Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
A. Definisi
Gastritis merupakan peradangan (pembengkakan) pada mukosa
lambung ditandai dengan tidak nyaman pada perut bagian atas, rasa mual,
muntah, nafsu makan menurun atau sakit kepala. (Ratu & Adwan, 2013)
Gastritis (maag) atau radang lambung merupakan peradangan pada
mukosa lambung yang bersifat kronis, sehingga dinding lambung menjadi
merah, bengkak, dan luka. Selain luka pada dinding lambung juga luka pada
usus dua belas jari. (Hambing, 2016)
Penyebab tingginya asam lambung, antara lain: aktivitas padat,
sehingga telat makan, stres tinggi yang berimbas pada produksi asam lambung
berlebih. Faktor lain, yaitu infeksi kuman (e-colli, salmonella atau virus),
pengaruh obat-obatan, konsumsi alkohol berlebih. (Purnomo, 2015)
Adapun klasifikasi gastritis, antara lain: (Hambing, 2016)
1. Gastritis akut
Gastritis akut paling sering disebabkan oleh kesalahan diet, misalnya,
makan terlalu banyak, terlalu cepat, makan makanan yang terlalu banyak
bumbu atau makanan yang terinfeksi. Bentuk penyakit gastritis akut yang
lebih parah di sebabkan oleh asam kuat atau alkali yang menyebabkan
mukosa menjadi gangren atau perforasi.
2. Gastritis kronik
Gastritis kronik merupakan inflamasi lambung yang berkepanjangan yang
di sebabkan oleh ulkus lambung jinak maupun ganas, atau oleh bakteri
Helicobacter Pylori.
B. Etiologi
Gastritis disebabkan oleh infeksi kuman Helicobacter Pylory dan pada
awal infeksi mukosa lambung menunjukkan respons inflamasi akut dan jika
diabaikan akan menjadi kronik. Makan tidak teratur atau terlambat makan.
Biasanya menunggu lapar dulu, baru makan dan saat makan langsung makan
terlalu banyak. (Surya, 2015)
Adapun penyebab lain dari gastritis, antara lain: (Surya, 2015)
1. Bisa juga disebabkan oleh bakteri bernama Helicobacter pylori. Bakteri
tersebut hidup di bawah lapisan selaput lendir dinding bagian dalam
lambung. Fungsi lapisan lendir sendiri adalah untuk melindungi kerusakan
dinding lambung akibat produksi asam lambung. Infeksi yang diakibatkan
bakteri Helicobacter mengakibatkan peradangan pada dinding lambung
yang disebut gastritis.
2. Merokok akan merusak lapisan pelindung lambung. Oleh karena itu, orang
yang merokok lebih sensitif terhadap gastritis maupun ulser. Merokok juga
akan meningkatkan asam lambung, melambatkan kesembuhan dan
meningkatkan resiko kanker lambung.
3. Stres. Hal ini dimungkinkan karena sistem persarafan di otak berhubungan
dengan lambung, sehingga jika seseorang mengalami stres, bisa muncul
kelainan dalam lambungnya. Stres bisa menyebabkan terjadi perubahan
hormonal di dalam tubuh. Perubahan itu akan merangsang sel-sel dalam
lambung yang kemudian memproduksi asam secara berlebihan. Asam
yang berlebihan ini membuat lambung terasa nyeri, perih dan kembung.
Lama-kelamaan hal ini dapat menimbulkan luka di dinding lambung.
4. Efek samping obat-obatan tertentu. Konsumsi obat penghilang rasa nyeri,
seperti obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) misalnya aspirin,
ibuproven (Advil, Motrin dll), juga naproxen (aleve), yang terlalu sering
dapat menyebabkan penyakit gastritis, baik itu gastritis akut maupun
kronis.
5. Mengkonsumsi makanan terlalu pedas dan asam. Minum minuman yang
mengandung alkohol dan kafein seperti kopi. Hal itu dapat meningkatkan
produksi asam lambung berlebihan hingga akhirnya terjadi iritasi dan
menurunkan kemampuan fungsi dinding lambung. Mengkonsumsi
alkohol dapat mengiritasi (merangsang) dan mengikis permukaan
lambung.
C. Manifestasi Kinis
Gastritis akut
Erosive sangat bervariasi, mulai dari sangat ringan asimtomatik sampai
sangat berat yang dapat membawa kematian. Pada kasus yang sangat berat
gejala yang mencolok, antara lain:
1. Hematematis dan melena yang dapat berlangsung sangat hebat sampai
terjadi renjatan karena kehilangan darah.
2. Pada sebagian besar kasus gejalanya amat ringan bahkan asimtomatis.
Keluhan-keluhan itu misalnya nyeri timbul pada ulu hati biasanya ringan
dan tidak dapat ditunjuk dengan tepat lokasinya.
3. Kadang – kadang disertai dengan mual dan muntah.
4. Pendarahan saluran cerna sering merupakan salah satu gejala.
5. Pada kasus yang amat ringan, pendarahan bermanifestasi sebagai darah
samar pada tinja dan secara fisis akan dijumpai tanda-tanda anemia
defisiensi dengan etiologi yang tidak jelas.
