Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

Asuhan Keperawatan Epilepsi


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Keperawatan Medikal Bedah III”
Dosen Pengampuh : Bpk, Jikrun Jaata S.Kep.,Ns.,M.Kep

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4
NAMA NIM
WIDIAWATI MISAALA 01909010054
PRATIWI HANAFI 01909010081
SRI YULAN SAADULAH 01909010091
NI MADE NOPIASARI 01909010031
GINA F. GILALOM 01909010067
SARTIKA SIKI 01909010102

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

INSTITUT KESEHATAN DAN TEKNOLOGI GRAHA MEDIKA


KOTAMOBAGU

2021
KATA PENGANTAR

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga pada kesempatan kali ini kami dapat
menyusun makalah asuhan keperawatan epilepsi. Makalah ini disusun berdasarkan
pengumpulan dari berbagai sumber buku dan media, serta untuk memenuhi mata kuliah
keperawatan medikal bedah III.

Dengan ini kami ucapkan terima kasih kepada Bpk Ns. Jikrun Jaata
S.Kep,M.Kep selaku  dosen pembimbing mata kuliah. Kami juga mengucapkan  terima
kasih kepada teman-teman yang telah membantu dalam memberikan pengertian tentang
makalah ini, semoga tugas yang kami buat dapat bermanfaat bagi kami maupun pihak
yang membaca.

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih sangat jauh dari kata
sempurna, masih banyak kelemahan dan kekurangan. Setiap saran, kritik, dan komentar
yang bersifat membangun dari pembaca sangat kami harapkan untuk meningkatkan
kualitas dan menyempurnakan tugas penyusunan makalah selanjutnya.

Kotamobagu, 22 November 2021

Penyusun
i

DAFTAR ISI

A. Kata Pengantar......................................................................................i
B. Daftar Isi.................................................................................................ii
C. Bab 1 Pendahuluan................................................................................1
1. Latar Belakang.................................................................................1
2. Rumusan masalah.............................................................................1
3. Tujuan...............................................................................................2
D. Bab II Tinjauan Teori...........................................................................3
1. Pengertian.........................................................................................3
2. Etiologi.............................................................................................4
3. Manifestasi klinis.............................................................................4
4. Patofisologi.......................................................................................5
5. Pemeriksaan penunjang....................................................................5
6. Komplikasi.......................................................................................6
7. Pengobatan.......................................................................................6
8. Pencegahan.......................................................................................6
E. Bab III Konsep Asuhan Keperawatan.................................................10
1. Pengkajian........................................................................................10
2. Diagnosa...........................................................................................11
3. Intervensi..........................................................................................11
4. Implementasi....................................................................................14
5. Evaluasi............................................................................................14
F. Bab IV Penutup......................................................................................17
1. Kesimpulan.......................................................................................17
2. Saran.................................................................................................17

Daftar Pustaka.......................................................................................18
ii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Epilepsi terjadi karena dipicu oleh adanya abnormalitas aktivitas listrik di otak
yang dapat mengakibatkan terjadinya perubahan spontan pada gerakan
tubuh,fungsi, sensasi, kesadaran serta perilaku yang ditandai dengan kejang
berulang (WHO, 2013). Data word health organization (WHO) pada tahun 2018
penyakit Epilepsi berjumlah sebanyak 50 juta penduduk diseluruh dunia. Dari
pendataan yang dilakukan secara global ditemukan 3,5 juta kasus barupertahun
diantaranya 40% adalah anak-anak dan dewasa sekitar 40% serta 20% lainnya
ditemukan pada usia lanjut (Riskesdes, 2018).
Di Indonesia epilepsi secara pasti tidak diketahui kerena tidak ada data
epdemiologi, namun hingga saat ini diperkirakan ada 900.000 sampai 1.800.000
kasus. Penyakit epilepsi selain merupakan masalah kesehatan yang sangat rumit
juga merupakan suatu penyakit yang menimbulkan dampak/stigma sosial yang
sangat berat bagi penderita dan keluarganya. Adanya pemahaman yang salah
tentang penyakit epilepsi yang menyebabkan sulitnya mendeteksi jumlah kasus ini
dimasyarakat karena biasanya keluarga sering menyembunyikan keluarganya yang
menderita penyakit ini. Sedangkan disurabaya sendiri angka kejadian epilepsy pada
anak terjadi jumlah kasus epilepsy aktif 5-10/1.000 penduduk (Faradila , 2014)

