Anda di halaman 1dari 16

TUGAS LISTRIK ELEKTRONIKA OTOMOTIF

RANGKUMAN SISTEM PENGAPIAN

DISUSUN OLEH :

REY RAHMAD
19230420005
A/01

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2020
Sistem Pengapian Konvensional

A. Pengertian 

Sistem pengapian adalah suatu sistem dalam kendaraan bermotor terutama kendaraan yang
berbahan bakar gas oline ( bensin ) yang berfungsi untuk membakar campuran udara dan
bahan bakar saat piston pada akhir langkah kompresi, sedangkan pengertian sistem pengapian
konvensional adalah sistem pengapian yang terdapat pada kendaraan bermotor yang masih
menggunakan platina sebagai pemutus dan penghubung pengapian.

Komponen-komponen sistem pengapian konvensional :


1. Baterai

Berfungsi sebagai penyimpan arus listrik pada kendaraan

2. Fuse (sekring )
Berfungsi sebagai pengaman apabila terjadi hubungan singkat pada sistem pengapian
(konsleting).

3. Kunci kontak
Berfungsi sebagai pemutus dan penghubung aliran listrik dari baterai ke coil.

4. Ignition coil

Berfungsi untuk menaikkan tegangan baterai dari 12 Volt menjadi 12.000 - 30.000 Volt.

5. Distributor

Berfungsi untuk mendistribusikan arus tegangan tinggi yang dihasilkan oleh ignition coil ke
busi pada tiap-tiap silinder sesuai dengan firing order ( urutan pengapian ).
Bagian distributor antara lain :

 Poros cam (poros nok)


 Breaker point (platina)

 Capasitor (kondensor)

 Governor advancer

 Vacuum advancer

 Rotor

 Distributor Cap (tutup distributor)

6. Kabel tegangan tinggi

Berfungsi untuk mengalirkan arus listrik tegangan tinggi dari coil ke busi.

7. Busi

Berfungsi mengeluarkan arus listrik tegangan tinggi menjadi loncatan bunga api melalui
elektrodanya untuk membakar campuran udara dan bahan bakar dalam silinder.

B. Cara Kerja

 Apabila kunci kontak di on kan dan platina dalam kondisi menutup maka arus listrik
mengalir dari baterai menuju fuse lalu ke kunci kontak > primer coil > platina >
massa. Akibat aliran listrik pada kumparan primer coil, maka inti koil menjadi
magnet.

 Saat  platina dalam kondisi membuka, arus listrik melalui kumparan primer coil
terputus sehingga terjadi induksi tegangan tinggi pada kumparan coil, sehingga arus
akan mengalir dari sekunder coil > kabel tegangan tinggi > tutup distributor > rotor >
kabel tegangan tinggi (kabel busi) > busi > massa. Akibat aliran listrik tegangan
tinggi dari sekunder coil dan dengan adanya elektroda massa pada busi sehingga
menimbulkan percikan bunga api.

C. Kelebihan PLATINA
1. Murah, kisaran 20-40 ribuan
2. Penggantiannya gampang (karena murah)
3. Ada gejala awal sebelum platina rusak

D. kekurangan platian

1. Kelemahan pada unsur mekanis

Pada putaran rendah, proses terhubungnya sisi positif dan negatif (massa) pada platina akan
baik, tetapi pada saat putaran tinggi hubungan sisi positif dan negatif pada platina menjadi
kurang baik dikarenakan ketika mesin berputar pada kecepatan tinggi akan mengakibatkan
terjadinya pemegasan pada platina, sehingga akan timbul tumbukan antara terminal dan akan
menghasilkan gerakan yang disebut dengan pentalan (prelung). Pada saat putaran tinggi ini,
ketika platina pada posisi tehubung akan mengalami kondisi bergetar sehingga akan membuat
hubungan pada platina menjadi kurang baik (tertunda).

2. Penurunan tegangan sekunder coil

Hal ini dikarenakan pada tegangan listrik yang tinggi dapat menimbulkan loncatan listrik
(listrik dapat melewati penghantar udara). Oleh sebab itu pada sistem pengapian
konvensional menggunakan komponen condensor yang berfungsi untuk menyerap arus listrik
sehingga tidak akan terjadi loncatan bunga api ketika platina membuka. 

