69 September 2008
254
Birokrasi Indonesia Perspektif Teoritik dan...; Suwarno
255
UNISIA, Vol. XXXI No. 69 September 2008
operasional, dan (4) aspek tindakan politik. kapitalisme dan demokrasi di lain pihak. Hal
Aspek legal adalah berupa kontrol birokrasi ini karena birokrasi, secara ekonomis,
atas implementasi kebijakan-kebijakan dianggap tidak sesuai dengan kapitalisme.
yang dibuat oleh para politisi. Aspek mate- Sementara itu secara politis, birokrasi
rial, terutama berupa akses birokrasi kepada sebagai pemerintah arif kekuasaan oleh para
penggunaan anggaran belanja negara (na- pejabat yang diangkat dipandang berada
tional budget), peralatan seperti komputer, dalam posisi berlawanan dengan demokrasi
data, dan sumber daya manusia (SDM) yang sebagai pemerintahan, kekuasaan oleh
handal. Aspek strategis-operasional ialah rakyat melalui wakil-wakil mereka yang
keunggulan birokrasi dalam hal keahlian, dipilih. Di sini birokrasi diposisikan sebagai
pengetahuan, spesialisasi, dan kontrol merintangi laju pertumbuhan, kapitalisme
informasi, serta keputusan. Sedangkan maupun demokrasi yang saling mendukung
aspek tindakan politik adalah kemampuan satu sama lain. Hak-hak politik dan
birokrasi dalam memanfaatkan semua kebebasan yang melekat (inherent) dalam
sumber daya yang dimilikinya untuk demokrasi diyakini berasal dari kebebasan
melaksanakan kebijakan-kebijakan secara ekonomi (kapitalisme). Sebaliknya,
efisien ataupun untuk mengejar tujuan-- demokrasi hanya bisa tegak karena ditopang
tujuan mereka sendiri (Hill, ed.,1992). oleh kapitalisme, yang keduanya dihalangi
Birokrasi mampu membangun jaringan oleh birokrasi (Smith, 1988).
kekuasaan yang lebih besar dan luas Hubungan antara kapitalisme dengan
daripada yang dibuat oleh kekuatan non- demokrasi yang berjalin berkelindan
birokrasi, misalnya politisi, karena birokrasi memang dapat diamati dari sejarah lahirnya
mempunyai sumber daya politik atau kapitalisme di Eropa Barat. Kapitalisme
kekuasaan yang relatif lebih besar dibanding yang bertumpu pada sistem ekonomi pasar
kekuatan non-birokrasi. Kenyataan yang bukan hanya memerlukan inovasi yang
semacam ini adalah akibat dari ketidak- ekonomis dalam proses pasar, melainkan
mampuan politik kekuatan non-birokrasi juga memerlukan perubahan hukum dan
dalam melakukan kontrol dan pengawasan politik yang menyeluruh. Perubahan hukum
terhadap birokrasi (Smith, 1988). Oleh karena dan politik yang menyeluruh itu hanya terjadi
itu, tidak mengherankan apabila di banyak apabila demokrasi ditegakkan, yakni
negara berkembang atau Dunia Ketiga, kemerdekaan dan kebebasan perseorangan
terutama yang dikuasai oleh rezim otoritarian (individual) sebagai prasyarat bagi lancarnya
seperti halnya Indonesia di bawah Orde sistem ekonomi pasar (Heilbroner, 1982).