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan epilepsi?
2. Apa etiologi atau penyebab dari epilepsi?
3. Bagaimana manifestasi klinis atau tanda dan gejala dari epilepsi?
4. Bagaimana patofisiologi atau perjalanan penyakit dari epilepsi?
5. Pemeriksaan penunjang seperti apa untuk pasien epilepsy?
1
6. Komplikasi apa yang ditimbulkan epilepsi?
7. Bagaimana pengobatan dari epilepsi?
8. Pencegahan seperti apa untuk mencegah epilepsi?
9. Bagaimana proses asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis
epilepsi?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan epilepsi.


2. Untuk mengetahui apa etiologi atau penyebab dari epilepsi.
3. Untuk mengetahui bagaimana manifestasi klinis atau tanda dan gejala dari
epilepsi.
4. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi atau perjalanan penyakit dari
epilepsi.
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang seperti apa untuk pasien epilepsi.
6. Untuk mengetahui komplikasi apa yang ditimbulkan epilepsi.
7. Untuk mengetahui bagaimana pengobatan dari epilepsi
8. Untuk mengetahui pencegahan seperti apa untuk mencegah epilepsi
9. Untuk mengetahui bagaimana proses asuhan keperawatan pada pasien dengan
diagnosa medis epilepsi.
2

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Epilepsi adalah penyakit serebral kronik dengan karekteristik kejang berulang
akibat lepasnya muatan listrik otak yang berlebihan dan bersivat reversibel
(Tarwoto, 2007)
Epilepsi adalah gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-gejala yang
datang dalam serangan-serangan, berulang-ulang yang disebabkan lepas muatan
listrik abnormal sel-sel saraf otak, yang bersifat reversibel dengan berbagai etiologi
(Arif, 2000).
Epilepsi adalah sindroma otak kronis dengan berbagai macam etiologi dengan
ciri-ciri timbulnya serangan paroksismal dan berkala akibat lepas muatan listrik
neron-neron otak secara berlebihan dengan berbagai manifestasi klinik dan
laboratorik (anonim, 2008).
1. Klasifikasi Kejang
a) Kejang Parsial
Parsial Sederhana gejala dasar, umumnya tanpa gangguan kesadaran
Misal: hanya satu jari atau tangan yang bergetar, mulut tersentak Dengan
gejala sensorik khusus atau somatosensorik seperti: mengalami sinar, bunyi,
bau atau rasa yang tidak umum/tdk nyaman
b) Parsial Kompleks
Dengan gejala kompleks, umumnya dengan ganguan kesadaran. Dengan
gejala kognitif, afektif, psiko sensori, psikomotor. Misalnya: individu
terdiam tidak bergerak atau bergerak secara automatik, tetapi individu tidak
ingat kejadian tersebut setelah episode epileptikus tersebut lewat
c) Kejang Umum (grandmal)
Melibatkan kedua hemisfer otak yang menyebabkan kedua sisi tubuh
3
bereaksi Terjadi kekauan intens pada seluruh tubuh (tonik) yang diikuti
dengan kejang yang bergantian dengan relaksasi dan kontraksi otot (Klonik)
Disertai dengan penurunan kesadaran, kejang umum terdiri dari:
1. Kejang Tonik-Klonik
2. Kejang Tonik
3. Kejang Klonik
4. Kejang Atonik
5. Kejang Myoklonik
6. Spasme kelumpuhan
7. Tidak ada kejang
8. Kejang Tidak Diklasifikasikan/ digolongkan karena datanya tidak
lengkap.

B. Etiologi
Penyebab pada kejang epilepsi sebagianbesara belum diketahui (Idiopatik) Sering
terjadi pada:
1. Trauma lahir, Asphyxia neonatorum
2. Cedera Kepala, Infeksi sistem syaraf
3. Keracunan CO, intoksikasi obat/alkohol
4. Demam, ganguan metabolik (hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia)
5. Tumor Otak
6. kelainan pembuluh darah (Tarwoto, 2007)

C. Manifestasi Klinis / Tanda dan Gejala


1. Manifestasi klinik dapat berupa kejang-kejang, gangguan kesadaran atau
gangguan penginderaan
2. Kelainan gambaran EEG
3. Tergantung lokasi dan sifat Fokus Epileptogen
4
4. Dapat mengalami Aura yaitu suatu sensasi tanda sebelum kejang epileptik
(Aura dapat berupa perasaan tidak enak, melihat sesuatu, men cium bau-bauan
tak enak, mendengar suara gemuruh, mengecap sesuatu, sakit kepala dan
sebagainya).

