dimulainya henti jantung dari
 Tautan keenam, Pemulihan, ditambahkan ke Rantai
ritme yang tidak dapat didefibrilasi (asistol dan aktivitas Kelangsungan Hidup
OHCA pediatrik dan termasuk
listrik tanpa denyut). dalam Rantai Kelangsungan Hidup IHCA pediatrik baru
 Pada pasien dengan jalur arteri, penggunaan umpan
balik dari pengukuran tekanan darah arteri secara
 Algoritma Henti Jantung Pediatrik dan Bradikardia Pediatrik
terus-menerus dapat meningkatkan kualitas CPR. Dengan Algoritma Denyut
telah diperbarui agar sejalan
dengan ilmu sains terbaru kami kejang; status epileptikus dan kejang konvulsif
 Takikardia Pediatrik tunggal Dengan Algoritma Denyut
harus diobati. sekarang mencakup takikardia kompleks sempit dan luas
pada pasien pediatric
 Karena pemulihan dari henti jantung berlangsung lama
setelah pasien masuk untuk rawat inap, pasien harus
 Dua Algoritma Darurat Terkait Opioid baru telah
mendapatkan penilaian formal dan dukungan untuk ditambahkan untuk
penyelamat awam dan penyelamat
kebutuhan fisik, kognitif, dan psikososial mereka. Terlatih
 Pendekatan manajemen cairan yang dititrasi, dengan infus
 Daftar periksa baru disediakan untuk perawatan pasca-
epinefrin atau norepinefrin jika vasopresor diperlukan, henti jantung pediatric

b. vodeo demonstrasi CPR AHA 2020


https://youtu.be/fUXpw_YK_ok
KONKLUSI EWS DAN CODE BLUE

4.EARLY WARNING SCORE (EWS)

Early Warning Score (EWS) system adalah suatu sistem permintaan bantuan untuk mengatasi
masalah kesehatan pasien secara dini.

EWS didasarkan atas penilaian terhadap perubahan keadaan pasien melalui pengamatan yang
sistematis terhadap semua perubahan fisiologi pasien.

Sistem ini merupakan konsep pendekatan proaktif untuk meningkatkan keselamatan pasien
dan hasil klinis pasien yang lebih baik dengan standarisasi pendekatan asesmen dan
menetapkan skoring parameter fisiologis yang sederhana dan mengadopsi pendekatan ini dari
Royal College of Physicians – National Health Services, 2012.

Bantuan Hidup Dasar atau Basic Life Support merupakan sekumpulan intervensi yang
bertujuan untuk mengembalikan dan mempertahankan fungsi vital organ pada korban henti
jantung dan henti nafas. Intervensi ini terdiri dari pemberian kompresi dada dan bantuan
nafas. Prinsip bantuan hidup dasar adalah memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi
dan ventilasi pada pasien henti jantung atau henti nafas melalui RJP/ CPR.
Menurut AHA Guidelines tahun 2015, tindakan BHD ini dapat disingkat sebagai teknik AB
C pada prosedur RJP, yang terdiri dari: a. A (Airway): Menjaga jalan nafas tetap terbuka b. B
(Breathing): Ventilasi paru dan oksigenasi yang adekuat c. C (Circulation): Mengadakan
sirkulasi buatan dengan kompresi jantung paru.

EWS sistem menggunakan pendekatan sederhana berdasarkan dua persyaratan utama yaitu:

1) Metode yang sistematis untuk mengukur parameter fisiologis sederhana pada semua
pasien untuk memungkinkan identifikasi awal pasien yang mengalami penyakit akut atau
kondisi perburukan, dan
2) Definisi yang jelas tentang ketepatan urgensi dan skala respon klinis yang diperlukan,
disesuaikan dengan beratnya penyakit.

Format penilaian EWS dilakukan berdasarkan pengamatan status fisiologi pasien.


Pengamatan ini merupakan pengamatan yang bisa dilakukan oleh perawat, dokter ataupun
tenaga terlatih lainnya. Parameter yang dinilai dalam EWS mencakup 7 (tujuh) parameter
yaitu :

1) Tingkat kesadaran
2) Respirasi/ Pernapasan,
3) Output Cairan
4) Oksigen tambahan (non-rebreathing mask, rebreathing mask, nasal kanula)
5) Suhu
6) Denyut nadi,
7) Tekanan darah sistolik

Tujuan penerapan Early Warning Score (EWS) system ini untuk:

1. Menilai pasien dengan kondisi akut


2. Mendeteksi sejak dini penurunan kondisi klinis pasien selama dalam perawatan di
rumah sakit
3. Dimulainya respon klinik yang tepat waktu secara kompeten

B.CODE BLUE

Code blue adalah isyarat yang digunakan dalam rumah sakit yang menandakan adanya
seorang pasien yang sedang mengalami henti jantung (Cardiac Arrest) atau mengalami situasi
henti nafas (Respiratory Arrest) dan situasi darurat lainnya yang menyangkut dengan nyawa
pasien.

