M”
DENGAN RESIKO STUNTING DI RT 04/RW 002
DESA LORU KECAMATAN SIGI BIROMARU
DISUSUN OLEH :
NURUL ZIKRA
201902034
LEMBAR PERSETUJUAN
ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA “An. M”
Dengan Ini Menyatakan Bahwa Penyuluhan Dengan Judul “Resiko Stunting” Di Desa Loru
Telah Dilaksanakan Dan Telah Disetujui Sebagai Asuhan Kebidanan Pada Keluarga Binaan.
Nim: 201902034
Pembimbing
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ................................................................................................................ i
1. STUNTING .............................................................................................................1
A. Pengertian stunting ............................................................................................1
1) Cara Pengukuran Balita Stunting (TB/U) ...................................................1
2) Dampak Stunting Pada Balita .....................................................................1
B. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Stunting ................................ 2
a) Asupan Zat Gizi ..........................................................................................2
TINJAUAN TEORI
1. Stunting
A. Pengertian
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi dibawah lima
tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk
usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal
setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2
tahun. Balita pendek (stunted) dan sangat pendek (severely stunted) adalah balita
dengan panjang badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U) menurut umurnya
dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS (Multicentre Growth Reference
Study) 2006. Sedangkan definisi stunting menurut Kementerian Kesehatan
(Kemenkes) adalah anak balita dengan nilai z-scorenya kurang dari -2SD/standar
deviasi (stunted) dan kurang dari – 3SD (severely stunted). (Tim Nasional
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Sekretariat Wakil Presiden, 2017)
Status gizi pada dasarnya ditentukan oleh dua hal yaitu: makanan yang
dimakan dan keadaan kesehatan. Kualitas dan kuantitas makanan seorang
tergantung pada kandungan zat gizi makanan tersebut, ada tidaknya pemberian
makanan tambahan di keluarga, daya beli keluarga dan karakteristik ibu
tentang makanan dan kesehatan. Keadaan kesehatan juga berhubungan dengan
karakteristik ibu terhadap makanan dan kesehatan, daya beli keluarga, ada
tidaknya penyakit infeksi dan jangkauan terhadap pelayanan kesehatan
(Pramuditya SW, 2010).
Defisiensi zat gizi yang paling berat dan meluas terutama di kalangan
balita ialah akibat kekurangan zat gizi sebagai akibat kekurangan
konsumsi makanan dan hambatan mengabsorbsi zat gizi. Zat energi
digunakan oleh tubuh sebagai sumber tenaga yang tersedia pada makanan
yang mengandung karbohidrat, protein yang digunakan oleh tubuh sebagai
pembangun yang berfungsi memperbaiki sel-sel tubuh. Kekurangan zat
gizi pada disebabkan karena mendapat makanan yang tidak sesuai dengan
kebutuhan pertumbuhan badan atau adanya ketidakseimbangan antara
konsumsi zat gizi dan kebutuhan gizi dari segi kuantitatif maupun
kualitatif (Irianton A, 2015).
2. Sifat Keluarga
a. Tipe keluar
Merupakan keluarga inti yang terdiri dari 4 orang dengan suami yang paling
dominan dalam pengambilan keputusan.
b. Hubungan dengan anggota keluarga cukup harmonis.
3. Kegiatan sehari-hari
a. Kebiasaan tidur
1) Tn. A tidur siang ± 3 jam, tidur malam ± 8 jam/hari.
2) Ny. P tidur siang kadang-kadang, tidur malam ± 8 jam/hari.
3) An. M tidur siang ± 3 jam, tidur malam ± 8 jam/hari.