D. Patofisologi
Otak merupakan pusat penerima pesan (impuls sensorik) dan sekaligus
merupakan pusat pengirim pesan (impuls motorik). Otak ialah rangkaian berjuta-
jutaneron. Pada hakekatnya tugas neron ialah menyalurkan dan mengolah aktivitas
listrik sarafyang berhubungan satu dengan yang lain melalui sinaps. Dalam sinaps
terdapat zat yang dinamakan nerotransmiter. Acetylcholine dan norepinerprine ialah
neurotranmiter eksitatif, sedangkan zat lain yakni GABA (gama-aminobutiric-acid)
bersifat inhibitif terhadap penyaluran aktivitas listrik sarafi dalam sinaps. Bangkitan
epilepsi dicetuskan oleh suatu sumber gaya listrik saran di otak yang dinamakan
fokus epileptogen. Dari fokus ini aktivitas listrik akan menyebar melalui sinaps dan
dendrit ke neron-neron di sekitarnya dan demikian seterusnya sehingga seluruh
belahan hemisfer otak dapat mengalami muatan listrik berlebih (depolarisasi).
Pada keadaan demikian akan terlihat kejang yang mula-mula setempat
selanjutnya akan menyebar kebagian tubuh/anggota gerak yang lain pada satu sisi
tanpa disertai hilangnya kesadaran. Dari belahan hemisfer yang mengalami
depolarisasi, aktivitas listrik dapat merangsang substansia retikularis dan inti pada
talamus yangselanjutnya akan menyebarkan impuls-impuls ke belahan otak yang
lain dan dengan demikian akan terlihat manifestasi kejang umum yang disertai
penurunan kesadaran.

E. Pemeriksaan Penunjang
1. CT ScanUntuk mendeteksi lesi pada otak, fokal abnormal, serebrovaskuler
abnormal, gangguan degeneratif serebral
2. Elektroensefalogram(EEG) Untuk mengklasifikasi tipe kejang, waktu serangan
5
3. Magnetik resonance imaging (MRI)
4. Kimia darah: hipoglikemia, meningkatnya BUN, kadar alkohol darah.
F. Komplikasi
Epilepsi yang terjadi pada penderita di tempat-tempat yang tidak terduga, dapat
membuat penderita berisiko menderita cedera atau patah tulang akibat terjatuh saat
kejang. Selain bahaya cedera, penderita epilepsi dapat mengalami komplikasi
seperti epileptikus dan kematian mendadak.
Pada penderita kejang demam yang mengalami kejang lama biasanya terjadi
hemiparesis. Kelumpuhannya sesuai dengan kejang fokal yang terjadi. Mula-mula
kelumpuhan bersifat flasid tetapi setelah 2 minggu timbul spasisitas. Kejang demam
yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis diotak sehingga
terjadi epilepsi. Ada beberapa komplikasi yang mungkin terjadi pada klien dengan
kejang demam :

a. Pneumonia
b. Asfiksia
c. Retardasi mental

G. Pengobatan
Obat yang diresepkan dokter adalah obat antikejang (antikonvulsan), atau
dikenal juga dengan obat Obat jenis ini dapat mengubah cara kerja dan pengiriman
sinyal atau pesan dari sel otak. Contoh obat antiepilepsi adalah asam valproat,
carbamazepine, lamotrigine, clobazam, levetiracetam, dan topiramate.

