Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA “An.

M”
DENGAN RESIKO STUNTING DI RT 04/RW 002
DESA LORU KECAMATAN SIGI BIROMARU

DISUSUN OLEH :

NURUL ZIKRA

201902034

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


STIKES WIDYA NUSANTARA PALU
TAHUN 2021

LEMBAR PERSETUJUAN
ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA “An. M”

DENGAN RESIKO STUNTING RT 04/RW 002

DESA LORUKECAMATAN SIGI BIROMARU

Dengan Ini Menyatakan Bahwa Penyuluhan Dengan Judul “Resiko Stunting” Di Desa Loru
Telah Dilaksanakan Dan Telah Disetujui Sebagai Asuhan Kebidanan Pada Keluarga Binaan.

Loru,20 November 2021

Yang Bertanda Tangan Dibawah Ini :

Mahasiswa Keluarga binaan

Nurul Zikra Al'An'Am

Nim: 201902034

Pembimbing

Iin Octaviana Hutagaol SST.,M.KEB


NIK : 20130901028

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ................................................................................................................ i

TINJAUAN TEORI ......................................................................................................1

1. STUNTING .............................................................................................................1
A. Pengertian stunting ............................................................................................1
1) Cara Pengukuran Balita Stunting (TB/U) ...................................................1
2) Dampak Stunting Pada Balita .....................................................................1
B. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Stunting ................................ 2
a) Asupan Zat Gizi ..........................................................................................2

TINJAUAN TEORI
1. Stunting
A. Pengertian

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi dibawah lima
tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk
usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal
setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2
tahun. Balita pendek (stunted) dan sangat pendek (severely stunted) adalah balita
dengan panjang badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U) menurut umurnya
dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS (Multicentre Growth Reference
Study) 2006. Sedangkan definisi stunting menurut Kementerian Kesehatan
(Kemenkes) adalah anak balita dengan nilai z-scorenya kurang dari -2SD/standar
deviasi (stunted) dan kurang dari – 3SD (severely stunted). (Tim Nasional
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Sekretariat Wakil Presiden, 2017)

1) Cara Pengukuran Balita Stunting (TB/U)

Stunting merupakan suatu indikator kependekan dengan menggunakan


rumus tinggi badan menurut umur (TB/U) Panjang Badan Menurut Umur
(PB/U) memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya kronis sebagai akibat
dari keadaan yang berlangsung lama, misalnya kemiskinan, perilaku hidup
sehat dan pola asuh/pemberian makan yang kurang baik dari sejak dilahirkan
yang mengakibatkan stunting. (Achadi LA. 2012).

Keuntungan indeks TB/U yaitu merupakan indikator yang baik untuk


mengetahui kurang gizi masa lampau, alat mudah dibawa kemana-mana,
jarang orang tua keberatan diukur anaknya. Kelemahan indeks TB/U yaitu
tinggi badan tidak cepat naik bahkan tidak mungkin turun, dapat terjadi
kesalahan yang mempengaruhi presisi, akurasi, dan validitas pengukuran.
Sumber kesalahan bisa berasal dari tenaga yang kurang terlatih, kesalahan
pada alat dan tingkat kesulitan pengukuran. TB/U dapat digunakan sebagai
indeks status gizi populasi karena merupakan estimasi keadaan yang telah lalu
atau status gizi kronik.

Seorang yang tergolong pendek tak sesuai umurnya (PTSU) kemungkinan


keadaan gizi masa lalu tidak baik, seharusnya dalam keadaan normal tinggi
badan tumbuh bersamaan dengan bertambahnya umur. Pengaruh kurang gizi
terhadap pertumbuhan tinggi badan baru terlihat dalam waktu yang cukup
lama. (Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2011)

2) Dampak Stunting Pada Balita


a) Anak yang mengalami stunting lebih awal yaitu sebelum usia enam bulan,
akan mengalami stunting lebih berat menjelang usia dua tahun. Stunting
yang parah pada anak, akan terjadi defisit jangka panjang dalam
perkembangan fisik dan mental sehingga tidak mampu untuk belajar
secara optimal di sekolah dibandingkan anak dengan tinggi badan normal.
Anak dengan stunting cenderung lebih lama masuk sekolah dan lebih
sering absen dari sekolah dibandingkan anak dengan status gizi baik. Hal
ini memberikan konsekuensi terhadap kesuksesan dalam kehidupannya
dimasa yang akan datang. Stunting akan sangat mempengaruhi kesehatan
dan perkembangan anak. Faktor dasar yang menyebabkan stunting dapat
menganggu pertumbuhan dan perkembangan intelektual. Penyebab dari
stunting adalah bayi berat lahir rendah, ASI yang tidak memadai, makanan
tambahan yang tidak sesuai, diare berulang, dan infeksi pernapasan.
Berdasarkan penelitian sebagian besar anak dengan stunting
mengkonsumsi makanan yang berbeda di bawah ketentuan rekomendasi
kadar gizi, berasal dari keluarga banyak, bertempat tinggal di wilayah
pinggiran kota dan komunitas pedesaan.
b) Pengaruh gizi pada usia dini yang mengalami stunting dapat menganggu
pertumbuhan dan perkembangan kognitif yang kurang. stunting pada usia
lima tahun cenderung menetap sepanjang hidup, kegagalan pertumbuhan
usia dini berlanjut pada masa remaja dan kemudian tumbuh menjadi
wanita dewasa yang stunting dan mempengaruhi secara langsung pada
kesehatan dan produktivitas, sehingga meningkatkan peluang melahirkan
BBLR.
c) Stunting terutama berbahaya pada perempuan, karena lebih cenderung
menghambat dalam proses pertumbuhan dan berisiko lebih besar
meninggal saat melahirkan. Akibat lainnya kekurangan gizi/stunting
terhadap perkembangan sangat merugikan performance anak. Jika kondisi
buruk terjadi pada masa golden period perkembangan otak (0-2 tahun)
maka tidak dapat berkembang dan kondisi ini sulit untuk dapat pulih
kembali. Hal ini disebabkan karena 80-90% jumlah sel otak terbentuk
semenjak masa dalam kandungan sampai usia 2 (dua) tahun. Apabila
gangguan tersebut terus berlangsung maka akan terjadi penurunan skor tes
IQ sebesar 10-13 point. Penurunan perkembangan kognitif, gangguan
pemusatan perhatian dan manghambat prestasi belajar serta produktifitas
menurun sebesar 20-30%, yang akan mengakibatkan terjadinya loss
generation, artinya anak tersebut hidup tetapi tidak bisa berbuat banyak
baik dalam bidang pendidikan, ekonomi dan lainnya. Generasi demikian
hanya akan menjadi beban repository.unimus.ac.id 10 masyarakat dan
pemerintah, karena terbukti keluarga dan pemerintah harus mengeluarkan
biaya kesehatan yang tinggi akibat warganya mudah sakit. (Supariasa,
2011)
B. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Stunting