Namun ketika condensor mengalami kerusakan atau kinerjanya menurun maka dapat
mengakibatkan penyerapan arus listrik ini tidak akan maksimal sehingga akan menurunkan
tegangan induksi pada rangkaian sekunder coil karena terjadinya keterlambatan pemutusan
arus primer pada kontak pemutus platina.

3. Pengaturan sistem pengajuan pengapian yang kurang sensitif


Pada sistem pengapian yang masih konvensional, pengaturan pengajuan sistem pengapian ini
masih menggunakan sistem mekanis yaitu menggunakan sistem pengajuan pengapian dengan
centrifugal advancer dan vacuum advancer. Penggunaan kedua komponen untuk pengajuan
pengapian tersebut dirasa masih kurang sensitif dan belum mampu melakukan pengajuan
pengapian yang benar-benar sesuai dengan putaran mesin dan kondisi pembebanan mesin,
sehingga hal ini akan mempengaruhi tenaga yang dihasilkan oleh mesin menjadi kurang
optimal.

4. Tidak memiliki pengaturan perubahan sudut dwell


Sudut dwell diukur dari sudut lamanya pemassaan rangkaian primer pada coil pengapian
(lamanya arus primer mengalir). Pada sistem pengapian konvensional ini, besarnya sudut
dwell relatif nilainya tetap (tidak berubah-ubah). 
5. Harus sering diganti.

6. Pengapian kurang bagus, tenaga mesin kurang dan bensin lebih boros.

Komponen sisiti

A. Sistem Pengapian Elektronik CDI Pada Motor Dibagi Menjadi 2 Jenis

1. Sistem Pengapian Magnet Elektronik CDI - AC

Sistem pengapian CDI - AC merupakan dasar dari sistem pengapian CDI, dan menggunakan
pencatu daya dari sumber Arus listrik bolak-balik yang berasal dari spul motor (dinamo
AC/alternator).  sehingga arus yang digunakan merupakan arus bolak-balik (AC).

E. Cara Kerja Sistem Pengapian CDI - AC

Skema Sistem Pengapian CDI - AC

a. Saat Kunci Kontak OFF

Kunci kontak dalam posisi terhubung dengan massa, Arus listrik yang dihasilkan sumber
tegangan (Alternator) dibelokkan ke massa melalui kunci kontak. Tidak ada arus yang
mengalir ke unit CDI sehingga sistem pengapian tidak bekerja dan motor tidak dapat
dihidupkan.

b. Saat Kunci Kontak ON Mesin Hidup

Saat mesin mulai hidup maka magnet rotor pada motor akan berputar mengikuti putaran krug
as dalam mesin, dari putaran tersebut timbulah tegangan, tegangan yang dihasilkan magnet
rotor ini bernilai 100 - 400 volt. Lalu diode di dalam unit CDI akan merubah arus menjadi
arus AC (Searah), kemudian arus ini akan mengisi kapasitor sehingga muatan kapasitor
penuh.

Capasitor tidak akan melepaskan arus di dalamnya sebelum SCR (Silicon Controlled
Rectifier) aktif. Untuk mengaktifkan SCR maka terminal gate pada SCR harus mendapatkan
sinyal tegangan positif terlebih dahulu sebagai pemicu (trigger).

Signal yang digunakan sebagai pemicu (trigger) didapatkan dari signal pulser (pick up coil).
Spul akan memberikan signal tegangan ketika tonjolan pada rotor magnet melewati spul.
Ketika terminal gate mendapatkan tegangan positif dari tegangan spul maka terminal anoda
dan katoda pada SCR akan terhubung. 

Ketika terminal anoda dan katoda terhubung maka capasitor akan melepaskan arus
(discharge) dengan cepat ke kumparan primer koil pengapian sehingga terjadi induksi pada
kumparan primer koil.