Baru, birokrasi memiliki peran yang sangat Momentum historisnya, antara lain:
menentukan dalam kehidupan politik, digulingkannya kekuasaan feodal monarkhi-
khususnya dalam hal pengambilan absolut di Perancis dalam revolusi talum
keputusan (decision making). 1789, dan naiknya kekuasaan parlemen
serta revolusi industri di Inggris pada abad
2. Birokrasi, Kapitalisme, dan ke-18.
Demokrasi Birokrasi merupakan dilema bagi
Mengacu pada teori liberal tentang demokrasi karena hubungan di antara
negara, birokrasi di satu pihak berada pada keduanya bersifat paradoks dan kontradiktif.
posisi yang bertentangan dengan Di satu pihak, kekuasaan birokrasi dapat
menjadi ancaman bagi demokrasi. Di lain
256
Birokrasi Indonesia Perspektif Teoritik dan...; Suwarno
257
UNISIA, Vol. XXXI No. 69 September 2008
asisten wedana serta bawahan-bawahan terpuruk saat itu. Kondisi ini hanya dapat
mereka. Para pejabat tersebut mempunyai dicapai jika birokrasi dijadikan sebagai
beberapa privilege (hak istimewa) tertentu struktur hirarkis tunggal yang komandonya
yang tidak dimiliki oleh rakyat kebanyakan tersentralisasi di bawah arahan politik rezim.
(Koesoemahatmadja, 1978). Struktur birokrasi yang tersentralisasi
Setelah Indonesia merdeka, peran dan dianggap sebagai prasyarat bagi stabilitas
kekuasaan birokrasi belum begitu menonjol politik nasional dan kelangsungan proses
hingga lahirnya pemerintahan rezim Orde pembangunan. Di dalam birokrasi kemudian
Baru. Hal ini karena pada masa Revolusi diterapkan monoloyalitas politik hanya
Fisik (1945-1949), energi pemerintah dan kepada rezim Orde baru) sebagai reaksi atas
rakyat habis digunakan untuk memper- pengalaman periode sebelumnya, di mana
tahankan kemerdekaan yang diproklamasi- birokrasi mengalami polarisasi secara
kan pada 17 Agustus 1945 dari rongrongan sosiologis dan politis (Legowo, t.t.).
Belanda yang ingin menjajah kembali Indo- Perkembangan birokrasi yang semakin
nesia. kuat dan mencengkeram negara dalam
Selama masa Demokrasi Liberal (1950- dekade pertama rezim Orde Baru ditempuh
1958), kekuasaan dan pengaruh birokrasi melalui tiga cara. Pertama, depolitisasi
belum begitu besar karena panggung masyarakat, antara lain lewat jalur KORPRI
kekuasaan politik didominasi oleh partai- di mana pegawai negeri wajib menjadi
partai yang berbeda aliran ideologi politiknya anggotanya. Kedua, stabilisasi keadaan.
dan kerap timbul persaingan serta konflik di Instrumen yang dipakai, misalnya melalui
antara partai-partai tersebut. Selain itu, juga pengangkatan perwira-perwira tinggi ABRI
karena banyaknya pergolakan daerah di kini TNI pada jabatan-jabatan birokrasi yang
mana-mana seperti Gerakan DI/TII di Jawa strategis, termasuk menteri dan eselon I
Barat, Aceh, dan Sulawesi Selatan; serta pada setiap departemen pemerintah.
PRRI di Sumatera Barat, dan Permesta di Ketiga, legitimasi kekuasaan, yaitu
Sulawesi Utara. menjadikan GOLKAR sebagai organisasi
politik (orpol) yang berfungsi sebagai alat
Demikian pula pada masa Demokrasi
untuk memobilisasi dukungan pada rezim
Terpimpin (1959-1965). birokrasi relatif
(Legowo, t.t.).
kurang berkembang peran dan kekuasa-
annya karena terlalu besarnya kekuasaan Hingga akhir tahun 1980an, birokrasi
pribadi Presiden Soekarno. Di samping itu, berperan sangat efektif dalam menjalankan
juga karena adanya persaingan berebut program-program administrasi dan ekonomi
pengaruh dan kekuasaan antara PKI dan TNI pemerintah. Dapat disebut contohnya
AD dalam mendekati Soekarno. sebagai berikut. Dalam sejumlah problem
sosial dan ekonomi, birokrasi mampu
Birokrasi selama masa Orde Baru
merespons terhadap kegagalan pasar,
(1966-1998) menunjukkan perkembangan
mengantarkan program KB, mempro-
dalam peran dan kekuasaan yang semakin
mosikan teknik-teknik baru di bidang
besar. Sejak awal tampaknya kepemim-
pertanian serta peningkatan varietas hasil
pinan rezim Orde Baru di bawah Jendral
panen. Di bidang politik, birokrasi tampil
Soeharto meyakini, bahwa birokrasi dapat
sukses menjadi mesin politik dalam
menjadi mesin yang efektif bagi
memobilisasi dukungan kepada rezim.