Status gizi pada dasarnya ditentukan oleh dua hal yaitu: makanan yang
dimakan dan keadaan kesehatan. Kualitas dan kuantitas makanan seorang
tergantung pada kandungan zat gizi makanan tersebut, ada tidaknya pemberian
makanan tambahan di keluarga, daya beli keluarga dan karakteristik ibu
tentang makanan dan kesehatan. Keadaan kesehatan juga berhubungan dengan
karakteristik ibu terhadap makanan dan kesehatan, daya beli keluarga, ada
tidaknya penyakit infeksi dan jangkauan terhadap pelayanan kesehatan
(Pramuditya SW, 2010).

a) Asupan Zat Gizi

Defisiensi zat gizi yang paling berat dan meluas terutama di kalangan
balita ialah akibat kekurangan zat gizi sebagai akibat kekurangan
konsumsi makanan dan hambatan mengabsorbsi zat gizi. Zat energi
digunakan oleh tubuh sebagai sumber tenaga yang tersedia pada makanan
yang mengandung karbohidrat, protein yang digunakan oleh tubuh sebagai
pembangun yang berfungsi memperbaiki sel-sel tubuh. Kekurangan zat
gizi pada disebabkan karena mendapat makanan yang tidak sesuai dengan
kebutuhan pertumbuhan badan atau adanya ketidakseimbangan antara
konsumsi zat gizi dan kebutuhan gizi dari segi kuantitatif maupun
kualitatif (Irianton A, 2015).

Asupan makan yang tidak adekuat merupakan penyebab langsung


terjadinya stunting pada balita. Kurangnya asupan energi dan protein
menjadi penyebab gagal tumbuh telah banyak diketahui. Kurangnya
beberapa mikronutrien juga berpengaruh terhadap terjadinya retardasi
pertumbuhan linear. Kekurangan mikronutrien dapat terjadi karena
rendahnya asupan bahan makanan sumber mikronutrien tersebut dalam
konsumsi balita sehari-hari serta disebabkan karena bioavailabilitas yang
rendah (Mikhail,et al., 2013)

Faktor-faktor yang mempengaruhi asupan zat gizi yaitu :

1) Daya Beli Keluarga


Daya beli keluarga sangat ditentukan oleh tingkat pendapatan
keluarga. Orang miskin biasanya akan membelanjakan sebagian besar
pendapatannya untuk makanan. Rendahnya pendapatan merupakan
rintangan yang menyebabkan orang orang tidak mampu membeli
pangan dalam jumlah yang dibutuhkan. Ada pula keluarga yang
sebenarnya mempunyai penghasilan cukup namun sebagian anaknya
berstatus kurang gizi (Irianton A, 2015).
Pada umumnya tingkat pendapatan naik jumlah dan jenis makanan
cenderung untuk membaik tetapi mutu makanan tidak selalu membaik
(Aditianti, 2010). Anak yang tumbuh dalam suatu keluarga miskin
paling rentan terhadap kurang gizi diantara seluruh anggota keluarga
dan yang paling kecil biasanya paling terpengaruh oleh kekurangan
pangan. Jumlah keluarga juga mempengaruhi keadaan gizi (Welassih
BD, The Indonesian Journal of Public Health. 2012;8. 70).
2) Tingkat Pendidikan Ibu
Pendidikan ibu merupakan modal utama dalam menunjang
ekonomi keluarga juga berperan dalam penyusunan makan keluarga,
serta pengasuhaan dan perawatan anak. Bagi keluarga dengan tingkat
pendidikan yang tinggi akan lebih mudah menerima informasi
kesehatan khususnya dibidang gizi, sehingga dapat menambah
pengetahuannya dan mampu menerapkan dalam kehidupan sehari- hari
(Depkes RI, 2015).

Tingkat pendidikan yang dimiliki wanita bukan hanya bermanfaat


bagi penambahan pengetahuan dan peningkatan kesempatan kerja yang
dimilikinya, tetapi juga merupakan bekal atau sumbangan dalam upaya
memenuhi kebutuhan dirinya serta mereka yang tergantung padanya.
Wanita dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung lebih
baik taraf kesehatannya (Pramudtya SW, 210).

Jika pendidikan ibu dan pengetahuan ibu rendah akibatnya ia tidak


mampu untuk memilih hingga menyajikan makanan untuk keluarga
memenuhi syarat gizi seimbang (UNICEF, 2010). Hal ini senada
dengan hasil penelitian di Meksiko bahwa pendidikan ibu sangat
penting dalam hubungannya dengan pengetahuan gizi dan pemenuhan
gizi keluarga khususnya anak, karena ibu dengan pendidikan rendah
antara lain akan sulit menyerap informasi gizi sehingga dapat berisiko
mengalami resiko stunting (Hizni, et al .2010).