H. Pencegahan
1. Hindari cedera kepala
Langkah pertama dalam pencegahan penyakit epilepsi adalah mengetahui apa
saja penyakitnya. Salah satu penyebab dari epilepsi adalah cedera pada kepala.
Dengan mencegah terjadinya cedera pada kepala, secara tidak langsung juga
bisa menjadi cara mencegah penyakit epilepsi. Harus berhati-hati dalam
beraktivitas,
6
terutama pada kegiatan yang berisiko menimbulkan cedera pada kepala,
contohnya:
a) Berhati-hati dalam berkendara. Pastikan tidak mengantuk, mabuk, dan
dalam kondisi sehat ketika mengendarai kendaraan. Selain itu, selalu
gunakan alat pengaman, seperti sabuk pengaman dan helm sesuai standar.
b) Hati-hati ketika menaiki atau menuruni tangga. Tidak berhati-hati ketika
menaiki atau menuruni tangga bisa membuat Anda tergelincir. Hal ini bisa
menyebabkan seseorang jatuh dan kepala mengalami benturan. Jadi,
pastikan bisa fokus pada langkah kaki ketika menaiki atau menuruni tangga,
tidak memainkan ponsel dan berpegangan dengan sisi penyangga jika perlu.
c) Bekerja sesuai dengan SOP (standar operasional prosedur). Yang bekerja di
tempat tinggi atau berhubungan dengan pembangunan gedung, gunakan
selalu peralatan keamanan dan bekerja sesuai dengan prosedur.
2. Dapatkan vaksinasi
Penyebab penyakit epilepsi lainnya adalah adanya penyakit akibat infeksi,
seperti meningitis. Meningitis sendiri adalah infeksi selaput otak dan sumsum
tulang belakang sehingga menyebabkan peradangan. Tindakan pencegahan
penyakit meningitis sekaligus penyakit epilepsi adalah dengan mendapatkan
vaksin meningitis. Vaksin dapat mencegah penyakit yang disebabkan oleh
bakteri Neisseria meningitidis.
3. Terapkan gaya hidup sehat yang menurunkan risiko penyakit jantung dan stroke
Penyakit stroke dapat menyebabkan seseorang kejang dan kondisi ini dapat
meningkatkan risiko penyakit epilepsi di kemudian hari. Alasannya, karena
stroke memengaruhi aliran darah di otak yang mungkin juga bisa memicu
aktivitas kelistrikan di otak jadi abnormal. Aktivitas tidak abnormal di otak
inilah yang nantinya bisa memicu penyakit epilepsi. Sementara penyakit
jantung yang menyebabkan jantung tidak bekerja tidak optimal dalam
memompa darah juga bisa memicu stroke. Berdasarkan hubungan ini, ahli
kesehatan menyimpulkan
7
jika tindakan pencegahan penyakit epilepsi bisa dilakukan dengan menurunkan
risiko penyakit jantung dan stroke. Seorang bisa mencegah penyakit stroke dan
penyakit jantung sekaligus epilepsi dengan menerapkan gaya hidup seperti
berikut ini:
a) Kontrol tekanan darah. Tekanan darah yang tinggi dan tidak terkontrol bisa
memperberat kinerja jantung dan meningkatkan risiko penyakit jantung dan
stroke di kemudian hari. Jadi, batasi konsumsi makanan tinggi garam.
b) Kendalikan kadar kolesterol. Kolesterol tinggi bisa memicu penyakit
jantung dan stroke. Jadi, pastikan mengurangi konsumsi makanan tinggi
lemak dan kolesterol, seperti junk food.
c) Berhenti merokok. Bahan kimia yang terkandung dalam rokok bisa
menyebabkan peradangan pada pembuluh darah dan meningkatkan risiko
penyakit jantung dan stroke. Oleh karena itu, segera berhenti dari kebiasaan
merokok.
d) Olahraga dan jaga berat badan tetap ideal. Berat badan yang berlebihan bisa
menyebabkan berbagi peradangan pada tubuh. Oleh karena itu, pastikan
porsi makan sesuai dan lakukan olahraga secara rutin. Perbanyak konsumsi
sayur, buah, kacang-kacangan, dan biji-bijian.
4. Jaga kebersihan
Infeksi yang menjadi salah satu risiko penyakit epilepsi bisa dicegah. Selain
mendapatkan vaksin, tindakan pencegahan epilepsi lain yang bisa lakukan
adalah dengan menjaga kebersihan diri. Melansir dari laman CDC, infeksi
parasit sistiserkosis yang dapat menyebabkan epilepsi, bisa masuk ke tubuh
lewat makanan dan minuman. Oleh sebab itulah, seorang harus menjaga
kebersihan minuman dan makanan yang dikonsumsi agar tidak terinfeksi.
Selalu cuci bersih sayuran yang olah dan pastikan peralatan makan juga bersih.
Jangan lupa, untuk rajin mencuci tangan.
5. Selalu sehat selama masa kehamilan
8
Janin dalam kandungan cukup sensitif terhadap kerusakan otak. akibat infeksi
sang ibu, gizi buruk, dan kekurangan oksigen. Kerusakan otak ini nantinya akan
menjadi penyebab epilepsi pada bayi, anak-anak, atau remaja. Jika ingin
mencegah si kecil terkena penyakit ini di kemudian hari, harus menjaga diri dan
kandungan tetap sehat. Selalu perhatikan kesehatan diri, makanan, dan
lingkungan untuk menghindari berbagai infeksi. Pastikan kebutuhan nutrisi
selama masa kehamilan tercukupi, baik itu dari makanan, susu, maupun
suplemen tambahan yang mungkin diresepkan dokter.
9