4) By. A tidur siang ± 16 jam/hari.
b. Kebiasaan makanan
Semua anggota keluarga makan 3x sehari dengan pokok beras, lauk pauk yang
sesuai dengan kemampuan keluarga ( tahu, tempe, telur, mie dan sayur ). Namun
dalam keluarga jarang makan bersama-sama, karena kesibukan masing-masing.
c. Pola eliminasi semua anggota keluarga menyatakan BAB ± 2 x sehari dan BAK ± 5-
6 x sehari.
d. Kebiasaan rekreasi, keluarga pernah melakukan rekreasi pada waktu liburan sekolah.
e. Kebiasaan hidup sehari-hari : Tn. Mansyur bekerja sebagai buruh dengan aktifitas
sehari-hari yaitu bangun tidur, sholat, mandi, kemudian sarapan pagi, kemudian
berangkat ke tempat kerja sekitar pukul 08.00 wita, sedangkan istrinya melakukan
pekerjaan rumah yaitu memasak, mencuci dan membersihkan rumah,
f. Kebersihan diri (Personal hygien), kebersihan diri anggota keluarga baik, mandi 2x
sehari dengan memakai sabun dan menyikat gigi memakai pasta gigi.
C. Faktor Lingkungan
1. Rumah
Keluarga sudah memiliki rumah sendiri dengan bentuk rumah belum permanen
dengan ukuran luas tanah tidak diketahui.
a. Contoh Denah rumah (DISESUIKAN DENGAN KELUARGA BINAAN)
Kamar Tidur
WC
Dapur
Rumah tidak jauh dari jalan raya, dengan luas yang tidak diketahui yang terdiri dari
1 kamar tidur, 1 dapur, dan 1 Wc.
a. Jenis rumah : Belum Permanen
b. Atap rumah : Seng
c. Lantai rumah : Semen
d. Ventilasi rumah cukup sehingga pertukaran udara keluar masuk cukup
e. Ruangan dalam rumah cukup mendapatkan cahaya sinar matahari
f. Kebersihan dan kerapian belum cukup bersih dan rapi
2. Sumber air
Sumber air yang digunakan sehari-hari: Saluran Pipa Air Desa.
Penggunaan air : Untuk Air minum dankeperluan sehari hari.
Tempat penyimpanan air : Tertutup
Pengurasan tempat air : 2 x sehari
Kualitas air tidak terasa, tidak berbau, dan tidak ada endapan
Saluran pembuangan air limbah : > 10 meter
Keadaan : Terpelihara
3. Tempat pembuangan
a. Keluarga mempunyai WC
b. Keluarga membuang sampah di pembuangan sampah.
c. SPAL keluarga adalah SPAL terbuka.
d. Lingkungan rumah belum cukup baik, jarak rumah keluarga dengan tetangga
berjarak ± 2 meter dan cukup aman dari gangguan kejahatan.
4. Fasilitas hiburan Keluarga memiliki Hp Android sebagai sarana hiburan dan sumber
informasi keluarga.
5. Transportasi
Keluarga Tn. A dalam kegiatan sehari-hari berjalan kaki, dan kadang kala
menggunakan transportasi umum.
6. Fasilitas sosial dan kesehatan yang ada
Lingkungan sosial keluarga tidak begitu ramai, fasilitas sosial yang cukup jauh dari
rumah yaitu mesjid dan sekolah sedangkan transportasi kurang lancar, sarana kesehatan
pun cukup jauh dari rumah.
D. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan keluarga umumnya cukup baik, kepala keluarga merokok dan tidak
minum minuman beralkohol dan tidak mengkonsumsi narkoba. Keluhan utama yang
sering dialami adalah badan terasa pegal-pegal karena terlalu capek dan apabila diurut
maka akan hilang dengan sendirinya.
2. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu.
Ny. P mengatakan anaknya lahir ditolong oleh bidan dengan usia kehamilan 9 bulan
dan persalinan berjalan lancar
3. Keluarga berencana sebelum hamil ibu belum menggunakan alat kontrasepsi. Setelah
40 hari melahirkan ibu berencana menggunakan kembali alat kontrasepsi suntik.
4. Imunisasi.Anak yang pertama mendapat imunisasi tetapi dengan lengkap sedangkan
anaknya terakhir (Aril) juga sudah mendapatkan imunisasi tetapi belum lengkap.