3) Pengetahuan Gizi Ibu

Gizi kurang banyak menimpa balita sehingga golongan ini disebut


golongan rawan. Masa peralihan antara saat disapih dan mengikuti
pola makan orang dewasa atau bukan anak, merupakan masa rawan
karena ibu atau pengasuh mengikuti kebiasaan yang keliru.
Penyuluhan gizi dengan bukti-bukti perbaikan gizi pada dapat
memperbaiki sikap ibu yang kurang menguntungkan pertumbuhan
anak (Rahayu A, 2014).

Pengetahuan gizi dipengaruhi oleh beberapa faktor. Di samping


pendidikan yang pernah dijalani, faktor lingkungan sosial dan
frekuensi kontak dengan media masa juga mempengaruhi pengetahuan
gizi. Salah satu penyebab terjadinya gangguan gizi adalah kurangnya
pengetahuan gizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi
tentang gizi dalam kehidupan sehari-hari (Suhardjo, 2007).

Tingkat pengetahuan gizi seseorang besar pengaruhnya bagi


perubahan sikap dan perilaku di dalam pemilihan bahan makanan,
yang selanjutnya akan berpengaruh pula pada keadaan gizi individu
yang bersangkutan. Keadaan gizi yang rendah di suatu daerah akan
menentukan tingginya angka kurang gizi secara nasional (Mulyati,
2009). Hasil Penelitian Taufiqurrahman (2013) dan Pormes dkk (2014)
yang menyatakan bahwa pengetahuan orang tua tentang pemenuhan
gizi berpengaruh dengan kejadian stunting.

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITASPADA “An. M”

DENGAN RESIKO STUNTING RT 04/RW 002


DESA LORUKECAMATANSIGI BIROMARU

A. Struktur dan Sifat Keluarga


1. Struktur
Nama KK : Tn. A
Umur : 24 Tahun
Nikah :4 Tahun
Suku : Kaili
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
Alamat : RT 004 RW 002 Desa Loru

Daftar anggota keluarga.


No Nama Hubungan Umur L/P Status Pendidikan Pekerjaan Agama
.
1. Putri Ayu Istri 20 P AK 1 SD IRT Islam
Tahun
2. Moh. Anak 1 L AK 2 Belum - Islam
Al-Ikhlas Tahun Sekolah
9 Bulan
3. Ahmad Anak 1 L AK 3 Belum Islam
Alfariski Minggu Sekolah -
3 Hari

Genogram Keluarga (DISESUIKAN DENGAN KELUARGA BINAAN)

2. Sifat Keluarga
a. Tipe keluar
Merupakan keluarga inti yang terdiri dari 4 orang dengan suami yang paling
dominan dalam pengambilan keputusan.
b. Hubungan dengan anggota keluarga cukup harmonis.
3. Kegiatan sehari-hari
a. Kebiasaan tidur
1) Tn. A tidur siang ± 3 jam, tidur malam ± 8 jam/hari.
2) Ny. P tidur siang kadang-kadang, tidur malam ± 8 jam/hari.
3) An. M tidur siang ± 3 jam, tidur malam ± 8 jam/hari.
4) By. A tidur siang ± 16 jam/hari.
b. Kebiasaan makanan
Semua anggota keluarga makan 3x sehari dengan pokok beras, lauk pauk yang
sesuai dengan kemampuan keluarga ( tahu, tempe, telur, mie dan sayur ). Namun
dalam keluarga jarang makan bersama-sama, karena kesibukan masing-masing.
c. Pola eliminasi semua anggota keluarga menyatakan BAB ± 2 x sehari dan BAK ± 5-
6 x sehari.
d. Kebiasaan rekreasi, keluarga pernah melakukan rekreasi pada waktu liburan sekolah.
e. Kebiasaan hidup sehari-hari : Tn. Mansyur bekerja sebagai buruh dengan aktifitas
sehari-hari yaitu bangun tidur, sholat, mandi, kemudian sarapan pagi, kemudian
berangkat ke tempat kerja sekitar pukul 08.00 wita, sedangkan istrinya melakukan
pekerjaan rumah yaitu memasak, mencuci dan membersihkan rumah,
f. Kebersihan diri (Personal hygien), kebersihan diri anggota keluarga baik, mandi 2x
sehari dengan memakai sabun dan menyikat gigi memakai pasta gigi.

B. Faktor-faktor Sosial, Ekonomi dan Budaya.


1. Penghasilan
a. Pekerjaan kepala keluarga adalah buruh.
b. Penghasilan : ± Rp 28.800.000/ tahun
c. Pemenuhan kebutuhan keluarga cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
d. Simpanan keluarga di simpan sendiri.
2. Suku dan agama
Bapak dan ibu berasal dari Kaili, Bapak dan Ibu cukup taat melaksanakan ajaran
agama yang dianutnya.
3. Peranan anggota keluarga. 
a. Ayah sebagai pencari nafkah. 
b. Ibu sebagai pengasuh untuk anak-anaknya dan mengatur urusan rumah tangga.
4. Hubungan keluarga dengan masyarakat.
Hubungan keluarga dengan masyarakat sekitar cukup baik.