Pada kumparan primer koil pengapian dihasilkan tegangan induksi sendiri sebesar 200 - 300
V. Akhirnya pada kumparan sekunder koil pengapian akan timbul induksi tegangan tinggi
sebesar ± 20 KVolt ⇒ disalurkan melalui kabel busi ke busi untuk diubah menjadi pijaran api
listrik.

Baca Juga : Komponen Pengapian CDI Motor Beserta Fungsinya

2. Sistem Pengapian Baterai Elektronik CDI - DC

Sistem pengapian CDI - DC menggunakan pencatu daya dari sumber arus listrik searah
(misalnya dinamo DC, Batere, maupun Accu). Arus listrik yang berasal dari accu masih
belum mampu digunakan untuk mencatu CDI tersebut, sehingga dalam CDI - DC ini masih
membutuhkan rangkaian penaik tegangan yang disebut inverter.

F. Cara Kerja Sistem Pengapian CDI - DC


Skema Sistem Pengapian DC-CDI

a. Saat Kunci Kontak OFF

Hubungan sumber tegangan dengan rangkaian sistem pengapian terputus, tidak ada arus yang
mengalir sehingga motor tidak dapat dihidupkan.

b. Saat Kunci Kontak ON

Kunci kontak menghubungkan sumber tegangan positif (+) Accu dengan rangkaian sistem
pengapian, sehingga arus listrik dari baterai dapat disalurkan ke unit CDI (DC - DC
Conventer).

Ketika rotor alternator (magnet) berputar, reluctor ikut berputar. Pada saat reluctor mulai
mencapai lilitan pick up coil, lilitan pick up coil akan menghasilkan sinyal listrik yang
dimanfaatkan untuk mengaktifkan Switch Transistor (Tr) pada DC - DC Conventer.

Kumparan primer dan sekunder (Kump.) pada DC - DC Conventer akan bekerja secara
induksi menaikkan tegangan sumber ⇒ disearahkan lagi oleh dioda (D) ⇒ mengisi kapasitor
(C) sehingga muatan kapasitor penuh.

Sinyal yang dihasilkan lilitan pick up coil tersebut belum mampu membuka gerbang (Gate)
Thyristor switch (SCR) sehingga SCR belum bekerja.

Pada saat yang hampir bersamaan (saat pengapian), arus sinyal yang dihasilkan oleh signal
generator (pick up coil) mampu membuka gerbang SCR sehingga SCR menjadi aktif dan
membuka hubungan arus listrik dari kaki Anoda (A) ⇒ Katoda (K).

Hal ini akan menyebabkan kapasitor terdischarge (dikosongkan muatannya) dengan cepat ⇒
melalui kumparan primer koil pengapian ⇒ massa koil pengapian.

Pada kumparan primer koil pengapian dihasilkan tegangan induksi sendiri sebesar 200 – 300
V. Akhirnya pada kumparan sekunder koil pengapian akan timbul induksi tegangan tinggi
sebesar ± 20 KVolt ⇒ disalurkan melalui kabel busi ke busi untuk diubah menjadi pijaran api
listrik.
D.Nama Komponen Pengapian CDI dan Fungsinya

1. Baterai

Fungsi baterai, adalah sebagai penyimpan arus listrik. Memang baterai ini tidak terlalu
diprioritaskan karena kebutuhan sumber listrik akan dipenuhi oleh spul. Namun, pada motor
injeksi baterai menjadi komponen yang cukup penting karena juga akan mengaktifkan ECU.

2. Spul & Rotor magnet

Spul dan rotor magnet adalah dua komponen yang berbeda, namun keduanya memiliki satu
tujuan yakni untuk mengubah putaran dari poros engkol mesin menjadi listrik AC. Listrik ini
yang menjadi sumber tenaga dari sistem pengapian.

3. Pulse igniter/pick up coil

Beberapa orang mungkin lebih familiar dengan kata pick up coil, karena fungsinya sebagai
penjemput sinyal. Sinyal yang dimaksud adalah sinyal yang menunjukan timming pengapian
mesin.

Cara kerja pulse igniter ini hampir sama seperti spul namun dengan versi lebih sederhana.
Dalam satu putaran engkol, itu hanya terjadi satu kali perpotongan. Sehingga bukan arus
listrik yang dikirimkan, melainkan sebuah sinyal PWM yang menunjukan RPM mesin dan
timming pengapian.