E. Pengkajian / Pemeriksaan Fisik
Sehubungan dengan riwayat kesehatan umum keluarga, maka dilakukan pemeriksaan
fisik anggota keluarga yaitu
Kepala keluarga
a. Tn. A
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda Vital ( TTV )
1) TD : 110/80 mmHg
2) Suhu : 36,7 °C
3) Nadi : 84 x/menit
4) Respirasi : 21/menit
c. An. M
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda Vital ( TTV )
1) Suhu : 36°C
2) Nadi : 99 x/menit
3) Respirasi : 25 x/menit
Berat badan : 6 kg
Tinggi badan : 75 cm
Kepala : bersih, tidak ada benjolan, tidak ada kelainan.
Wajah : bentuk oval, tidak pucat dan tidak ada oedema.
Mata : conjungtiva merah muda
Hidung : simetris
Telinga : simetris, bersih dan tidak ada serumen.
Mulut dan Gigi : bersih, dan tidak ada caries gigi
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembengkakan
kelenjar limfe, tidak ada bendungan vena.
Ketiak : Tidak ada benjolan
Dada : Simetris
Perut : Normal
Punggung : Simetria
Genetalia : tidak ada kelainan
Ekstremitas : lengkap dan simetris
d. By. A
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda Vital ( TTV )
1) Suhu : 36,1°C
2) Nadi : 95 x/menit
3) Respirasi : 30 x/menit
Berat badan : 3,5 Kg
Tinggi badan : 49 cm
Kepala : Bersih, tidak ada benjolan.
Wajah : Tidak pucat dan tidak ada oedema
Mata : congjungtiva merah muda dan selera putih
Hidung : bersih simetris
Telinga : simetris
Mulut dan Gigi : bersih.
Leher : tidak ada kelainan
Ketiak : tidak ada benjolan
Dada : simetris
Perut : normal
Punggung : simetris
Genetalia : Tidak ada kelainan
Ekstremitas : simetris
I. ANALISA DATA
A. Format analisa data keluarga.
NO DATA ANALISA DATA
Ds: Ibu Mengatakan Umur Anaknya
1 Tahun 10 Bulan
Do:Ada Bukti Fisik Yang
1 Balita sudah ditimbang
Mendukung Anak Beresiko
Stunting.
TOTAL 4
B. Gizi seimbang
No Kriteria Perhitungan Nilai Pembenaran
1. Sifat masalah dan 2/3 x 1 Kurangnya Pengetahuan Keluarga
pencegahan 0,7 Tentang Gizi Pada Balita Dan
Perekonomian Yang Tidak
Mendukung
2. Kemungkinan 2/2 x 2 Adanya Kesadaran Dan Kemauan
masalah untuk di 2 Dari Keluarga Untuk Memberi
ubah Makanan Yang Bergizi Pada Balita
TOTAL 3
V. IMPLEMENTASI
Tanggal 20 November 2021 Jam 15.00 Wita
Data I
1. Jam 15.00 wita
Memberikan penjelasan tentang pengertian dari stunting yaitu Stunting adalah keadaan
dimana tinggi badan berdasarkan umur rendah, atau keadaan dimana tubuh anak lebih
pendek dibandingkan dengan anak – anak lain seusianya.
Hasil : ibu mengerti dengan penjelasan yang diberiakan
2. Jam 15.01 wita
Menjelaskan pada ibu tentang penyebab serta tanda dan gejala stunting pada balita,
yaitu Anak stunting juga dikaitkan dengan budaya dan pengetahuan masyarakat akan
gizi, kurangnya asupan makanan yang memadai, Faktor gizi ibu sebelum dan selama
kehamilan
Hasil : Ibu mengerti tentang penyebab serta tanda dan gejala dari stunting pada balita
3. Jam 15.02 wita
Menjelaskan pada ibu tentang dampak yang bisa terjadi jika balita terkena stunting
yaitu tinggi badan anak lebih pendek dibandingkan dengan anak – anak lain seusianya.