C. Faktor Lingkungan
1. Rumah
Keluarga sudah memiliki rumah sendiri dengan bentuk rumah belum permanen
dengan ukuran luas tanah tidak diketahui.
a. Contoh Denah rumah (DISESUIKAN DENGAN KELUARGA BINAAN)

Kamar Tidur
WC
Dapur
                                                 

Rumah tidak jauh dari jalan raya, dengan luas yang tidak diketahui yang terdiri dari
1 kamar tidur, 1 dapur, dan 1 Wc.
a. Jenis rumah : Belum Permanen
b. Atap rumah : Seng
c. Lantai rumah : Semen
d. Ventilasi rumah cukup sehingga pertukaran udara keluar masuk cukup
e. Ruangan dalam rumah cukup mendapatkan cahaya sinar matahari
f. Kebersihan dan kerapian belum cukup bersih dan rapi

2. Sumber air
Sumber air yang digunakan sehari-hari: Saluran Pipa Air Desa.
Penggunaan air : Untuk Air minum dankeperluan sehari hari.
Tempat penyimpanan air : Tertutup
Pengurasan tempat air : 2 x sehari
Kualitas air tidak terasa, tidak berbau, dan tidak ada endapan
Saluran pembuangan air limbah : > 10 meter
Keadaan : Terpelihara
3. Tempat pembuangan
a. Keluarga mempunyai WC
b. Keluarga membuang sampah di pembuangan sampah.
c. SPAL keluarga adalah SPAL terbuka.
d. Lingkungan rumah belum cukup baik, jarak rumah keluarga dengan tetangga
berjarak ± 2 meter dan cukup aman dari gangguan kejahatan.
4. Fasilitas hiburan  Keluarga memiliki Hp Android sebagai sarana hiburan dan sumber
informasi keluarga.
5. Transportasi
Keluarga Tn. A dalam kegiatan sehari-hari berjalan kaki, dan kadang kala
menggunakan transportasi umum.
6. Fasilitas sosial dan kesehatan yang ada
Lingkungan sosial keluarga tidak begitu ramai, fasilitas sosial yang cukup jauh dari
rumah yaitu mesjid dan sekolah sedangkan transportasi kurang lancar, sarana kesehatan
pun cukup jauh dari rumah.

D. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan keluarga umumnya cukup baik, kepala keluarga merokok dan tidak
minum minuman beralkohol dan tidak mengkonsumsi narkoba. Keluhan utama yang
sering dialami adalah badan terasa pegal-pegal karena terlalu capek dan apabila diurut
maka akan hilang dengan sendirinya.
2. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu.
Ny. P mengatakan anaknya lahir ditolong oleh bidan dengan usia kehamilan 9 bulan
dan persalinan berjalan lancar
3. Keluarga berencana sebelum hamil ibu belum menggunakan alat kontrasepsi. Setelah
40 hari melahirkan ibu berencana menggunakan kembali alat kontrasepsi suntik.
4. Imunisasi.Anak yang pertama mendapat imunisasi tetapi dengan lengkap sedangkan
anaknya terakhir (Aril) juga sudah mendapatkan imunisasi tetapi belum lengkap.
E. Pengkajian / Pemeriksaan Fisik
Sehubungan dengan riwayat kesehatan umum keluarga, maka dilakukan pemeriksaan
fisik anggota keluarga yaitu
Kepala keluarga
a. Tn. A
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda Vital ( TTV )
1) TD : 110/80 mmHg
2) Suhu : 36,7 °C
3) Nadi : 84 x/menit
4) Respirasi : 21/menit

Kepala : bersih, tidak ada benjolan, tidak ada kelainan.


Wajah : tidak ada oedema
Mata : conjungtiva merah muda
Hidung : simetris
Telinga : simetris, tidak serumen
Mulut dan Gigi : bersih, mukosa bibir lembab, tidak ada caries gigi.
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembengkakan
Kelenjar limfe, tidak ada bendungan vena.
Ketiak : tidak ada benjolan.
Dada : simetris
Perut : normal
Punggung : simetris
Genetalia : tidak ada benjolan dan tidak ada kelainan.
Ekstremitas : lengkap dan simetris.
b. Ny. P
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda Vital ( TTV )
1) TD : 100/80 mmHg
2) Suhu : 35,9 °C
3) Nadi : 73 x/menit
4) Respirasi : 21 x/menit
Kepala : bersih, tidak ada benjolan, tidak ada kelainan
Wajah : tidak ada oedema, tidak pucat tidak ada cloasma gravidarum
Mata : congjungtiva merah muda dan sclera putih
Hidung : simetris
Telinga : simetris dan tidak terdapat serumen
Mulut dan Gigi : bersih, tidak ada caries gigi.
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembengkakan
kelenjar limfe, tidak ada bendungan vena.
Ketiak : tidak ada benjolan dan nyeri tekan.
Dada : simetris, putting susu menonjol dan ada kolostrum.
Perut : tidak ada bekas luka operasi.
Punggung : simetris
Genetalia : terdapat jahitan dan tidak ada kelainan
Ekstremitas : simetris dan lengkap

c. An. M
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda Vital ( TTV )
1) Suhu : 36°C
2) Nadi : 99 x/menit
3) Respirasi : 25 x/menit
Berat badan : 6 kg
Tinggi badan : 75 cm
Kepala : bersih, tidak ada benjolan, tidak ada kelainan.
Wajah : bentuk oval, tidak pucat dan tidak ada oedema.
Mata : conjungtiva merah muda
Hidung : simetris
Telinga : simetris, bersih dan tidak ada serumen.
Mulut dan Gigi : bersih, dan tidak ada caries gigi
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembengkakan
kelenjar limfe, tidak ada bendungan vena.
Ketiak : Tidak ada benjolan
Dada : Simetris
Perut : Normal
Punggung : Simetria
Genetalia : tidak ada kelainan
Ekstremitas : lengkap dan simetris

d. By. A
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda Vital ( TTV )
1) Suhu : 36,1°C
2) Nadi : 95 x/menit
3) Respirasi : 30 x/menit
Berat badan : 3,5 Kg
Tinggi badan : 49 cm
Kepala : Bersih, tidak ada benjolan.
Wajah : Tidak pucat dan tidak ada oedema
Mata : congjungtiva merah muda dan selera putih
Hidung : bersih simetris
Telinga : simetris
Mulut dan Gigi : bersih.
Leher : tidak ada kelainan
Ketiak : tidak ada benjolan
Dada : simetris
Perut : normal
Punggung : simetris
Genetalia : Tidak ada kelainan
Ekstremitas : simetris