pertumbuhan ekonomi negara yang sedang
Pendeknya, birokrasi telah menjadi
258
Birokrasi Indonesia Perspektif Teoritik dan...; Suwarno
instrumen yang efektif bagi pemerintah Hal ini karena birokrasi Indonesia tidak
rezim Orde baru dalam mengakselerasi mampu dikontrol oleh politisi, dan justeru
pertumbuhan ekonomi, meningkatkan yang terjadi adalah sebaliknya, yaitu politisi
kesejahteraan sosial, dan mempertahankan yang dikontrol oleh birokrasi.
stabilitas politik nasional (Legowo, t.t.). Dominasi birokrasi pada hampir seluruh
Akan tetapi sejak awal tahun 1990an, arena percaturan politik sepanjang Orde
birokrasi yang tadinya efektif berubah Baru, terutama pada politisi, mengilhami
menjadi kurang efektif Hal ini barangkali para Indonesianis (pakar asing yang ahli
karena pola kekuasaan birokrasi yang lebih Indonesia) dan ilmuwan Indonesia sendiri
dominan dari otoritarian dalam jangka waktu untuk membuat model kepolitikan Indone-
yang lama, justru akan menimbulkan sia dengan fokus pada birokrasi. Sebagai
resistensi dari masyarakat. Akibatnya akan contoh, model Bureaucratic Polity
mempersulit program-program pem- (Masyarakat Politik Birokratik) yang dibuat
bangunan yang sebelumnya selalu dimotori oleh Karl D. Jackson (1978), dan model
oleh birokrasi (Pratikno, 1998). Bureaucratic Authoritarianism (Otori-
Paling tidak ada dua alasan mengapa tarianisme Birokratik) yang diajukan oleh
birokrasi rezin Orde baru pada dekade Dwigh Y. King (1982). Sementara itu, Arief
1990an tidak algi efektif. Pertama, peluang Budiman (1991) menyebut birokrasi Indone-
pare birokrat yang sangat tinggi bagi sia bermodel Birokratik Rente.
terjadinya penyalahgunaan wewenang, Model Bureaucratic Polity memusatkan
terutama korupsi, kolusi dan nepotisme perhatian pada pengambilan keputusan politik
(KKN). Kedua, berkembangnya budaya di harus didukung oleh minimal adanya
kalangan para birokrat yang hanya mau konsensus di kalangan elit militer dan
menang sendiri dan tidak menghargai pihak birokrasi. Model Bureaucratic Authoritarianism
lain (Pratikno, 1998). menekankan pada pembuatan keputusan oleh
Sebenamya birokrasi di Indonesia rezim secara efektif, efisien, tidak bertele-tele,
selama Orde Baru secara teoritis dapat dan tidak memungkinkan adanya proses
dikategorikan sebagai Birokrasi Weberian. tawar-menawar yang lama. Dalam pada itu,
Indikatornya antara lain terlihat pada struktur model Birokratik Rente mensinyalir bahwa
organisasi yang hirarkis dengan mekanisme birokrasi cenderung dimanfaatkan oleh para
yang terpusat atau sentralistik. Kemudian birokrat bagi keuntungan ekonomi dan politik
sistem karir yang bergantung pada prestasi, mereka sendiri.
dedikasi, dan loyalitas individu birokrat.