Definisi Code blue dan Bantuan Hidup Dasar Code blue didefinisikan sebagai suatu kode
aktivasi sistem untuk kondisi gawat darurat yang terjadi di rumah sakit atau suatu institusi
kesehatan dimana terdapat pasien yang mengalami cardiopulmonary arrest dan perlu
penanganan sesegera mungkin.
(Monangi S et al, 2018) Code blue team adalah tim yang terdiri dari dokter dan paramedis
yang ditunjuk sebagai "code-team", yang secara cepat ke pasien untuk melakukan tindakan
penyelamatan. Tim ini menggunakan troli emergensi/ crash cart, kursi roda/tandu, alat - alat
penting seperti defibrilator, peralatan intubasi, suction, oksigen, ambubag, obat-obatan
resusitasi(adrenalin, atropin, lignocaine) dan IV set untuk menstabilkan pasien dengan
Bantuan Hidup Dasar. (Vindigni S, et al, 2017)

KOMPONEN CODE BLUE

1. Pelaksana Code Blue terdiri atas tenaga medis dan perawat terlatih yang secara sistematis
diatur untuk melaksanakan pertolongan kedaruratan dalam rumah sakit. Pelaksana Code Blue
yang selanjutnya disebut Tim

Code Blue memiliki persyartaan:

a. Mampu mengenali tanda kegawatdaruratanan medis

b. Mampu menjelaskan system Code Blue sesuai standard layanan

rumah sakit

c. Mampu melaksanakan tindakan penatalaksana Bantuan Hidup Dasar dengan penggunaan


AED serta Bantuan Hidup Lanjut.

d. Mampu melakukan tindakan Advance airway Breathing dan Breathing Management

e. Mampu melakukan tindakan Initial Assesment (pengkajian awal) dan lanjutan pada
kedaruratan medis

f. Mampu menjelaskan algoritma berbagai kegawatan jantung

g. Mampu menjelaskan tehnik penggunaan AED

h. Mampu melakukan tindakan Transportasi dan Rujukan pasien kritis

2. System Komunikasi Tim Code Blue

System komunikasi dalam rumah sakit dalam pemanggilan petugas tim Code Blue dengan
aktivasi yang disepakati. Panggilan Code Blue melalui call center 242 dengan menyebutkan
lokasi kejadian secara terperinci, jumlah korban dan kejadian yang dialami. Semua petugas
Rumah Sakit diharapkan mampu mengaktivasi Tim Code Blue, tidak terbatas pada perawat
atau tenaga medis yang berada di ruang perawatan. Setelah pelaporan oleh petugas yang
menemui korban maka Tim Code Blue segera berlari memberikan bantuan dalam waktu
maksimal 4 menit sejak diaktivasi.

3. Fasilitas sarana dan prasarana yang dimiliki

Tim Code Blue memilki sarana dan prasarana yang sangat penting dalam pertolongan
kedaruratan. Alat bantu yang digunakan adalah sejumlah alat emergency (Emergency Kit)
berisi alat airway, breathing, circulation, infuse set beserta cairan infus dan obat emergensi.
Obatobatan resusitasi seperti Ephyneprin, amiodaron, Methylprednisolon, Vasopressin harus
tersedia. Alat kejut jantung berupa AED atau portable defibrillator harus tersedia dan siap
digunakan.

4. Sarana transport yang dibutuhkan

Alat untuk transportasi yang simple sesuai rute yang akan ditempuh untuk melakkan evakuasi
harus tersedia, berupa brankat, long spine board, scope strechter dan alas resusitasi
DOKUMENTASI KEPERAWATAN “DAR”

5.DOKUMENTASI KEPERAWATAN “DAR”

26 Oktober 2011

catatan perawat: Resiko terjadi infeksi

Pukul: 22.00 WIB

Tangan saya terasa panas, IV terpasang pada tangan kiri teraba hangat, edema, eritema dan
nyeri bila disentuh. IV dihentikan, dilakukan kompres hangat suhu 38 C. Dokter diberi tahu
untuk memasang IV lagi pada tempat lain (nama perawat dan ttd perawat)

Catatan perawat: Bersihan jalan nafas tidak efektif

S: saya merasa sesak dan terasa sakit bila bernafas

O: RR: 26 kali per menit, dangkal, bunyi crackle di lobus kanan bawah

A: imobilisasi telah menurunkan ekspansi paru dan bersihan jalan nafas tidak efektif masih
ada

P: anjurkan klien untuk menahan dada ketika batuk, sediakan humidifier

tingkatkan cairan sampai 3 ;iter, konsul ke dokter mengenai fisioterapi dad

30 Oktober 2011

Catatan perawat: Nyeri

Data:
dada saya terasa sakit bila bernafas/ batuk . skala nyeri 0-10. Wajah meringis, tingkah laku
berhati- hati. Tekanan darah 140/80 mmHg, pernafasan 26 kali per menit. Tindakan diberikan
tienol 1 tablet

Action:
mengajarkan klien untuk memberitahu perawat sebelum nyeri skala 4. Mengajarkan latihan
distraksi, mengajarkan untuk bernafas dan batuk selama 5 menit
Respon:
saya menilai tingkat nyeri saya pada skala 3, wajah tidak meringis dan terasa terjadi
penurunan nyeri. Tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 kali permenit, pernafasan 20 ali
permenit. Pengobatan mengurangi rasa nyeri

(nama perawat, ttd)

Anda mungkin juga menyukai