F. Pengkajian / Pemeriksaan Psikososial


1. Status Emosional tingkat emosional anggota keluarga baik dan bila ada masalah
umumnya dapat diselesaikan dengan baik, hanya anak (Aril) sangat rewel.
2. Konsep diri
Bapak cenderung agak cerewet banyak bicara dan ibu juga sangat sibuk mengurus
keluarga dan lain-lain sehingga agak repot dalam pekerjaan sehari-hari.
3. Pola Interaksi/Komunikasi.
Pola interaksi keluarga cukup baik dan bahasa yang digunakan sehari-hari adalah
bahasa Kaili.
4. Pola pertahanan dalam keluarga.
Sebagai kepala keluarga suami disegani oleh istrinya dan anggota keluarga,
permasalahan dan konflik yang terjadi dalam keluarga dibicarakan dan diselesaikan
dengan baik (dimusyawarahkan) demikian pula dengan permasalahan dengan tetangga /
masyarakat disekelilingnya.
G. Pengkajian Pengetahuan Keluarga Tentang Perawat Bayi dan Tali pusat.Keluarga
mengetahui tentang tata cara perawatan bayi dan tali pusat.
H. Harapan Keluarga Terhadap Bidan.
Agar ibu sering datang jika waktu posyandu tiba sehingga bidan dapat membantu
mengatasi masalahnya dalam bidang kesehatan.

I. ANALISA DATA
A.   Format analisa data keluarga.
NO DATA ANALISA DATA
Ds: Ibu Mengatakan Umur Anaknya
1 Tahun 10 Bulan
Do:Ada Bukti Fisik Yang
1 Balita sudah ditimbang
Mendukung Anak Beresiko
Stunting.

Ds : Ibu Mengatakan Balitanya


Kurangnya Pengetahuan Keluarga
Jarang Makan Sayuran Dan Hanya
Tentang Gizi Pada Balita Dan
2 Makan Bubur Saja
Perekonomian Yang Tidak
Do : Terdapat Tanda-Tanda Gizi
Mendukung
Kurang Dilihat Dari BB Dan TB

II. PRIORITAS MASALAH


A. Resiko Stunting
No Kriteria Perhitungan Nilai Pembenaran
1. Sifat masalah dan 2/3 x 1 1 Anak belum mendapatkan
ancaman kesehatan kebutuhan gizi yang lengkap
sehingga perlu diingatkan
kembali kepada ibu bahwa
kebutuhan gizi sangat penting
sehingga dapat mencegah
stunting
2. Kemungkinan masalah ½ x 2 1 Perekonomian Orang Tua
untuk di ubah Sangat Tidak Memungkinkan
Untuk Mengatasi Masalah

3. Potensi pencegahan 3/3 x 1 1 Adanya kemauan keluarga


untuk mencegah stunting pada
anak
4. Masalah yang menonjol 2/2 x 1 1 Keluarga (ibu) menyadari
masalah dan ingin segera diatasi

TOTAL 4

B. Gizi seimbang
No Kriteria Perhitungan Nilai Pembenaran
1. Sifat masalah dan 2/3 x 1 Kurangnya Pengetahuan Keluarga
pencegahan       0,7 Tentang Gizi Pada Balita Dan
Perekonomian Yang Tidak
Mendukung
2. Kemungkinan 2/2 x 2 Adanya Kesadaran Dan Kemauan
masalah untuk di        2 Dari Keluarga Untuk Memberi
ubah Makanan Yang Bergizi Pada Balita

3. Potensial 1/3 x 1 0,3 Adanya keinginan keluarga untuk


penegahan memperbaiki keseimbangan gizi
pada balita

4. Penonjolan   0/2 x 1 0 Masalah tidak dirasakan


masalah

TOTAL 3

III. PRIORITAS MASYARAKAT.


Berdasarkan hasil pembobotan masalah di atas maka urutan profil masalah kesehatan “ Tn.
Mansyur” dapat disusun sebagai berikut :
Prioritas I : Resiko Stunting
Prioritas II : Gizi Seimbang