6. Pada pemeriksaan fisik biasanya tidak ditemukan kelainan, kecuali mereka
yang mengalami pendarahan yang hebat sehingga menimbulkan tanda dan
gejala gangguan hemodinamik yang nyata seperti hipotensi, pucat,
keringat dingin, takikardia sampai gangguan kesadaran. (Sukarmin, 2012)
Gastritis kronik
Tipe A biasanya asimtomatik kecuali untuk gejala defisiensi B12 dan
pada gastritis Tipe B pasien mengeluh anoreksia, sakit ulu hati setelah makan,
bersendawa, rasa pahit dalam mulut, atau mual dan muntah, cepat kenyang,
perasaan penuh dan anoreksia. (Sukarmin, 2012)
D. Patofisiologi
Obat-obatan, alkohol, garam empedu, zat iritan lainnya dapat merusak
mukosa lambung (gastritis erosif). Mukosa lambung berperan penting dalam
melindungi lambung dari autodigesti oleh HCl dan pepsin. Bila mukosa
lambung rusak maka terjadi difusi HCl ke mukosa dan HCl akan merusak
mukosa. Kehadiran HCl di mukosa lambung menstimulasi perubahan
pepsinogen menjadi pepsin. Pepsin merangsang pelepasan histamine dari sel
mast. Histamine akan menyebabkan peningkatan pemeabilitas kapiler,
sehingga terjadi perpindahan cairan dari intra sel ke ekstrasel dan meyebabkan
edema dan kerusakan kapiler sehingga timbul perdarahan pada lambung.
Lambung dapat melakukan regenerasi mukosa oleh karena itu gangguan
tersebut menghilang dengan sendirinya.
Bila lambung sering terpapar dengan zat iritan maka inflamasi akan
terjadi terus menerus. Jaringan yang meradang akan diisi oleh jaringan fibrin,
sehingga lapisan mukosa lambung dapat hilang dan terjadi atropi sel mukasa
lambung. Faktor intrinsik yang dihasilkan oleh sel mukosa lambung akan
menurun atau hilang, sehingga cobalamin (vitamin B12) tidak dapat diserap
diusus halus. Sementara vitamin B12 ini berperan penting dalam pertumbuhan
dan maturasi sel darah merah. Selain itu dinding lambung menipis rentan
terhadap perforasi lambung dan perdarahan. (Suratum, 2016)
E. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan yang dapat dilakukan pada gastritis, antara lain:
(Hambing, 2017)
1. Pemeriksaan darah. Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi
H. Pylory dalam darah. Hasil tes positif menunjukkan bahwa pasien
pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya, tetapi itu
tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat
juga dilakukan untuk memeriksa anemia yang terjadi akibat pendarahan
lambung akibat gastritis.
2. Pemeriksaan feses. Tes ini memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam
feses atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya
infeksi.
3. Endoskopi saluran cerna bagian atas. Dengan tes ini dapat melihat adanya
ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak
terlihat dari sinar x.
4. Rontgen saluran cerna bagian atas. Tes ini akan melihat adanya tanda-
tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta
menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum melakukan rongen. Cairan
ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlebih jelas ketika di rongen.
5. Pemeriksaan histologis: dengan melakukan biopsy pada semua segmen
lambung untuk mengetahui adanya kuman Helikobakter Pylori
6. Pemeriksaan gastroskopi: adanya pendarahan (hemarog) pada lambung,
erosi atau ulser gaster, perforasi lambung.
F. Penatalaksanaan
Tujuan utama dalam pengobatan gastritis ialah menghilangkan nyeri,
menghilangkan inflamasi dan mencegah terjadinya ulkus peptikum dan
komplikasi. Berdasarkan patofisiologisnya terapi farmakologi gastritis
ditujukan untuk menekan faktor agresif (asam lambung) dan memperkuat
faktor defensif (ketahanan mukosa). Sampai saat ini pengobatan ditujukan
untuk mengurangi asam lambung yakni dengan cara menetralkan asam
lambung dan mengurangi sekresi asam lambung. Selain itu, pengobatan
gastritis juga dilakukan dengan memperkuat mekanisme defensif mukosa
lambung dengan obat-obat sitoproteksi. (Dipiro, 2015).
Gastritis akut
1. Pantang minum alkohol dan makan makanan sampai gejala menghilang,
ubah menjadi diit yang tidak mengiritasi.
2. Jika gejala menetap mungki diperlukan cairan intra vena
3. Jika gastritis terjadi akibat menelan asam kuat atau alkali encerkan dan
netralkan asam dengan antasida umum seperti aluminuium hidroksida,
untuk menetralisasi alkali gunakan jus lemon encer atau cuka encer.
4. Jika korosi parah, hindari emetic dan bilas lambung karena bahaya
perforasi.