4. Voltage converter
Pengkonversi tegangan, diperlukan untuk memaksimalkan arus discharge, perlu diketahui
prinsip kerja pengapian CDI itu berbeda dengan sistem pengapian mobil yang menggunakan
platina. Pada mobil, induksi pada coil akan terjadi ketika platina memutuskan arus primer
coil Namun pada CDI motor, induksi akan terjadi justru ketika arus primer dialiri oleh arus
discharger. Namun agar induksi berjalan dengan maksimal dan cepat, maka arus discharge
yang mengalir ke kumparan primer juga harus bertegangan lebih tinggi.

5. CDI unit

CDI unit bisa dibilang menjadi modul utama dari sistem


pengapian CDI. Fungsi utamanya adalah sebagai penyalur tegangan ke coil melalui prinsip
discharge. Didalam CDI unit terdapat komponen capasitor, kita tahu kalai capasitor itu
mampu menyerap arus listrik, mampu menyimpan arus listrik yang diserap dan mampu
melepaskannya dengan spontan.

Proses pelepasan arus ini akan diarahkan ke kumparan primer pada coil untuk melakukan
induksi. Selain capasitor, ada pula komponen thrysistor atau SCR yang digunakan sebagai
gate untuk melakukan dishcarging

Advertisement

CDI unit bisa dibilang menjadi modul utama dari sistem pengapian CDI. Fungsi utamanya
adalah sebagai penyalur tegangan ke coil melalui prinsip discharge. Didalam CDI unit
terdapat komponen capasitor, kita tahu kalai capasitor itu mampu menyerap arus listrik,
mampu menyimpan arus listrik yang diserap dan mampu melepaskannya dengan spontan.

Proses pelepasan arus ini akan diarahkan ke kumparan primer pada coil untuk melakukan
induksi. Selain capasitor, ada pula komponen thrysistor atau SCR yang digunakan sebagai
gate untuk melakukan dishcarging.

6. Kunci kontak
Kunci kontak berfungsi sebagai saklar utama sistem pengapian. Saat kunci kontak off, apa
bisa kita hidupkan mesin ? tentu tidak. Meski spul menghasilkan arus listrik namun karena
kunci kontak masih OFF maka CDI tidak akan memperloleh arus listrik.

7. Sekering

Fuse menjadi komponen yang tidak boleh dilupakan pada setiap rangkaian kelistrikan.
Karena fungsinya sebagai pengaman rangkaian kelistrikan dari short to ground atau kosleting.
Termasuk pada sistem pengapian, fuse dipakai untuk melindungi CDI unit ketika terjadi
hubungan singkat arus listrik.

Cara kerja fuse adalah dengan memutuskan kawat tipis didalam fuse secara otomatis ketika
arus yang melewati melebihi batas kemampuan fuse. Misal tertera fuse 10 A, artinya kalau
arus listrik yang mengalir melebihi 10 A maka sekering akan putus dan skema kelistrikan
akan mati.

8. Ignition coil

Ignition coil adalah komponen yang berfungsi menaikan tegangan kelistrikan motor, menjadi
tegangan super tinggi mencapai 200 KV melalui proses induksi spontan. Prinsip kerjanya
hampir sama dengan trafo step up.

Dimana jumlah lilitan pada kumparan sekunder lebih banyak daripada kumparan primer.
Sehingga ketika kumparan sekunder menangkap gaya kemagnetan dari kumparan primer bisa
terjadi peningkatan tegangan.

9. Kabel busi

Fungsi dari kabel tembaga adalah sebagai penyalur listrik bertegangan tinggi dari ignition
coil. Kabel busi memang memiliki bentuk seperti kabel pada umumnya, namun kabel ini
memiliki diameter lebih besar. Mungkin bisa sampai 5 mm. Biasanya kabel busi
menggunakan satu helai kawat tembaga dengan diameter besar, dan ada beberapa helai
serabut tembaga yang mengitarinya (tanpa bersentuhan).