IV. RENCANA ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA KELUARGA TN. M


Data I
Masalah : Balita Harus Di Beri Makanan Yang Bergizi Untuk Pencegahan Stunting
Ds : Ibu Mengatakan Umur Anaknya 1 Tahun 10 Bulan Dan Rajin Mengikuti
Posyandu
Do : Terdapat Bukti Fisik Yang Mendukung Anak Beresiko Stunting
Tujuan : Ibu Mengerti Dan Mengetahui Pencegahan Dari Stunting\
Kriteria : Diharapkan ibu dapat mengetahui apa itu stunting, penyebab stunting pada
balita, tanda-tanda stunting,bagaimana cara mencegah stunting, dan efek
samping/penyakit yang bisa terjadi apabila balitaterkena stunting.
Intervensi, Sabtu 20 November 2021
1. Beritahu ibu tentang pengertian dari stunting
Rasional : Agar ibu dapat mengetahui apa itu stunting
2. Beritahu ibu tentang penyebab serta tanda dan gejala stunting pada balita.
Rasional : Diharapkan ibu dapat mengetahui tanda dan gejala balita stunting
3. Beritahu ibu tentang dampak yang bisa terjadi jika balita terkena stunting.
Rasional : Dengan mengetahui dampak yang dapat terjadi, ibu termotivasi untuk segera
memberikan makanan-makanan yang bergizi untuk mencegah stunting
4. Anjurkan ibu untuk memberikan makanan yang bergizi dan rajin memberi minum susu
kepada anaknya
Rasional : Di harapkan ibu dapat mencegah terjadinya stunting pada anaknya
Data II
Masalah : Kurangnya Pengetahuan Keluarga Tentang Gizi Pada Balita
Ds : Ibu Mengatakan Balitanya Jarang Makan Sayuran Dan Hanya Makan Bubur
Do : Terdapat Tanda-Tanda Gizi Kurang Dilihat Dari BB Dan TB
Tujuan : Agar keluarga mengerti dampak dari kurangnya makan sayuran pada balita
Kriteria : Gizi Balita Terpenuhi
Intervensi
Tanggal 20 November 15.00 Wita
1. Berikan penjelasan pada keluarga tentang pentingnya gizi seimbang pada balita
Rasional : Dengan memberikan penjelasan pada keluarga, keluarga akan menyadari dan
memberikan makanan yang bergizi pada balita
2. Anjurkan pada keluarga untuk memberikan makanan sehat dan bergizi seperti sayuran
pada balita
Rasional : agar tidak terjadi kekurangan gizi pada balita

V. IMPLEMENTASI
Tanggal 20 November 2021 Jam 15.00 Wita
Data I
1. Jam 15.00 wita
Memberikan penjelasan tentang pengertian dari stunting yaitu Stunting adalah keadaan
dimana tinggi badan berdasarkan umur rendah, atau keadaan dimana tubuh anak lebih
pendek dibandingkan dengan anak – anak lain seusianya.
Hasil : ibu mengerti dengan penjelasan yang diberiakan
2. Jam 15.01 wita
Menjelaskan pada ibu tentang penyebab serta tanda dan gejala stunting pada balita,
yaitu Anak stunting juga dikaitkan dengan budaya dan pengetahuan masyarakat akan
gizi, kurangnya asupan makanan yang memadai, Faktor gizi ibu sebelum dan selama
kehamilan
Hasil : Ibu mengerti tentang penyebab serta tanda dan gejala dari stunting pada balita
3. Jam 15.02 wita
Menjelaskan pada ibu tentang dampak yang bisa terjadi jika balita terkena stunting
yaitu tinggi badan anak lebih pendek dibandingkan dengan anak – anak lain seusianya.
Hasil : ibu mengerti tentang dampak yang bisa terjadi jika balita terkena stunting
4. Jam 15.03 wita
Menganjurkan ibu untuk memberikan makanan yang bergizi dan rajin memberi minum
susu kepada anaknya
Hasil : ibu mengerti dan mau mencegah terjadinya stunting pada anaknya

Data II
Tanggal 20 November 2021 Jam 15.04 Wita
1. Jam 15.04 wita
Memberikan penjelasan pada keluarga tentang pentingnya gizi seimbang pada balita
Hasil: keluarga mengerti tentang pentingnya gizi seimbang pada balita
2. Jam 15.05 wita
Menganjurkan keluarga untuk memberikan makanan sehat dan bergizi seperti sayuran
pada balita
Hasil: keluarga akan berusaha untuk memberikan makanan sehat dan bergizi seperti
sayuran pada balita

VI. EVALUASI
Tanggal 20 November 2021 Jam 15.10 Wita
DATA I
1. Ibu mengerti dan bisa mengulang penjelasan yang diberiakan
2. Ibu mengerti tentang penyebab serta tanda dan gejala dari stunting pada balita
3. Ibu mengerti tentang dampak yang bisa terjadi jika balita terkena stunting
4. Ibu mengerti dan mau mencegah terjadinya stunting pada anaknya

DATA II
1. Keluarga mengerti tentang pentingnya gizi seimbang pada balita
2. Keluarga akan berusaha untuk memberikan makanan sehat dan bergizi sepertisayuran
pada balita

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok bahasan : Stunting


Sub pokok bahasan : Stunting Pada Balita
Sasaran : Balita
Hari / tanggal : Sabtu, 20 November 2021
Tempat : Rumah
Pukul : 14.30 – selesai
Penyuluh : NURUL ZIKRA
a. Tujuan :
- Tujuan umum : memberi pengetahuan tentang stunting pada balita dan cara
mencegahnya.
- Tujuan khusus :
a. Menjelaskan tentang pengertian Stunting
b. Mengerti penyebabStunting
c. Mengerti tentang ciri anak dengan Stunting
d. Mengerti pengaruh stunting pada anak
e. Mengerti pencegahan stunting pada anak
f. Mengerti penanggulangan stunting pada anak
b. Materi (terlampir)
c. Media
Leaflet
d. Metode
- Ceramah
- Diskusi
- Tanya jawab
e. Kegiatan penyuluhan
No waktu Kegiatan penyuluhan Respon peserta
1 5 menit 1. Pembukaan
- Salam -Menjawab salam
-Memperhatikan dengan
- Perkenalan tim penyuluhan seksama
2 35 menit 2. Penyampaian materi oleh penyuluh
- metode ceramah -materi meliputi :
a. Menjelaskan tentang
pengertian Stunting
b. Mengerti penyebab Stunting
c. Mengerti tentang ciri anak Peserta mendengarkan
dengan Stunting
d. Mengerti pengaruh stunting
pada anak
e. Mengerti pencegahan stunting
pada anak
f. Mengerti penanggulangan
stunting pada anak
3 20 menit 3. Penutupan
- Sesi tanya jawab - Menjawab
pertanyaan yang
diberikan oleh
penyiar

f. Evaluasi
1. Menjelaskan tentang pengertian Stunting
2. Mengerti penyebab Stunting
3. Mengerti tentang ciri anak dengan Stunting
4. Mengerti pengaruh stunting pada anak
5. Mengerti pencegahan stunting pada anak
6. Mengerti penanggulangan stunting pada anak
STUNTING

1. Pengertian stunting
Stunting adalah keadaan dimana tinggi badan berdasarkan umur rendah, atau keadaan
dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan anak – anak lain seusianya (MCN,
2009). Stunted ditandai dengan terlambatnya pertumbuhan anak yang mengakibatkan
kegagalan dalam mencapai tinggi badan yang normal dan sehat sesuai usia anak. Stunted
merupakan kekurangan gizi kronis atau kegagalan pertumbuhan dimasa lalu dan
digunakan sebagai indikator jangka panjang untuk gizi kurang pada anak.