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Riwayat kesehatan
a. Riwayat keluarga dengan kejang
b. Riwayat kejang demam
c. Tumor intrakranial
d. Trauma kepala terbuka, stroke.
2. Riwayat kejang
a. Berapa sering terjadi kejang
b. Gambaran kejang seperti apa
c. Apakah sebelum kejang ada tanda-tanda awal
d. Apa yang dilakuakn pasien setelah kejang
3. Riwayat penggunaan obat
a. Nama obat yang dipakai
b. Dosis obat
c. Berapa kali penggunaan obat
d. Kapan putus obat
4. Pemeriksaan fisik
a. Tingkat kesadaran
b. Abnormal posisi mata
c. Perubahan pupil
d. Gerakan motorik
e. Tingkah laku setelah kejang
f. Apnea
g. Cyanosis
h. Saliva banyak
5. Psikososial
10
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Pekerjaan
d. Peran dalam keluarga
e. Strategi koping yang digunakan
f. Gaya hidup dan dukungan yang ada
g. Pengetahuan pasien dan keluarga
h. Kondisi penyakit dan pengobatan
i. Kondisi kronik
j. Kemampuan membaca dan belajar
6. Pemeriksaan diagnostik
a. Laboratorium
b. Radiolog

B. Diagnosa
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan neurologis (D.0005)
2. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (D.0130)
3. Resiko cedera dibuktikan dengan perubahan fungsi psikomotor (D.0136)

C. Intervensi

NO Diagnosa Tujuan Dan Intervensi


. (SDKI) Kriteria Hasil (SIKI)
(SLKI)
1. Pola nafas tidak Setelah dilakukan Manajemen jalan nafas
efektif intervensi ( I.01011)
berhubungan keperawatan maka Observasi
dengan gangguan pola nafas membaik  Monitor pola nafas
neurologis (L.01004) dengan  Monitor bunyi nafas
(D.0005) kretria hasil : tambahan
 Tekanan Terapeutik
ekspirasi  Pertahankan kepatenan
meningkat jalan nafas dengan head-
 Tekanan lift
inspirasi  Posisikan semifowler atau
meningkat fowler
 Frekuensi nafas  Berikan minum hangat
membaik  Berikan oksigen

2. Hipertermia Setelah dilakukan Manajemen hipertermia


berhubungan intervensi (I.03114)
dengan proses keperawatan maka Observasi
penyakit (D.0130) termoregulasi  Identifikasi penyebab
membaik (L.14134) hipertemia
dengan kriteria  Monitor suhu tubuh
hasil :  Monitor komplikasi akibat
 Kejang Hipertemia
menurun Terapeutik
 Suhu tubuh  Sediakan lingkungan yang
membaik dingin
 Longarkan atau lepaskan
pakaian
 Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
 Lakukan pendinginan
esternal
 Hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
Edukasi
 Anjurkan tira baring
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena
3. Resiko cedera Setelah dilakukan Manajemen keselamatan
dibuktikan dengan intervensi lingkungan (I.14513)
perubahan fungsi keperawatan maka Observasi
psikomotor tingkat cedera  Identifikasi kebutuhan
(D.0136) menurun (L.14136) keselamatan
dengan kritria Terapeutik
hasil :  Hilangkan bahaya
 Toleransi keselamatan lingkungan
aktifitas  Modifikasi lingkungan
meningkat untuk meminimalkan
 Kejadian cedera bahaya dan resiko
menurun  Gunakan perangkat
pelindung
 Fasilitas relokasi ke
lingkungan yang aman
 Lakukan program skrining
bahaya lingkungan
Edukasi
 Ajarkan individu,
keluarga dan kelompok
resiko tinggi bahaya
lingkungan