Kawat ini digunakan untuk mengalirkan tegangan dari coil dan serabut tembaga disekitar
kawat utama dipakai untuk mencegah terjadinya penurunan tegangan.

10. Cop busi

Cop busi adalah ujung dari kabel busi yang ditempelkan pada ujung busi. Meski fungsinya
hanya sebagai penghubung antara kabel busi dan busi, bentuk cop busi ini juga tak boleh
sembarangan. Karena kalau kawat dari kabel busi tidak melekat dengan sempurna ke
konduktor didalam cop busi maka tegangan yang sampai ke busi menjadi lebih kecil.

11. Busi

Busi berperan sebagai ujung tombak sistem pengapian, fungsi busi adalah untuk memercikan
api didalam ruang bakar yang didapat dari skema induksi elektromagnet pada coil. Cara kerja
busi adalah dengan mendekatkan elektroda yang bermuatan positif ke masa yang bermuatan
negatif.

Karena sifat arus listrik selalu mencari masa, maka dengan celah sekitar 0,8 mm akan timbul
loncatan elektron. Kalau tegangan pada elektroda kecil, maka loncatan elektron tidak akan
terlihat. Namun karena tegangan pada elektroda itu mencapai 200 KV, maka
loncatan elektron ini akan berbentuk seperti percikan api.

Kelebihan CDI

1. Pengapian bagus, tenaga mesin lebih kuat dan bensin lebih irit.

2. Tidak butuh perawatan

Kekurangan CDI

1. Kalau mati, matinya mendadak tanpa gejala.


2. Harga mahal, 700 ribuan hingga jutaan

Sistem Pengapian DLI (Distributor Less Ignition) Pada Mobil Terbaru

Artinya sistem pengapian tanpa melibatkan distributor, merupakan sistem pengapian yang
telah terkontrol oleh computer, pada sistem ini telah menggunakan EFI. Pengontrolan
pengapian dilakukan oleh electronic control unit (ECU), dengan menghilangkan distributor
maka akan meningkatkan relibilitas system pengapian dengan mengurangi sejumlah
komponen mekanik, prinsip kerja DLI sama dengan pengapian konvensional.

perbedaan utama pada sistem pengapian konvensional dan DLI adalah media pemutusan arus.
pada sistem pengapian konvensional, pemutusan arus dilakukan oleh platina pada sudut
tertentu. sedangkan pada sistem pengapian DLI media pemutusan arus dilakukan oleh igniter
pada coil pack atas perintah ECM dengan bantuan beberapa sensor.(Baca juga: Komponen
Gardan Mobil)

Keuntungan ;

 Karena tidak menggunakan platina, maka pada DLI tidak memerlukan penyetelan.
 Efisiensi juga baik
 Pembakaran lebih akurat
 Jarang menimbulkan masalah

Kekurangan ;

 Melibatkan rangkaian elektronik rumit


 Walaupun jarang bermasalah, sekali bermasalah butuh scanner untuk mendeteksi
 Harga komponen relatif mahal

Pada umumnya DLI bekerja dengan mengganti fungsi distributor dan platina pada mesin
konvensional menggunakan komponen elektronik. Sehingga keduanya memiliki prinsip yang
sama namun, pada DLI penyaluran bunga api berlangsung secara elektrik.
Pada saat kontak di posisi ON  battery mensuplai arus ke ECM dan Coil pack, sehingga
terdapat arus stand by di coil sekunder. Ckp akan mengirimkan data RPM mesin, sedangkan
CMP mengirimkan data posisi top silinder satu.

Sinyal kemudian dikirim ke ECM untuk dikelola bersama data-data dari sensor lain untuk
menentukan timing pengapian sesuai kondisi mesin. Hasil output dari ECM berupa sinyal
tegangan yang dikirim ke ICM. Sedangkan pada pengapian konvensional platina akan
memutuskan arus primer saat posisi top. Tapi pada DLI, ECM yang akan memutuskan arus
primer saat posisi top. Tegangan coil sekunder di salurkan ke spark plug untuk pemercikan
api di masing-masing silinder, tedapat dua tipe rangkaian yang umum digunakan pada mobil
yaitu dual coil pack dan single coil pack.(Baca juga: Perawatan Mesin Diesel)