Hasil : ibu mengerti tentang dampak yang bisa terjadi jika balita terkena stunting
4. Jam 15.03 wita
Menganjurkan ibu untuk memberikan makanan yang bergizi dan rajin memberi minum
susu kepada anaknya
Hasil : ibu mengerti dan mau mencegah terjadinya stunting pada anaknya
Data II
Tanggal 20 November 2021 Jam 15.04 Wita
1. Jam 15.04 wita
Memberikan penjelasan pada keluarga tentang pentingnya gizi seimbang pada balita
Hasil: keluarga mengerti tentang pentingnya gizi seimbang pada balita
2. Jam 15.05 wita
Menganjurkan keluarga untuk memberikan makanan sehat dan bergizi seperti sayuran
pada balita
Hasil: keluarga akan berusaha untuk memberikan makanan sehat dan bergizi seperti
sayuran pada balita
VI. EVALUASI
Tanggal 20 November 2021 Jam 15.10 Wita
DATA I
1. Ibu mengerti dan bisa mengulang penjelasan yang diberiakan
2. Ibu mengerti tentang penyebab serta tanda dan gejala dari stunting pada balita
3. Ibu mengerti tentang dampak yang bisa terjadi jika balita terkena stunting
4. Ibu mengerti dan mau mencegah terjadinya stunting pada anaknya
DATA II
1. Keluarga mengerti tentang pentingnya gizi seimbang pada balita
2. Keluarga akan berusaha untuk memberikan makanan sehat dan bergizi sepertisayuran
pada balita
f. Evaluasi
1. Menjelaskan tentang pengertian Stunting
2. Mengerti penyebab Stunting
3. Mengerti tentang ciri anak dengan Stunting
4. Mengerti pengaruh stunting pada anak
5. Mengerti pencegahan stunting pada anak
6. Mengerti penanggulangan stunting pada anak
STUNTING
1. Pengertian stunting
Stunting adalah keadaan dimana tinggi badan berdasarkan umur rendah, atau keadaan
dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan anak – anak lain seusianya (MCN,
2009). Stunted ditandai dengan terlambatnya pertumbuhan anak yang mengakibatkan
kegagalan dalam mencapai tinggi badan yang normal dan sehat sesuai usia anak. Stunted
merupakan kekurangan gizi kronis atau kegagalan pertumbuhan dimasa lalu dan
digunakan sebagai indikator jangka panjang untuk gizi kurang pada anak.
6. PENCEGAHAN
a. Pemberian ASI secara baik dan tepat disertai dengan pengawasan berat badan secara
teratur dan terus menerus
b. Menghindari pemberian makanan buatan kepada anak untuk mengganti ASI
sepanjang ibu masih mampu menghasilkan ASI, terutama pada usia dibawah empat
bulan
c. Meningkatkan pendapatan keluarga yang dapat dilakukan dengan upaya
mengikutsertakan para anggota keluarga yang sudah cukup umur untuk bekerja
dengan diimbangi dengan penggunaan uang yang terarah dan efisien. Cara lain yang
dapat ditempuh ialah pemberdayaan melalui peningkatan keterampilan dan
kewirausahaan
d. Meningkatkan intensitas komunikasi informasi edukasi (KIE) kepada masyarakaat,
terutama para ibu mengenai pentingnya konsumsi zat besi yang diatur sesuai
kebutuhan. Hal ini dapat dikoordinasikan dengan kegiatan posyandu.