D. Implementasi Dan Evaluasi

No Diagnosa Implementasi Evaluasi


1. Pola nafas tidak Observasi S :
efektif berhubungan  Memonitor pola nafas  Klien
dengan gangguan  Memonitor bunyi nafas mengatakan
neurologis (D.0005) tambahan masih
Trapeutik terasa sesak
 Mempertahankan pada saat
kepatenan jalan nafas terjadi
dengan head-lift kejang
 Memposisikan semifowler O :
atau fowler  Klien
 Memberikan minum tampak
hangat masih

 Memberikan oksigen kesulitan


dalam
bernafas
A:
 Masalah
belum
teratasi
P:
 Lanjutkan
intervensi

2. Hipertermia Observasi S:
berhubungan dengan  Meidentifikasi penyebab  Klien
proses penyakit hipertemia mengatakan
(D.0130)  Memonitor suhu tubuh masih
 Memonitor komplikasi merasakan
akibat hipertemia panas
Terapeutik O:
 Menyediakan lingkungan  Klien tampak
yang dingin lemah
 Melongarkan atau  Suhu tubuh
lepaskan pakaian klien terpantau
 Membasahi dan kipasi masih
permukaan tubuh meningkat

 Melakukan pendinginan A:

esternal  Masalah belum

 Menghindari pemberian teratasi

antipiretik atau aspirin P:

Edukasi  Lanjutkan

 Menganjurkan tira baring intervensi

Kolaborasi
Berkolaborasi dengan dokter
untuk pemberian cairan dan
elektrolit intravena
3. Resiko cedera Observasi S:
dibuktikan dengan  Mengidentifikasi  Klien
perubahan fungsi kebutuhan keselamatan mengatakan
psikomotor (D.0136) Terapeutik berhati-hati
 Menghilangkan bahaya dari lingkungan
keselamatan lingkungan sekitar ketika
 Memodifikasi lingkungan terjadi kejang
untuk meminimalkan O:
bahaya dan resiko  Klien tampak
 Mengunakan perangkat menjaga diri
pelindung dari lingkungan
 Memfasilitas relokasi ke sekitar
lingkungan yang aman A:
 Melakukan program  Masalah
skrining bahaya teratasi
lingkungan P:
Edukasi  Intervensi
 Mengajarkan individu, dihentikan
keluarga dan kelompok
resiko tinggi bahaya
lingkungan

16
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Epilepsi adalah penyakit serebral kronik dengan karekteristik kejang berulang
akibat lepasnya muatan listrik otak yang berlebihan dan bersivat reversibel
(Tarwoto, 2007).
Epilepsi adalah gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-gejala yang
datang dalam serangan-serangan, berulang-ulang yang disebabkan lepas muatan
listrik abnormal sel-sel saraf otak, yang bersifat reversibel dengan berbagai etiologi
(Arif, 2000).
Epilepsi adalah sindroma otak kronis dengan berbagai macam etiologi dengan ciri-
ciri timbulnya serangan paroksismal dan berkala akibat lepas muatan listrik neron-
neron otak secara berlebihan dengan berbagai manifestasi klinik dan laboratorik
(anonim, 2008). Trauma lahir, Asphyxia neonatorum, cedera Kepala, Infeksi sistem
syaraf, keracunan CO, intoksikasi obat/alkohol, demam, ganguan metabolik
(hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia), tumor otak kelainan pembuluh darah
(Tarwoto, 2007).

B. Saran
Disarankan kepada pembaca agar menghindari faktor resiko penyebab epilepsy
karena epilepsi dapat ditimbulkan karena kebiasaan yang salah.

17
DAFTAR PUSTAKA
Harsono, 2007 Epilepsi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Sidharta, Prigma M. D.,Ph. D.1999 Neurology klinis dalam praktek umum, Dian
Rakyat, Jakarta.
Tim Pokja. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : DPP PPNI. Edisi 1.

Tim Pokja. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : DPP PPNI. Edisi 1.

Tim Pokja. 2018 Standar Luaran Keperawatan Indonesia : DPP PPNI. Edisi 1.

18

Anda mungkin juga menyukai