1. Komponen Sensor

Komponen sensor merupakan semua komponen elektronika yang berfungsi sebagai alat
untuk mendeteksi suatu keadaan.

 komponen ini terdiri dari;


 magnetic triggering (CMP dan CKP sensor)
 temperatur sensor ( ECT dan IAT)
 knock sensor
 throtle position sensor
 Manifold absolute pressure

komponen ini akan mendeteksi beberapa data yang diperlukan ECM untuk proses pengapian.
Data yang dideteksi meliputi, suhu udara intake, posisi camshaft dan crankshaft, dan sudut
pembukaan katup. Nantinya data yang dideteksi oleh beberapa sensor ini dikirimkan melalui
nominal tegangan ke komponen control.

2. Komponen control
Komponen ini terdiri dari;

ECM/ECU ( engine control module)

 ignition coil module/ICM ( terletak menyatu dengan coil pack)


 Ignition Coil

ECM berfungsi sebagai pengolah data-data yang diperoleh dari sensor untuk menentukan
timing pengapian sesuai beban dan kecepatan mesin, lebih lanjut sistem ini disebut ESA
( electronic spark advenced).

ICM berfungsi sebagai pemutus arus primer dan penghasil tegangan tinggi pada coil sekunder
yang selanjutnya akan disalurkan ke spark plug.
3. Komponen actuators
komponen ini disebut sebagai eksekutor yang akan mengeksekusi segala perintah dari
komponen control. dalam hal ini spark plug berfungsi sebagai eksekutor yang akan
melanjutkan perintah dari ICM. spark plug akan mengkonversi tegangan sekunder menjadi
loncatan bunga api.

Cara Kerja Sistem DLI

Secara umum, DLI bekerja dengan mengganti fungsi distributor dan platina pada mesin
konvensional menggunakan komponen elektronik. Sehingga keduanya memiliki prinsip yang
sama namun, pada DLI penyaluran bunga api berlangsung secara elektrik.

1. Saat kunci kontak "ON"

Kunci kontak akan mengaktifkan main relay dan relay ignition. Baterai mensuplai arus ke
ECM dan Coil pack, sehingga terdapat arus stand by di coil sekunder.

2. Saat Engine Start/Run


crankshaft dan camshaft ikut berputar sehingga sensor ckp dan cmp juga ikut bekerja
mengirimkan signal PWM ke ECM. Signal ini bervariasi tergantung kecepatan mesin.

Ckp akan mengirimkan data RPM mesin, sedangkan CMP mengirimkan data posisi top
silinder satu. Sinyal kemudian dikirim ke ECM untuk dikelola bersama data-data dari sensor
lain untuk menentukan timing pengapian sesuai kondisi mesin. Hasil output dari ECM berupa
sinyal tegangan yang dikirim ke ICM.

pada pengapian konvensional platina akan memutuskan arus primer saat posisi top. Tapi pada
DLI, ECM yang akan memutuskan arus primer saat posisi top.
Di ICM terdapat rangkaian transistor yang berfungsi sebagai gate untuk mengkonversi sinyal
ECM untuk bisa memutuskan arus primer di setiap coil. sehingga dapat terbentuk tegangan
tinggi pada coil sekunder.

Tegangan coil sekunder di salurkan ke spark plug untuk pemercikan api di masing-masing
silinder.

Ada dua tipe rangkaian yang umum digunakan pada mobil.

1. Dual-coil pack

Rangkaian ini menggunakan dua buah coil untuk menghasikan tegangan tinggi. Artinya, satu
coil melayani dua busi. Sehingga dua busi akan menyala bersamaan pada langkah yabg
berbeda.

2. Single-coil pack

Rangkaian single-coil pack menggunakan 4 buah coil pada mesin 4 silinder. Artinya satu coil
hanya melayani satu busi saja. Biasanya tipe ini tidak dilengkapi kabel busi karena coil
terpasang diatas head silunder.

Itulah komponen serta cara kerja Dustributorless Ignition System. Semoga semakin
menambag wawasan kita seputar teknologi otomotif.

Anda mungkin juga menyukai