7. Penanggulangan
a. Periode yang paling kritis dalam penanggulangan stunting dimulai sejak janin dalam
kandungan sampai anak berusia 2 tahun yang disebut dengan periode emas (seribu
hari pertama kehidupan). Oleh karena itu perbaikan gizi diprioritaskan pada usia
seribu hari pertama kehidupan yaitu 270 hari selama kehamilannya dan 730 hari pada
kehidupan pertama bayi yang dilahirkannya.
b. Secara langsung masalah gizi disebabkan oleh rendahnya asupan gizi dan masalah
kesehatan. Selain itu asupan gizi dan masalah kesehatan merupakan dua hal yang
saling mempengaruhi.Adapun pengaruh tidak langsung adalah ketersediaan makanan,
pola asuh dan ketersediaan air minum (bersih), sanitasi dan pelayanan kesehatan.
Seluruh faktor penyebab ini dipengaruhi oleh beberapa akar masalah yaitu
kelembagaan, politik dan ideologi, kebijakan ekonomi, dan sumberdaya, lingkungan,
teknologi, serta kependudukan.
c. Berdasarkan faktor penyebab masalah gizi tersebut, maka perbaikan gizi dilakukan
dengan dua pendekatan yaitu secara langsung (kegiatan spesifik) dan secara tidak
langsung (kegiatan sensitif). Kegiatan spesifik umumnya dilakukan oleh sektor
kesehatan seperti PMT ibu hamil KEK, pemberian tablet tambah darah, pemeriksaan
kehamilan, imunisasi TT, pemberian vitamin A pada ibu nifas. Untuk bayi dan balita
dimulai dengan inisiasi menyusu dini (IMD), ASI eksklusif, pemberian vitamin A,
pemantauan pertumbuhan, imunisasi dasar, pemberian MP-ASI. Sedangkan kegiatan
yang sensitif melibatkan sektor terkait seperti penanggulangan kemiskinan,
penyediaan pangan, penyediaan lapangan kerja, perbaikan infrastruktur (perbaikan
jalan, pasar), dll
d. Kegiatan perbaikan gizi dimaksudkan untuk mencapai pertumbuhan yang optimal.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Multicentre Growth Reference Study
(MGRS) Tahun 2005 yang kemudian menjadi dasar standar pertumbuhan
internasional, pertumbuhan anak sangat ditentukan oleh kondisi sosial ekonomi,
riwayat kesehatan, pemberian ASI dan MP-ASI. Untuk mencapai pertumbuhan
optimal maka seorang anak perlu mendapat asupan gizi yang baik dan diikuti oleh
dukungan kesehatan lingkungan.
e. Penanggulangan stunting yang paling efektif dilakukan pada seribu hari pertama
kehidupan, meliputi :
1) Pada ibu hamil
Memperbaiki gizi dan kesehatan Ibu hamil merupakan cara terbaik dalam
mengatasi stunting. Ibu hamil perlu mendapat makanan yang baik, sehingga
apabila ibu hamil dalam keadaan sangat kurus atau telah mengalami Kurang
Energi Kronis (KEK), maka perlu diberikan makanan tambahan kepada ibu
hamil tersebut.
Setiap ibu hamil perlu mendapat tablet tambah darah, minimal 90 tablet
selama kehamilan.
Kesehatan ibu harus tetap dijaga agar ibu tidak mengalami sakit
2) Pada saat bayi lahir
Persalinan ditolong oleh bidan atau dokter terlatih dan begitu bayi lahir
melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
Bayi sampai dengan usia 6 bulan diberi Air Susu Ibu (ASI) saja (ASI
Eksklusif)
3) Bayi berusia 6 bulan sampai dengan 2 tahun
Mulai usia 6 bulan, selain ASI bayi diberi Makanan Pendamping ASI (MP-
ASI). Pemberian ASI terus dilakukan sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih.
Bayi dan anak memperoleh kapsul vitamin A, taburia, imunisasi dasar
lengkap.
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) harus diupayakan oleh setiap rumah
tangga.
Dengan kata lain stunting dapat diketahui bila seorang balita sudah ditimbang berat
badannya dan diukur panjang atau tinggi badannya, lalu dibandingkan dengan standar, dan
hasilnya berada dibawah normal. Jadi secara fisik balita akan lebih pendek dibandingkan
balita seumurnya.
DOKUMENTASI