Namun dalam praktiknya, karena birokrasi Pembahasan
digunakan sebagai mesin politik untuk Penulis melihat ada dua aspek pokok
memobilisasi dukungan kepada rezim Orde birokrasi yang perlu dibenahi pada era
Baru, maka birokrasi tidak pernah netral dan reformasi agar selaras dengan proses
justru memperalat atau diperalat (?) secara demokratisasi yang ditengarai sedang
politis oleh Golkar. Dengan demikian, berlangsung, dan terlebih kini telah
birokrasi di Indonesia selama Orde Baru memasuki masa pemberlakuan UU otonomi
agak jauh dari ideal Birokrasi Weberian. daerah. Dua aspek tersebut adalah : (I)
Mengutip Pratikno (1999: 2), birokrasi kinerja birokrasi, dan (2) patologi birokrasi.
Indoesia selama Orde Baru dapat disebut Kinerja birokrasi Indonesia selama masa
sebagai birokrasi “Weberian Setengah Hati’.
259
UNISIA, Vol. XXXI No. 69 September 2008
Orde Baru boleh dikatakan kurang baik dan dari pemerintah (partai) yang sedang
optimal, sehingga berdampak pada berkuasa, sehingga setiap kali ada pergantian
timbulnya patologi birokrasi, terutama Presiden AS akan disusul oleh pergantian
penyalahgunaan wewenang berupa tingginya elit birokrasi.
angka korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) Kedua, memperbaiki mentalitas para
Untuk memperbaiki kinerja birokrasi birokrat Indonesia yang citranya terlanjur
sekaligus mengurangi patologi birokrasi dapat buruk dan dituding sebagai salah satu faktor
ditempuh beberapa langkah sebagai berikut. yang menyebabkan kinerja birokrasi Indo-
Pertama, memperjelas model birokrasi In- nesia jelek serta terjadinya patologi birokrasi
donesia melalui perangkat hukum (misal: (KKN) Perbaikan mentalitas birokrat
Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah). diarahkan agar mereka memilih etos kerja
Maksudnya, apakah birokrasi Indonesia yang mengutamakan kerja keras,
akan mengacu pada model Eropa yang menghargai waktu, hemat, dan berdisiplin
disebut Merit System, ataukah model tinggi (Tjokrowinoto, 1995). Akan tetapi, hal
Amerika Serikat (AS) yang dinamakan Spoil ini harus dibarengi dengan pemberian
System. Model Eropa (Merit System) -yang kesejahteraan yang semakin baik kepada
mendasarkan pada ideal Birokrasi Weberian- jajaran birokrasi.
menekankan netralitas birokrasi, sehingga Ketiga, meningkatkan kualitas kontrol
birokrasi berada pada posisi yang netral kepada birokrasi. Selama ini birokrasi Indo-
dengan siapapun (politisi) partai yang sedang nesia relatif kurang mendapat kontrol dari
berkuasa. Di sini birokrasi mempersyaratkan masyarakat, atau melalui mekanisme
pendidikan formal, pengalaman kerja, dan kontrol masyarakat kepada birokrasi tidak
berorientasi pada karier dengan actian berjalan optimal, meskipun ada WASKAT
kepada prestasi, dedikasi, dan loyalitas (Pengawasan melekat).
kepada negara. Sebaliknya model AS (Spoil
Mekanisme terhadap birokrasi, sebagai
System) memahami birokrasi sebagai bagian
contoh, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
FORMAL. INFORMAL
Arahan politik oleh para mentri Eksternal
Staf penasihat mentri - Media massa
Penelitian cermat oleh legislatif Opini publik
Penelitian cermat oleh lembaga - Kelompok-kelompok kepentingan
pengadilan Internal
Ombusemen - Standar-standar profesional
Keterlibatan warga negara - Reaksi-reaksi antisipatif
(bilamana perlu secara legal) Kelompok penekan sebaya
Kesadaran
Sumber: Wright, Vincent (ed.). 1992. Comparative Government and politics An Introduction.
London: The Macmillan Press Ltd., hlm. 354.
260
Birokrasi Indonesia Perspektif Teoritik dan...; Suwarno
rrr
261