2. Penyebab Stunting Pada Anak


Menurut beberapa penelitian, kejadian stunted pada anak merupakan suatu proses
kumulatif yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak dan sepanjang siklus
kehidupan. Pada masa ini merupakan proses terjadinya stunted pada anak dan peluang
peningkatan stunted terjadi dalam 2 tahun pertama kehidupan.
a. Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab tidak langsung
yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin. Ibu
hamil dengan gizi kurang akan menyebabkan janin mengalami intrauterine growth
retardation (IUGR), sehingga bayi akan lahir dengan kurang gizi, dan mengalami
gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
b. Anak-anak yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan disebabkan kurangnya
asupan makanan yang memadai dan penyakit infeksi yang berulang, dan
meningkatnya kebutuhan metabolic serta mengurangi nafsu makan, sehingga
meningkatnya kekurangan gizi pada anak. Keadaan ini semakin mempersulit untuk
mengatasi gangguan pertumbuhan yang akhirnya berpeluang terjadinya stunted
c. banyak kebiasaan buruk dan persepsi salah yang masih dilakukan oleh masyarakat di
lingkungannya. "Antara lain tak memberikan ASI eksklusif pada bayinya.
d. Menurut UNICEF, penyebab utama gizi buruk dan stunting adalah kemiskinan.
e. Anak stunting juga dikaitkan dengan budaya dan pengetahuan masyarakat akan gizi.
Namun kedua faktor ini masih belum menjadi faktor penyebab utama kemiskinan.
f. Pemenuhan gizi yang kurang pada masyarakat dengan kemiskinan merupakan salah
satu biang kerok munculnya anak stunting. Karena pola makan sering kali seiring
dengan kondisi kesejahteraan.Konsumsi ikan laut masyarakat masih rendah, padahal
protein dan omega yang dikandung sangat bermanfaat bagi anak.Sangat ironis
memang, karena Indonesia merupakan negara bahari.

3. CIRI-CIRI STUNTING PADA ANAK


a. Anak yang stunted, pada usia 8-10 tahun lebih terkekang/tertekan (lebih pendiam,
tidak banyak melakukan eye-contact) dibandingkan dengan anak non-stunted jika
ditempatkan dalam situasi penuh tekanan.
b. Anak dengan kekurangan protein dan energi kronis (stunting) menampilkan performa
yang buruk pada tes perhatian dan memori belajar, tetapi masih baik dalam koordinasi
dan kecepatan gerak.
c. Pertumbuhan melambat, batas bawah kecepatan tumbuh adalah 5cm/tahun decimal
d. Tanda tanda pubertas terlambat (payudara, menarche, rambut pubis, rambut ketiak,
panjangnya testis dan volume testis
e. Wajah tampak lebih muda dari umurnya
f. Pertumbuhan gigi yang terlambat

4. PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS


Riwayat Antenatal, Natal dan Postnatal, adanya keterlambatan pertumbuhan dan masurasi
dalam keluarga (pendek, menarche), penyakit infeksi kongential, KMK (kecil masa
kehamilan), penyakit kronis pada organ-organ (saluran cerna, kaardiovaskular, organ
pernafasan dan ginjal)

5. PENGARUH STUNTING PADA ANAK


Menurut laporan UNICEF (1998) beberapa fakta terkait stunted dan pengaruhnya adalah
sebagai berikut:
a. Anak-anak yang mengalami stunted lebih awal yaitu sebelum usia enam bulan, akan
mengalami stunted lebih berat menjelang usia dua tahun. Stunted yang parah pada
anak-anak akan terjadi deficit jangka panjang dalam perkembangan fisik dan mental
sehingga tidak mampu untuk belajar secara optimal di sekolah, dibandingkan anak-
anak dengan tinggi badan normal. Anak-anak dengan stunted cenderung lebih lama
masuk sekolah dan lebih sering absen dari sekolah dibandingkan anak-anak dengan
status gizi baik. Hal ini memberikan konsekuensi terhadap kesuksesan anak dalam
kehidupannya dimasa yang akan datang.
b. Stunted akan sangat mempengaruhi kesehatan dan perkembanangan anak. Faktor
dasar yang menyebabkan stunted dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan
intelektual. Penyebab dari stunted adalah bayi berat lahir rendah, ASI yang tidak
memadai, makanan tambahan yang tidak sesuai, diare berulang, dan infeksi
pernapasan. Berdasarkan penelitian sebagian besar anak-anak dengan stunted
mengkonsumsi makanan yang berada di bawah ketentuan rekomendasi kadar gizi,
berasal dari keluarga miskin dengan jumlah keluarga banyak, bertempat tinggal di
wilayah pinggiran kota dan komunitas pedesaan.
c. Pengaruh gizi pada anak usia dini yang mengalami stunted dapat mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan kognitif yang kurang. Anak stunted pada usia lima
tahun cenderung menetapsepanjang hidup, kegagalan pertumbuhan anak usia dini
berlanjut pada masa remaja dan kemudian tumbuh menjadi wanita dewasa yang
stunted dan mempengaruhi secara langsung pada kesehatan dan produktivitas,
sehingga meningkatkan peluang melahirkan anak dengan BBLR. Stunted terutama
berbahaya pada perempuan, karena lebih cenderung menghambat dalam proses
pertumbuhan dan berisiko lebih besar meninggal saat melahirkan.