Gastritis kronik (Hambing, 2017)
1. Memodifikasi diet pasien
2. Meningkatkan istirahat
3. Mengurangi stres
4. Memulai farmakoterapi
5. H.Pylori dapat di atasi dengan antibiotik ( Tetra Ciclin, Metronidasol,
Klaritromisin Dan Amoxisilin). (Hambing, 2017)
G. Komplikasi
Adapun komplikasi gastritis, antara lain: (Purnomo, 2016)
1. Komplikasi yang timbul pada gastritis Akut, yaitu perdarahan saluran
cerna bagian atas (SCBA) berupa hemotemesis dan melena, berakhir
dengan syock hemoragik, terjadi ulkus, kalau prosesnya hebat dan jarang
terjadi perforasi.
2. Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik, yaitu gangguan penyerapan
vitamin B 12, akibat kurang pencerapan, B 12 menyebabkan anemia
pernesiosa, penyerapan besi terganggu dan penyempitan daerah antrum
pylorus.
H. Prognosis
Adapun prognosis gastritis, antara lain: (Hambing, 2017)
1. Apabila penyebab yang mendasari penyakit gastritis diatasi, maka akan
memberikan prognosis yang baik.
2. Gastritis akut umumnya sembuh dalam waktu beberapa hari.
3. Gastritis dapat menimbulkan komplikasi pendarahan saluran cerna dan
gejala klinis yang berulang.
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Dalam pengkajian pasien dengan gastritis sumber data dapat diperoleh
dari pasien sendiri atau keluarga, status kesehatan klien dan tim kesehatan
lainnya. Data-data yang perlu dikumpulkan, antara lain:
1. Identitas
Mencakup identitas pasien yaitu nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa,
agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, alamat dan tanggal
masuk rumah sakit. Identitas penanggung jawab yaitu nama, umur, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, alamat, suku bangsa, hubungan
dengan penderita/pasien.
2. Keluhan utama
Umumnya keluhan yang paling dirasakan oleh pasien yaitu nyeri ulu hati,
tidak dapat makan, mual dan muntah.
3. Riwayat penyakit sekarang
Tanggal mulai sakit, kapan terjadi keluhan apakah sehabis makan atau
sebelum makan, jenis makanan apa yang dimakan sebelumnya (pedas,
mencerna obat-obatan tertentu atau alkohol), apakah pasien sekarang
mengalami ansietas, stres, alergi, makan dan minum terlalu banyak.
4. Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya atau
kebiasaan pada pola makan klien yang tidak teratur. Adakah riwayat
penyakit lambung atau pembedahan lambung sebelumnya, riwayat diet.
5. Riwayat penyakit keluarga
Apakah di dalam keluarga pernah ada yang menderita penyakit gastritis
sebelumnya.
6. Pemeriksaan fisik
Tanda yang diketahui selama pemeriksaan fisik mencakup nyeri tekan
abdomen, identifikasi lamanya waktu dimana gejala hilang, identifikasi
metode yang digunakan untuk mengatasi gejala, dehidrasi ( tungor kulit
membran mukosa kering), dan bukti adanya gangguan sistemik yang
menyebabkan gejala gastritis.
Klasifikasi data
Data subjektif Data objektif
– Klien mengatakan nyeri bagian – Klien nampak meringis dan
ulu hati terdapat nyeri tekan
– Klien mengatakan lemah – Warna bibir klien nampak pucat
– Klien mangatakan sulit tidur dan – Klien nampak lemah dan pucat
sering terjaga di malam hari – TTV normal
– Klien mangatakan tidak nafsu
makan
– Klien mangatakan mual
– Klien manegatakan minumnya
sedikit
Penyimpangan KDM
Merangsang pusat
muntah
D. Implementasi
Implementasi disesuaikan dengan intervensi dan kondisi klien.
Implementasi merupakan langkah keempat dari proses keperawatan yang telah
direncanakan oleh perawat untuk dikerjakan dalam rangka membantu klien untuk
mencegah, mengurangi, dan menghilangkan dampak atau respons yang
ditimbulkan oleh masalah keperawatan dan kesehatan. (Zaidin, 2014)
E. Evaluasi
Evaluasi, yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan
seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan.
Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses
mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan, dan evaluasi itu
sendiri. (Zaidin, 2014)
Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya dalam perencanaan, membandingkan hasil tindakan keperawatan
yang telah dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan
menilai efektivitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian,
perencanaan dan pelaksanaan. (Mubarak dkk, 2017)
DAFTAR PUSTAKA
Gustin, R. K. 2017. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Gastritis
pada Pasien yang Berobat Jalan di Puskesmas Gulai Gancah Kota Bukit
Tinggi.
Ratu, A., & Adwan, G. M. 2013. Penyakit Hati, Lambung, Usus dan Ambeien.
Pelajar.
Di Susun Oleh :
JUMASING
70300116039
Keperawatan B
CI LAHAN CI INSTITUSI
( ) ( )
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2019
Laporan Pendahuluan Dermatitis Pada Ny “M” Di Perawatan Merpati Rs
Bhayangkara Makassar
Di Susun Oleh :
JUMASING
70300116039
Keperawatan B
CI LAHAN CI INSTITUSI
( ) ( )
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2019