6. PENCEGAHAN
a. Pemberian ASI secara baik dan tepat disertai dengan pengawasan berat badan secara
teratur dan terus menerus
b. Menghindari pemberian makanan buatan kepada anak untuk mengganti ASI
sepanjang ibu masih mampu menghasilkan ASI, terutama pada usia dibawah empat
bulan
c. Meningkatkan pendapatan keluarga yang dapat dilakukan dengan upaya
mengikutsertakan para anggota keluarga yang sudah cukup umur untuk bekerja
dengan diimbangi dengan penggunaan uang yang terarah dan efisien. Cara lain yang
dapat ditempuh ialah pemberdayaan melalui peningkatan keterampilan dan
kewirausahaan
d. Meningkatkan intensitas komunikasi informasi edukasi (KIE) kepada masyarakaat,
terutama para ibu mengenai pentingnya konsumsi zat besi yang diatur sesuai
kebutuhan. Hal ini dapat dikoordinasikan dengan kegiatan posyandu.

7. Penanggulangan
a. Periode yang paling kritis dalam penanggulangan stunting dimulai sejak janin dalam
kandungan sampai anak berusia 2 tahun yang disebut dengan periode emas (seribu
hari pertama kehidupan). Oleh karena itu perbaikan gizi diprioritaskan pada usia
seribu hari pertama kehidupan yaitu 270 hari selama kehamilannya dan 730 hari pada
kehidupan pertama bayi yang dilahirkannya.
b. Secara langsung masalah gizi disebabkan oleh rendahnya asupan gizi dan masalah
kesehatan. Selain itu asupan gizi dan masalah kesehatan merupakan dua hal yang
saling mempengaruhi.Adapun pengaruh tidak langsung adalah ketersediaan makanan,
pola asuh dan ketersediaan air minum (bersih), sanitasi dan pelayanan kesehatan.
Seluruh faktor penyebab ini dipengaruhi oleh beberapa akar masalah yaitu
kelembagaan, politik dan ideologi, kebijakan ekonomi, dan sumberdaya, lingkungan,
teknologi, serta kependudukan.
c. Berdasarkan faktor penyebab masalah gizi tersebut, maka perbaikan gizi dilakukan
dengan dua pendekatan yaitu secara langsung (kegiatan spesifik) dan secara tidak
langsung (kegiatan sensitif). Kegiatan spesifik umumnya dilakukan oleh sektor
kesehatan seperti PMT ibu hamil KEK, pemberian tablet tambah darah, pemeriksaan
kehamilan, imunisasi TT, pemberian vitamin A pada ibu nifas. Untuk bayi dan balita
dimulai dengan inisiasi menyusu dini (IMD), ASI eksklusif, pemberian vitamin A,
pemantauan pertumbuhan, imunisasi dasar, pemberian MP-ASI. Sedangkan kegiatan
yang sensitif melibatkan sektor terkait seperti penanggulangan kemiskinan,
penyediaan pangan, penyediaan lapangan kerja, perbaikan infrastruktur (perbaikan
jalan, pasar), dll
d. Kegiatan perbaikan gizi dimaksudkan untuk mencapai pertumbuhan yang optimal.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Multicentre Growth Reference Study
(MGRS) Tahun 2005 yang kemudian menjadi dasar standar pertumbuhan
internasional, pertumbuhan anak sangat ditentukan oleh kondisi sosial ekonomi,
riwayat kesehatan, pemberian ASI dan MP-ASI. Untuk mencapai pertumbuhan
optimal maka seorang anak perlu mendapat asupan gizi yang baik dan diikuti oleh
dukungan kesehatan lingkungan.
e. Penanggulangan stunting yang paling efektif dilakukan pada seribu hari pertama
kehidupan, meliputi :
1) Pada ibu hamil
 Memperbaiki gizi dan kesehatan Ibu hamil merupakan cara terbaik dalam
mengatasi stunting. Ibu hamil perlu mendapat makanan yang baik, sehingga
apabila ibu hamil dalam keadaan sangat kurus atau telah mengalami Kurang
Energi Kronis (KEK), maka perlu diberikan makanan tambahan kepada ibu
hamil tersebut.
 Setiap ibu hamil perlu mendapat tablet tambah darah, minimal 90 tablet
selama kehamilan.
 Kesehatan ibu harus tetap dijaga agar ibu tidak mengalami sakit
2) Pada saat bayi lahir
 Persalinan ditolong oleh bidan atau dokter terlatih dan begitu bayi lahir
melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
 Bayi sampai dengan usia 6 bulan diberi Air Susu Ibu (ASI) saja (ASI
Eksklusif)
3) Bayi berusia 6 bulan sampai dengan 2 tahun
 Mulai usia 6 bulan, selain ASI bayi diberi Makanan Pendamping ASI (MP-
ASI). Pemberian ASI terus dilakukan sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih.
Bayi dan anak memperoleh kapsul vitamin A, taburia, imunisasi dasar
lengkap.
 Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) harus diupayakan oleh setiap rumah
tangga.

Dengan kata lain stunting dapat diketahui bila seorang balita sudah ditimbang berat
badannya dan diukur panjang atau tinggi badannya, lalu dibandingkan dengan standar, dan
hasilnya berada dibawah normal. Jadi secara fisik balita akan lebih pendek dibandingkan
balita seumurnya.
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai